{"id":46779,"date":"2022-01-21T15:00:05","date_gmt":"2022-01-21T08:00:05","guid":{"rendered":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/?p=46779"},"modified":"2022-01-24T18:42:10","modified_gmt":"2022-01-24T11:42:10","slug":"genre-musik-emo","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/genre-musik-emo","title":{"rendered":"Genre Musik Emo, Apa Pengaruhnya dari Masa ke Masa?"},"content":{"rendered":"\n<p>Akhir-akhir ini, dunia permusikan lagi mengetuk semangat jiwa muda banget, ya. Kalau kemarin kan kita sudah bahas tentang tren lagu remake yang dilakukan sama penyanyi besar kayak NOAH dan Taylor Swift. Nah, sekarang ada nih festival yang bikin hampir semua netizen di dunia heboh!<\/p>\n\n\n\n<p><em>Festival apa tuh? <\/em>Namanya <a href=\"https:\/\/www.whenwewereyoungfestival.com\/\" rel=\"nofollow noopener\" target=\"_blank\"><strong>When We Were Young<\/strong><\/a><strong> <\/strong>atau yang disebut juga <strong>Festival Emo<\/strong>. Festival yang bakal diadakan di Las Vegas, Amerika Serikat, pada 22 Oktober 2022 ini berisi penyanyi dan band tahun 2000-an dengan <em>genre <\/em>musik emo-punk-pop kayak <strong>Avril Lavigne, My Chemical Romance,<\/strong> dan <strong>Paramore.<\/strong><\/p>\n\n\n\n<p>Pas pertama kali poster pengumuman festival ini dikeluarin, wah, semua orang langsung <em>excited <\/em>banget ngeliat <em>line up <\/em>band emo yang bakal tampil di sana. Sampai-sampai festival ini jadi <em>trending topic <\/em>juga lho di media sosial.<\/p>\n\n\n\n<figure class=\"wp-block-gallery columns-1 is-cropped wp-block-gallery-1 is-layout-flex\"><ul class=\"blocks-gallery-grid\"><li class=\"blocks-gallery-item\"><figure><img decoding=\"async\" loading=\"lazy\" width=\"1251\" height=\"667\" src=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_1_zenius_education.webp\" alt=\"\" data-id=\"46781\" data-full-url=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_1_zenius_education.webp\" data-link=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/?attachment_id=46781\" class=\"wp-image-46781\" srcset=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_1_zenius_education.webp 1251w, https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_1_zenius_education-300x160.webp 300w, https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_1_zenius_education-768x409.webp 768w\" sizes=\"(max-width: 1251px) 100vw, 1251px\" title=\"\"><\/figure><\/li><\/ul><figcaption class=\"blocks-gallery-caption\">Poster resmi festival When We Were Young. (Arsip Zenius, dok. Website When We Were Young)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n<p>Katanya, festival ini bakal berlangsung selama kurang lebih<strong> 13 jam nonstop<\/strong> dengan <em>performance <\/em>yang terbagi ke dalam beberapa <em>stage<\/em>. Tiketnya pun sudah mulai dijual secara <em>pre-order<\/em> mulai hari ini (21\/01\/2022).<\/p>\n\n\n\n<p>Anak-anak emo (sebutan untuk mereka yang suka sama musik emo) pasti semangat banget dong dengan hadirnya festival ini. Tapi, ternyata ada juga yang mengira kalau When We Were Young <em>scam <\/em>atau penipuan. Apalagi karena line up-nya yang terlihat <em>too good to be true <\/em>\u2026<\/p>\n\n\n\n<p>Yah, semoga aja festival When We Were Young ini bukan scam, ya! Apalagi melihat teman-teman yang suka genre musik emo tahun 2000-an sudah semangat banget sama line up-nya.<\/p>\n\n\n\n<p>Ngomongin musik emo nih, kayaknya genre musik ini nggak ada habisnya, ya? Dari dulu sampai sekarang, selalu punya tempat spesial di hati para penikmatnya.<\/p>\n\n\n\n<p>Nah, kalau kita mau ulik sejarahnya, sebenarnya emo ini datangnya dari mana, sih? Terus, kok bisa ya genre musik ini sampai mempengaruhi ke penampilan penikmatnya dari masa ke masa?<\/p>\n\n\n\n<p><em>Hmm \u2026 <\/em>jadi makin penasaran, deh. Kita bahas bareng, yuk!<\/p>\n\n\n\n<p><strong>Baca Juga: <\/strong><a href=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/fenomena-menfess\"><strong>Fenomena Menfess: Curhat Anonim dan Generasi yang Butuh Validasi<\/strong><\/a><\/p>\n\n\n\n<div id=\"ez-toc-container\" class=\"ez-toc-v2_0_25_1 counter-hierarchy ez-toc-grey\">\n<div class=\"ez-toc-title-container\">\n<p class=\"ez-toc-title\">Daftar Isi<\/p>\n<span class=\"ez-toc-title-toggle\"><a class=\"ez-toc-pull-right ez-toc-btn ez-toc-btn-xs ez-toc-btn-default ez-toc-toggle\" style=\"display: none;\"><label for=\"item\" aria-label=\"Table of Content\"><i class=\"ez-toc-glyphicon ez-toc-icon-toggle\"><\/i><\/label><input type=\"checkbox\" id=\"item\"><\/a><\/span><\/div>\n<nav><ul class=\"ez-toc-list ez-toc-list-level-1\"><li class=\"ez-toc-page-1 ez-toc-heading-level-2\"><a class=\"ez-toc-link ez-toc-heading-1\" href=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/genre-musik-emo\/#Awal_Mula_Musik_Emo_Hadir\" title=\"Awal Mula Musik Emo Hadir\">Awal Mula Musik Emo Hadir<\/a><\/li><li class=\"ez-toc-page-1 ez-toc-heading-level-2\"><a class=\"ez-toc-link ez-toc-heading-2\" href=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/genre-musik-emo\/#Muncul_Istilah_Subkultur_Emo\" title=\"Muncul Istilah &#8220;Subkultur Emo&#8221;\">Muncul Istilah &#8220;Subkultur Emo&#8221;<\/a><\/li><li class=\"ez-toc-page-1 ez-toc-heading-level-2\"><a class=\"ez-toc-link ez-toc-heading-3\" href=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/genre-musik-emo\/#Pengaruh_Emo_Hingga_Masa_Sekarang\" title=\"Pengaruh Emo Hingga Masa Sekarang\">Pengaruh Emo Hingga Masa Sekarang<\/a><\/li><\/ul><\/nav><\/div>\n<h2 class=\"wp-block-heading\"><span class=\"ez-toc-section\" id=\"Awal_Mula_Musik_Emo_Hadir\"><\/span>Awal Mula Musik Emo Hadir<span class=\"ez-toc-section-end\"><\/span><\/h2>\n\n\n\n<p>Kalau kita tarik garis mundur ke belakang, ternyata genre musik emo ini pertama kali hadir di akhir tahun 70-an sampai ke pertengahan tahun 80-an. Kemunculannya ini berawal dari genre <em>post-hardcore<\/em>, yaitu aliran musik dari cabang <em>punk-rock<\/em>.<\/p>\n\n\n\n<p>Yang membedakan genre musik emo sama punk yaitu emo punya lirik dan suara yang lebih melodis. Salah satu band yang masuk ke dalam kategori emo pada saat itu adalah Rites of Spring dan Embrace. Bahkan, Rites of Spring sampai disebut sebagai \u201c<strong>The Fathers of Emo\u201d<\/strong>, walaupun band ini kurang setuju musiknya dibilang sebagai genre emo.<\/p>\n\n\n\n<figure class=\"wp-block-image size-full\"><img decoding=\"async\" loading=\"lazy\" width=\"1251\" height=\"667\" src=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_2_zenius_education.webp\" alt=\"\" class=\"wp-image-46783\" srcset=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_2_zenius_education.webp 1251w, https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_2_zenius_education-300x160.webp 300w, https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_2_zenius_education-768x409.webp 768w\" sizes=\"(max-width: 1251px) 100vw, 1251px\" title=\"\"><figcaption>Ilustrasi Genre Musik Emo (Arsip Zenius)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n<p>Baru deh di tahun 90-an, musik emo mulai menunjukkan taringnya nih.<\/p>\n\n\n\n<p>Musiknya pun mulai dibuat jadi lebih melodis lagi dibandingkan tahun 80-an. Band emo yang terkenal di tahun ini tuh Jawbreaker asal Amerika Serikat. Mereka yang membuat lirik lagu emo bercerita tentang masalah pribadi dengan cara \u201cmerengek\u201d, contohnya <strong>\u201cI kissed the bottle. I should\u2019ve been kissing you.\u201d<\/strong><\/p>\n\n\n\n<p>Di sisi lain, mulai muncul juga band-band yang membawakan genre emo-pop. Yaitu saat di mana genre ini mulai jadi genre musik yang <em>mainstream<\/em> di tahun 2000-an. Elo mungkin familiar nih sama band emo 2000-an kayak yang ada di line up festival When We Were Young.<\/p>\n\n\n\n<blockquote class=\"wp-block-quote\"><p>Band pertama yang benar-benar mempopulerkan emo di tahun 2000-an yaitu Jimmy Eat World dengan album <em>Bleed American<\/em> mereka. Setelah dari situ, mulailah muncul band emo lainnya kayak Taking Back Sunday, All Time Low, dan Yellowcard.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n<p>Semakin ke sini, musik emo semakin berkembang. Vokalnya sudah nggak begitu kayak rock, tetapi lebih harmonis dan kompleks. Akibatnya, apa yang orang anggap sebagai \u201cemo\u201d pada masa lalu mulai turun popularitasnya.<\/p>\n\n\n\n<p>Sekarang emo lebih dikenalnya dengan istilah <em>pop-punk<\/em>, yaitu penyanyi dan band yang terinspirasi oleh genre musik emo kayak Fall Out Boy, My Chemical Romance, Paramore, Panic! at the Disco, dan All Time Low.<\/p>\n\n\n\n<p><strong>Baca Juga: <a href=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/lagu-remake\">Tren Lagu Remake dan Pentingnya Musik di Era Pandemi<\/a><\/strong><\/p>\n\n\n\n<h2 class=\"wp-block-heading\"><span class=\"ez-toc-section\" id=\"Muncul_Istilah_Subkultur_Emo\"><\/span>Muncul Istilah &#8220;Subkultur Emo&#8221;<span class=\"ez-toc-section-end\"><\/span><\/h2>\n\n\n\n<p>Dengan hadirnya musik emo, ternyata genre musik ini mempengaruhi gaya dari para penikmatnya, lho. Sampai muncul istilah <strong>subkultur emo<\/strong> sejak tahun 1980-an sampai ke 2010-an.<\/p>\n\n\n\n<p><em>Subkultur emo maksudnya kayak gimana, tuh?<\/em><\/p>\n\n\n\n<p>Melansir Study, subkultur emo ini identik sama orang-orang penikmat musik emo. Mereka dipengaruhi sama genre musik ini sampai-sampai penampilannya ikut jadi emo juga.<\/p>\n\n\n\n<p>Kalau elo suka lihat postingan di media sosial kayak Friendster, MySpace, hingga Tumblr zaman dulu, di tahun 2000-an banyak orang yang suka dandan pakai baju berwarna gelap, celana jeans ketat, dengan poni yang nutupin mata, nah itu salah satu contohnya.<\/p>\n\n\n\n<p>Nggak cuma sampai sini aja lho, subkultur emo ini juga sampai memunculkan adanya <strong>kepribadian emo<\/strong>. Memang belum jelas apa yang mendasari kepribadian emo ini, tapi ada ciri-ciri orang yang dianggap punya kepribadian emo.<\/p>\n\n\n\n<p>Contohnya kayak orang-orang yang cenderung nggak suka musik, film, atau seni &#8220;mainstream&#8221; lainnya, lebih suka menghabiskan waktu sendirian, suka merasa <em>out of place <\/em>atau nggak cocok sama sekitar, dan suka mendengarkan musik emo pastinya, itulah yang disebut sebagai orang yang punya kepribadian emo.<\/p>\n\n\n\n<p>Nah, mau tahu nggak apakah elo masuk ke dalam kategori punya kepribadian emo juga? Coba yuk lihat ilustrasinya di bawah!<\/p>\n\n\n\n<figure class=\"wp-block-gallery columns-1 is-cropped wp-block-gallery-3 is-layout-flex\"><ul class=\"blocks-gallery-grid\"><li class=\"blocks-gallery-item\"><figure><img decoding=\"async\" loading=\"lazy\" width=\"1080\" height=\"1920\" src=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/Infografis_musik_emo_zenius_education.webp\" alt=\"\" data-id=\"46784\" data-full-url=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/Infografis_musik_emo_zenius_education.webp\" data-link=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/?attachment_id=46784\" class=\"wp-image-46784\" srcset=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/Infografis_musik_emo_zenius_education.webp 1080w, https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/Infografis_musik_emo_zenius_education-169x300.webp 169w, https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/Infografis_musik_emo_zenius_education-768x1365.webp 768w, https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/Infografis_musik_emo_zenius_education-864x1536.webp 864w\" sizes=\"(max-width: 1080px) 100vw, 1080px\" title=\"\"><\/figure><\/li><\/ul><figcaption class=\"blocks-gallery-caption\">Infografis Seberapa Emo Elo? (Arsip Zenius)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n<h2 class=\"wp-block-heading\"><span class=\"ez-toc-section\" id=\"Pengaruh_Emo_Hingga_Masa_Sekarang\"><\/span>Pengaruh Emo Hingga Masa Sekarang<span class=\"ez-toc-section-end\"><\/span><\/h2>\n\n\n\n<p>Kalau kita lihat pengaruhnya sampai sekarang, bisa dibilang musik emo nih masih punya pengaruh yang besar sama preferensi musik anak muda. Buktinya aja, pas line up When We Were Young dipublikasikan, orang-orang langsung heboh dan nostalgia banget, kan?<\/p>\n\n\n\n<p>Itu jadi salah satu bukti kalau emo memang genre musik yang punya banyak penggemar. Di luar band yang bermusik dengan gitar, ternyata pengaruh emo juga bisa dilihat di banyak musik modern. Contohnya seperti beberapa penyanyi yang mengaburkan genre kayak <strong>Post Malone, Princess Nokia, James Blake, dan bahkan Adele.<\/strong><\/p>\n\n\n\n<figure class=\"wp-block-gallery columns-1 is-cropped wp-block-gallery-5 is-layout-flex\"><ul class=\"blocks-gallery-grid\"><li class=\"blocks-gallery-item\"><figure><img decoding=\"async\" loading=\"lazy\" width=\"1251\" height=\"667\" src=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_3_zenius_education.webp\" alt=\"\" data-id=\"46785\" data-full-url=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_3_zenius_education.webp\" data-link=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/?attachment_id=46785\" class=\"wp-image-46785\" srcset=\"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_3_zenius_education.webp 1251w, https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_3_zenius_education-300x160.webp 300w, https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-content\/uploads\/2022\/01\/musik_emo_3_zenius_education-768x409.webp 768w\" sizes=\"(max-width: 1251px) 100vw, 1251px\" title=\"\"><\/figure><\/li><\/ul><figcaption class=\"blocks-gallery-caption\">Ilustrasi Band-band Emo. (Arsip Zenius, dok. Berbagai sumber)<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n<blockquote class=\"wp-block-quote\"><p>Seperti yang dilansir dari BBC, ada sebuah studi yang menyatakan musik di zaman sekarang menjadi lebih sedih dibandingkan sebelumnya, dan membawa isu kesehatan mental juga jadi semakin umum di dunia pop. Hal ini tentu dipengaruhi oleh genre musik emo yang liriknya memang dibuat lebih personal dan emosional.<\/p><\/blockquote>\n\n\n\n<p>Selain itu, musik emo juga punya kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan musik rap di era milenium. Contohnya kayak vokal Post Malone yang bergetar saat bernyanyi, jelas dipengaruhi oleh vokalis band emo seperti My Chemical Romance, Gerard Way.<\/p>\n\n\n\n<p>Daya tarik emo yang dianggap &#8220;tak lekang oleh waktu&#8221; merupakan salah satu alasan kenapa genre musik ini masih terus eksis dan dicintai banyak orang sampai sekarang. Terlepas dari asosiasi musik emo yang identik dengan kegelapan dan perasaan suram, musik emo justru terus berkembang dengan masa depan yang cerah.<\/p>\n\n\n\n<p>Nah, Sobat Zenius, elo termasuk penikmat genre musik emo juga nggak, nih? Yuk berbagi pengalaman elo di kolom komentar, siapa tahu bisa ketemu teman emo juga nantinya!<\/p>\n\n\n\n<h4 class=\"wp-block-heading\">Referensi:<\/h4>\n\n\n\n<p>When We Were Young Fest Will Bring Every \u201900s Emo-Pop Band To Vegas This Fall &#8211; Stereo Gum<\/p>\n\n\n\n<p>The History Of Emo &#8211; The Odyssey<\/p>\n\n\n\n<p>The beginner\u2019s guide to the evolution of emo &#8211; NME<\/p>\n\n\n\n<p>Emo Subculture Traits, Lifestyle &amp; Subculture | What is Emo? &#8211; Study.com<\/p>\n\n\n\n<p>Emo never dies: How the genre influenced an entire new generation &#8211; BBC<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"<p>Akhir-akhir ini, dunia permusikan lagi mengetuk semangat jiwa muda banget, ya. Kalau kemarin kan kita sudah bahas tentang tren lagu remake yang dilakukan sama penyanyi besar kayak NOAH dan Taylor&#8230;<\/p>\n","protected":false},"author":123,"featured_media":46786,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[1741,140],"tags":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/46779"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-json\/wp\/v2\/users\/123"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=46779"}],"version-history":[{"count":5,"href":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/46779\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":47362,"href":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/46779\/revisions\/47362"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-json\/wp\/v2\/media\/46786"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=46779"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=46779"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.zenius.net\/blog\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=46779"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}