Elo udah tahu belum, apa itu mass wasting? Sebenarnya, apa sih mass wasting itu? Apa saja faktor penyebab dan dampaknya? Yuk, cari tahu selengkapnya!
Dulu waktu gue masih jadi anak perantauan di Solo, gue sering pulang kampung naik motor. Jalur yang pasti gue lewati adalah jalan yang melewati pegunungan kapur Kendeng.
Kalau gue ngelewatin jalan itu, gue sering nemuin lereng yang longsor di pinggir jalan, yang bikin gue “harap-harap cemas”. Takut aja gitu, kalau lagi enak-enak naik motor sambil dengerin lagu Hati-Hati di Jalan-nya Tulus, tiba-tiba tanahnya longsor.
Kondisinya lebih parah ketika gue pulang kampung waktu musim hujan. Tanah yang longsor itu nyampur sama air hujan dan mengalir sampai ke tengah jalan. Hasilnya, jalan jadi becek, licin, dan pengguna jalan rada kesulitan buat lewat situ.
Waktu itu, terkadang gue mikir, “Ini kenapa tiap gue pulkam, gue disambut sama tanah longsor gini sih? Emang karena faktor alam, atau ada campur tangan manusia nih?”
So, kali ini gue akan ngobrolin tentang fenomena itu, yang disebut sebagai mass wasting. Gue bakal kupas tuntas apa itu mass wasting, kenapa kok bisa terjadi, dan apa dampaknya buat sekitar. Langsung aja cekidot, lah.
Apa Itu Mass Wasting?
Elo mungkin udah familiar sama tanah longsor. Namun, apa yang dimaksud dengan mass wasting?
Menurut buku Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta (2007), mass wasting adalah proses berpindahnya batuan atau tanah dalam volume besar, yang turun dari lereng karena pengaruh gravitasi. Mass wasting merupakan salah satu bentuk tenaga eksogen. Elo bisa cek en ricek di sini buat kepoin apa itu tenaga eksogen.
Biasanya, mass wasting terjadi di daerah pegunungan, karena emang turun dari lereng. Dalam proses terjadinya mass wasting di pegunungan, batu yang udah mengalami pelapukan sebelumnya, atau tanah yang ada di atas lereng, udah kelebihan beban. Karena lerengnya miring, dia nggak kuat menahan batuan dan tanah itu. Jadinya, gaya gravitasi mendorong batuan dan tanah di atas lereng buat otw turun menuju ke dasar lereng.
Selain di daratan, mass wasting juga bisa terjadi di lautan. Menurut buku Urban Watersheds: Geology, Contamination, and Sustainable Development (2011), mass wasting terjadi di lereng bawah laut yang curam. Material yang dibawa kemudian jatuh dan menyebar ke dasar laut.
Baca Juga: Profil Tanah dan Lapisan Horizonnya – Materi Geografi Kelas 10
Faktor Penyebab Terjadinya Mass Wasting
“Jadi, mass wasting terjadi karena gravitasi?”
Faktor utamanya emang gravitasi. Namun, gravitasi nggak jadi satu-satunya faktor penyebab. Beberapa faktor penyebab terjadinya mass wasting antara lain:
- Gravitasi
Seperti yang gue jelaskan sebelumnya, batuan yang udah lapuk atau tanah yang ada di atas lereng udah kelebihan beban. Sehingga, lereng udah nggak kuat lagi menanggung beban tersebut.
So, di sinilah gravitasi bekerja. Gravitasi mendorong batuan atau tanah buat turun dari lereng.
- Kemiringan lereng
Kerja gravitasi juga dipengaruhi oleh kemiringan lereng. Sudut ideal lereng buat bisa menahan material adalah 25-40 derajat.
Kalau sudut kemiringan lereng lebih dari itu, maka gaya penahan pada lereng bakal lebih kecil dibandingkan gaya gravitasi. Jadinya, gravitasi bisa menggerakkan material di atas lereng buat turun ke bawah.
- Erosi
Erosi juga bisa menyebabkan mass wasting. Batuan yang awalnya masih berupa bongkahan, makin lama makin terkikis sedikit demi sedikit, dan bisa dengan mudah meluncur menuruni lereng oleh pihak luar, kayak air yang mengalir. Elo bisa baca di sini buat kepo lebih lanjut tentang erosi.
- Aktivitas vulkanik
Gunung yang meletus menghasilkan semburan magma yang sangat panas. Waktu otw ke permukaan bumi, magma nyampur sama tanah yang dilewati dan bersatu menjadi lumpur. Lumpur itu kemudian turun gunung dan membentuk mass wasting.
- Gempa bumi
Waktu tanah bergetar karena gempa, goncangan yang terjadi bisa bikin material turun dan longsor ke tanah dan menghancurkan permukiman. Bahkan, mass wasting akibat gempa bumi bisa memakan korban jiwa.
- Pembekuan dan pencairan es
Fenomena ini biasanya terjadi kalau ada gempa bumi yang ngefek di daratan es. Saat gempa terjadi, es bakal retak. Di sela-sela retakan itu, terbentuklah kristal es.
Kalau air es membeku, kristal itu bakal mengembang dan bikin es yang retak tadi jadi pecah. Hasilnya, es yang pecah jatuh dari gunung es.
Sebaliknya, kalau ada bongkahan es yang mencair, bongkahan es lain bakal terpengaruh dan bisa longsor dari lapisan es yang ditempati.
- Peningkatan kadar air
Peningkatan kadar air bisa disebabkan oleh berbagai faktor, kayak salju atau es yang mencair, curah hujan tinggi, atau perubahan pola aliran air. Es yang mencair dengan cepat, hujan lebat terus-menerus, dan pola aliran air yang berubah bakal meningkatkan kadar air dan mendorong material di sekitarnya buat meluncur ke bawah.
- Manusia
“Kok bisa manusia bertanggung jawab sama mass wasting?”
Ya bisa dong, melalui deforestasi alias penggundulan hutan. Kalau pohon-pohon di hutan ditebang, tanah makin lama bakal mengalami erosi dan nggak punya perlindungan lagi. Selama ini, pohonlah yang melindungi tanah dari hujan deras, karena akar pohon menyerap air.
Kalau pohon udah nggak ada, tanah nggak punya teman yang bisa ngebantu dia buat menahan air hujan. Jadinya, air hujan punya kekuatan buat mendorong batuan dan tanah buat menuruni lereng.
Penambangan di daerah pegunungan juga jadi faktor penyebab, kayak yang gue temui setiap gue pulang kampung tadi. Penambangan atau pembangunan apapun bisa mempengaruhi alam dan menyebabkan mass wasting.
Baca Juga: Faktor dan Proses Pembentukan Tanah – Materi Geografi Kelas 10
Bentuk-Bentuk Mass Wasting
Sebelum gue ngobrolin tentang bentuk-bentuk mass wasting, elo perlu memahami konsep dari jenisnya masing-masing, yang gue rangkum dari Salt Lake Community College:
- Kalau materialnya jatuh secara vertikal atau hampir vertikal, maka disebut sebagai fall.
- Kalau materialnya bergerak menggelinding di sepanjang permukaan yang miring, maka disebut sebagai slide.
- Kalau materialnya mengandung cairan di dalamnya (kayak air), maka disebut sebagai flow.
Nah, gue akan jelasin macam-macam mass wasting berdasarkan tiga konsep di atas. Beberapa macam contoh mass wasting adalah sebagai berikut:
- Mudflow
Mudflow terjadi ketika material berupa batuan, tanah, atau puing-puing nyampur membentuk lumpur dan mengalir turun dari lereng. Biasanya, mudflow terjadi setelah hujan deras dan sering terjadi di lereng gunung berapi yang baru aja meletus. Abu vulkanik, debu, dan material lainnya berubah jadi lumpur ketika hujan deras dan mengalir ke dataran yang lebih rendah.
- Debris flow
Debris flow merupakan peristiwa mass wasting di mana material dari yang berukuran sekerikil sampai material yang lebih besar mengandung air dan turun ke bawah.
- Earth flow
Menurut Britannica, earth flow terjadi ketika endapan tanah yang berbutir halus bergerak cepat menuruni lereng. Endapan tanah ini dibawa turun oleh hujan deras.
- Rockfall
Sesuai konsep fall tadi, rockfall merupakan sejumlah batu besar yang kering jatuh dari lereng atau tebing secara cepat. Waktu sampai di dasar lereng, batu-batu itu membentuk tumpukan yang nggak beraturan.
- Rockslide
Sesuai konsep slide, rockslide terjadi ketika batuan padat bergerak turun secara cepat, melewati permukaan miring yang udah mulai rapuh. Batuan itu turun dari permukaan yang curam atau tebing karena udah terkikis oleh angin atau air secara bertahap.
- Creep (slow flowage)
Creep adalah pergerakan massa batuan atau tanah yang lambat, tetapi berjalan terus secara bertahap. Gravitasi membawa turun tanah atau batuan melalui banyak gerakan kecil, dari waktu ke waktu. Jadinya, pohon dan semak yang ada di lapisan tanah terjadinya creep, berdiri miring buat menahan tegak lurusnya.
- Slump
Slump adalah merosotnya material batuan yang tebal. Ketika melewati permukaan, material itu menghasilkan pola melengkung yang terputus-putus dan pendek.
Baca Juga: Ciri-Ciri Tanah di Indonesia dan Teksturnya – Materi Geografi Kelas 10
Dampak Mass Wasting
Ternyata, ada dampak positif lho dari mass wasting, di antaranya adalah:
- Daratan meluas
Material mass wasting yang jatuh akan bikin daratan yang dijatuhi makin luas.
- Munculnya habitat baru untuk flora dan fauna
Daratan yang mengalami perluasan bisa menciptakan habitat baru buat flora dan fauna, serta bisa punya manfaat buat manusia. Flora dan fauna bakal makin tersebar di sana.
- Munculnya material yang sebelumnya belum ditemukan
Material yang terbawa mass wasting bakal kelihatan waktu di permukaan. Ini mempermudah orang buat nyari material dari Bumi yang selama ini mungkin dicari, tetapi belum ditemukan.
Di sisi lain, apakah fenomena mass wasting merugikan kehidupan manusia? Jelas iya. Dampak negatif mass wasting antara lain:
- Bangunan, permukiman, atau lahan pertanian jadi rusak;
- Sistem transportasi di daerah yang terkena mass wasting akan terhambat;
- Hilangnya nutrisi dalam tanah;
- Dalam kasus yang parah, bisa memakan korban jiwa.
Baca Juga: Metode Konservasi Tanah dan Contohnya – Materi Geografi Kelas 10
Contoh Soal Mass Wasting dan Pembahasan
Nah, elo udah belajar banyak tentang mass wasting. Sekarang, saatnya menguji pemahaman elo. Lihat soal di bawah ini, yuk.
Di bukit belakang sekolah, Raisa mengamati bahwa pepohonan dan tiang listrik di lahan tersebut tampak miring. Fenomena geologis yang terjadi adalah … dan cara mengatasinya adalah dengan ….
A. Slow flowage, aktivitas pertambangan
B. Slow flowage, tidak membangun hunian di lereng bukit
C. Slump, membuat teras-teras pada lereng bukit
D. Slump, pembuatan beton penahan pada bangunan di lereng bukit
E. Longsor, aktivitas pertanian padi gogo
Kira-kira, apa jawabannya?
Pembahasan
Soal di atas nyebutin pepohonan dan tiang listrik yang miring akibat mass wasting. Masih ingat nggak, itu ciri-ciri jenis mass wasting yang apa?
Kalau elo flashback materi di atas, pohon dan tiang listrik yang berdiri miring adalah ciri-ciri slow flowage, alias creep. Pohon dan tiang listrik yang berdiri miring disebabkan oleh pergerakan lapisan tanah tempat pohon dan tiang listrik berdiri, yang terjadi secara lambat tetapi terus-menerus.
Jadi, fenomena geologis yang terjadi adalah slow flowage. Jawabannya di antara A dan B.
Kita lihat opsi A. Apakah aktivitas penambangan jadi solusi buat mengatasi slow flowage? Tentu tidak. Melakukan aktivitas pertambangan di bukit terjadinya slow flowage justru merugikan permukiman di sekitar, karena penambangan butuh ngebor lapisan tanah dan memicu slow flowage.
Kita lihat opsi B. Tidak membangun rumah di lereng bukit jadi salah satu solusi yang paling mungkin buat dilakukan. Soalnya, lahan tersebut adalah lahan kritis; nggak subur dan nggak cocok huni.
Membangun rumah di lahan kritis berpotensi bikin rumahnya gampang roboh. Daripada bangun rumah malah rumahnya roboh, mending menghindari buat bangun rumah di situ, kan?
Jadi, jawaban yang tepat adalah B. Slow flowage, tidak membangun hunian di lereng bukit.
Yuk, Belajar UTBK Bareng Zenius!
Gimana, udah paham belum tentang mass wasting? Buat elo yang mau belajar lebih dalam tentang mass wasting ataupun materi Geografi Soshum UTBK lainnya, elo bisa akses video materi Zenius dengan klik gambar di bawah ini. Pastikan elo udah punya akun Zenius ya.
Elo juga bisa ngerjain banyak latihan soal Geografi UTBK di Latihan Soal Geografi Soshum UTBK.
Sekian dulu dari gue. Semoga materi di atas bisa membantu elo buat mengerjakan UTBK. Makan ikan sepat pakai saus merah, tetap semangat dan pantang menyerah! See you!
Baca Juga: 5 Cara Mendapatkan Nilai UTBK Tinggi Agar Lolos PTN Impian
Referensi
Leave a Comment