Apakah lo pernah berlibur ke luar kota, misalnya ke Bali atau Lombok? Atau pernah gak sih lo pindah ke luar kota karena mengikuti orang tua yang bekerja? Nah, semua itu termasuk konsep migrasi penduduk. Kita simak teori migrasi, jenis, dan dampaknya
Pernah kepikiran gak, “Kenapa sih kok orang tua gue orang Indonesia? Kenapa gue bukan orang Eropa aja sih? Terus kenapa saudara gue sekarang banyak yang di luar pulau Jawa, padahal kan gue keturunan asli pulau Jawa?”.
Kalau lo udah pernah kepikiran sampai situ, berarti lo udah nyerempet-nyerempet masuk ke bahasan migrasi penduduk. Pasti lo pernah dengar istilah ini kan? Atau lo pernah lihat berita seperti ini:
Loh, ternyata migrasi itu bukan hanya ditujukan bagi manusia aja, melainkan bagi hewan dan benda juga ya…
Lantas, migrasi itu sebenarnya apa sih?
Apa Itu Migrasi?
Kalau kita ngomongin tentang migrasi, ceritanya bisa panjang banget lho, karena konsep ini ternyata udah ada sejak ratusan ribu tahun yang lalu. Lo masih ingat gak sebuah teori migrasi yang menyatakan kalau manusia pertama itu ada di Afrika? Kemudian, dari Afrika menyebar ke berbagai penjuru dunia, seperti Australia, Eropa, Asia, dan salah satunya Indonesia.
Tapi, ada teori migrasi yang lainnya nih, guys. Lo pernah dengar tentang teori Yunan gak? Teori ini menyatakan kalau asal usul orang Indonesia itu berasal dari Yunan, yaitu salah satu wilayah di China Selatan.
Nah, barusan kita ngomongin tentang migrasi penduduk. Sebelumnya kita udah bahas kalau istilah migrasi itu sebenarnya gak hanya ditujukan bagi manusia, melainkan juga hewan dan benda. Lantas, apa itu migrasi? Kalau dilihat dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), teori migrasi adalah sebagai berikut:
Dari situ, bisa kita simpulkan kalau migrasi merupakan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain.
Migrasi termasuk dalam materi Dinamika Kependudukan kelas 11, lho. Apa aja sih, pembahasan lain di bab yang sama? Ketahui selengkapnya di: Materi Dinamika Kependudukan Indonesia.
Tujuan Migrasi
Kita tahu kalau migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menetap. Nah, sekarang tujuan dilakukannya migrasi untuk apa?
Zaman dulu, karena kehidupan juga nomaden, maka tujuannya adalah mencari ketersediaan makanan yang mencukupi. Selain itu juga untuk mencari dan mendapatkan wilayah dengan lingkungan lebih baik.
Misalnya, ketika ketersediaan makanan di wilayahnya tinggal sedikit atau gak mencukupi kehidupan selanjutnya, atau ketika lingkungan sekitarnya udah gak aman, maka manusia akan berpindah tempat tinggal ke yang lebih aman dan ketersediaan makanannya cukup banyak.
Kalau sekarang, manusia biasanya berpindah tempat dengan motif sosial dan ekonomi, misalnya mencari pekerjaan yang lebih layak dan lingkungan yang lebih cocok bagi dirinya sendiri.
Faktor yang Mempengaruhi Migrasi
Selain tujuan, ada juga nih faktor-faktor terjadinya migrasi menurut Everett S. Lee:
Faktor Pendorong
Faktor ini bersifat negatif, karena mendorong orang lain untuk bermigrasi ke luar daerah asalnya. Misalnya Ani berasal dari Pati, Jawa Tengah. Ia merasa bahwa di daerahnya kurang adanya lowongan kerja yang dia inginkan. Selain itu, akses untuk mencari pekerjaan juga dirasa sulit. Dengan keadaan seperti itu, Ani semakin terdorong untuk bermigrasi ke tempat yang banyak terdapat lowongan kerja, salah satunya Jakarta.
Faktor Penarik
Bersifat kebalikan dari faktor pendorong, faktor penarik ini sifatnya positif, karena menarik orang untuk bermigrasi masuk ke daerah tujuan. Misalnya Ani ingin bermigrasi ke Jakarta, karena ada banyak perusahaan besar di sana. Sehingga lowongan kerja akan semakin terbuka lebar. Selain itu, akses kendaraan di Jakarta juga sangat mudah, sehingga Ani gak perlu bingung lagi dengan masalah kendaraan untuk bekerja.
Contoh lainnya lo ingin bermigrasi ke Amerika Serikat, karena di sana ada kampus impian lo, yaitu Harvard University. Ada daya tarik yang sangat kuat di Amerika, sehingga lo ingin bermigrasi ke sana.
Rintangan
Migrasi gak selamanya mudah, guys. Lo akan menemukan beberapa rintangan, sehingga membuat lo berpikir dua kali untuk bermigrasi.
Contohnya lo ingin kuliah di Harvard University, Amerika Serikat. Ternyata, jarak antara Pati ke Amerika Serikat sangat jauh, lo harus naik pesawat untuk menuju ke sana. Biaya yang lo butuhkan untuk kuliah di sana juga gak sedikit, ada biaya kuliah, biaya hidup, transportasi, hingga urusan administrasi yang harus dipikirkan dengan matang. Dengan begitu, rintangan merupakan kondisi yang menghambat migrasi.
Faktor Individu
Faktor terakhir yang dikemukakan oleh Everett S. Lee adalah faktor individu, yaitu faktor lainnya yang bersumber dari masing-masing individu. Contohnya selain ada kampus favorit Harvard University, tujuan lo bermigrasi ke Amerika Serikat adalah untuk bertemu dan berada dekat dengan keluarga lo yang tinggal di sana. Jadi, ada faktor dari dalam diri lo sendiri yang mendorong lo untuk bermigrasi ke suatu tempat.
Nah, tujuan atau faktor-faktor migrasi di atas berlaku untuk segala jenis migrasi, baik itu internal (dalam negeri) maupun internasional (antar negara).
Jenis Jenis Migrasi
Sebutkan jenis jenis migrasi! Hayoo … lo udah bisa jawab belum pertanyaan ini? Jenis migrasi bisa dibedakan berdasarkan batas wilayahnya, yaitu migrasi internal dan migrasi internasional.
Migrasi Internal
Jenis perpindahan yang satu ini masih berada di dalam batas wilayah negara. Contohnya urbanisasi, ruralisasi, transmigrasi, sirkulasi, dan komutasi.
- Urbanisasi: perpindahan dari desa ke kota dan bersifat permanen.
- Ruralisasi: perpindahan dari kota ke desa dan bersifat permanen.
- Transmigrasi: kebijakan pemerintah Indonesia untuk memindahkan penduduk dari wilayah padat ke wilayah yang gak padat (dari pulau Jawa ke pulau lainnya di Indonesia.
- Sirkulasi: liburan, gak menetap, gak dilakukan terus-menerus (biasanya hanya 24 jam). Contohnya liburan ke Bali.
- Komutasi: gak menetap, biasanya dilakukan 5 kali dalam 1 minggu, dan dilakukan kurang dari 24 jam (pulang pergi). Contohnya bekerja di luar kota.
Migrasi Internasional
Perpindahan ini meliputi luar batas wilayah negara atau antar negara. Contohnya ketika Zeno mau bekerja di Jepang dan menetap permanen di sana.
Ada juga migrasi terpaksa (forced migration), contohnya orang-orang Rohingya yang mengungsi ke negara-negara lain sampai keadaan di Myanmar (daerah asalnya) sudah membaik. Nah, ketika Myanmar sudah membaik, maka para pengungsi akan kembali ke daerah asalnya, dan istilah ini disebut “repatriasi”.
Zenius punya artikel menarik nih soal sejarah migran dan orang-orang yang bermigrasi pada zaman dulu. Klik link berikut untuk membacanya: Hari Migran Internasional: Kenapa Manusia Bisa Menyebar ke Seluruh Dunia?.
Dampak Migrasi
Lo pernah kan dengar berita kalau pemuda Indonesia yang berprestasi mayoritas akan pergi ke luar negeri, entah untuk bekerja atau kuliah di sana. Sebenarnya sah-sah aja ya, tapi pernah gak sih lo mikir kalau orang-orang Indonesia yang berprestasi semuanya menetap di luar negeri, dampaknya bagi Indonesia apa dong? Indonesia akan kehilangan orang-orang berprestasi itu kan? Bagus kalau mereka kembali ke Indonesia dan mengabdikan dirinya di sini, kalau menetap di sana?
Hmm … oke deh, kita langsung bahas aja mengenai dampak migrasi bagi dinamika kependudukan suatu negara, khususnya Indonesia.
Ekonomi dan Sosial (Brain Drain dan Brain Gain)
Dampak pertama yang akan kita bahas yaitu dalam bidang ekonomi dan sosial. Contohnya ketika Zeno bermigrasi ke Jepang untuk bekerja dan menetap di sana. Dari kasus tersebut, maka Indonesia kana mengalami brain drain atau kehilangan pekerja dengan kemampuan tinggi (high skilled worker), sedangkan Jepang akan mengalami brain gain atau mendapatkan pekerja Indonesia yang berkemampuan tinggi.
Dampaknya apa? Tentu saja Indonesia akan mengalami pembangunan ekonomi dan sosial yang terhambat. Karena para pekerja dengan kemampuan tingginya gak ada, semuanya pindah ke luar negeri. Lalu, siapa yang akan membangun Indonesia? Orang asing yang bermigrasi ke Indonesia? Kalau Indonesia menggunakan kemampuan orang asing, maka pekerja lokal akan sulit bersaing dengan mereka. Oke, sampai sini udah jelas ya dampaknya?
Oh iya, brain drain dan brain gain ini gak harus migrasi internasional ya, guys. Dampak ini juga akan terjadi pada migrasi internal (urbanisasi). Dampaknya yaitu ketika terlalu banyak urbanisasi pekerja berkemampuan tinggi, maka pembangunan ekonomi dan sosial di desa juga akan terhambat. Kota sebagai wilayah tujuan akan mengalami pertumbuhan ekonomi, selain itu juga akan terjadinya pekerja lokal yang terpinggirkan dan sulit bersaing dengan para pekerja urbanisasi.
Kependudukan (Overcrowding)
Selain brain drain dan brain gain, dampak migrasi juga dirasakan dalam hal kependudukan atau overcrowding. Istilah ini diberikan bagi suatu wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu penyebabnya adalah arus migrasi masuk yang tinggi, baik migrasi masuk dari wilayah lain di dalam negeri (internal) maupun yang berasal dari luar negeri (internasional).
Jadi, dampak migrasi menyentuh seluruh dimensi kehidupan manusia. Pengaturan arus masuk dan keluar migrasi yang tepat sangat diperlukan untuk menanggulangi dampak migrasi yang bersifat negatif. Dengan begitu, lo bisa nih menjawab pertanyaan, “mengapa migrasi mempunyai peranan dalam perubahan populasi?”.
Contoh Soal dan Pembahasan Migrasi Penduduk
Untuk menguji sejauh mana pemahaman lo mengenai teori migrasi, gue ada beberapa contoh soal dan pembahasan yang bisa dijadikan sebagai referensi. Cekidot!
Contoh Soal 1
Mobilitas penduduk ada yang bersifat terpaksa atau forced migration, contohnya pada ….
Jawab: Pengungsi.
Ingat! Mobilitas penduduk yang sifatnya terpaksa merujuk pada aktivitas pengungsi, baik itu yang disebabkan oleh bencana alam, perang, maupun wabah penyakit.
Contoh Soal 2
Orang yang melakukan mobilitas harian dari pinggiran kota seperti Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bogor menuju kota Jakarta dan biasanya memanfaatkan moda transportasi KRL commuter line disebut juga ….
Jawab: Komutasi atau penglaju.
Ingat! Komutasi atau penglaju adalah orang yang melakukan mobilitas harian dari pinggiran kota menuju kota. Sifatnya gak menetap, biasanya dilakukan 5 kali dalam 1 minggu, dan dilakukan kurang dari 24 jam (pulang pergi menggunakan moda transportasi massal seperti KRL)
Materi Video Migrasi dan Transportasi
Melakukan migrasi tentu butuh transportasi memadai. Tapi, migrasi sendiri ternyata juga bisa mendorong transportasi untuk berkembang, lho! Gimana pembahasannya? Buat kamu yang udah join paket belajar Zenius, tonton videonya di web Zenius. Jangan lupa login, ya, buat mengaksesnya!
*****
Gimana nih, sampai sini udah paham kan tentang migrasi penduduk? Buat lo yang lebih menyukai belajar dengan nonton video, lo bisa klik banner di bawah ini menggunakan akun yang sudah lo daftarkan di website dan aplikasi Zenius, ya!
Referensi
Zenius. “Konsep Dasar Migrasi”.
Tempo.co. “Kumpulan Berita Migrasi”.
Leave a Comment