Artikel ini berisi resensi Episode 1 dari film seri Cosmos, dan membandingkan versi Carl Sagan dengan versi Neil de Grasse Tyson.
Salah satu tongkrongan favorit gue itu perpustakaan Diknas, daerah Senayan, Jakarta. Perpus hibah dari British Council ini punya koleksi VHS dokumenter yang lumayan banyak, dan banyak pula yang udah rusak nggak dirawat. Salah satunya, COSMOS-nya Carl Sagan. Dulu, gue nonton Cosmos secara lengkap di sini.
Emang sih suara musiknya naik turun dan gambarnya kadang penuh dengan noise karena VHS yang nggak dirawat. Tapi semua itu ga bisa ngalahin suara Sagan yang pelan dan penuh intonasi di tiap kalimat. “We’re made of star stuff” atau yang terkenal “Billions and billions“. Animasi era 80-an itu bergaya Psikadelik dan still image galaksi blur, jangan dibandingin sama citra Hubble & Spitzer sekarang. Tapi, itu juga nggak menghilangkan perasaan kecil kita di perjalanan menelusuri Cosmos yang dipandu suara menenangkan Carl Sagan.
Cosmos diproduksi lebih dari 30 tahun yang lalu. Sekarang, dengan kemajuan teknologi, internet, dan desain membuat dunia video dokumenter membuat produk yg berlimpah dengan kualitas tinggi. COSMOS yang dulu jadi tonggak video popularisasi Sains, sekarang kelihatan kuno, pelan, dan menua – walau gue sendiri ga sepakat dengan hal itu. Nggak bisa dipungkiri di era Computer Generated Graphics, musik dolby surround dan teknologi editing yang cepat, banyak generasi sekarang yang sulit tertarik untuk nonton COSMOS era Sagan.
Untungnya, 2–3 tahun lalu, Ann Druyan, istri Carl Sagan dan MacFarlane, produser American Dad dan film gokil Ted, memulai projek Rebooting COSMOS. Dan siapa yg dipilih jadi hostnya? Siapa lagi kalau bukan anak ideologi dari Sagan. Saintis Astrofisika Neil deGrasse Tyson. So, siap-siap deh sama perjalanan baru COSMOS.
Okay… Siapa Tyson? Apa hubungannya dengan Mike Tyson?
deGrasse Tyson selain jago di bidang Astrofisika, juga punya pengalaman unik dengan Carl Sagan. Waktu kecil, dia pernah mengirim surat ke Carl Sagan untuk datang ke kampus tempat Sagan mengajar. Kejutannya, Sagan menyanggupi dan akhirnya pada hari Sabtu, Tyson kecil diajak tour keliling kampus dan ngobrol banyak dengan Saintis yang ia lihat di TV.
Belakangan dia tahu kalau Sagan menulis janji ketemu dengan dia di agendanya. Tyson yang dulu masih anak SMA ketemu dengan saintis besar? Dan Sagan sengaja ngosongin harinya? Bahkan di akhir pertemuan, Sagan ngasih Tyson buku yang tertulis:
“To Neil Tyson, future astronomer”
Nah, di sini gue akan cerita sedikit tentang perbandingan antara Cosmos era Sagan dan era Tyson, untuk episode 1.
Episode 1 Pantai-pantai Lautan Kosmik
Posisi kita di alam raya dan pendekatan dua Cosmos
Bagian awal dari seri Cosmos yang baru dimulai dengan narasi Sagan.
“The Cosmos is all that is or ever was or ever will be ”
Cosmos era Sagan menitikberatkan pada pemahaman posisi kita dalam Cosmos atau alam semesta. Dimulai dari sisi terluar, di mana titik-titik yang terpampang di layar bukanlah bintang, melainkan kumpulan bintang, Galaksi. Ini tergambar pada poster Hubble Deep Field yang terpampang di selasar ruang pertemuan HAAJ (Himpunan Astronomi Amatir Jakarta). Gue sempet diem natap poster itu selama kurang lebih 10 menit, dan mungkin bisa lebih lama kalo nggak ditegor petugas karena ruangannya mau tutup. Ini gambarnya..
Cosmos era Sagan mulai dari supercluster Virgo, ke grup lokal Galaksi, masuk ke Galaksi kita Bima Sakti dan temen setianya Andromeda, lalu meluncur masuk ke dalam Galaksi rumah kita. Ada beberapa kali detour, atau perhentian sementara, di pulsar dan kuasar. Di sini, Sagan mencoba memberi spekulasi adanya kehidupan cerdas di dalam galaksi kita. Tapi dengan memberi penekanan, bahwa bukti empiris akan lebih berarti dari harapan dan keinginan.
Cosmos era Tyson, kebalikannya, perjalanan dimulai dari Bumi ke alam raya. Tyson menggunakan pendekatan yang familiar dengan pemirsa sekarang, yakni Alamat Kosmis (Cosmic Address). Bayangin kalau peradaban manusia sudah menjangkau alam raya, di manakah alamat Bumi? Tyson menuliskannya:
“Bumi, Tata surya, Lengan Sagitarius, Bima Sakti, Grup lokal, Supercluster Virgo, Cosmos”,
Dan mudah-mudahan Pak Pos masa depan ga akan kesulitan mengirim paketnya 🙂
Masing-masing pendekatan ini dipakai untuk pengantar sesi berikutnya. Di bagian berikut, Tyson bergerak ke cerita Giordano Bruno yang mendapat ilham alam raya yg luas. Dan Sagan? Bergerak ke Alexandria, ke cerita Eratothenes yg menghitung keliling Bumi dengan metode sederhana tapi akurasi tinggi.
Cerita dua tragedi, Bruno dan Aleksandria
Menjejak kembali ke Bumi setelah perjalanan mengarungi semesta, Sagan mendarat di bagian barat delta sungai Nil, sekitar abad ketiga sebelum masehi kota Alexandria, Mesir. Ia mendapati di tengah keajaiban Piramida, ada sesuatu yg terlupakan yang lebih berharga dari Piramida, lebih berharga karena menyimpan rahasia-rahasia pengetahuan dari abad-abad lalu, dan mungkin pengetahuan masa depan yg belum kita teliti, Perpustakaan besar Alexandria.
Perpustakaan Alexandria menyimpan ratusan ribu perkamen pengetahuan. Eratothenes salah satu kepala perpustakaannya selalu membeli buku atau perkamen dari luar Mesir untuk koleksi perpustakaan. Tiap kapal yg berlabuh akan dicari dengan teliti apakah membawa buku atau perkamen. Dipinjam, disalin dan menjadi koleksi perpustakaan.
Nggak heran kalau kultur semacam itu melahirkan banyak saintis jaman klasik. Archimedes, insinyur jenius jauh sebelum era Da Vinci. Strabo, ahli geografi yang sudah berpendapat bahwa Bumi bulat di zaman itu. Geometri Euclid yang masih menjadi patokan buku para Insinyur. Heron, yang dikenal dengan Teorema Heron pada Segitiga yang juga menciptakan automata atau robot pertama. Dan tragedi, baik yang menimpa perpustakaan itu sendiri serta saintis serta filsuf terakhirnya Hypatia.
Hypatia, berbeda dari semua nama sebelumnya, ia seorang saintis dan filsuf perempuan. Ia hidup di akhir kejayaan peradaban klasik dan akhir juga untuk Perpustakaan Alexandria Tahun 391 Masehi, pertarungan antara agama kristen yang baru lahir dan kaum pagan yang membela kultur pengetahuan di Alexandria mencapai puncaknya. Serbuan mereka yang didukung Kaisar Roma meruntuhkan Perpustakaan, membakar buku-bukunya dan membunuh penjaga terakhir pengetahuannya, Hypatia. Ada film yang menggambarkan tragedi ini, judulnya Agora. Dan adegan penghancuran perpustakaan, adalah adegan yg terlalu sedih untuk dilihat.
Jika Sagan mengangkat tragedi di akhir jaman klasik, sekitar tahun 400 masehi, Tyson mengangkat era yang jauh ke beberapa saat sebelum tahun 1600, ketika otoritas Eropa masih berpendapat:
“Bumi adalah pusat alam semesta”
Ide Nicolaus Copernicus pada tahun 1543 yang menyatakan bahwa Bumi berputar mengelilingi Matahari dianggap sesuatu yang tidak masuk akal. Namun Giordano Bruno, seorang biarawan Itali, bahkan memiliki ide lebih jauh dibanding Copernicus. Dia berpendapat:
“Bumi bukan pusat alam semesta. Bumi hanyalah salah satu planet pada tata surya. Matahari hanyalah salah satu bintang dari banyak bintang lainnya. Alam semesta itu luas tak terbatas… ia tidak bisa dijangkau karena ia tidak memiliki ujung dan tidak memiliki batas…”
Zaman itu, pernyataan Bruno dianggap pernyataan yang berbahaya, yang menentang otoritas Gereja sebagai sumber kebenaran. Maka dari itu Giordano Bruno harus dibungkam. Layaknya teori Evolusi saat ini yang mengalami ancaman dari para fundamentalis agama, teori bahwa Matahari pusat tata surya, Heliosentris, dan bukan bumi, Geosentris, dianggap tidak sesuai dengan teks di kitab-kitab suci. Intrepretasi sempit akan hal itu yang membuat kalangan religi terancam oleh ilmu pengetahuan yang terlahir kembali.
Inkusisi bergerak, Bruno ditangkap, dipenjara, disiksa supaya membatalkan pernyataannya. Bruno bersikeras, dalam perenungannya ia melihat semesta yang tidak berbatas berada di balik tabir yang tidak boleh dilihat oleh Vatican pada saat itu. Akhirnya hukuman yang dituduhkan adalah ia mendesakralisasi agama dan harus mati, dibakar di tiang.
Membakar Giordano Bruno memang membungkam beberapa saintis saat itu. Tapi, arus kuat ilmu pengetahuan dan status martirnya Giordano Bruno membuka jalan untuk para saintis menelusuri alam semesta dengan pengamatan data empiris, bukan berdasar kepercayaan. Tongkat estafet dilanjutkan oleh Galileo, lalu Newton, Faraday, dan seterusnya. Pengamatan dan observasi evolusi mahluk hidup, penggulingan status manusia sebagai mahluk istimewa oleh Darwin dan Wallace. Maxwell melanjutkan ke elektromagnetisme, berlanjut ke fisika modern Einstein, Schrodinger, Fermi, Bohr, Feynman. Pengungkapan rahasia kehidupan di DNA oleh Watson & Crick, dilanjutkan dengan pembacaan kode-kode genetik manusia di Human Genome Project oleh Craig Venter. Dan membuka rahasia semesta yg terdalam yg dilakukan bukan satu, tapi ratusan saintis di bawah tanah Prancis dan Swiss di Large Hadron Collider, pengungkapan materi dan anti materi dari awal alam semesta.
Luasnya Waktu
Baik Cosmos era Sagan maupun Cosmos era Tyson sama-sama berusaha menggambarkan luasnya waktu dengan menggunakan “kalender kosmik”. Sekarang bayangin kalau gue kasih daftar beberapa event penting dalam sejarah alam semesta begini:
- Big Bang, awal dari seluruh alam semesta, 13,8 milliar tahun yang lalu
- Sekitar 400 juta tahun kemudian, muncul bintang pertama.
- Bintang-bintang membentuk Bima Sakti 11 milliar tahun yang lalu
- Matahari kita terbentuk sekitar 4,6 milliar tahun yang lalu
- Kehidupan pertama di Bumi ada sekitar 3,5 milliar tahun yang lalu
- Mikroba perintis muncul di Bumi sekitar 2 milliar tahun yang lalu
- Ikan dan proto-amphibi mulai ada sekitar 500 juta tahun yang lalu
- Hutan, Dinosaurus, dan lain-lain baru ada sekitar 200 juta tahun yang lalu
- Primata yang berjalan tegak, sekitar 3,5 juta tahun yang lalu
- Manusia, Homo Sapiens, sekitar 150-300 ribu tahun yang lalu
- Tulisan pertama kali (dimulainya sejarah manusia), sekitar 6000 tahun yang lalu
Coba kalau event-event itu kita zip jadi 1 tahun. Tanggal 1 Januari adalah Big Bang. Tanggal 31 Desember adalah jaman kita hidup sekarang ini. Inilah yang disebut oleh Sagan dan Tyson sebagai Kalender Kosmik. Berikut ini gambarannya:
Dengan penggambaran seperti ini, lo bisa lihat kalau umur alam semesta kita udah sangat tua. Semua cerita yang pernah lo baca di buku sejarah; cerita raja-raja, cerita peperangan dan pertempuran, cerita percintaan, penemuan-penemuan penting, dan lain-lain baru terjadi di 14 detik terakhir di kalender kosmik.
Obor Estafet Pengetahuan
Seperti kata Tyson, Sains adalah usaha kerja sama melingkupi berbagai generasi. Bagaikan menyerahkan obor estafet dari guru kepada siswa untuk menjadi guru lagi. Sebuah komunitas pikiran untuk menggapai kembali masa lalu dan maju menuju bintang-bintang.
Dari perenungan para filsuf jaman klasik ke pengungkapan materi Higgs Boson, kita baru menjejakan kaki di pinggir pantai lautan kosmik, masih terbentang luas rahasia alam semesta. Dan kepada siapa obor estafet dari jaman klasik Perpustakaan Alexandria pengetahuan ini akan diserahkan? Kepada semua anak muda yang belajar sains demi mengetahui rahasia-rahasia apa lagi yang akan diungkapkan, ya bener.. pada lu semua yang baca tulisan ini.
—————————CATATAN EDITOR—————————
Lo bisa nih ngobrol atau nanya-nanya sama Pras seputar cosmos ini, lo bisa lgsg comment dibawah ya.
Btw, selain tulisan ini, ada juga nih tulisan lain yang ga kalah kerennya :
Wah seru juga ya ternyata jadi Ilmuwan.
Are You Ready To Understand The World?
Apa Sih Yang Bikin Kita Termotivasi?
Info dikit nih sekarang di zeniusnet udah ada lebih dari 40.000 video yang bisa lo tonton loh, dari mulai pelajaran SD, SMP, SMA sampai untuk persiapan UN, SBMPTN, dan UM. Lengkap dah di situ. Nah, kalo mau cobain belajar pake zeniusnet juga, langsung aja lo daftar jadi member di zenius, gratis kok. hehe
FAIIINAALLLEEEHH udah lama teh ditungguuuu si akaang
btw gue mau cerita sedikit nih gan,
buku Cosmos inilah yg membangkitkan obsesi gue dg science. Awalnya pas ikut OSN Astronomi tk kabupaten gue gk punya buku dan buta akan apa itu astronomi dan disiplin ilmu lain yg terkait, gue sendiri ikut OSN entah cuma kebetulan krn nilai fisika pas kls x sma tertinggi di kls, akhirnya ditunjuk ikut bimbingan astronomi.
Nah thn pertama ikut OSN gagal men, krn klah ama kls xi yg udh advance ilmu mereka, dan gue sendiri gk punya buku astronomi, belajarpun asal aja dr internet. Baru deh pas kl xi ikut OSN astro lg, gue prepare dr jauh2 hari dan cari2 buku semua hal yg kaitanya sm astronomi
Akhirnya ad tmn UGM yg nyariin bku di perpus UGM, dan difotocopy (slah satunya cosmos) karangan Carl Sagan yg udh di translate ke indo, disitulah imajinasi gue melayang layang saat baca tuh buku, diksinya tinggi dan keren bgt memang. Well beruntung bg kalian yg udah lihat dokumenternya di NatGeo, tp overall mnurutku yg ada di buku jauh lebih lengkap dari pada penjelasan di film dokumenternya, tp 13 bab yg ada di buku itu udh cukup membuat paradigma gue tentang science terbuka dan jadi suka. Kalian wajib tonton pokoknya
Klo ada yg punya filmnya 13 episod full subtitte indo, beri tau gue dimana dptnya ya?, most wanted bgt itu.. Thx buat mas pras yg udah post 🙂
Buku-bukunya Sagan memang bikin imajinasi kita melayang ke tempat-tempat yang jauh. Makanya gw heran sama beberapa orang yg bilang kalau sains itu hanya berkutat ke sesuatu yang eksak atau kaku, ga ada keindahan atau rasa di dalamnya.
Gw sendiri baca bukunya Sagan “The Pale Blue Dot”, lanjutannya Cosmos. Jadi Ingat baca bab tentang Jupiter dan 4 Gallilean moon nya. Dan pas liat langit di atas, pas ada Jupiter, di antara lautan bintang. Dan gw baca buku itu di tengah laut pantai Timur Sumatera, di geladak kapal Pelni 🙂
what a moment ! 🙂
sains padahal merupakan kendaraan kita untuk memuaskan rasa ingin tahu tentang bagaimana alam semesta ini bekerja secara simultan. Tapi ya gitulah, kdang orang bilang bahan diskusi science itu berat
itu mungkin gambaran mereka yg terbentuk lwat belajar mereka yg kurang menghayati ato cuma dr buku2 indo, padahal situs2 science internet menyediakan kesempatan belajar.
Gimana kita bisa tau seluas itu alam semesta ? Padahal yang bisa lihat dan yang bisa kita capai ga seberapa.
Yang bisa kita capai :
** Kita punya Voyager, ini salah satu benda/ perangkat yang pernah kita luncurkan dari bumi pada tahun 2012 dan benda ini pun kecepatannya cuma 17km/s sedangkan diameter bima sakti 100ribu tahun cahaya. Anggaplah kita letaknya 3/4 jari-jari dari titik pusat bima sakti yang berarti kita butuh 12.500 tahun cahaya untuk ngeluarin perangkat keluar dari bima sakti keburu kita nya meninggal duluan. So, untuk tau keluasan alam semesta menggunakan voyager menurut gw mustahil.
Yang bisa kita lihat :
** Kita punya teleskop, gw kurang tau seberapa jauh teleskop bisa ngelihat tapi yang jelas untuk melihat suatu bintang cahaya nya harus sampe ke bumi dulu. Nah masalahnya kalau yang diluar galaksi kita itu aja ga sampai-sampai cahaya nya atau udah mati duluan(Supernova) gimana kita bisa tau sampai sejauh itu luasnya alam semesta ?
Tambahan tentang Voyager. Voyager juga punya misi untuk memberitahukan keberadaan kita kepada makhluk asing(alien), di Voyager ada sebuah kaset yang terbuat dari emas yang isinya tentang semua aktivitas kita dan semua yang ada dibumi yang dijelaskan dengan semua bahasa dan petunjuk penggunaan kasetnya ini juga ada.
Wahana Voyager memang spesial di antara wahana luar angkasa yg pernah diluncurkan manusia selama ini. Karena Voyager, kita dapat melihat foto asli dari planet-planet yang selama ini kita lihat melalui teleskop. Dan yang spesial lagi adalah cara Voyager mengunjungi tiap planet. Hampir tidak ada dorongan roket yg digunakan dari Bumi untuk melintasi tiap planet.
Gaya gravitasi dari tiap planet yang membuat Voyager bisa terlontar dan menari diantara ruang antar planet. Kalkulasi yang rumit dan akurat, timing dengan presisi tinggi dengan waktu peluncuran yang tepat. Ditambah kerja puluhan saintis dan insinyur di JPL (Jet Propulsion Laboratory) NASA, dan visi Carl Sagan, membuat Voyager terwujud.
Terakhir, untuk rekaman yang ada di Voyager, gw sendiri lebih suka yg dilakukan NASA, mengirim transmisi ke Deep Space Network ke bintang Polaris. Transmisi tersebut menjelajah alam semesta dengan kecepatan 186.000 mil perjam, membawa lagu dari The Beatles “Across the Universe” 🙂
Voyager bawa lagu Across the Universe buat apa yah, bukannya bunyi memerlukan medium, dan di Ruang angkasa ga ada -_- CMIIW 🙂
lagunya di dalem gelombang elektromagnet bro..
gan, dmn tempat donlot/beli filmnya?
halo gans gw mo share di mna loe bsa nonton nih video cosmos a spacetime odyssey bagi yg ga punya tivi kabel http://www.wrzko.eu/tv/cosmos-a-space-time-odyssey/ silahkan di tonton bkl rugi kalo ga ditonton. sub indo-nya cari aja di mbah google.
NOTE : klo loe donloat mo kenceng wush” pake firedrive aja stabil.
halo gans bagi kalian anak” zenius yg blum nonton tuh videonya and ga punya siaran tivi kabel nih link-nya http://www.wrzko.eu/tv/cosmos-a-space-time-odyssey/ rugi men kalo loe-loe pada ga nonton tuh video. utk sub indo cari aja di mbah google.
NOTE : klo dunlut-nya mo kencang wush” pke server firedrive aja, stabil
sering sering ngeposting tentang astronomi dong… hehe
keren! sekali kali bahas astronomi dong
Astronomi? Tungguin ya, cluenya?? Kapan Lebaran? 😀
mau bahas hilal nih? haha
gue sering nonton nih, di national geographic terakhir gue tonton tentang clair patterson. jadwal acaranya kalo ngk salah tiap sabtu malam jam 9 atau jam 10 mulainya. recommended tv show!
Serial Cosmos yg baru, yg di bawain sama Neil deGrasse Tyson juga ga kalah menariknya dari Seri awal oleh Sagan. Gw sendiri jadi tau beberapa nama saintis yang ternyata punya kontribusi penting di sains dan lingkungan. Dari penemuan bahayanya unsur Timbal, oleh Patterson sampe klasifikasi kecerahan bintang oleh saintis perempuan Cannon & Leavitt.
yang gue maksud emang yang itu bang, hehehe. kalo yg sagan malah belum liat -_-
Ini science nya tentang astronomi ya? Aduh, gua lebih suka fisika… Tadinya kata gua buku ini akan membuat gua jadi punya imajinasi tentang fisika… Tapi ini tentang astronomi. Atau gimana sih masih bingung tentang buku ini?
Astronomi dan Fisika, ga ada yg lebih dekat dari dua bidang itu. Klo suka Fisika, pastinya bakal terkagum2 sama Astronomi. Coba baca buku Cosmos dulu.. 🙂
Akang Pras, klo mau beli buku cosmos, kira-kira ada ga ? Klo ga ada boleh minta yg softcopynya ga ? p
Penerbit Obor pernah nerjemahin buku Cosmos karangan Carl Sagan. Klo ga ada di Gramedia, biasanya mereka jual diskon di pameran2 buku.
“Are we alone in this universe ?”
i don’t think so
“Kenyataan bahwa kita ternyata sendiri di alam semesta, atau kita ternyata tidak sendiri di alam semesta, keduanya sama-sama menakutkan” -Arthur C Clarke- 😀
Sering sering nih share yang begini, tambah pengetahuan tentang sains yang jarang guru kasih tau klo lagi di kelas. :))
Nanti dilanjutin resensi dan bahasan Cosmos episode 2 nya tentang evolusi kehidupan di Bumi. 🙂
hayoo, udah 3 tahun berlaluu
sumpah ini acara bagus. sempet ketinggalan beberapa episode sih, mau nyari streamingnya eh di ngc channel ga available buat indonesia.
berdoa ada season 2nya ckckckc. ini cuma 13 eps doang kan?
Iya cuma dibuat 13 episode, seperti versi originalnya. Cosmos memang dibuat untuk jadi gerbang masuk ke sains. Setelah nonton Cosmos, diharapkan pemirsa nya bisa lanjut ke dokumenter2 lain yang dibuat oleh National Geographic, PBS atau BBC.
Cocok untuk menambah pengetahuan, tapi tidak untuk diyakini jika kau tidak ingin menjadi murtad. Di serial ini semuanya bicara tentang evolusi, tentang semua yang berawal dari makhluk ber sel satu, semua tercipta begitu saja, seolah tidak ada campur tangan Tuhan disana,
menonton Cosmos membuat ku terpukau sekaligus merasa takut.
Evolusi tidak berbicara “tentang semua tercipta begitu saja”, coba baca dahulu buku teks evolusi biologi, genetika dan sistem klasifikasi. Lagipula ranah sains adalah observasi empirisme. Beda dengan agama yg masuk pada keimanan. Karena serial Cosmos adalah menitikberatkan pada sains, maka amat wajar tidak memasukan unsur religi dan kepercayaan pribadi ke serinya.
Cosmos era Sagan, menyeimbangkan hasil olah pikir manusia di sains, yg mencoba melihat alam semesta apa adanya. Dan olah pikir manusia di ranag agama dan peradaban. Peninggalan purbakala seperti perpustakaan Alexandria dan Piramid tidak bisa lepas dari agama-agama dan budaya manusia.
Baik Sagan dan Tyson, keduanya cukup tau batas-batas mana ketika berbicara sains yg berdasar empirisme dan kapan bicara imajinasi, kultur dan agama yang bisa jadi berbeda untuk tiap masyarakat.
Kerenn!!!! Untung waktu itu juga udah pernah diceritain live di zenius sama bang Prass wkwk
asik resensi kosmos, selalu ditunggu deh untuk resensi episode selanjutnya… 😀
btw, blog zenius ada kolom buat subscribe via email kah? biar gak ketinggalan 😮
Kak boleh minta dijelasin lebih ga soal yang ditulis diatas tentang kalender kosmik,
Katanya alam semesta udah sangat tua………, kalo baca buku sejarah ttg peperangan dll itu baru terjadi 14 detik yang lalu di kaender kosmik.
Maksudnya gimana?
jujur, saat narasi sagan di seri cosmos ” the cosmos, is all that is or ever was or ever will be” diulang di cosmos a spacetime odyssey saya merinding …… semenjak seri cosmos di reboot lagi, seri ini telah membakar semangat saya untuk terus belajar dan melakukan sains dan mengembalikan cita-cita kecil saya dulu yaitu menjadi seorang ilmuwan,,,, carl sagan memang ilmuwan yang sangat menginspirasi,,,, tapi Neil degrasse tyson ntah mengapa lebih gokil,,, cara dia memandu kita sangat menambah nafsu ingin tahu kita akan kosmos,,,, apalagi di acara tyson yang baru StarTalk asli gokil banget!
Kira2 Apa yg terjadi saat ini jika perpustakaan Alexandria tidak pernah dibakar dan tidak adanya dark age?
Waw. Saya baru baca artikel ini setelah baca post blog baru yg ada nyantumin link ke sini. Padahal TV saya ada NatGeo, tapi gak pernah nonton Cosmos lol. Dulu belum tertarik (lebih demen nonton Brain Games). Setelah baca tulisan ini, entar donlot deh -_-)9
Btw, saya ngerasa mindblown sama gagasan kalender kosmos–1 Januari, 31 Desember, dan 14 detik terakhir itu. Kereen o.o
Dimana ya kita bisa menonton cosmos sub ind ini?
GUE ada, PC aja wa, wa.me/6285156417355
ini yang w SUKAK BGT DARI ZENIUSSSSSSSSSSSS.blognya bikin cerdas semuaaaaaaa.mendalam dan unik.apalagi blognya bang pras😭😭