Artikel ini mengupas tuntas sejarah Peradaban Islam Zaman Keemasan Islam, tokoh-tokoh pentingnya, dan perkembangan ilmu pengetahuan di era ini.
Halo semua! Tabik! Pada kesempatan kali ini gua mau ceritain lo tentang sepotong kisah perjalanan sejarah yang seru banget tapi sekaligus juga ironis dari peradaban yang telah luar biasa berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Peradaban ini adalah pemegang obor estafet kedua dari perkembangan ilmu pengetahuan umat manusia, yang pertama dimulai sejak era klasik Yunani, Romawi, Persia, India. Untuk selanjutnya tongkat obor tersebut diestafetkan ke para ilmuwan-ilmuwan Eropa yang mulai memasuki Zaman Renaissance.
Wah, terus peradaban apa dong yang menjadi jembatan peralihan antara jaman klasik ke era Renaissance dan Enlightenment? Yak, seperti yang lo tebak dari judulnya kita akan cerita seru tentang Zaman Keemasan Peradaban Islam ketika seluruh ilmuwan dan cendekiawan paling brilian di muka bumi ini pada saat itu berkumpul dalam satu kekhalifahan Arab, Persia, dan Spanyol.
Buat lo yang udah belajar pake Kurikulum 2013, mungkin udah gak asing dengan topik ini. Kalo gue perhatiin, banyak banget ilmuwan dari era emas peradaban Islam ini sering banget disebut pada hampir semua topik mata pelajaran buku pegangan lo semua. Sebetulnya topik ini juga cukup sering disebut di berbagai perkumpulan, baik di kelas, di masjid, di kelompok-kelompok studi tertentu, atau dalam diskusi terbuka.
Cuma sayangnya, kalo gue perhatiin biasanya mereka yang menyebut tentang era emas peradaban Islam ini cuma “asbun” doang (asal bunyi), alias gak bener-bener ngerti secara mendalam soal apa yang jadi produk dari Zaman Keemasan Islam tersebut. Dari mulai gimana latar belakangnya, kenapa peradaban itu bisa menghasilkan begitu banyak perkembangan ilmu pengetahuan, tokoh siapa aja yang berperan di balik itu, faktor pendukung era itu terus berlanjut, sampai apa yang menjadi penyebab zaman keemasan peradaban Islam itu pada akhirnya hancur.
Nah, di artikel Zenius kali ini, gua akan mencoba mengupas secara singkat seluruh dinamika era peradaban emas Islam. Tentunya ada banyak hal yang mungkin gua lewatkan karena gak mungkin gua bisa merangkum semua hal yang terjadi dalam kurun waktu kurang lebih 500 tahun hanya dengan sebuah artikel. Tapi moga-moga artikel ini tetap bisa jadi pemicu buat lo mencari tau lebih lanjut tentang dahsyatnya peradaban ini.
Daftar Isi
Di Manakah Era Keemasan Islam?
Sebelum kita lanjut bahasannya lebih dalem, ada baiknya kita harus tau dulu kapan sebetulnya Islamic Golden Age itu? Oke jadi yang dimaksud sama Zaman Keemasan Islam itu adalah sebuah periode ketika Dunia Arab secara politis bersatu di bawah kekhalifahan. Pada era ini, khususnya di bawah pemerintahan Harun Al Rasyid dan Al Ma’mun, dunia Islam mengalami kemajuan ilmu pengetahuan, sains, dan budaya yang luar biasa pesat. Secara tradisional, periode ini punya rentang antara abad 8 Masehi hingga abad 13 Masehi.
Banyak ahli sejarah yang punya pendapat bahwa periode ini juga ditandain sama waktu berdirinya Bayt al Hikmah (750-1258) yang merupakan pusat studi, perpustakaan, sekaligus universitas terbesar di dunia pada saat itu. Pada periode yang cukup panjang ini (sekitar 500 tahun), bisa dikatakan tidak ada peradaban islam lain di muka bumi yang bisa menandingi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, dari mulai Eropa, Cina, India, semuanya salut dengan kegigihan kekhalifahan yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan melebihi peradaban islam manapun pada masa itu.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Sebelum Peradaban Islam
Sebelum masuk ke bahasan utama, gua pengen singgung sedikit aja perkembangan ilmu pengetahuan sebelum peradaban Islam yang nantinya bakal banyak jadi sumber inspirasi dari perkembangan budaya dan filosofis Islamic Golden Age. Sebelum era Islamic Golden Age, perkembangan ilmu pengetahuan bermula secara terpisah dari Yunani, India, dan Persia.
Era filsafat klasik Yunani dimulai abad 6 sebelum Masehi, yang menjadi titik fondasi filsafat dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada era inilah, konsep awal sebuah negara dibuat, hukum-hukum logika, deduksi, induksi, silogisme digagas. Pada era inilah juga klasifikasi ilmu yang kita ketahui sekarang dirangkai, dari mulai biologi, matematika, astronomi, ekonomi, politik, hukum, dan lain sebagainya.
Sementara itu di India dan Persia, peradaban islam kuno di sana udah bikin penghitungan sampe 1012 yang ditulis pada Kitab Yajurveda (1200 SM). Pada 800 SM, seorang filsuf bernama Baudhyana, telah memikirkan konsep dasar teorema Pythagoras. Dalam dunia astronomi, kitab Vedanga Jyotisa (abad 6-4 SM) udah ngebicarain masalah perhitungan kalender, pengukuran astronomis, dan penetapan aturan-aturan dasar observasi benda langit.
Kemudian angka yg kita pake sekarang nih (0-9) awalnya dikembangin oleh matematikawan India di jaman dinasti Maurya. Sementara itu, konsep angka 0 (nol) sendiri juga pertama kali dikembangin oleh Aryabhata (kira-kira 500 M) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Al Khwarizmi (780-850 M) dan Al Kindi (801-873 M). Jadi banyak yang sekarang salah sangka bahwa angka ini disebutnya “angka Arab”, harusnya yang bener itu “angka Hindu-Arab”.
Naah, itulah tadi sebagian dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dari Yunani, India, dan Persia yang memberikan kontribusi yang besar kepada perkembangan ilmu pengetahuan kekhalifahan zaman keemasan Islam. Nah, sekarang kita langsung aja mulai tentang awal terbentuknya peradaban islam keren ini.
Pemicu Lahirnya Peradaban Emas Islam
Secara sederhana, era ini dipicu oleh banyak hal yang saling mendukung satu sama lain.
- Hal pertama adalah ketika khalifah pertama Dinasti Umayyah yaitu Mu’awiyah ibn Abu Sufyan (setelah para khalifah Rashidun: Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali’) melakukan invasi ke daerah Transjordania dan Syiria sampai dia menemukan banyak banget manuskrip-manuskrip kuno di Kota Damaskus yang diwariskan dari perkembangan ilmu pengetahuan Yunani dan Romawi (Sokrates, Plato, Aristoteles, Galen, Euclid, dan sebagainya). Berdasarkan penemuannya itu, Mu’awiyah terinspirasi buat bikin pondasi peradaban Islam yang berdasarkan ilmu pengetahuan.
- Pemicu yang kedua, adalah karena pada saat yang bersamaan kekhalifahan Ummayyah sedang mengadopsi teknologi penulisan naskah di atas kertas yang awalnya berkembang di Tiongkok. Dengan perkembangan teknologi penulisan itu, Mu’awiyah juga menyewa tenaga ilmuwan-ilmuwan dari Yunani dan Romawi untuk melakukan terjemahan terhadap naskah-naskah kuno tersebut ke dalam bahasa Arab.
- Pemicu ketiga adalah ketika dinasti Ummayah beralih menjadi dinasti Abbasiyah yang ditandai perpindahan pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad di Mesopotamia. Dengan perpindahan pusat pemerintahan itu, yang dulunya (waktu di Damaskus) peradaban Islam dapet pengaruh kebudayaan dan ilmu pengetahuan dari Yunani dan Romawi, nah pas di Baghdad dapet tambahan pengaruh lagi dari kebudayaan Persia dan India. Komplitlah sudah! Seluruh sumber ilmu pengetahuan terlengkap yang dimiliki umat manusia (Yunani, Romawi, Persia, India) pada saat itu akhirnya bisa ngumpul di satu titik lokasi.
- Pemicu yang keempat adalah pengaruh 2 orang khalifah besar, yaitu Harun Al Rasyid dan anaknya, Al Ma’mun yang punya cita-cita mulia untuk membangun peradaban Islam yang menjunjung tinggi perkembangan sains, logika, rasionalitas, serta menjaga kemajuan ilmu pengetahuan serta meneruskan perkembangan ilmu yang telah diraih oleh Bangsa India, Persia, dan Byzantium. Tanpa adanya peran mereka berdua yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, Zaman Keemasan Islam kemungkinan ga bakal pernah muncul pada masa itu.
Oke, jadi siapa aja sih tokoh-tokoh dalam Islamic Golden Age? Terus ilmu pengetahuan dan budaya apa saja yang berkembang pesat di masa itu?
1. Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina
Ini dia nih yang kemungkinan besar lo udah pada tau. Ibn Sina atau Avicenna adalah seorang polymath jenius asal Uzbekistan yang bener-bener mendalami hampir semua ilmu pengetahuan, dari mulai filsafat, kedokteran, astronomi, sekaligus ilmuwan. Avicenna ini ngeluarin mahakarya kedokteran yang judul “Al Qanun fi al Tibb” atau “The Canon of Medicine” dan jadi buku pegangan utama para mahasiswa kedokteran di penjuru Eropa sampe abad ke-18, atau kurang lebih 700 tahun ke depan! Gile ga tuh!?
Lo bisa bayangin aja kalo pada zaman itu, dunia medis masih sangat miskin pengetahuan, kebanyakan tabib hanya meraba-raba berdasarkan pengalaman tanpa didasari eksperimen serta pengetahuan yang sahih tentang bagaimana sistem tubuh manusia bekerja. Nah, pada zaman itu, Avicenna-lah mengumpulkan seluruh pengetahuan ilmu faal, anatomi, intervensi medis dari jaman klasik Yunani/Romawi dan Persia/India sejak jaman Hippokrates dan Galen, sekaligus digabung sama riset medis yang dilakuin sendiri sama Avicenna. Saking kerennya nih buku, Avicenna sampe-sampe disebut sebagai “Bapak Pengobatan Modern”.
Pada masanya, Avicenna ini dikenal sebagai orang yang berpikiran sangat logis dan rasional, jauh melampaui manusia-manusia pada zamannya. Perkembangan intelektual Avicenna sangat dipengaruhi dari ajaran Aristoteles dan Plato sebagai perintis tonggak pertama konsep filsafat logika serta budaya untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai sedalam-dalamnya. Berdasarkan itu, Avicenna tidak cuma mengembangkan banyak ilmu pengetahuan, tapi juga mengkritik banyak perkembangan ilmu yang keliru dan masih nyampur-nyampur sama hal-hal mistis dan supranatural.
- Metodologi Penelitian: Selain buku the Canon of Medicine, Avicenna juga membuat “Kitab al Shifa” atau lebih dikenal dengan The Book of Healing. Dalam buku itu, Avicenna meletakkan dasar-dasar dan aturan dalam menjalankan metode eksperimen dalam mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Sampai akhirnya metode saintifik tersebut disempurnakan oleh Galileo yang menjadi Bapak Sains Modern.
- Astronomi: Avicenna membantah klaim klaim para astrolog yang menyatakan bahwa pergerakan benda langit memiliki efek kepada nasib manusia itu adalah hal yang ngaco dan gak masuk akal. (dalam kitab: Ar Risalah fi Ibtal Ahkam al Nujum)
- Kimia: Avicenna membantah klaim para alkimiawan (alchemist) yang menyatakan bahwa ada zat yang bisa mengubah timbal menjadi emas yang waktu itu beken dengan istilah “The Philosopher’s Stone” (ini gak ada hubungannya sama Harry Potter yah!)
- Geologi: Dalam buku “The Book of Healing”, Avicenna juga membuat hipotesis bahwa awal terbentuknya gunung adalah proses pergerakan permukaan bumi seperti gempa bumi dan pergerakan sungai.
- Fisika: Dalam bidang mekanika, Avicenna mengelaborasikan teori “motion” atau gerakan. Sedangkan dalam bidang fisika optik, dia sempat menyatakan bahwa cahaya memiliki kecepatan. Sampai akhirnya disempurnakan oleh Ole Rømer, Maxwell, dan Einstein.
- Psikologi: Dalam psikologi, Avicenna juga menyatakan bahwa “jiwa” itu sebetulnya hanya merupakan bentuk persepsi fisiologis kesadaran manusia, dan bukan merupakan hal yang supernatural. Filosofi mengenai kejiwaan ini mempengaruhi banyak filsuf Barat jaman Renaissance, terutama René Descartes.
2. Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al Sabbah Al Kindi
Walaupun namanya ga setenar Avicenna atau Al Farabi, Al Kindi bisa disebut sebagai ilmuwan Muslim terbesar sepanjang masa. Awalnya, Al Kindi dipercaya sama Khalifah Al Ma’mun buat jadi ketua tim penerjemah naskah-naskah filsafat kuno dari Yunani dan Romawi di Bayt al Hikmah.
Kebayang doong, berarti dia sambil nerjemahin itu juga sambil baca macem-macem ilmu pengetahuan dari berbagai sumber paling awal peradaban islam filsafat klasik. Kalo ga ada Al Kindi, jangan harap deh kita bisa kenal yang namanya Avicenna, Al Farabi, dan Al Ghazali, karena mereka-mereka ini berhutang besar terhadap buah karya terjemahan dari naskah-naskah kuno hasil jerih payah Al Kindi.
Eit, tapi jangan disangka Al Kindi kerjaannya cuma nerjemahin doang yah, dengan pengetahuan yang dia serap itu, dia juga mensintesa hasil pemikirannya sendiri dengan membuat buku. Berapa banyak bukunya? Total jumlah buku yang dia tulis tuh lebih dari 260 judul! What?? Orang sakti mana jaman sekarang yang bisa sanggup nulis buku sebanyak itu?? Ckckkck..
Kalo gue sebutin karya-karya tenarnya, gue jamin lo udah ketiduran duluan sebelom abis lo baca ini artikel ini saking banyaknya. Buku-buku yang dia tulis itu ga cuma dari satu disipilin ilmu lho. Mulai dari filsafat, matematika, kedokteran, fisika, astronomi, kimia, sampai teori tentang musik dia tekunin abis-abisan. Wah, pasti dia langganan zenius.net tuh, hehe… (becanda :P).
Berikut gue sebut aja beberapa kontribusi dia dalam ilmu pengetahuan: dalam bidang optik, dia menyebutkan bahwa agar mata bisa ngeliat benda, perlu perantara yang bisa ngarahin tuh benda ke mata kita, dalam hal ini udara. Dalam bidang kimia, dia bisa dibilang salah satu orang yang pertama kali menyuling alkohol dan memproduksi alkohol pabrikan dalam jumlah banyak. Selain itu, dia juga menentang para ahli alkimia yg nyebutin bahwa unsur bisa berubah-ubah.
Dalam bidang matematika, Al Kindi merupakan salah satu orang pertama yang ngadaptasi angka India jadi sistem bilangan Hindu-Arab (0-9) yang kita pake sampe saat ini. Keren abis kaan??
3. Abu al Fath ‘Umar Ibn Ibrahim Al Khayyam
Al-Khayyam atau Omar Khayyam adalah seorang matematikawan, astronom, dan pujangga yang hebat! Tuh kan, siapa bilang ilmuwan tuh ga romantis? hehehe… Ilmuwan Persia ini lahir di Nishapur-Iran, menimba ilmu matematika di Samarkand, lalu kerja sebagai astronom di kota Bukhara, dua-duanya sekarang terletak di Uzbekistan.
Sumbangan terbesar Khayyam di dunia matematika adalah Segi Empat Khayyam-Saccheri, yang dia temuin pas lagi pusing mau nerangin ke masyarakat matematika soal postulat-postulatnya Euclid. Selain itu, dia juga dikenal sebagai orang yang pertama kali secara lengkap ngejabarin konsep Segitiga Pascal. Sehingga saat ini banyak ahli matematika yang sebenernya nyebut penjabaran binomial ini sebagai “Segitiga Khayyam-Pascal”.
Dalam dunia astronomi, ia bisa membuktikan bahwa Bumi berputar pada sumbunya. Selain itu, dia juga salah satu anggota tim perumus kalender Iran yang dikenal sebagai Jalali Calendar. Terakhir jangan lupa sama buku puisinya yang paling terkenal, yaitu Rubaiyat of Omar Khayyam. Rubaiyat ini udah diterjemahin ke puluhan bahasa di dunia lho!
4. Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khwarizmi
Eng ing eeeng! Ini dia nih yang juga paling mendunia namanya. Al Khwarizmi adalah Ilmuwan asal Khwarezm, Uzbekistan, ini berasal dari keluarga dengan latar belakang penganut agama Zoroastrianisme (Majusi).
Ilmuwan ini sering banget namanya kita sebut tanpa sadar, Yes betul, kata Algoritma berasal dari nama ilmuwan ini. Kontribusi terbesarnya ialah mengembangkan pendekatan khusus untuk memecahkan persamaan linear dan kuadrat, yang kita kenal dengan nama Aljabar. Konsep aljabar ini, dia tulis dalam Kitāb Al Mukhtasar fi Hisāb al Jabr wa’l-Muqābalah atau “Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan”.
Selain itu, beliau inilah yang berhasil memetakan pergerakan matahari, bulan, dan kelima planet yang dia tulis dalam kitab Zīj al-Sindhind (Perhitungan Astronomi Pakistan dan India). Al Khwarizmi juga ditugaskan oleh Khalifah Al Ma’mun untuk membuat peta dunia, sekaligus mengukur keliling bumi melalui proyeksi terhadap gerakan matahari dan pendekatan matematis. Proyek ini menghasilkan salah satu kitab terbesarnya juga yaitu Kitāb surāt al-Ardh (Kitab Citra Permukaan Bumi), yang lebih terkenal di Barat dengan judul “Geography”.
5. Nasir al Din Tusi
Tunggu! Siapa nih Al Tusi? Gue yakin pasti banyak dari lo yang bahkan belom pernah denger nama tokoh ini. Ilmuwan Persia abad ke 13 ini merupakan ilmuwan yang lumayan terakhir nongol di dunia Islam, setelah Baghdad diluluhlantakkan oleh bangsa Mongol dibawah kepemimpinan Hulagu Khan.
Karena terjadi pergeseran kekuasaan, Tusi mengabdikan dirinya kepada Khan. Apa sih istimewanya Tusi? Sama seperti ilmuwan yang gua sebut sebelumnya, doi juga seorang polymath yang nguasain banyak banget bidang ilmu kaya matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, serta sastra. Tapi yang paling bikin ilmuwan ini adalah teorinya tentang mekanisme Seleksi Alami yang membentuk keanekaragaman hayati di dunia, yang dia kemukain 750 tahun sebelum Charles Darwin dan Alfred Wallace, duet pengungkap rahasia Seleksi Alami.
Tusi nyebutin bahwa organisme-organisme yang lebih cepat untuk bermutasi dan berubah bentuk/memiliki perubahan fungsi organ akan lebih bervariasi dibandingkan individu lainnya. Badan organisme tersebut berubah karena faktor internal dan eksternal. Ini nih, yang merupakan titik awal pemikiran manusia tentang asal mula spesies terbentuk.
“The organisms that can gain the new features faster are more variable. As a result, they gain advantages over other creatures. […] The bodies are changing as a result of the internal and external interactions.”– Al Tusi, Kitab Akhlaq-i-Nasri
Selain mencetuskan gagasan tentang seleksi alami, Tusi juga merupakan orang yang berjasa dalam memberikan jalan untuk munculnya era Renaissance di Eropa, karena dialah yang menyelamatkan 400,000 buku ketika Bayt al Hikmah dihancurkan oleh Mongol. Ia membawa kabur naskah-naskah tersebut ke Observatorium Maragheh, Azerbaijan. Di tempat itu, ia melanjutkan risetnya tentang pergerakan Bumi yang akhirnya menjadi inspirasi bagi Nicolaus Copernicus tiga abad kemudian sebagai orang pertama yang membuktikan bahwa bumi mengelilingi matahari, bukan sebaliknya.
6. Abu al Walid Muhammad Ibn Rushd
Ibn Rushd atau lebih dikenal dengan nama Averroes adalah seorang polymath Muslim yang lahir di daerah Andalusia, Spanyol. Cakupan bidang yang dia pelajari sangat luas dari mulai logika, filsafat, psikologi, geografi, matematika, sampai kedokteran.
Ibn Rushd dikenal sebagai ilmuwan Muslim terakhir yang dengan gigih memperjuangkan nilai-nilai logika dan metode sains dalam kebudayaan Islam di tengah gerakan dari lawan pemikirannya yaitu Al Ghazali yang mengkritik bahwa pencampuran ajaran filsafat Yunani dari zaman Aristoteles hingga Avicenna dan Al Farabi itu sesat dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Gara-gara pembelaannya terhadap filsafat Yunani dan metode sains, dirinya dikucilkan dari komunitas Islam dan dianggap sesat oleh tiga agama sekaligus, Islam, Kristen, dan Yahudi. Sampai akhir hayatnya, Ibn Rushd tetap setia sama pandangannya bahwa ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama bisa berjalan beriringan. Ironisnya, Ibn Rushd dikenang sebagai pejuang terakhir (sayangnya gagal) yang melakukan perlawanan terakhir para ilmuwan Islam untuk mengedepankan logika dan pendekatan metode saintifk.
Penyebab Hancurnya Masa Peradaban Emas Islam
Okay, kalo di atas kita udah bahas beberapa ilmuwan dari zaman keemasan Islam yang menjadikan kerajaan kekhalifahan sebagai titik tonggak perkembangan ilmu pengetahuan yang bikin seluruh dunia terkagum-kagum dan angkat topi dengan peradaban islam ini, nah sekarang kita bahas tentang apa sih yang menjadi pemicu berakhirnya era emas ini. Sejauh penelusuran gue, ada dua hal signifikan yang menjadikan pemicu berakhirnya era emas ini.
- Pertama adalah kritik dari Al Ghazali yang menentang pengaruh dari filsafat Yunani yang menjunjung tinggi logika dalam penalaran ilmu dalam peradaban Islam. Kendati Ibn Rushd bersikeras bahwa tidak ada kontradiksi antara filsafat Avicenna dan Al Farabi dengan ajaran agama, Al Ghazali tetap menyatakan “perang” terhadap pengaruh filsafat Yunani dan menginginkan pemurnian ajaran agama Islam. Sejak perubahan filosofi pemurnian itulah, Zaman Keemasan Islam mengalami kemunduran drastis, sehingga jarang sekali menghasilkan ilmuwan-ilmuwan besar seperti pada abad 9-11 silam.
- Kedua, faktor lain yang turut mendorong runtuhnya era emas ini adalah serbuan dari bangsa Mongol yang akhirnya meluluhlantakkan Baghdad bersama dengan perpustakaan sekaligus pusat ilmu pengetahuan paling lengkap saat itu, Bayt Al Hikmah. Penghancuran ini sering dianggap sebagai titik balik penurunan dunia Islam di bidang pengetahuan. Untungnya, ratusan ribu manuskrip dari Bayt Al Hikmah sempat diselamatkan oleh Al-Tusi ke Observatorium Maragheh, Azerbaijan yang kemudian menjadi sumber referensi dan inspirasi para ilmuwan Eropa pada zaman Renaissance dan Enlightenment.
Menelusuri Lebih Dalam Tentang Islamic Golden Age
Okay, udah menjadi rahasia umum bahwa sejak tragedi WTC 11 September 2001, peradaban Islam mendapat tantangan yang besar, terutama perubahan paradigma sebagian masyarakat dunia yang mengasosiasikan Islam dengan stigma negatif seperti terorisme, represi gender, hukum syariat, dan lain sebagainya. Peristiwa 9/11 dan banyak konflik perang di Timur Tengah menjadi pemicu perang urat syaraf antara dunia Islam dengan sebagian Barat hingga saat ini.
Melihat fenomena sosial seperti itu, banyak cendekiawan Islam yang mencoba untuk “mengingatkan” kembali bahwa peradaban dunia modern saat ini sebetulnya berhutang banyak terhadap era emas peradaban Islam di dalam setiap kesempatan, entah itu di ruangan kelas, mesjid, madrasah, atau forum yang terbuka untuk umum. Untuk hal yang satu itu gue sangat sepakat banget bahwa kita gak boleh melupakan kontribusi era emas peradaban Islam.
Namun sayangnya, masih banyak dari bentuk diskusi itu yang lupa akan esensi sesungguhnya yang bisa kita dapatkan dari peradaban islam yang luar biasa ini. Esensi yang gue maksud ini adalah apa sih yang menyebabkan dunia Islam sempat menjadi pemegang obor estafet ilmu pengetahuan yang menerangi seluruh dunia? dan apa sebetulnya hal yang membuat era emas ini berakhir? Karena dengan mengetahui pemicu jatuh-bangunnya sebuah era emas, kita bisa banyak belajar untuk membangun kembali hal yang sama serta belajar dari kesalahan masa lalu untuk tidak mengulanginya kembali.
Dari apa yang gue ceritain di atas, gue ingin lo paham betul bahwa peradaban Islam pernah begitu maju karena peradaban Islam saat itu sangat menjunjung tinggi akses ilmu pengetahuan yang terbuka dari berbagai macam sumber. Mereka bisa maju dengan menghargai para ilmuwan sebelumnya kendati berasal dari kebudayaan berbeda (Yunani, Romawi, Persia, India) sebagai pemegang tongkat estafet pertama yang merapihkan cara pandangan kita mengenai klasifikasi ilmu dan logika.
Peradaban Islam dulu begitu maju karena menghargai perbedaan serta terbuka dengan kelompok lain seperti Yahudi, Nasrani, Sabian, dan Zoroaster (Majusi) untuk ikut bersama-sama membangun dunia ini dan berkontribusi mengembangkan ilmu untuk menjadikan dunia ini lebih baik.
Peradaban Islam inilah yang menjadi jembatan peralihan dari ilmu filsafat Yunani klasik yang abstrak menuju subjek yang lebih konkrit dengan penalaran observasi dan pendekatan empiris. Peradaban Islam inilah yang mulai meraba-raba kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah sampai akhirnya disempurnakan oleh para ilmuwan Eropa yang memegang tongkat estafet ketiga yang juga sempat jatuh-bangun karena pengaruh Gereja Katolik Roma yang melarang perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Dark Age. Sampai akhirnya lahirlah para “pahlawan baru” di Eropa yang kembali menggebrak dunia dengan pemahaman yang baru seperti Galileo Galilei, Copernicus, Darwin, Newton, hingga Einstein.
Sekarang, siapakah pemegang obor estafet berikutnya? Mungkin nggak, kita Bangsa Indonesia bakal ikut juga berkontribusi dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan? Jawaban dari pertanyaan itu semua balik lagi ke pundak kita semua, terutama pundak lo semua yang baca artikel ini. Okay, sekian sharing gue tentang sejarah peradaban emas dunia Islam, moga-moga bermanfaat buat lo semua.
PS. Isi ringkasan dari artikel ini juga bisa lo tonton dalam format video berikut ini:
Kalo ada di antara lo yang mau ngobrol atau diskusi sama Faisal tentang Sejarah peradaban emas dunia Islam, langsung aja tinggalin comment di bawah artikel ini ya.
apa yang terjadi asal mula kenapa negara2 arab (liga Arab) tidak bersatu dalam kekhalifahan seperti dulu tapi kenapa malah mendirikan sebuah negara sendiri-sendiri
Kompleksitas pemikiran? Hilangnya sosok khalifah yang strong banget wibawa nya? Demagogi suatu golongan?
Perlu diingat bahwa kekhalifahan itu biasanya jatuh bangun sesuai dinasti yang mampu meraup wilayah yang cukup luas. Khilafah Umayyah mengambil alih wilayah bekas Khalifah Ali. Khilafah Abbasiyyah menjatuhkan dinasti Umayyah dan merebut kekuasaan bekasnya. Setelah Abbasiyyah jatuh dan digantikan negara-negara kecil yang dikuasai jendral-jendral etnis Turki, Kerajaan Mamluk di Mesir mengaku khalifah walaupun wilayah kekuasaannya sebatas Mesir. Pada generasi ke-5 Turki Usmani, Sultan/Padishahnya berhasil memaksa Sultannya Mamluk untuk menyerahkan gelar khalifah. Setelah Perang Dunia I & II, negara besar bercorak imperium sudah tidak zamannya lagi: Imperium Jerman, Imperium Inggris, Imperium Austro-Hungaria, Imperium Russia, Imperium Jepang dan tentu saja Imperium Usmani pada runtuh semua.
Jadi sekarang sudah tidak ada insentif untuk membangun negara besar multi-nasional khas imperium atau khilafah. Sekarang zamannya negara-bangsa.
Saya kurang setuju, karena bagaimanapun juga sistem khilafah menjunjung tinggi hukum al quran dan sunnah nabi yang mulia yang merupakan hukum pemilik semesta alam ini yaitu allah swt. Jadi apa mungkin manusia mencari cara lain selain cara yg diturunkan oleh allah?
Kalo gitu berdoa aja bro semoga ISIS berhasil membangun khalifah.
wkwkwk media berhasil merobek-robek istilah Khilafah ditubuh kaum muslim dan barat berhasil menggunakan alat ISIS untuk memperburuk citra Islam yang mulia. Padahal Khilafah itu adalah kewajiban diatas kewajiban, jika tidak ada Khilafah sungguh MUSTAHIL kaum Muslim bisa memimpin 2/3 dunia dalam waktu !3 Abad
2/3 lu gabung-gabung, kekuasaan umayyah, abbasiah, ustmani, seljuk, fatimiyaah, moghul, dll. padahal periode waktunya aja berbeda-beda, bahkan madzhabnya pun berbeda-beda. contoh ustmani sama fatimiyah jelas beda, bahkan ada permusuhan yg kuat diantara mereka. kekuasaan abasiah pun membantai keluarga umayyah. ke khilafahan itu ngga ada setelah meninggalnya Ali. yang ada itu bentuk kekaisaran, ini ditandai dengan muawiyah bin abu sufyan merebut kekuasaan dari ali terus diturunkan oleh yazid. salam super mahasiswa sejarah
Khalifah sudah berada selama beratus-ratus tahun dan terbukti menghasilkan ilmuwan-ilmuwan hebat. ISIS baru terdengar 1 tahun kebelakang dan sama sekali tidak membangun struktur kekhalifahan yang sesungguhnya. Dan sampai sekarang kau masih menganggap ISIS itu representasi dari khalifah…. Oh, C’mon bro, buka matamu
Kekhalifahan itu mengenai kesatuan umat Islam di seluruh dunia :). Mungkin dulu menyangkut perluasan wilayah dan sebagainya tapi sekarang lebih kepada pemimpin umat Islam yang satu. Seperti Umat Kristiani di seluruh dunia dipimpin oleh seorang paus.
Yoih, udah diwakilkan sama sahabat saya, Studens.. Nice answer man!
Berbicara ttng era modern Islam, spertinya ini hal yang ribet, banyak faktor dan alasan kenapa Negra Islam di dunia membentuk negara sendiri-sendiri, padahal kita tau, bahwa Islam itu adalah satu, ya Negara Islam.
Adanya campuran politik, ekonomi, dan budaya luar yang mempengaruhi “mindset”, juga dengan ada berbagai aliran-aliran yang bertujuan untuk memudahkan jalannya agama Islam, padahal sesungguhnya Islam itu mudah, tetapi tegas dan disiplin. Nah, akibatnya mereka yang ingin mencari kemudahan tadi salah menafsirkan Agama Islam ini. Mereka berusaha menyembunyikan apa yang seharusnya dilarang oleh Islam, seperti mencampurkan aqidah dan sebagainya. Dengan bantuan-bantuan dari negara non Islam yg mempunyai berbagai syarat yang menentang hukum Islam itu sendiri, mau tidak mau, negara Islam tadi ini sebagian dari mereka ada yang menyetujuinya, akibat dari pertentangan ini, yang timbulah perpecahan. 🙂
Kurang lebih seperti ini, terlalu panjang untuk dijelasin ya Akhi, dan banyak versinya.
harus dilihat perpecahan islam itu muncul ketika meninggalnya ustman dan munculnya muawiyah sebagai penguasa. perpecahan ini meninggalkan perselisihan sampai sekarang, yang pada akhirnya nanti melahirkan dua golongan besar yaitu sunni dan syiah. belum lagi syiah nanti terbagi-bagi lagi. sunni pun juga sama. kekuasaan islam pun terfregmentasi sebelum lahirnya negara-negara barat. yang ada setelah itu kekaisaran yang bermunculan dan saling mengklaim sebagai penguasa sah islam. berpikir sejarah berarti berpikir sampai ke akarnya. ngga perlu teori konspirasi islam pun sudah pecah pasca terbunuhnya ali dan munculnya muawiyah yang mengklaim sebagai khilfah. ente juga mesti tau, golongan ilmuwan itu mutazilah musuh para kaum ortodoks yang notabennya ulama pada waktu itu.
ME GUSTAAAAAAAA! Gila sal ini yang gue tunggu tunggu. Keren abis! Jadi sekarang gue paham kenapa islam jaya banget dulunya tapi malah gejlok gitu aja waktu itu. Pantes ampe sekarang nobel (kl gasalah) blm ada dr islam ya? Cmiiw. So gue bisa simpulin, gak ‘hanya’ al-quran yg bantu Islam waktu itu. Tapi keterbukaannya lah yang membuat boosted up. Jadi orang terbuka tuh berarti penting banget! Wah tercerahkan. Thanks!
Setauku penerima nobel yang muslim pernah ada kok, namanya Abdus Salam. Monggo dicek di google…
Haaa iya itu! Thanks. Ya meski kontroversial ya dengan “beda” alirannya.
Pa De Dr. Abdul Salam lahir di daerah miskin dan bersepeda tiap hari ke Lahore. Mendapat nilai tertinggi di ujian masuk Universitas Punjab. Di terima di St John College Inggris bidang Fisika dan Matematika. Meneruskan riset di Fisika teoritis dan mendapat gelar PhD dari Cambridge. Mendapat Hadiah Nobel tahun 1951 untuk bidang Kuantum elektrodinamika. Kembali untuk membangun Pakistan, tapi ditolak oleh bangsanya karena ia seorang penganut Ahmadiyah. Makamnya pun dirusak oleh kalangan ekstrimis Islam yang mengagungkan “pemurnian” agama.
Hormat dan doa shalawat terdalam untuk Dr. Abdul Salam…
Maaf nih, cuma mau kasih tau, Abdus Salam mengikuti aliran Ahmadiyah yang berarti mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, jadi dapat kita lihat bahwa ia bukanlah umat muslim. Umat muslim ialah yang mempercayai Allah merupakan Tuhan YME dan Nabi Muhammad sebagai nabi yang terakhir utusan Allah.
Walaupun begitu, kita harus bisa mengikuti langkahnya dalam bidang pengetahuan. Semoga Islam Golden Age dapat terulang kembali!
Konsep kenabian dalam Islam itu luas bro, tapi ah sudahlah
Luasnya seperti apa mas? Jelasin dong. Masih kurang paham 🙁
Maaf bro mengkoreksi. Abdus Salam menerima nobel tahun 1979 atas kontribusinya dalam ‘electroweak unified theory’. Dia mendapatkan nobel bersama dengan Wienberg dan Glashow. Sampai saat ini, dia hanya satu-satunya orang islam yang berhasil meraih hadiah nobel di bidang fisika.
Malala Yousafzai?
Perdamaian kan ya itu
Ahmed Zewail dari Mesir di bidang Kimia.
Yg dimaksud masbro Rifad itu Nobel dalam bidang sains, ki…
Oh gitu. Maklum, habis nulisnya cuma Nobel. Selama bertapa di goa, saya taunya Nobel ada physics, chemistry, peace, physiology-medicine, dan literature.
Iya, hal yang terkesan sesimpel membuka pikiran dan penerimaan kita sama pendapat dan pandangan orang lain, asal positif, bisa bikin peradaban manusia sampe ke titik puncak lho.. Layak diperjuangin sih menurut gue
“So gue bisa simpulin, gak ‘hanya’ al-quran yg bantu Islam waktu itu.”
Sorry, gue mau tanya. Memangnya apa peran al-quran waktu itu?
bro maaf ya, inikan sejarah “Masa Keemasan Islam” waktu itu. ya jelaslah. islam ga lepas dari Al-Quran. di artikel tadikan udah dijelasin kalau mereka di minta oleh pemimpin pada masa dinasti abbasiyah buat mecahin permasalahan. Bro ini perintah langsung lho dari khilafah gitu, ya pasti ada hubungannya dengan Al-Quran. Rasul jagu wasitin ilmu buat umatnya. Teori yang kata orang nonmuslim “gak masuk akal” dlm Qur’an itu udah mulai bisa dijelasin dg bantuan mereka. kalau balik kita lagi, ya Al-Quran ini mungkin yang jadi latar belakang penelitian mereka.
hati-hati false causation fallacy :))
ya terus menurut lu apaan coba ?
baca artikel di atas lagi. udah dijabarin Faisal dengan lengkap.
kau tidak akan tahu “insight” dari pertanyaanmu sendiri sebelum kau membaca dan mengkaji alquran itu sendiri. dan jangan dari terjemahan tapi jika kau serius (tidak malas-malasan) baca tafsir quran dari ulama-ulama besar.
jika kau tidak malas mencari
Mau ngasi pendapat nih, semoga gak asal dijudge and cmiiw..
Artikel diatas kan hanya mengambil garis besar apa yang ditemukan oleh ilmuwan” Islam besar kita, berarti ya kita gak bisa bener” menjawab pertanyaan anda ketika sumber diatas saja tidak membahas secara detail sampai ke landasan” yang mendasari penelitian para ilmuwan tersebut.
Cuma karena mereka muslim, ya logikanya mereka harusnya juga menggunakan Quran Hadist sebagai pedoman. Terlebih lagi dituliskan bahwa Ibn Rushd meyakini bahwa ilmu pengetahuan, filsafat dan agama seharusnya bisa beriringan. Harusnya sudah menjadi kode untuk kita semua bahwa beliau sudah mengkaji korelasi ketiga hal tersebut sampai akhirnya bisa menyimpulkan demikian.
keren nih, pernah baca juga waktu itu saking terpengaruhnya sama aristoteles dan plato… ibnu sina sempet ditentang beberapa ulama “garis keras” waktu itu…andaikan perkembangan ilmu pengetahuan waktu zaman dulu gak sempet terhenti karena berbagai kemelut sosial budaya dan perseteruan politik.. gue berandai andai mungkin manusia sekarang udah bisa melakukan perjalanan antar bintang kali ya.. hehehe
Emang selalu kaya napas, bro, sebelum Renaissance.. Kembaaang terus kempiss lagii.. Mudah2an era teknologi sekarang ga bakalan mundur lagi dan terus membawa kemaslahatan buat umat. Negatifnya tinggal kita singkirin kok klo kita niat
Semua ilmuan Islam sepertinya memang di tentang sama ulama ‘Garis Keras’ yang teguh bahwa semua harus sesuai dengan Quran dan Hadist.
Ya seperti sekarang ini cendekiawan Islam di cap Liberal sama ulama ‘Garis Keras’.
Saya juga yakin andaikan semua ilmuan diatas lahir di Indonesia di jaman sekarang, pasti dituduh ‘sesat’ sama ulama garis keras.
alhamdulliah.. semoga barokah.. 🙂
Kebanyakan mereka-mereka mendalami berbagai ilmu pengetahuan ya bang
Jadi sebenarnya Bumi mengelilingi matahari atau matahari yang mengelilingi Bumi
#OOT
pertanyaan itu sudah dijawab oleh Andy Octavian Latief(peraih medali emas IPhO 2006 di Singapura) di video ini ” https://www.youtube.com/watch?v=5aFY1o_aosE ” tepatnya di jam ke-1 menit ke-50, detik ke-15 (1:50:15)
pertanyaan itu sudah dijawab oleh Andy Octavian Latief(peraih medali emas IPhO 2006 di
Singapura) di video ini ” ttps://www.youtube.com/watch?v=5aFY1o_aosE ” tepatnya di jam ke-1 menit ke-50, detik ke-15 (1:50:15)
btw itu saya dapat dari hasil googling
I hope this is a troll question 🙁
Terus yang membakar perpustakaan besar Alexandria itu siapa om?
asalkan masalah kesejahteraan,moral & pendidikan di indonesia bisa di perbaiki ,anak indonesia pasti bisa memulai masa keemasannya,sekarang aja banyak anak indonesia yang nyasar sampe ke harvard.
makasih kakak tutor zenius sudah mengklarifikasi tema saya.
lumayan buat acuan agar bisa menjadi seperti mereka
Makna tersirat dari alasan jatuhnya kejayaan Islam simplenya karena kebanyakan umatnya sekarang udah gak menjalankan ajaran-ajaran Islam itu sendiri secara benar. Kebanyakan yg sekarang terlihat itu mereka meng gunakan ajaran Islam sebagai tameng untuk menghancurkan mereka yang berbeda sehingga sekarang timbul yang namanya Islamophobia. Padahal esensi ajaran Islam itu sendiri adalah Rahmatan lil ‘alamin yg artinya kasih untuk seluruh alam, alias damai. Miris sih.. Tapi di Al-Quran sendiri emang Islam itu bakal jaya dan jatuh untuk beberapa kali. Tinggal para umatnya saja yang memilih mau maju atau jatuh itu bukan tergantung takdir semata tapi hasil usaha juga buat hidup selaras antara kehidupan ruhani dengan duniawinya. Agama itu bukan tujuan, melainkan itu media untuk menjadikan kehidupan dunia ini selaras dengan hubungan khas terhadap Penciptanya. #OpiniAjaSih
Bener banget nih. Padahal ya, alangkah indahnya kalo bisa bertindak dan berpikir lebih diplomatis lagi bukan malah ribut ributan dan bertindak terlalu represif. #opini
Bukannya kejayaan Islam justru jatuh karena ingin pemurnian ajaran agama Islam dari al-quran. Kan udah jelas ditulis disana, kok gue jadi bingung. Wkwkwk.
kalau ngomong masalah Teori penciptaan. emang gak ada landasan ilmiahnya. Nah, tau sendiri Bahasa Tuhan itu gak kayak bahasa kita. Masalah pemurnian ajaran ya gapapa sih, itukan cuma pendapat mereka kalau islam ga boleh di campur dg ilmu sains. cuma ya itu, gue juga kurang setuju statement itu, coba liat deh berkat ilmuan2 muslim tadi beberapa teori yang ada di Al-Quran bisa dijelasin kok. ini bukti kalau Al-Quran sejalan dengan Ilmu Sains. Muslim juga di wasiati rosul kok untuk terus nuntut ilmu.
1. “kalau ngomong masalah Teori penciptaan. emang gak ada landasan ilmiahnya.”
2. “Al-Quran sejalan dengan Ilmu Sains”
lol wow. what a contradiction. like tons in your book.
yah bang. jangan sering ngutip sebagian perkataan dong. kebiasaan ngutip begini nih udah terlalu mainstream buat ngejatohin Ayat-ayat Qur’an. baca kata kata saya sebelumnya deh
ngutip sebagian perkataan itu udah terlalu mainstrean buat jatuhin statement orang-orang. jadi tolong pahami semua kalimatnya ya bang, gua tau lu orang terpelajar. sebelum itu, gua mau tanya :
1. Menurut abang nih, Apa islam yang nyebabin masa peradaban emas itu runtuh ?
2. apa Al-Quran perlu disalahkan a ?
jawab yang logis coba. kalau perlu pakai teori teori yang menurut abang udah bisa nyelesain permasalahan di alam semesta.
mengutip tulisan Faisal di atas:
“Dari apa yang ceritain di atas, gue ingin lo paham betul bahwa peradaban Islam pernah begitu maju karena peradaban Islam saat itu sangat menjunjung tinggi akses ilmu pengetahuan yang terbuka dari berbagai macam sumber. Mereka bisa maju dengan menghargai para ilmuwan sebelumnya kendati berasal dari kebudayaan berbeda (Yunani, Romawi, Persia, India) sebagai pemegang tongkat estafet pertama yang merapihkan cara pandangan kita mengenai klasifikasi ilmu dan logika. Peradaban Islam dulu begitu maju karena menghargai perbedaan serta terbuka dengan kelompok lain seperti Yahudi, Nasrani, Sabian, dan Zoroaster (Majusi) untuk ikut bersama-sama membangun dunia ini dan berkontribusi mengembangkan ilmu untuk menjadikan dunia ini lebih baik.”
gue yakin lo bisa tarik kesimpulan sendiri untuk menjawab pertanyaan nomor 1.
“apa Al-Quran perlu disalahkan?”
nope. yang salah adalah orang yang terlalu serius dengan agamanya hingga lupa bagaimana menjadi manusia yang baik dan menghargai ilmu pengetahuan.
Yang dimaksud bang faishal itu Filsafat Yunani yg bertentangan dengan ajaran Islam, yakni begitu menjunjung tinggi logika. Setiap hal punya batasan kan? Termasuk dalam penalaran dan berpikir terlalu tinggi, inilah yang mengarahkan kita gak percaya sama keberadaan sang pencipta. Sesuatu yang berlebihan itukan gak baik.
Islam menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Dalam Islam, Al Quran dan ilmu pengetahuan itu berjalan beriringan. Banyak ayat2 di Al Quran yang berisi ilmu pengetahuan walau tidak dijelaskan rinci. Makanya ada tafsir Al Quran. Seperti terjadinya hujan, dua lautan yang berbeda satu tawar, satu asin tapi keduanya mengalir tanpa menyatu, sidik jari, bayi di dalam kandungan, bahkan mengenai Nebula yang baru bisa dibuktikan di jaman modern.
guru gua pernah cerita ini. katanya “kalau perpustukaan itu ga dibakar sama bangsa babi dan monyet itu, mungkin kita sekarang sudah bisa terbang nak”
Kita udah bisa terbang kok, pake pesawat.
aksudnya jauh lebih canggih dari apa yang ada kecanggihan sekarang, dan kemungkinan kita sekrang harusnya uda bisa terbang sendiri. begitu spekulasi guru gue
Wah, jangan nyebut bangsa Mongol pake nama penghuni kebun binatang, dong. Sebagian dari keturunan bangsa Mongol banyak yg kemudian memeluk agama Islam, dan membangun kerajaannya sendiri. Semisal Timur Lang yang membangun Samarkand & Bukhara sbg pusat peradaban Islam di Asia Tengah, trus ada lagi Babur yg mendirikan Kekaisaran Mughal di India. Peninggalan utama Kekaisaran Mughal ini udh gak asing lagi buat kita, yaitu Taj Mahal, yg jadi landmark & simbol negara India.
bang faisal. sumber sejarah kan kudu di seleksi ye. biasanya lu kalo baca sejarah sumbernya dari mana? bagi link. ato judul bukunya dongs. yang masih berkaitan dengan sejarah islam ya hehe nuhun
Coba jelasin ke gw tentang evolusi kera jadi manusia…kalo misal nya teori evolusi darwin ini benar…berariti kita masih dlm proses evolusi dong.
Kalo kamu mau tau evolusi kera jadi manusia, itu gak bisa dijelasin karena pertanyaannya sendiri aja udah salah. Kera adalah anggota superfamilia Hominoidea, yang terdiri dari 2 familia, familia Hylobatidae dan familia Hominidae. Nah, manusia ini termasuk ke dalam familia hominidae. Jadi secara teknis ya manusia itu masuk ke dalam kategori kera.
Terus kenapa bisa tau kayak gitu? Soalnya kalo ditelusuri balik secara DNA, manusia punya satu nenek moyang yang sama dengan hominid lainnya, yaitu Nakalipithecus yang hidup di daratan Afrika 16 juta tahun yang lalu. Dari satu spesies tersebut, sebagian berevolusi
menjadi gorila, sebagian lagi menjadi simpanse, bonobo, dan sebagian menurunkan
genus Homo (yang kemudian berkembang menjadi homo sapiens atau manusia modern).
Spesies Homo tertua itu Homo habilis yang hidup kurang lebih 2,5 juta tahun yang lalu. Genus homo ini juga terus berevolusi dan mengalami proses spesiasi menjadi spesies-spesies Homo lainnya. Dalam genus Homo tersebut, terdapat homo australopithecus, homo orgaster, homo mauritanicus, homo erectus, homo neanderthalensis , homo rhodonensis yang berkembang menjadi homo sapiens sekitar 200.000 thn yg lalu.
Semua spesies yang aku sebut di atas itu bukan omong kosong, bisa ditelusuri bukti-nya satu per satu dan ditest struktur DNA-nya dengan metode yang terukur dan sangat teliti. Bisa kamu lihat pada diagram berikut ini:
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Humanevolutionchart.png
Kalo pertanyaan tentang apakah manusia masih dalam proses evolusi itu menurutku sih iya, kita sebagai organic life itu pasti sedang dalam proses evolusi, cuma arahnya kemana itu sulit diprediksi karena faktor-faktornya sangat banyak dan saling terkait. Seperti interaksi antar individu, sistem ekologi sangat kompleks. tingkat mutasi gen/DNA probabilitasnya sangat banyak, dan perubahan lingkungan seperti apa yang akan terjadi, dlsb.
ada gk kak video atau referensi yg menjelaskan itu semua? soalnya aku butuh bgt penjelasan yg lbh menyluruh ttg kesalahan pernyataan bahwa manusia itu berubah dari monyet.
Ini situs untuk penjelasan singkatnya:
http://evolution.berkeley.edu/evosite/evo101/IIE2cHumanevo.shtml
Klo udah dapet gambaran besarnya, lanjut ke situs ini:
http://evolution.berkeley.edu/evosite/evo101/IIE2cHumanevo.shtml
Dan kalo udah paham, silahkan browsing penemuan terbaru dan sejarah riset evolusi manusia di situs ini:
http://humanorigins.si.edu/evidence/human-fossils
Salam.. 😀
Ha Ha ha ada Prasdianto KW? baru ngeh gw ada komentar dari akun ini. Tapi jawabannya emang bakalan sama dengan apa yg akan gw tulis. He he enak juga ada penolong bertopeng… 😀
wkwk cuma teori kali.. bukan fakta darwin haha
Wuih ini nih yg aku tunggu2 bner bgt islam juga ikut andil untuk peradapan ilmu pengetahuan… dan aku setuju bgt bahwasannya kita harus terbuka dengan segala hal tpi harus di kritisi terlebih dahulu. Yakin sutau saat Indonesia juga akan berkontribusi buat peradaban2 di masa depan melalui tangan generasi2 emasnya, khusunya generasi2 Zenius hehehe
Peradaban Islam dulu begitu maju karena menghargai perbedaan
serta terbuka dengan kelompok lain seperti Yahudi, Nasrani, Sabian, dan
Zoroaster (Majusi) untuk ikut bersama-sama membangun dunia ini dan
berkontribusi mengembangkan ilmu untuk menjadikan dunia ini lebih baik.
gw suka yang ini
Gue setuju banget bang kesimpulannya , esensi yg lo sebut di atas hampir sama kaya yg dibilang muhammad natsir(perdana menteri indonesia ke 5 ) dalam tulisannya “islam dan kebudayaan” di buku capita selecta kumpulan tulisan muhammad natsir, nice posting lah
wah, akhirnya ada juga pembahasan tentang ‘rantai yg terputus’. semoga pembaca bertambah pengetahuannya dan bisa terbuka paradigmanya sama Islam, mentang-mentang media-media sekarang banyak yg islamophobia, hehe.
oh ia, nih ada recommended book, ‘The Great Bait Al-Hikmah : Kontribusi Islam dalam Peradaban Barat’ karya Jonathan Lyons. kali aja ada yg mau tau lebih jauh tentang ‘rantai yg terputus’ ini. dibuku ini dijelaskan tentang Adelard dari Bath yg bisa dibilang ilmuwan eropa generasi awal yg menjadi cikal-bakal masuknya pengetahuan-pengetahuan baru ke eropa. 🙂
Keren banget artikelnya. Baca sejarah kaya gini gak bikin ngantuk sama sekali. Thankss 😀 Anyway, tambahin artikel-artikel ekonominya dong..
udah baca artikel Marcel tentang trilemma ekonomi belom? gak kalah keren lho sama artikel ini https://www.zenius.net/blog/kebijakan-mata-uang-ekonomi-dunia
bang gw mau tanya, referensi buku tentang biografi ilmuwan-ilmuwan islam ada gak? lagi butuh banget. mohon balesannya bang faisal
Era Keemasan Islam emang menarik, tapi perkembangan ilmu pengetahuan di Romawi-Yunani lebih menakjubkan. x)))
izin re-blog ya kak Faisal 😀
tengkyu sebelumnyaa.
Ada satu lagi tokoh yg gak kalah hebatnya, yaitu Abu Raihan Al-Biruni (lahir 5 September 973 – meninggal 13 Desember 1048 pada umur 75 tahun) merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan.
Al-Biruni menulis banyak buku dalam bahasa Persia (bahasa ibunya) dan bahasa Arab.
Berikut karya-karya Al-Biruni ialah:
Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari.
Ketika berusia 22, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, “Kartografi”, yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar.
Ketika berusia 27, dia telah menulis buku berjudul “Kronologi” yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh dia (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4 buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah.
Dia membuat penelitian radius Bumi kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16).
Hasil karya Al-Biruni melebihi 120 buah buku.
Sumbangannya pada bidang matematika yakni:
Aritmatika teoritis and praktis, penjumlahan seri, Analisis kombinatorial, kaidah angka 3, Bilangan irasional, teori perbandingan,definisi aljabar, metode pemecahan penjumlahan aljabar, Geometri, Teorema Archimedes, dan
Sudut segitiga.
kak mempunyai catatan sejarah tentang harun arrasyid gak,,kalau ada share dong…
Keerreen parah ini artikelnya Bang Faisal. 🙂 Saya suka sama sejarahnya beserta gaya penulisannya yang ngena dan menarik. 🙂
apa ada hubungannya sama dark middle age-nya bangsa eropa?
Keren nih. Oh iya, gimana soal Abu Bakr Arrozi, Jabir Ibn Hayyan, Ibnu Haisyam, Ibnu Nafis, Jabir Al-Battani, Musa Ibn Syakir? Apakah mereka juga berperan besar?
Salah satu bahasan di buku Bahasa Arab yang gue pake di sekolah menyebutkan bahwa mereka adalah yang mengembangkan ilmu terapan. Bahkan Abu Bakr Arrozi disebutkan sebagai bapak kedokteran.
Hello kak faisal.. aku udah baca semua artikel zenius. dan emang keren dan pintar banget..
Nah, sebenarnya aku kepo banget gimana sih cara buat artikel yg bagus kayak gini? Mungkin next post berikutnya, kakak2 mau berbagi tips gimana membuat artikel spt ini 🙂
mas mau nanya nih sumber dari mana kok bisa menyatakan point2 ini
1.Hal pertama adalah ketika khalifah pertama Dinasti Umayyah yaitu Mu’awiyah ibn Abu Sufyan(setelah para khalifah Rashidun: Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali’) melakukan invasi ke daerah Transjordania dan Syiria sampai dia menemukan banyak banget manuskrip-manuskrip kuno di Kota Damaskus yang diwariskan dari perkembangan ilmu pengetahuan Yunani dan Romawi (Sokrates, Plato, Aristoteles, Galen, Euclid, dsb). Berdasarkan penemuannya itu, Mu’awiyah terinspirasi buat bikin pondasi peradaban Islam yang berdasarkan ilmu pengetahuan.
2.Pemicu yang kedua, adalah karena pada saat yang bersamaan kekhalifahan Ummayyah sedang mengadopsi teknologi penulisan naskah di atas kertas yang awalnya berkembang di Tiongkok. Dengan perkembangan teknologi penulisan itu, Mu’awiyah juga menyewa tenaga ilmuwan-ilmuwan dari Yunani dan Romawi untuk melakukan terjemahan terhadap naskah-naskah kuno tersebut ke dalam bahasa Arab
Zaman keemasan maju karena dahulu Ilmuan Islam yang bercorak pemikiran Liberal-Progresif mempunyai ruang di Masyarakat. Sementara sekarang ini, akibat dari kampanye ‘kembali ke Quran dan Hadist’ membuat cendekiawan bercoral liberal-progresif di cap kafir dan sesat. Kita sangat menyayangkan gejala tuduh menuduh kafir ini.
Lihat saja saat Ibnu Rushd yang cercorak liberal mendapat tantangan dari Al-Ghazali yang fiqh oriented. Artikel diatas juga menyimpulkan kalau Al-Ghazali terlalu ketat terhadap pemikirannya Ibn Rushd yang lebih terbuka. Al-Ghazali adalah ahli dalam ilmu fiqh yang tak perlu diragukan kapabilitasnya tetapi dalam menghadapai dinamika pemikiran, Al-Ghazali terlalu naif dengan mencap pemikiran filsafat yunani dan ilmu pengetahuan kontradiksi dengan Islam.
assalammualaikum, allah maha besar, saya sedikit ingin tahu, bagai mana sih paradigma ilmu pada zaman kejayaan islam, saya heran, kenapa tokoh2 dan penemuan pada zaman islam tidak begitu diketahui oleh dunia
Izin Re-post gan
jangan lupa cantumkan sumber dan kasih url link ke artikel ini.
Kadang suka kesel sendiri sama mongol yg ngehancurin bait al-hikma..
Yang dimaksud al ghazali itu, imam ghazali pengarang kitab ihya ‘ulumuddin? Kenapa alghazali menentang filsafat logika? Bukannya alkindi bilang kalo kita sebagai umat muslim boleh2 aja mempelajari filsafat logika tapi sebatas pengetahuan manusia aja
kenapa semua ilmuan kumpul di eropa?
Anjrit keren pisan ieu artikel !!!! hatur thank you bang Faisal Aslim.
wkwkw , sangking menghayati sampe kaga nyadar kalo ni artikel dari zenius :v , *dulu biasanya mampir buat download modul :”D
Keren gan ,
ada referensi buku ngga soal golden age islam…
Bang ada grupnya gak, saya jadi pengen nimbrung nimbrung santai :3
http://www.dw.com/id/tentang-pengkhianatan-al-ghazali-dan-keterbelakangan-islam/a-40903525
Tulisan pada link di atas sepertinya lebih update untuk menjawab tesis di dalam tulisan ini, yang berbunyi:
“Sejauh penelusuran gue, ada dua hal signifikan yang menjadikan pemicu berakhirnya era emas ini.
Pertama adalah kritik dari Al Ghazali yang
menentang pengaruh dari filsafat Yunani yang mejunjung tinggi logika
dalam penalaran ilmu dalam peradaban dunia Islam. Kendati Ibn
Rushd bersikeras bahwa tidak ada kontradiksi antara filsafat
Avicenna dan Al Farabi dengan ajaran agama, Al Ghazali tetap menyatakan
“perang” terhadap pengaruh filsafat Yunani dan menginginkan pemurnian
ajaran agama Islam. Sejak perubahan filosofi pemurnian itulah, Zaman
Keemasan Islam mengalami kemunduran drastis, sehingga jarang
sekali menghasilkan ilmuwan-ilmuwan besar seperti pada abad 9-11 silam.
Kedua, faktor lain yang turut mendorong runtuhnya
era emas ini adalah serbuan dari bangsa Mongol yang akhirnya
meluluhlantakkan Baghdad bersama dengan perpustakaan sekaligus pusat
ilmu pengetahuan paling lengkap saat itu, Bayt Al Hikmah. Penghancuran
ini sering dianggap sebagai titik balik penurunan dunia Islam di bidang
pengetahuan. Untungnya, ratusan ribu manuskrip dari Bayt Al Hikmah
sempat diselamatkan oleh Al-Tusi ke Observatorium Maragheh, Azerbaijan
yang kemudian menjadi sumber referensi dan inspirasi para ilmuwan Eropa
pada zaman Renaissance dan Enlightenment.”
Makasih atas tulisannya kak faisal. Kalau boleh saran, buat yg mau baca sejarah lebih lengkapnya peradaban Islam secara umum namun ringkas pembahasannya, disertai faktor-faktor yang mempengaruhi kuat-lemahnya Khilafah/Kekhalifahan, coba baca kitab ‘Daulah Islam’ karya syeikh taqiyuddin an-nabhani. Untuk pertanyaan ini, “Apa sih yang menjadi penyebab hancurnya masa peradaban emas Islam?” sy rekomendasi kitab ‘kaifa hudimatil khilafah’ (malapetaka runtuhnya khilafah) karya syeikh abdul qodim zallum. Bukunya juga membahas intrik-intrik politik atas hancurnya peradaban Islam yang ngga terjadi secara kebetulan, selain adanya faktor internal, tp ada jg faktor eksternal yakni rekayasa dan campur tangan negara asing imperialis.
Yang penting kita bekajar terus terutama buat yang muda2 belajar dan jangan sungkan dan ragu lakukan penelitian, observasi atau riset serta percobaan untuk membuktikan kebenarannya. lalu patenkan hasil penelitian itu untu diakui negara dan dunia siapa tau diantara sekian juta muslim bangsa indonesia akan lahir seorang ilmuwan besar yang tercatat dalam sejarah dunia, semoga……
Terima kasih buat penulis saya yakin ini sangat bermanfaat. Teruslah berkarya biar menjadi inspirasi bagi masyarakat terutama generasi milenial yang diantaranya saat ini tenggelam dalam pengaruh dunia maya yang kurang produktip.
sekali lagi terima kasih dan selamat berkonstribusi untuk kemajuan bangsa khususnya ummat Islam di Persada Nusantara ini. Semoga kita tetap dalam lindungan, bimbingan dan petunjuk Allah Swt. Aamiin yaa robbal a’lamiin.
Bagaimana cara kita untuk membangkitkan kemajuan peradaban islam dalam bidang ilmu pengetahuan dalam kompetisi dunia?
Selain mempelajari siapa saha ilmuwan Islam, yg lebuh penting lagi adslah bagaimana menerjemahkan buku-buku karya mereka ke dlm.bahasa Indonesia..agar kita bisa mempelajarinya. Terima kasih sdh membuat artikel diatas.