warren buffett

Warren Buffett, Si Bapak Saham Dunia yang Pernah Menjadi Tukang Koran

Artikel ini akan membahas biografi Warren Buffett mulai dari lika-likunya hingga menjadi ‘Bapak Saham Dunia’.

Halo, Sobat Zen! Balik lagi bersama gue Fadil. Kali ini gue akan membahas salah satu investor kelas kakap yang kariernya sudah melalang buana. Orang tersebut adalah Warren Buffett. Sesuai dengan judul artikel, Sang Bapak Saham Dunia ini dulunya pernah jadi tukang koran, loh! Penasaran dengan kisahnya? Langsung aja yuk baca di bawah ini.

Siapa Itu Warren Buffett?

warren buffet
Foto dari Wikimedia Commons

Warren Buffett adalah seorang investor yang dikenal karena kariernya sebagai ketua dari Berkshire Hathaway bersama Charlie Munger. Menurut majalah Forbes, ‘Bapak Saham Dunia’ ini sekarang memiliki kekayaan sekitar 104.5 miliar Dolar Amerika. Kekayaan sebanyak itu beberapa di antaranya berasal dari lima investasinya di Apple, Bank of America, American Express, Coca-Cola, dan Kraft Heinz.

Kehidupan Pribadi Warren Buffett

Warren Buffett yang memiliki nama tengah Edward, lahir pada 30 Agustus 1930 di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat. Lahir dari pasangan Howard Buffett dan Leila Stahl Buffett. Ayahnya bekerja sebagai pialang saham.

Waktu berjalan cepat, Buffett menikah dengan Susan Thompson pada 1952, yang pertemuan awalnya karena Buffett sempat mengambil pekerjaan di rumah pialang ayahnya, dan bertemu dengan Susan. Mereka menyewa sebuah apartemen dengan tiga kamar seharga 65 Dolar Amerika per bulan. Dengan harga yang terbilang murah di masa itu, apartemen tersebut kurang layak huni karena banyak yang rusak dan banyak tikus. Namun, di sanalah lahir seorang putri bernama Susan Alice Buffett. Untuk menghemat uang, mereka membuat tempat tidur untuk anaknya di laci meja rias. Kemudian, mereka pindah ke sebuah rumah di pinggiran kota New York.

Pernikahannya tak berjalan mulus. Saat Warren Buffet berusia 45 tahun, Susan memutuskan untuk meninggalkannya dan hidup sendiri di sebuah apartemen yang terletak di San Francisco. Buffett benar-benar hancur, karena sepanjang hidupnya Susan telah menjadi “sinar matahari dan hujan di tamannya”. Namun, komunikasi antar mereka tetap berjalan dengan baik, serta tiap Natal mereka berkumpul di rumah pantai California untuk ketemu dengan anak-anaknya.

Transisi ini cukup sulit untuknya, namun seiring berjalannya waktu, Buffett mulai terbiasa. Beberapa kali Susan menjodohkan Buffett dengan perempuan-perempuan di Omaha agar Buffett nggak kesepian. Usahanya berhasil, seorang perempuan bernama Astrid Menks, yang merupakan seorang pelayan, menikah dengan Buffett pada tahun 2006, dua tahun setelah Susan meninggal dunia.

Masa Warren Buffett Menempuh Bangku Perkuliahan

Pada tahun 1947, Warren Buffett lulus dari sekolah saat berusia 17 tahun. Pada awalnya, Buffett nggak berniat untuk kuliah, namun sang ayah memaksanya. Akhirnya Buffett berkuliah di University of Pennsylvania, namun hanya bertahan selama dua tahun, Buffett mengeluh. Buffett merasa ilmu yang dia punya lebih banyak daripada profesor di sana. Kemudian, Buffett memutuskan untuk pulang ke Omaha dan pindah ke Universitas Nebraska-Lincoln dan lulus dalam kurun waktu tiga tahun, yang padahal dia juga sambil bekerja, loh!

Tak hanya gelar sarjana yang Warren Buffett peroleh, dia juga meraih gelar magister di Columbia University. Kisahnya pun hampir sama dengan saat dia akan menempuh gelar sarjananya. Harus dibujuk oleh sang ayah. Sebelum Buffett mendaftar di Columbia University pada tahun 1951, dia sempat daftar ke Harvard Business School, namun ditolak karena terlalu muda. Takdir memang telah membawanya ke Columbia, karena dari situ dia bertemu dengan seorang mentor yang membawa kesuksesannya hingga sekarang ini, yaitu Ben Graham, yang pada saat itu menjadi dosennya.

Jiwa Wirausaha Buffett yang Tumbuh Saat Masih Kecil

Warren Buffet sangat pandai dalam matematika, bahkan dia bisa berhitung di luar kepalanya. Dengan kemampuan tersebut, nggak heran kenapa Buffett bisa sesukses sekarang ya, Sobat Zen!

Saat Warren Buffett masih kecil, dia nggak sibuk bermain kayak anak-anak seumurannya, tapi dia sibuk untuk menghasilkan uang. Pada usia 6 tahun, Buffett membeli enam botol Coca-Cola dari warung kakeknya seharga 25 sen, dan dijual lagi oleh dia dengan mengantongi keuntungan 5 sen tiap botolnya.

Tak hanya itu, lima tahun kemudian, pada usianya menginjak 11 tahun, Warren Buffett membeli tiga saham Cities Service Preferred dengan harga 38 Dolar Amerika Serikat per sahamnya untuk dirinya sendiri dan kakak perempuannya, Doris Buffett. Ketakutan investor pemula, baru sebentar aja dia beli saham itu, langsung turun menjadi 27 Dolar Amerika Serikat per sahamnya. Namun, dia tetap sabar dan kemudian naik lagi menjadi 40 Dolar Amerika Serikat, dan langsung ditarik karena khawatir akan turun lagi. Namun, ternyata harga sahamnya melonjak hingga 200 Dolar Amerika Serikat. Pengalaman itu mengajarinya salah satu pelajaran dasar berinvestasi: kesabaran adalah kebajikan.

Pada usia 13 tahun, Warren Buffet menjalankan bisnisnya sendiri sebagai tukang koran dan menjual lembaran tip pacuan kudanya sendiri. Hingga, saat ayahnya terpilih menjadi anggota DPR AS, saat itu pada tahun 1942, Buffett pindah ke Virginia. Dia bersekolah di Woodrow Wilson High School di Washington. Saat Buffett SMA, dia dan temannya membeli sebuah mesin pinball bekas seharga 25 Dolar Amerika Serikat yang kemudian mereka pasang di tempat pangkas rambut. Mengejutkannya, dalam beberapa bulan keuntungannya membuat mereka bisa membeli dua mesin pinball lain yang kemudian dipasang pada lokasi yang berbeda-beda. Cukup merasa puas, bisnis tersebut dijual seharga 1.200 Dolar Amerika Serikat.

Karier Cemerlang Berkat Sang Dosen, Ben Graham

ben graham, mentor warren buffett
Ben Graham (Foto dari quotepark.com)

Ben Graham, seorang dosen dari Columbia University, memiliki seorang mahasiswa bernama Warren Buffet, yang tak disangka-sangka akan menjadi seorang investor ulung. Kesuksesan Graham menjadikan Buffett mengidolakannya yang saat itu berusia 21 tahun. Hal tersebut karena Graham memiliki prinsip-prinsip investasi yang sederhana namun mendalam.

Warren Buffett menjadi satu-satunya mahasiswa yang mendapatkan nilai A+ di salah satu mata kuliah yang diajar oleh Ben Graham. Hingga kemudian saat lulus, Buffett menawarkan diri untuk bekerja untuk Graham secara gratis, namun dia menolak, karena lebih memilih mempekerjakan seorang Yahudi yang lagi nggak punya pekerjaan.

Warren Buffett kembali ke rumahnya di Omaha dan bekerja di rumah pialang ayahnya. Buffett turut melakukan investasi yang sebagian besar ada pada stasiun Texaco dan beberapa real estate, namun nggak ada yang berhasil. Buffett pun sempat menjadi pengajar kelas malam di Universitas Omaha.

Dipengaruhi oleh buku Graham tahun 1949, The Intelligent Investor, Buffett menjual sekuritas untuk Buffett-Falk & Company selama tiga tahun, sebelum bekerja untuk mentornya selama dua tahun sebagai analis di Graham-Newman Corp.

“Pucuk dicinta, ulam pun tiba”

Setelah penantian panjang, suatu hari Ben Graham menelepon dan mengundang untuk bekerja dengannya. Warren Buffett menghabiskan hari-harinya menganalisis laporan S&P, mencari peluang investasi. Di saat itulah perbedaan filosofi antara Graham dan Buffett mulai terlihat. Buffett tertarik pada bagaimana sebuah perusahaan bekerja (apa yang membuatnya lebih unggul dari para pesaing), sedangkan Graham hanya ingin angka, dia hanya mementingkan neraca dan laporan laba-rugi, nggak terlalu peduli sama manajemen perusahaan.

Antara tahun 1950 dan 1956, Warren Buffet mengumpulkan modal yang awalnya hanya 9.800 Dolar menjadi 140.000 Dolar. Serta, Buffet pada tanggal 1 Mei 1956 mengumpulkan tujuh mitra, termasuk kakak dan bibinya, yang saat itu terkumpul sebanyak 105.000 Dolar. Kemudian, berdirilah Buffett Associates, Ltd.

Memanfaatkan teknik yang dipelajari dari Graham, dia berhasil mengidentifikasi perusahaan yang undervalued, salah satunya adalah perusahaan tekstil bernama Berkshire Hathaway. Pada awalnya dia hanya mengumpulkan saham, di awal tahun 1960-an, dan pada 10 Mei 1965 setelah mengumpulkan 49% saham,  dia berhasil mengambil alih kendali perusahaan dengan menunjuk dirinya sendiri sebagai direktur.

Berkshire Hathaway

berkshire hathaway perusahaan milik warren buffett
Foto dari CCNull

Terlepas dari keberhasilan Buffett Associates, Warren Buffett membubarkan perusahaan pada tahun 1969 untuk fokus pada pengembangan Berkshire Hathaway. Dia menghapus divisi manufaktur tekstilnya, dan memperluas perusahaan dengan membeli aset di media (The Washington Post), asuransi (GEICO) dan minyak (Exxon). Buffett dijuluki sebagai “Oracle of Omaha” karena gemar berinvestasi ke perusahaan yang tampak buruk, dan mengubahnya menjadi ‘emas’, contohnya dengan pembelian Salomon Brothers yang dilanda skandal pada tahun 1987.

Berkshire Hathaway gemar sekali berinvestasi. Pada tahun 1983, Warren Buffett masuk ke Nebraska Furniture Mart, pengecer furniture bernilai jutaan Dolar yang dibangun dari awal oleh Rose Blumpkin. Buffett ngobrol dengan Blumpkin, dan bertanya apakah dia tertarik untuk menjual tokonya ke Berkshire Hathaway. Jawaban Blumpkin sederhana, “Ya”. Kesepakatan itu disepakati dengan jabat tangan dan kontrak satu halaman. Imigran kelahiran Rusia itu hanya melipat cek, tanpa melihatnya ketika dia menerima beberapa hari kemudian.

Pada tahun 1988, Warren Buffett mulai membeli sejumlah besar saham di Coca-Cola. Setelah investasi signifikan itu, Buffett menjadi direktur perusahaan dari 1989 hingga 2006. Dia juga menjabat sebagai direktur Citigroup Global Markets Holdings, Graham Holdings Company, dan The Gillette Company.

Tantangan Pergantian Milenium pada Abad ke-21

Warren Buffet yakin bahwa ‘gelembung teknologi’ akan pecah, Buffet terus melakukan yang terbaik dengan cara mengalokasikan modal ke bisnis-bisnis hebat yang menjual di bawah nilai intrinsik (prinsip investasi Ben Graham). Usaha tidak menghianati hasil. Lagi-lagi dia menjadi ‘bintang’ di dunia saham dan tidak termakan oleh perkembangan zaman.

Pada tanggal 1 Mei, di rapat pemegang saham tahunan perusahaan, Charlie Munger mengisyaratkan bahwa Buffett akan digantikan oleh Greg Abel, CEO Berkshire Hathaway Energy dan Wakil Ketua yang bertanggung jawab atas operasi non-asuransi. Dua hari kemudian, dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Buffett mengkonfirmasi bahwa hal tersebut benar adanya, tetapi mengatakan bahwa dia nggak ada rencana pensiun dalam waktu dekat.

“Rule No. 1 is never lose money. Rule No. 2 is never forget Rule No. 1”

Warren Buffett

Baca Juga Artikel Biografi Lainnya

Biodata Charles de Gaulle, Kisah Presiden Prancis dalam Perang Dunia ke-2

Biografi Joe Biden – Presiden dengan Pemilih Terbanyak Sepanjang Sejarah AS

Muammar Khadafi, Diktator Libya dengan Julukan ‘Mad Dog of Middle East’

Bagikan Artikel Ini!