Sobat Zenius, apa elo pernah mendengar tentang Tri Koro Dharmo? Atau elo lebih familiar dengan nama mereka yang kedua, yaitu Jong Java?
Dalam artikel ini gue akan membahas mengenai sejarah, latar belakang berdirinya, serta tujuan Tri Koro Dharmo. Gue juga akan menjelaskan anggota dan kegiatan Tri Koro Dharmo sebagai gerakan pemuda di era pergerakan nasional.
Simak sama-sama, ya!
Lahirnya Masa Pergerakan Nasional di Indonesia
Sebelum kita mulai pembahasan materi ini, sebaiknya kita samakan persepsi dulu tentang arti pemuda ya, Sobat Zenius!
Menurut KBBI, pemuda adalah orang muda laki-laki; remaja. Sedangkan, gerakan adalah tindakan terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga-lembaga masyarakat yang ada.
Nah, gerakan pemuda di Indonesia mulai lahir sejak masa penjajahan di Indonesia. Pada masa itu, gerakan lahir setidaknya karena dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama, yaitu faktor internal, di dalam negeri sedang dijalankan kebijakan Politik Etis oleh Pemerintah Belanda.
Salah satu dampak dari kebijakan ini adalah kaum muda mendapat akses pendidikan dan didirikannya sekolah kedokteran STOVIA (The School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Sekolah ini didirikan dalam rangka memenuhi kebutuhan dokter di Hindia Belanda yang kala itu terkena wabah cacar.
Menariknya, di STOVIA para pelajar ternyata nggak hanya belajar mengenai kesehatan, tetapi juga belajar berorganisasi. Ketika berorganisasi, mulai muncul kesadaran kolektif dari para pelajar dan sikap nasionalisme untuk merubah nasib bangsa.
Inilah yang menjadi cikal bakal munculnya organisasi pergerakan pertama, Budi Utomo, yang diketuai oleh dr. Wahidin Soedirohoesodo pada tahun 1908.
Baca Juga:
Latar Belakang & Prinsip Dasar Politik Etis Van Deventer – Materi Sejarah Kelas 11
Faktor kedua adalah kondisi eksternal, yaitu semangat perjuangan negara-negara lain. Berbagai gejolak pergerakan nasional di Asia-Afrika seperti kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905, pergerakan rakyat India oleh Mahatma Gandhi, dan gerakan rakyat Filipina yang dipelopori oleh Dr. Jose Rizal ikut memicu perjuangan rakyat Indonesia.
Sejarah dan Latar Belakang Tri Koro Dharmo
Kekecewaan pada Budi Utomo
Pada awalnya, Budi Utomo didirikan untuk menjadi wadah pengembangan dan pergerakan di bidang ekonomi, budaya, sosial, ekonomi, dan politik bagi para pelajar. Namun, anggota Budi Utomo sebagian besar merupakan pelajar yang belum berpengalaman dalam bidang politik, makanya kaum priyayi juga diundang menjadi anggota Budi Utomo.
Saat kongres Budi Utomo pertama tanggal 3-5 Oktober 1908 di Yogyakarta, terjadi perdebatan antara kaum priyayi dan kaum muda. Kalangan priyayi meminta agar pendidikan barat hanya untuk kalangan priyayi, sedangkan kaum pelajar menyatakan bahwa pendidikan sebaiknya ditunjukkan untuk seluruh lapisan masyarakat.
Akibat peristiwa itu, timbul kekecewaan kaum muda terhadap Budi Utomo. Gerakan Budi Utomo dianggap tidak sesuai dengan cita-cita yang diusung para pelajar dan hanya mewakili kepentingan kalangan tua dan priyayi. Puncaknya, ketika pemilihan pengurus besar Budi Utomo, sebagian besar pengurus besar diisi oleh priyayi dan golongan tua.
Gerakan Baru yang Mewakili Cita-Cita Pelajar
Akhirnya, banyak para pelajar yang keluar dari Budi Utomo dan merasa perlu membentuk organisasi baru. Pada tanggal 7 Maret 1915 diadakanlah rapat di Gedung STOVIA yang diinisiasi oleh tiga orang pelajar STOVIA, yaitu Satiman Wirjosandjojo, Kadirman, dan R.T. Soenardi Djaksodipoero.
Dari rapat itu, diputuskan akan didirikan organisasi pemuda yang bernama Tri Koro Dharmo.
Nama Tri Koro Dharmo diambil dari bahasa Jawa, yang secara etimologis artinya “Tiga Tujuan Mulia”. Ketiga tujuan mulia itu adalah sakti (kecerdasan), budhi (kebijaksanaan), dan bakti (kasih sayang). Tri Koro Dharmo bertujuan untuk menjadi wadah realisasi pemikiran kaum muda serta pelestarian kebudayaan Jawa.
Baca Juga:
Peran Pemuda dalam Perjuangan Menuju Kemerdekaan – Materi Sejarah Kelas 12
Anggota Tri Koro Dharmo
Anggota Tri Koro Dharmo terdiri dari sekitar 50 orang anggota STOVIA yang bersuku Jawa dan Madura. Berikut adalah susunan pengurus Tri Koro Dharmo ketika pertama kali didirikan.
- Dr. Satiman Wirjosandjojo sebagai Ketua
- Wongsonegoro sebagai Wakil Ketua
- Sutomo sebagai Sekretaris
- Muslich sebagai Anggota Pengurus
- Mosodo sebagai Anggota Pengurus
- Abdul Rahman sebagai Anggota Pengurus
- Kardaman sebagai Anggota Pengurus
Baca Juga:
Sejarah Indische Partij: Latar Belakang, Tokoh, dan Tujuan (1912-1913)
Kegiatan Tri Koro Dharmo
Kegiatan Tri Koro Dharmo terfokus pada sosial dan kebudayaan. Para anggota membentuk national studenfonds atau usaha penggalangan dana pendidikan sebanyak 3.000 gulden bagi sebelas pelajar untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi.
Organisasi ini juga kerap membantu sekolah-sekolah dan korban-korban bencana alam. Penggalangan dana dilakukan melalui kegiatan kreatif, seperti mengadakan pertunjukan. Uang hasil penjualan tiket pertunjukan itu yang akan disumbangan ke pihak-pihak yang membutuhkan.
Di lain sisi, pertunjukkan-pertunjukan itu juga menjadi salah satu sarana anggota Tri Koro Dharmo dalam pelestarian kebudayaan Jawa. Salah satu jenis pertunjukan yang dilakukan adalah pertunjukan tari-tarian daerah. Organisasi ini juga melaksanakan pengajian sebagai upaya untuk melestarikan kebiasaan masyarakat Jawa.
Tri Koro Dharmo juga menerbitkan sebuah majalah dengan nama “Tri Koro Dharmo”. Majalah ini digunakan sebagai saran untuk menyebarkan semangat cinta akan kebudayaan, khususnya bagi pemuda Jawa dan Madura.
Kritik dan Perubahan Nama Organisasi
Tri Koro Dharmo sempat menuai banyak kritikan dari kalangan pemuda luar Jawa. Para pemuda luar Jawa merasa keberatan untuk bergabung dengan Tri Koro Dharmo.
Nama organisasi yang berasal dari Bahasa Jawa dianggap menunjukkan bahwa organisasi ini eksklusif hanya untuk pemuda Jawa. Penggunaan Bahasa Belanda untuk nama organisasi bahkan dianggap lebih baik, karena dirasa mewakili seluruh daerah.
Selain itu, para pemuda juga menganggap Ketua Tri Koro Dharmo, Satiman Wirjosandjojo, sebagai seorang penganut sukuisme. Namun, Satiman menjelaskan bahwa Tri Koro Dharmo merupakan organisasi permulaan dan belum mempunyai pondasi organisasi yang kuat. Makanya, Tri Koro Dharmo belum mampu menerima anggota di luar Jawa.
Akhirnya, setelah melalui berbagai usulan dan pertimbangan, nama Tri Koro Dharmo diganti. Pergantian nama ini dilakukan pada kongres pertama, 12 Juni 1918. Nama organisasi diubah menjadi Jong Java yang artinya Pemuda Jawa. Bahasa Belanda digunakan agar organisasi ini juga bisa menampung pemuda dari daerah Sunda dan Betawi.
Meskipun nama organisasi berubah, asas dan tujuan organisasi ini tidak berubah. Organisasi Jong Java tetap fokus pada permasalahan pendidikan, pengembangan para pelajar, serta pelestarian kebudayaan Jawa.
Pengaruh Tri Koro Dharmo dalam Pergerakan Nasional
Lahirnya Tokoh Politik
Walaupun Tri Koro Dharmo tidak mempunyai fokus secara eksplisit pada persoalan politik, organisasi ini melahirkan salah satu tokoh besar yang kelak menjadi pemimpin bangsa, yaitu Soekarno.
Pada saat berumur 16 tahun, Soekarno menjadi pengurus Tri Koro Dharmo cabang Surabaya. Di dalam organisasi tersebut, ia mengembangkan kemampuan pidatonya dengan berbicara di depan orang banyak.
Kemampuan Soekarno dalam berpidato serta keberaniannya untuk berbicara di muka umum lah yang membuat Soekarno memiliki pamor besar dalam dunia politik.
Lahirnya Berbagai Organisasi Pemuda Daerah
Pendirian Tri Koro Dharmo juga menjadi pemicu berdirinya organisasi kepemudaan daerah. Organisasi tersebut antara lain Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Ambon (1918), Jong Minahasa (1918), Jong Celebes (1918), Sekar Rukun (1919), Jong Betawi (1927), dan Jong Bataks Bond (1925).
Dari gerakan-gerakan itu, justru timbul kesadaran bahwa diperlukan suatu persatuan tanpa melihat unsur-unsur kedaerahan. Sehingga, pada bulan September 1926 dibentuk sebuah organisasi bernama Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI).
Kehadiran seluruh organisasi ini punya peran penting bagi persatuan pemuda dan kontribusinya dalam kemerdekaan Indonesia. Persatuan para pemuda ini yang akhirnya menginisiasi terjadinya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Penutup
Sobat Zenius, kita udah selesai membahas seluk-beluk Tri Koro Dharmo! Ternyata, gerakan pemuda punya peran yang nggak kalah penting dalam perjalanan sejarah Indonesia, ya. Nah, elo bisa pelajari tentang gerakan-gerakan lain di Zenius. Atau, kalau elo mau belajar materi ini dengan lebih dalam, elo bisa klik banner di bawah ini.
Guys, di aplikasi Zenius ada banyak materi yang bisa elo pelajarin! Selain itu, ada Zenius punya beberapa paket belajar yang sesuai sama kebutuhan elo. Belajar bareng Zenius nggak sekedar menghafal, tetapi juga belajar konsepnya sampai paham. Yuk, segera berlangganan Zenius dengan klik banner di bawah ini!
Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat dan selamat belajar!
Penulis : Luis Moya
Sumber :
Raharjo, M., & Kumalasari, D. (2016). PERKEMBANGAN ORGANISASI TRI KORO DHARMO PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL TAHUN 1915-1918.
Leave a Comment