Gimana perjalanan Steve Jobs dalam mendirikan Apple, hingga menjadi perusahaan teknologi raksasa di dunia? Yuk, baca selengkapnya!
12 Juni 2005. Pagi itu, wisudawan Stanford University kedatangan tamu spesial buat mengisi pidato pembukaan kelulusan. Dia adalah salah satu pendiri Apple, Steve Jobs.
“Saya merasa terhormat bersama kalian hari ini, pada kelulusan kalian di salah satu universitas terbaik di dunia. Kesempatan ini adalah hal terdekat yang bisa saya rasakan tentang kelulusan perguruan tinggi, karena saya sendiri tidak pernah lulus dari perguruan tinggi,” kata Jobs membuka pidato.
Sekarang, pidatonya udah ditonton hampir 40 juta kali di YouTube Stanford. Pidato 15 menit itu jadi pidato pembukaan kelulusan yang paling banyak ditonton sepanjang masa.
Gue nggak mau ngejelasin kenapa pidatonya bisa sefenomenal itu, tetapi gimana perjalanan hidup Steve Jobs sampai bisa menghasilkan pidato yang bakal dikenang warga dunia sepanjang masa.
Kehidupan Awal Steve Jobs
Steve Jobs tadi bilang kalau dia nggak pernah lulus dari perguruan tinggi. Sebenarnya, Jobs adalah anak yang cerdas sejak kecil. Dia bahkan sudah bisa baca sebelum sekolah. Namun, Jobs sering mager buat berangkat sekolah. Jobs punya prinsip, “kalau gue bisa memecahkan sendiri suatu masalah, kenapa harus dengan bantuan guru?”
Jadinya, dia lebih milih ikut kelas yang bikin dia tertarik. Dia juga lebih suka menghabiskan waktunya buat belajar mekanik secara otodidak. Sejak kecil, Jobs passionate sama mekanik berkat ayah angkatnya, Paul Jobs, yang ngajarin dia cara bongkar-pasang mobil. Selain itu, punya tetangga yang punya bengkel elektronik juga bikin Jobs jatuh cinta sama elektronik.
Baca juga: Biografi Charles Babbage, Matematikawan Penemu Komputer Pertama di Dunia
Pertemuan dengan Steve Wozniak
Suatu hari, teman sekolah Steve Jobs, Bill Fernandez, ngenalin dia sama tetangganya yang bernama Steve Wozniak. Wozniak adalah insinyur elektronik lulusan De Anza College yang lagi bikin personal computer (PC). Di garasi rumah Fernandez, mereka bertemu.
Pas ngobrol, Jobs dan Wozniak ngerasa cocok jadi partner. Mereka kemudian mutusin buat bikin gadget pertama mereka, Blue Box, pada tahun 1971. Blue Box merupakan perangkat yang memungkinkan orang buat telepon jarak jauh secara gratis.
“Tanpa Blue Box, kayaknya nggak bakal ada Apple,” kata Jobs, dalam buku Steve Jobs (2011) karya Walter Isaacson.
Baca juga: Penemuan Transistor Pertama di Dunia Menjadi Awal Transformasi Komputer dan Alat Elektronik Lainnya
Sejarah Perusahaan Apple
Sebelum tahun 1970, komputer masih besar, mahal, ribet buat digunakan, dan lebih sering dipakai buat keperluan laboratorium. Cara kerjanya, programmer mengkodekan instruksi dan data yang ada di punch card yang masih kosong, semacam kertas berlubang buat menyimpan data digital dan mengontrol mesin.
Kemudian, operator bakal mentransfer data ke punch card, terus kartu itu dimasukkan ke dalam card reader yang ada di komputer, dan komputer memproses data yang masuk. Bisa bayangin kan, betapa rempongnya menggunakan komputer saat itu?
Steve Jobs ngeliat peluang uang dari situ. Jobs tahu kalau Wozniak baru aja bikin desain PC buatannya. Desain itu menyatukan keyboard, monitor, dan komputer dalam satu paket. Dengan ngetik pakai keyboard, tulisan akan muncul langsung di layar. Jobs juga sempat membantu Wozniak buat bikin chip memori buat PC.
Jobs nawarin Wozniak buat ngejual desain PC-nya. Wozniak pun nge-acc. Dari sini, lahirlah Apple.
Penamaan Apple
Suatu hari, Steve Jobs pergi ke All One Farm, tempat memetik apel kesukaannya. Wozniak jemput Jobs di bandara dan pergi bareng ke Los Altos.
Di jalan, mereka mikirin nama perusahaan mereka. Namun, nggak ada nama yang cocok. Padahal, besok mereka harus ngajuin surat-surat pendirian perusahaan.
Jobs punya ide. “Kayaknya nama Apple cocok deh. Gue baru aja dari kebun apel kan tadi. Kedengarannya fun, bersemangat, sederhana. Kalau di buku telepon, nama Apple bakal di atas, nama saingan kita Atari ada di bawah,” jelas Jobs.
Apple Computers pun fix jadi nama perusahaan mereka pada 1 April 1976. Jobs mendirikan perusahaannya sendiri di usia 21 tahun.
Jiwa Seniman dan Gaya Kepemimpinan Steve Jobs
However, kehidupan bisnis Steve Jobs nggak berbanding lurus sama perkuliahannya. Seperti dalam pidato Jobs awal tadi, dia nggak lulus dari Reed College. Jobs mager ngikutin kelas yang nggak dia suka. Dia pun keluar dari kuliah.
Di Reed College, ada kelas kaligrafi yang dikenal terbaik di AS. Jobs tertarik dan ikut kelas itu tanpa harus jadi mahasiswa. Dia belajar seni menulis huruf dan jatuh cinta sama kaligrafi. Cintanya sama kaligrafi bikin Apple Computers ngeluarin Macintosh, komputer pertama yang punya font, 10 tahun kemudian.
Dalam 10 tahun, Apple Computers jadi perusahaan senilai 2 miliar dolar Amerika yang punya lebih dari 4.000 karyawan. Gaya kepemimpinan Steve Jobs yang mendorong kesuksesan itu.
Jobs terkenal punya trik buat meyakinkan para karyawannya kalau sesuatu yang kelihatannya mustahil bakal bisa jadi kenyataan. Misalnya gini.
“Eh cuy, kok belum tidur? Daripada gabut, mendingan bikin font buat Macintosh deh, biar bisa jadi komputer yang keren. Yuk, bisa yuk,” ajak Jobs. Dan kemudian, tim insinyur kerja 10 jam buat bikin font Macintosh.
Jobs juga perfeksionis dan detail-oriented. Pernah nih, Jobs butuh dua hari buat mutusin berapa sudut buat casing komputer dan warna krem yang cocok buat plastik casing komputer. Sedangkan, presiden Apple saat itu butuh keputusan secepatnya.
Selain itu, Jobs nggak bisa nerima rakitan yang nggak sesuai keinginannya, meskipun itu bagian dalam Macintosh yang nggak bakal kelihatan orang. Kalau hasilnya nggak memuaskan, dia bakal ngejulitin rakitan tersebut dan bahkan memecat karyawan yang bikin.
Sikapnya dan perbedaan visinya sama presiden Apple bikin Jobs dipecat pada tahun 1985. Iya, CEO dipecat dari perusahaannya sendiri. Meskipun sempat down, Jobs bangkit dan mendesain komputer bernama NeXT. Sayangnya, perilisan NeXT butuh waktu lama dan kemahalan. Jadinya, NeXT nggak begitu laku di pasaran.
However, Jobs masih punya sumber cuan lainnya. Pada tahun 1986, Jobs memegang 70 persen saham Pixar. Jobs auto jadi miliarder setelah Pixar merilis film Toy Story (1995). Dari modal 10 juta dolar, Jobs dapat 2 miliar dolar Amerika.
Kembali Menjadi CEO Apple
Setelah Jobs keluar dari Apple, perusahaan rugi hampir 1 miliar dolar. Pada tahun 1996, Gil Amelio ditunjuk jadi CEO buat nyelamatin perusahaan dengan ide-ide baru. Setahun kemudian, Apple membeli NeXT dan bikin Jobs balik ke Apple. Namun, dia memilih jadi penasihat daripada CEO.
“Tuh kan, gue bilang juga apa, lebih mentingin cuan sih daripada kualitas produk,” batin Jobs.
Makin lama, dewan direksi Apple ngerasa Amelio nggak bisa nyelamatin Apple. Mereka ngasih Jobs kesempatan lagi buat jadi CEO. Jobs tetap nggak mau jadi CEO dan lebih nyaman jadi penasihat.
Kehadiran Jobs dengan ide-ide barunya bikin harga saham Apple naik lagi. Jobs ngajak Bill Gates, pendiri Microsoft, bikin Microsoft Office untuk Macintosh. Namun, hubungan Jobs dan Gates memburuk waktu Microsoft bikin tampilan Windows yang mirip Macintosh. Jobs menuduh Gates nyuri ide Macintosh.
Meskipun begitu, saham Apple tetap meroket. Kejayaan Apple ini menguatkan Jobs untuk jadi CEO lagi, dan dia terpaksa menerimanya.
“Oke, gue mau jadi CEO. Asalkan kuantitas produk dikurangi, kualitas produk ditingkatkan,” tawar Jobs.
Sisanya adalah sejarah. Dengan jerih payah Steve Jobs, Apple menghasilkan iMac, Apple Store, iPod, iPad, hingga iPhone. Apple jadi the most valuable company in the world yang sudah merevolusi teknologi.
Akhir Hidup Steve Jobs
Pada Oktober 2003, Steve Jobs mendapat diagnosis kanker pankreas. Selama sembilan bulan, Jobs nggak mau dioperasi dan lebih milih diet vegan serta akupuntur buat nyembuhin kankernya.
Meskipun akhirnya Jobs mau dioperasi, kankernya muncul lagi pada tahun 2008. Dia kembali ke diet vegan dan pengobatan tradisional, serta menjalani transplantasi hati. Namun, kesehatannya memburuk hingga akhirnya meninggal pada 5 Oktober 2011.
Selama hidupnya, Jobs membuktikan dirinya sebagai sosok yang nggak kenal lelah buat mempertahankan idealismenya. Dia nggak pernah terpengaruh sama omongan orang lain. Kalau menurut dia itu benar, dia bakal tetap pada pendiriannya dan berjuang semaksimal mungkin buat mewujudkan apa yang diinginkan. Prinsipnya itu bikin Apple jadi perusahaan yang kokoh.
Gue jadi inget lagi sama pidatonya di Stanford.
Btw, apa hal favorit yang elo ambil dari biografi Steve Jobs? Kasih tahu gue di kolom komentar ya!
Baca Juga Artikel Lainnya
Guglielmo Marconi, Sosok di Balik Teknologi Komunikasi Nirkabel
Teh Manis Kamis: Ledakan Teknologi, Apakah Kita Siap?
Apa Itu Metaverse dan Bagaimana Dampaknya untuk Masa Depan?
Referensi
Leave a Comment