Ternyata tingkat kesopanan etika masyarakat Indonesia dalam menggunakan media sosial masih sangat rendah dibandingkan negara-negara lain, lho. Yuk, cari tahu tentang etika dan penerapannya di media sosial supaya lebih baik dalam berkomunikasi!
Hai Sobat Zenius!
Pada era modern ini terutama saat pandemik Covid-19 terjadi, media sosial seperti Instagram, Twitter, WhatsApp, Facebook, menjadi media pendukung utama dalam komunikasi jarak jauh. Mulai dari keperluan menanyakan kabar, hingga pelaksanaan pendidikan dan usaha saat ini dilakukan secara online melalui media sosial.
Tapi elo tahu nggak sih, kalau dalam menggunakan media sosial, masyarakat Indonesia masih dinilai kurang beretika? Iya benar, Sobat. Dilansir di laman VOI (2021), Menurut data Digital Civility Index (DCI) yang dibuat oleh Microsoft pada tahun 2020, ternyata kesopanan masyarakat Indonesia di media sosial menduduki peringkat ke-29 dari 32 negara di dunia. Artinya, tingkat kesopanannya sangat rendah nih, Sobat.
Hal ini dikarenakan tingginya penyebaran berita bohong atau hoax, ujaran kebencian, dan kasus-kasus diskriminasi di media sosial. Tingkat kesopanan orang dewasa pun menurun dari tahun sebelumnya.
Selain dari laporan di atas, sebuah penelitian (Fahrima, 2018) juga menemukan bahwa mayoritas perilaku yang tidak beretika di media sosial dilakukan oleh remaja. Jadi, memang cara beretika di media sosial perlu lebih diperhatikan lagi oleh seluruh masyarakat di Indonesia tanpa memperhatikan usia.
Nah, di kesempatan kali ini gue akan sharing nih tentang apa itu etika secara umum dan dalam media sosial, fungsinya di media sosial, dan juga contoh tindakan yang beretika. Yuk, lanjutin bacanya supaya elo nggak ketinggalan informasinya!
Daftar Isi
Apa yang Dimaksud dengan Etika
Studi tentang etika sendiri sudah ada sekitar 2.500 tahun yang lalu di Yunani, lho, dan sudah dibahas oleh berbagai pemikir besar seperti Plato dan Aristoteles. Semenjak itu, studi dalam bidang itu pun kian berkembang atas jasa tokoh-tokoh besar seperti Immanuel Kant, David Hume, Jeremy Bentham, dan lain sebagainya.
Secara etimologis, kata etika sendiri berasal dari dua kata Yunani. Ethos, yang artinya sifat, watak, kebiasaan, dan tempat yang biasa, dan Ethikos, yang artinya susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan baik. Sehingga, kita bisa menyimpulkan bahwa etika berkaitan dengan sifat seseorang yang mencerminkan perbuatan yang baik.
Aristoteles, menyebut etika dengan sebutan practical wisdom atau kebijaksanaan praktis. Kata ini mengandung arti bahwa seseorang bertindak sehubungan dengan kebenaran dan masuk akalnya suatu keadaan demi baik dan buruknya seseorang.
Selain itu pengertian etika menurut ahli diantaranya adalah cara bergaul, aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam bermasyarakat untuk menentukan nilai baik dan tidak baik (Haryatmoko, 2007). Hampir sama, Keraf (2002) mengidentifikasikan etika sebagai ajaran yang berupa perintah dan larangan yang mengatur baik-buruknya tindakan manusia.
Sehingga, kita dapat mengartikan etika secara umum sebagai tindakan seseorang yang dilakukan dengan dasar pertimbangan akan hal yang baik dan buruk dengan memperhatikan aturan dan tradisi atau kebiasaan yang ada di sekitar lingkungan hidupnya.
Etika juga ada jenis-jenisnya, lho Sobat. Contohnya, Immanuel Kant dengan etika deontologi dan Aristoteles dengan etika kebajikan. Kalau elo ingin tahu lebih lanjut, Zenius punya video keren yang menjelaskan tentang 3 jenis etika dengan sangat jelas dan menarik nih. Elo bisa akses video di bawah ini ya.
Video: Apa itu Etika?
Baca Juga
Faktor Penyebab Konflik Sosial – Materi Sosiologi Kelas 11
Dampak Positif dan Negatif Konflik Sosial – Materi Sosiologi Kelas 11
Definisi Literal VS Definisi Kontekstual
Etika Penggunaan Media Sosial
Setelah elo mengenal tentang apa itu etika, mungkin elo sudah memiliki gambaran tentang apa itu etika penggunaan media sosial.
Etika penggunaan media sosial merupakan tindakan seseorang di media sosial yang tentunya mempertimangkan nilai baik dan buruknya. Seseorang yang beretika dalam menggunakan media sosial tentunya mencerminkan nilai-nilai yang baik di masyarakat seperti contohnya saling menghormati dan menghargai pendapat.
Untuk memastikan bahwa pengguna media sosial dapat beretika dengan baik, saat ini sudah ada berbagai aturan yang dibuat, seperti Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan internet etiquette yang disingkat menjadi netiquette atau netiket.
Netiket sendiri merupakan aturan dan tata cara yang perlu dipatuhi dalam komunikasi yang dilakukan melalui internet untuk memastikan bahwa proses pertukaran informasinya dapat berjalan dengan baik (Tedre et al., 2006).
Setelah mengetahui apa itu etika, yuk kita cari tahu apa saja fungsi dari penerapan etika di media sosial!
Fungsi Etika di Media Sosial
Walaupun elo sudah mengenal apa itu etika dari penjelasan gue di atas, mungkin elo masih bertanya-tanya nih apa sih manfaat atau fungsi etika kalau di media sosial? Bukannya etika itu biasanya dilakukan kalau bertemu dengan orang?
Nah, penting kalau elo ketahui juga nih Sobat, kalau etika itu dilakukan baik ketika ada atau tidak orang di sekitar elo. Jadi walaupun elo sendirian, elo tetap bisa beretika sesuai nilai-nilai yang baik. Apalagi kalau di media sosial sebenarnya elo tidak sendirian, karena elo menjalin komunikasi dengan orang lain walaupun tidak secara langsung.
Fungsi etika di media sosial sendiri diantaranya adalah:
- Menghindari menyakiti perasaan orang lain (Lumen Learning).
- Membangun lingkungan berkomunikasi yang menyenangkan, nyaman, dan efisien untuk komunikasi online (Encyclopedia Britannica, 2019).
- Menghindari kesalahpahaman di media sosial
- Menghindari konflik
- Mendukung pembangunan komunitas dan kepercayaan antar-pengguna media sosial
Contoh Penerapan Etika di Media Sosial
Penerapan Etika di Media Sosial sangat beragam dan mungkin berbeda-beda pada masing-masing penggunanya. Namun, berdasarkan kecemasan yang saat ini sedang tinggi terkait isu ketidaksopanan dan penggunaan media sosial yang kurang baik, kita bisa memperbaikinya bersama dengan memilih berperilaku yang tidak mendukung terjadinya permasalahan.
Bagaimana dong berperilaku yang tidak menimbulkan permasalah tersebut di media sosial? Untuk, itu kita bisa mengikuti etika berkomunikasi di media sosial menurut Mursito (2006), Sobat. Contoh penerapannya etika di media sosial menurut beliau adalah:
- Tidak menggunakan kata kasar, provokatif, porno ataupun SARA.
- Tidak memposting kabar hoax atau bohong
- Tidak membagikan artikel atau gambar yang bukan miliknya sendiri dan memiliki hak cipta
- Memberikan komentar yang relevan
Selain penerapan etika di atas, menurut Center for Teaching, Learning and Technology, The University of British Columbia, beretika di media sosial atau internet juga dapat ditunjukan dari bagaimana elo mempertimbangkan baik-baik setiap hal yang elo akan lakukan atau tulis berdasarkan norma yang berlaku
Contohnya, walaupun penggunaan bahasa di media sosial cenderung lebih santai dan tidak baku, tetapi elo akan dihadapkan dengan pilihan normatif ketika yang menge-chat elo itu guru atau orang tua elo sendiri. Pilihannya adalah apakah elo akan menjawab dengan cara yang sama dengan ketika elo chat dengan teman-teman seusia elo, atau lebih memperhatikan kebahasaan yang baku dan sopan?
Ketika memilih, elo juga harus mempertimbangkan konsekuensi dari pilihan yang akan elo ambil itu. Yang diharapkan sih tentunya memilih untuk menggunakan bahasa yang baku dan sopan, ya.
Tapi, pilihan ini tentunya bisa berbeda-beda berdasarkan pertimbangan masing-masing. Yang perlu diperhatikan adalah apapun pilihan yang kita ambil seharusnya menciptakan kenyamanan bersama dan menghindarkan kita dari konflik. Dengan begitu, elo juga dapat berpartisipasi dalam mewujudkan lingkungan berkomunikasi yang aman, nyaman, dan efisien di media sosial.
Penutup
Gimana, Sobat? Setelah membaca sampai selesai, pasti elo mendapatkan hal baru tentang etika dan penerapannya di dalam media sosial bukan? Elo mungkin juga menjadi semakin sadar tentang pentingnya beretika di media sosial setelah mengetahui apa fungsi dari etika itu sendiri.
Semoga, dari apa yang elo dapat, elo jadi lebih termotivasi untuk turut menciptakan komunikasi yang beretika melalui sosial media ya, Sobat.
Sekian dari gue, see you in the next article!
Leave a Comment