Penulis : Wintalia Witantri
Hai, Sobat Zenius! Ketika elo belajar mata pelajaran Sejarah di bangku SMA, elo kemungkinan besar akan mendengar bahwa sejarah memiliki beberapa ruang lingkup. Apa aja ruang lingkupnya? Ada sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai seni.
Nah, dalam artikel kali ini, gue akan mengajak elo untuk menelusuri lebih lanjut mengenai salah satu lingkup sejarah, yakni sejarah sebagai peristiwa. Kita bakalan menelusuri lingkup ini lewat pengertian, syarat-syarat, dan ciri-cirinya! Selain itu, di akhir nanti, kita juga bakalan bahas perbedaan ruang lingkup sejarah sebagai peristiwa dengan ruang lingkup yang lainnya!
Pengertian Sejarah Sebagai Peristiwa
Sejarah sebagai suatu peristiwa mengandung makna yang artinya mempelajari peristiwa yang telah terjadi di masa lalu. Gimana tuh mempelajarinya? Kalau, elo sebagai pelajar atau gue sebagai orang awam gini sih bisa mempelajarinya lewat sumber tertulis kayak buku dan jurnal gitu, ya.
Sementara itu, ahli sejarah mempelajarinya selain melalui dokumen tertulis juga melalui komunikasi dengan pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Buat dapat sudut pandang lain, sejarawan juga meneliti objek kayak artefak, bangunan, dan lain sebagainya.
Kemudian yang jadi pertanyaan, apakah sembarang kejadian yang terjadi di masa lalu bisa dikatakan sebagai peristiwa sejarah? Misalkan nih, gue dulu pernah mendapatkan nilai ulangan harian terbaik pada mata pelajaran Sejarah. Gue belajar dengan sangat baik sehingga mendapatkan hasil nilai tertinggi di kelas.
Kejadian itu kan terjadi di masa lalu, tuh, kira-kira ini contoh sejarah sebagai peristiwa apa bukan? Nah, pertanyaan itulah yang mengantarkan kita ke penelusuran berikutnya, yakni tentang syarat sejarah sebagai peristiwa.
Syarat Sejarah Sebagai Peristiwa
Terdapat empat hal yang menjadi syarat sejarah dikatakan sebagai peristiwa. Peristiwa sejarah itu harus empiris, penting, unik, dan objektif. Kita bahas satu per satu, yuk!
Syarat yang pertama adalah empiris. Kalo elo buka KBBI nih ya, empiris artinya adalah suatu hal yang berdasarkan pengalaman atau kenyataan yang diobservasi, diteliti, dan diamati. Jadi, maksud sejarah sebagai peristiwa yang empiris di sini berarti bahwa sejarah itu emang peristiwa di masa lalu yang beneran terjadi.
Contoh ulangan gue tadi gimana? Ya pernah terjadi, kan. Jadi, kejadian gue mendapatkan nilai ulangan harian terbaik ini empiris. Bedakan dengan kejadian misalnya Cinderella naik jelmaan kereta labu hasil sihir ibu peri. Kisah yang ini bukan suatu hal yang bisa dibuktikan secara empiris sehingga nggak termasuk ke dalam peristiwa sejarah. Kejadian Cinderella ini termasuk ke dalam cerita fiksi.
Tonton video belajar Zenius: Materi Apasih Bedanya Sejarah Fiksi Dan Mitos – Kelas 10 Sejarah Peminatan
Terus, apakah hasil nilai gue di masa lalu itu cukup dibilang sejarah karena udah empiris? Kita lihat dulu nih syarat yang lain.
Syarat kedua suatu peristiwa dikatakan sejarah adalah bersifat penting. Penting artinya dapat memberikan pengaruh luas. Ini memang relatif, sih. Suatu hal bisa jadi penting buat elo, tetapi buat orang lain bisa jadi nggak penting. Nah, dalam konteks sejarah yang kita omongin, penting di sini artinya memberikan pengaruh buat khalayak. Jadi, bukan penting untuk perorangan aja. Dengan kata lain, bukan penting buat elo atau gue doang.
Perkara nilai ulangan tadi akhirnya jadi jelas, kan? Bisa aja hal itu penting buat gue. Gue juga boleh aja sih menjadikan itu peristiwa bersejarah buat gue secara pribadi. Akan tetapi, hasil ulangan gue nggak memberikan pengaruh untuk khalayak yang lebih besar sehingga belum cukup untuk dibilang sebagai sebuah peristiwa sejarah secara umum.
Terus apa dong contoh sejarah sebagai peristiwa yang empiris dan penting untuk khalayak besar? Gue ambil contohnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ini beneran kejadian pada tanggal 17 Agustus 1945, kan? Kejadian ini penting bagi seluruh rakyat Indonesia karena menandakan kalau Indonesia sudah merdeka dari kolonialisme penjajah.
Baca juga: 4 Catatan Penting Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Syarat berikutnya adalah unik. Unik artinya suatu peristiwa sejarah nggak terjadi di tempat lain dengan sama persis. Kita ambil contoh lagi dari Proklamasi Kemerdekaan tadi, ya. Ini unik karena nggak ada peristiwa lain yang menyamai peristiwa ini. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ya cuman pada saat Bung Karno membacakan teks Proklamasi tersebut.
Satu hal lagi deh untuk memperjelas keunikannya. Ketika gue ngomong Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yang ada di pikiran elo pun kemungkinan besar adalah gambar hitam putih di mana Bung Karno berdiri memegang naskah proklamasi membelakangi mikrofon kan, bukan peristiwa yang lain?
Syarat terakhir adalah objektif. Ruang lingkup sejarah sebagai peristiwa sejarah bersifat objektif karena harus disampaikan apa adanya, tanpa subjektivitas, dan nggak dibumbui kepentingan.
Nah, kalo peristiwa proklamasi tadi, yaudah berarti fokus menceritakan apa yang terjadi, di mana terjadinya, kapan, siapa yang terlibat dan hal-hal berkaitan lain yang bisa dinilai secara objektif tanpa menghakimi apa yang terjadi dalam peristiwa tersebut.
Selanjutnya, kita beralih ke ciri-ciri sejarah sebagai peristiwa.
Ciri-Ciri Sejarah Sebagai Peristiwa
Ciri-ciri sejarah sebagai peristiwa adalah abadi, penting, dan unik. Kita bahas satu-satu, ya.
Peristiwa sejarah disebut sebagai suatu peristiwa yang abadi karena peristiwa tersebut tidak berubah sehingga dapat selalu dikenang. Ciri selanjutnya adalah penting yakni memberikan suatu pengaruh bagi masyarakat luas. Ia biasanya menjadi tonggak atau awal dari suatu hal yang lebih besar.
Ciri ketiga adalah unik. Dalam bahasa Jerman, padanan kata unik adalah einmalig. Nah, sejarah sebagai suatu peristiwa bersifat einmalig artinya suatu peristiwa sejarah merupakan satu-satunya peristiwa yang terjadi. Tidak ada kejadian lain yang benar-benar menyerupai peristiwa tersebut.
Segitu aja nih ciri-cirinya. Sekarang, kita lanjut ke perbedaan ruang lingkup sejarah sebagai peristiwa dan ruang lingkup lainnya, ya.
Perbedaan Ruang Lingkup Sejarah sebagai Peristiwa dengan Ruang Lingkup Sejarah yang Lainnya
Di paragraf paling awal tadi, gue udah menyinggung soal ruang lingkup sejarah yakni sejarah sebagai ilmu, peristiwa, kisah, dan seni.
Yang pertama kita bahas adalah perbedaan lingkup sejarah sebagai peristiwa dan ilmu. Elo kan udah tau nih kalau sejarah sebagai peristiwa itu syaratnya harus bersifat empiris dan objektif. Nah, syarat ini melibatkan ruang lingkup lain yakni sejarah sebagai ilmu.
Baca juga: Ilmu Sejarah: Pengertian, Penjelasan dan Manfaat untuk Siswa
Sejarah sebagai ilmu artinya memperlakukan peristiwa sejarah sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bisa diuji. Lingkup ini murni melihat sejarah dari segi kebenaran atau kenyataannya dan nggak peduli soal keunikan atau seberapa berpengaruh suatu peristiwa sejarah itu. Jadi, di situ, ya, letak perbedaannya.
Yang kedua, perbedaan sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai kisah terletak pada objektivitas dan subjektivitasnya. Sejarah sebagai peristiwa umumnya bersifat objektif karena harus menerangkan peristiwa unik dan penting yang benar-benar terjadi, kan.
Sementara itu, sejarah sebagai kisah dapat bersifat subjektif. Ini karena peristiwa sejarah yang dikisahkan dengan narasi bisa aja dibumbui dengan pesan-pesan tertentu sesuai yang ingin disampaikan oleh sejarawan atau penceritanya.
Yang ketiga adalah perbedaan antara sejarah sebagai peristiwa dan seni. Sejarah sebagai seni ini merupakan sejarah yang dikemas dalam bentuk seni kayak misalkan film dan buku. Elo pasti udah pernah kan nonton atau sekadar tahu film-film atau buku-buku bertema sejarah kayak misalkan film De Oost dan novel Bumi Manusia.
Nah, tujuan sejarah sebagai seni ini bukan untuk menceritakan sejarah sebagaimana adanya, tapi menumbuhkan rasa penasaran tentang suatu peristiwa sejarah buat para audiensnya.
Terutama buat orang awam, nih. Pasti ada deh, yang awalnya nggak tertarik sama suatu isu sejarah, jadi pengin kepoin lebih jauh setelah nonton dalam bentuk film.
Baca juga: Sejarah dan Sastra: Apa Hubungannya di Kehidupan Manusia?
Oke, di atas, kita udah membahas pengertian, syarat, ciri-ciri sejarah sebagai peristiwa hingga perbedaannya dengan ruang lingkup sejarah yang lain. Gimana, udah ngerti belum apa yang dimaksud dengan sejarah sebagai peristiwa? Untuk mengecek pemahaman elo lebih lanjut, coba kerjain contoh soal berikut, ya!
Contoh Soal
Sejarah sebagai peristiwa dapat dilihat dalam pernyataan di bawah ini, yaitu ….
- Peristiwa Rengasdengklok terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan.
- Soekarno dan Hatta merupakan dua tokoh yang patut dihormati atas perannya dalam kemerdekaan Indonesia.
- Dalam film Soekarno, kekaisaran Jepang mengizinkan pengibaran bendera merah putih dan lantunan “Indonesia Raya” untuk pertama kali di Pulau Jawa pada tahun 1944.
- Buku Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan menceritakan Tan Malaka dari berbagai sisi.
- Peringatan Proklamasi Kemerdekaan diadakan setiap tanggal 17 Agustus.
Pembahasan:
Contoh sejarah sebagai peristiwa adalah peristiwa Rengasdengklok yang terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan. Ini merupakan fakta empiris yang penting karena mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pilihan jawaban ini hanya menuliskan fakta mengenai peristiwa tersebut tanpa adanya subjektivitas atau unsur ruang lingkup sejarah yang lain. Sementara itu, pilihan jawaban lain tidak memenuhi syarat sejarah sebagai peristiwa.
Maka dari itu jawaban yang tepat adalah a.
***
Nah, segitu dulu ya pembahasan tentang sejarah sebagai peristiwa. Semoga artikelnya bisa nambah pemahaman elo tentang ruang lingkup sejarah. Biar pemahaman elo makin cakep, elo juga bisa nih langsung klik pembahasan materi sejarah sebagai peristiwa pada banner di bawah ini!
Nggak cuma sejarah, elo juga bisa mempelajari materi lainnya dengan berlangganan paket belajar Zenius. Klik aja banner di bawah ini untuk pengalaman belajar yang lebih seru!
Leave a Comment