Tertarik baca buku sastra klasik dunia? Berikut adalah rekomendasi buku sastra klasik dunia dari Zenius yang keren banget untuk kamu baca.
Halo Guys, mungkin sebagian dari lo ada yang inget kalo tahun lalu gua sempet nulis artikel yang berisi list buku-buku rekomendasi yang gua jamin pasti keren. Nah, kalo di artikel sebelumnya gua bahas buku-buku bergenre popular-science dan literatur sastra Indonesia, kali ini (sebagaimana janji gua di artikel lama), gua akan melanjutkan list rekomendasi buku yang (menurut gue) PASTI KEREN dengan genre SASTRA KLASIK DUNIA.
Bagi sebagian orang mungkin kata “PASTI KEREN” ini a little bit exaggerating, but believe me, gua beneran gak main-main dengan rekomendasi buku yang gua ulas di bawah ini. Buku yang gue rekomendasi udah gua seleksi dengan secermat-cermatnya, bahwa buku-buku adalah buku literatur sastra klasik kelas dunia yang sudah masuk dalam kategori “legendary books” terutama bagi kalangan penggiat sastra dan pecinta buku.
Buat lo yang ngerasa lumayan sering baca buku, jangan heran kalo beberapa buku rekomendasi gua di bawah ini gak pernah lo denger judul atau nama pengarangnya, bahkan mungkin gak pernah lo lihat nongol di toko buku langganan lo. Apa boleh buat, emang toko buku populer di Indonesia rasanya agak jarang menampilkan buku-buku sastra legendaris dunia, mungkin karena memang minat baca buku sastra di Indonesia itu sedikit. Jadi apa boleh buat, buku-buku rekomendasi gua ini emang bisa dibilang cukup langka dan pastinya bukan kategori buku sembarangan yang bisa dengan mudah lo beli di toko buku terdekat.
Btw mungkin lo ada yang kepikiran “kenapa rekomendasinya buku sastra klasik dunia?”. Emang apa serunya sih buku sastra? Mendengar kata bacaan ‘sastra’ atau ‘literatur’ mungkin membuat sebagian dari kita mengasosiasikan dengan tulisan puitis, maknanya ngawang-ngawang, muter-muter, bertele-tele, abstrak, dan ga bisa dimengerti. Well, dari pengalaman gua sih orang yang ngomong ‘bacaan sastra itu gak jelas’ pada dasarnya gak pernah bener-bener nyoba baca apalagi ngabisin satu pun bacaan sastra, haha… Atau mungkin bisa jadi bahan bacaan sastra yang pertama coba mereka baca tergolong agak berat dan bukan ditujukan untuk umur pelajar.
Tapi, kalo lo bisa memilah buku sastra klasik yang bener-bener tepat, ada banyak banget ilmu yang lo bisa dapatkan dengan membaca sastra. Dengan membaca sastra klasik kita jadi bisa melihat banyak perspektif baru dari para penulis yang hidup puluhan bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu. Kita seperti menembus ruang dan waktu untuk memahami begitu banyak hal yang ingin diungkapkan penulis, bisa jadi sebuah gagasan, perspektif, ideologi, ungkapan kekecewaan, atau pemaknaan peristiwa sejarah besar dari sudut pandang lain di luar kajian akademis. Dengan membaca sastra, kita bisa belajar sejarah tidak hanya dari sudut pandang kumpulan fakta dan dokumentasi akademik saja, tapi juga mengerti bahkan seolah-olah ikut terlibat bersama dengan perasaan orang yang mengalaminya secara langsung. Membaca sastra juga akan membuat kita mempertanyakan kembali pandangan yang selama ini kita anggap benar, membuka sudut pandang baru, serta menumbuhkan kepekaan sosial.
Okay, sekarang kita langsung aja deh masuk ke ulasan list buku sastra klasik dunia yang (menurut gue) keren banget dan cocok untuk dibaca para intelektual muda di umur pelajar-mahasiswa. Cekidot!
1. To Kill a Mockingbird – Harper Lee (1960)
Selain memenangkan Pulitzer Prize 1961 untuk kategori Fiksi & Novel… entah berapa banyak lagi penghargaan yang didapat oleh buku ini. Pada beberapa polling di forum pecinta buku (goodreads.com) yang diikuti oleh puluhan ribu pembaca, buku ini hampir selalu menempati urutan No#1 pada berbagai kategori bergengsi, di antaranya adalah:
- Must Read Classics
- Best Books of the 20th Century
- Books That Everyone Should Read At Least Once
- 100 Books to Read in a Lifetime: Readers’ Picks
- Pulitzer Winners: Fiction & Novels
- Best Women-authored Books
- 1001 Books You Must Read Before You Die
Wah, emang apa istimewanya sih buku ini sampai-sampai begitu disambut positif oleh para pecinta buku sastra klasik di seluruh dunia? Bagi gue pribadi, jawabannya terletak pada bagaimana buku ini menghantam telak pada salah satu dari penyakit umat manusia yang paling kronis, yaitu kecenderungan untuk berprasangka buruk, bias subjektif dalam menilai seseorang, serta menghakimi orang lain berdasarkan warna kulit dan latar belakang sosial.
Hal ini mungkin kita anggap persoalan yang sepele dan sangat wajar terjadi dimana-mana. Tapi berapa banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa penyakit ini telah banyak menggerogoti rasa kemanusiaan kita dalam bermasyarakat. Sejauh mana kita menyadari bahwa pemikiran kolektif terhadap sekelompok manusia menjadi akar dari masalah rasisme, intoleransi antar kelompok masyarakat, bahkan golongan individu tertentu.
Harper Lee telah begitu jeli menggambarkan titik permasalahan ini di tahun 1960. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama seorang gadis kecil yang polos, Lee mengisahkan kehidupan sebuah keluarga dengan setting tahun 1930 di sebuah kota kecil di Alabama, Amerika Serikat. Dari kacamata gadis ini, kita diajak untuk melihat bagaimana nilai-nilai keadilan itu perlu ditegakkan dengan penuh perjuangan, terutama pada masa ketika isu rasialis pada orang berkulit hitam masih menghantui Amerika. Buku ini seolah-olah menggebrak dan membangunkan masyarakat di Amerika pada tahun 60an untuk sadar bahwa nilai-nilai keadilan dan kesetaraan harus diperjuangkan sampai tuntas.
Sampai saat ini, buku To Kill a Mockingbird selalu menjadi bacaan wajib bagi para pelajar di Amerika dan banyak belahan dunia yang lain. Gua sangat merekomendasikan buku ini buat lo semua yang ngakunya doyan baca buku, khususnya kalo selama ini lo belom pernah mencicip genre karya sastra klasik dunia.
PS. Buku ini juga pernah sedikit diulas pada salah satu artikel zenius blog terdahulu, lo bisa baca di 14 film dan 10 buku rekomendasi untuk mengisi liburan.
2. A Tale Of Two Cities – Charles Dickens (1859)
Bagi para remaja cowok, seringkali kita disuguhkan cerita-cerita dengan tema perjuangan revolusi yang seru-seru seperti dalam manga, anime, video game, film box office, dan lain-lain… Entah kenapa (terutama buat cowok) cerita perjuangan bersama rakyat tertindas untuk meruntuhkan pemerintahan lalim yang menyengsarakan rakyat, rasanya begitu membangkitkan ‘darah muda’ yang bergejolak mendidih untuk larut dalam romantisme revolusi.
Tapi bagi kaum muda masyarakat Perancis di akhir abad 18, romantisme dan gejolak revolusi itu bukan cuma dongeng. Bagi mereka, perjuangan revolusi itu nyata dan mereka jalani dengan penuh keberanian untuk meruntuhkan sistem pemerintahan monarki Perancis yang korup, dimana rakyat terus ditekan dengan bayaran pajak setinggi langit, sementara kaum berjois hidup sejahtera dan berfoya-foya. Sampai pada suatu keadaan dimana rakyat Perancis sudah tidak tahan lagi, mereka bangkit secara serentak dan melakukan revolusi, penjara Bastil yang digunakan sebagai simbol kekuasaan monarki diserbu rakyat sipil, para kaum bangsawan ditangkap, diadili, dan dieksekusi langsung oleh rakyatnya sendiri. Ini adalah sejarah revolusi yang betul-betul terjadi di akhir abad 18, sebuah perjuangan yang sangat dramatis, dan pastinya bukan cuma dongeng.
Sebuah kisah klasik dengan latar perjuangan revolusi besar ini ditulis dengan brilian oleh Charles Dickens di buku a Tale of Two Cities tahun 1859. Dickens sang novelis legendaris ini memang sanggup menyihir para pembaca untuk bukan sekedar menjadi ‘penonton’, tapi seolah-olah seperti beneran masuk dan terlibat dalam ceritanya. Kalo lo selama ini suka dengan cerita, anime, manga, atau video game dengan tema revolusi… gua jamin dalam buku ini, lo gak akan melihat ‘dongeng revolusi’ lagi, tapi beneran melihat dan terjun langsung dalam sejarah nyata revolusi terbesar di Eropa.
For your info, buku yang dikategorikan dalam genre ‘historical novel’ ini bahkan tercatat sebagai novel paling laris sepanjang sejarah dengan rekor penjualan fantastis di angka 200 juta kopi sejak pertama kali terbit tahun 1859. Buat lo yang ngakunya suka baca novel, tapi belom baca novel masterpiece dari sang maestro penulis yang memecahkan rekor penjualan novel sepanjang masa, berarti wajib banget deh hukumnya untuk baca mahakarya ini.
3. Wuthering Heights – Emily Brontë (1847)
Bagi para pembaca Zenius Blog yang sebagian besar umur pelajar, topik ‘cinta’ mungkin bisa jadi salah satu hal favorit yang selalu dibicarakan, dibaca, dijadikan bahan gosip, dan juga dialami sendiri. Kata orang yang namanya cinta bisa bikin orang jadi gila. Bisa jadi ungkapan itu ada benernya juga, khususnya bagi kalangan remaja yang mungkin baru mengalami pengalaman pertama sama yang namanya cinta-cintaan.
Dari pengalaman gue dulu remaja sampai kuliah, gak jarang yang namanya cinta itu jadi sumber masalah besar remaja. Ada dulu temen gue yang tadinya berprestasi luar biasa di sekolah mendadak jadi sering bolos sampai putus sekolah hanya gara-gara cinta. Ada juga temen gue yang bahkan sampe mencoba untuk bunuh diri, lagi-lagi karena cinta. Pokoknya kegilaan atas nama cinta itu ga ada habisnya deh, hehehe…
Mungkin karena hal itu juga, bacaan dengan tema cinta itu menjamur di toko buku, dari kisah cinta-cintaan sama vampir, serigala, borjuis masokis, dan lain sebagainya. Tapi jangan harap, kisah ‘cinta’ dalam buku Wuthering Heights ini mirip seperti tipikal cerita cinta di buku-buku teenlit yang populer di kalangan remaja masa kini. Ini bukan kisah cinta yang cengeng, bukan pula damsel in distress dimana sang cewek ‘tersandera’ dan pasrah nunggu sang pangeran penyelamat, bukan pula kisah cinta yang romantis puitis, penuh kalimat indah berbunga-bunga.
Wuthering Heights adalah karya sastra klasik dunia yang berbicara tentang topik cinta dari sudut pandang yang paling gelap dan mengerikan. Ketika seseorang mencintai dengan cara yang salah, cinta tidak lagi berbicara tentang hal-hal yang menyenangkan… melainkan berbicara tentang obsesi berlebihan, rasa ingin memiliki, dendam, benci, posesif, kecemburuan, dan amarah yang tidak terkendali… semua itu terjadi diatasnamakan cinta.
Kisah dalam buku ini mungkin gak menawarkan bacaan untuk hiburan, tapi gua pikir ada sebuah pesan dalam buku ini bisa jadi sangat berguna buat lo semua, terutama bagi para remaja yang lagi dimabuk cinta (yang gak sehat). Rasa cemburu berlebihan, posesif, patah hati yang berujung dendam, dan lain-lain adalah hal-hal yang bisa jadi membuat kehidupan seorang remaja hancur sia-sia, dari tindakan konyol untuk kabur dari rumah, putus sekolah, berantem, mau bunuh diri, dan drama-drama lainnya. Hal-hal seperti ini harusnya bisa dihindari, kalau saja bacaan para remaja yang lagi galau itu membantu mereka dalam menyelesaikan masalah.
Jadi, buat lo yang lagi bermasalah dengan cinta, daripada lo baca teenlit yang hanya akan membuat lo makin hanyut dalam masalah dan kegalauan. Gua tantang lo untuk menelan pil pahit dengan belajar tentang cinta dari buku sastra klasik yang sangat legendaris ini. Kisah cinta dalam buku ini bukan untuk ditiru, tapi justru sebagai peringatan bahwa cinta itu bisa jadi hal yang destruktif jika kita salah dalam menjalaninya. Nah, moga-moga rekomendasi gua untuk baca buku ini bisa memotivasi lo untuk berburu buku legendaris ini di toko-toko buku impor atau toko buku online.
Ngomong-ngomong emangnya selegendaris apa sih buku ini? Sebagai info aja, edisi pertama buku ini (terbitan 1847) sempat terjual tahun 2007 di rumah lelang Bohams Inggris dengan harga £114.000 atau +/- Rp 2,4 milyar! Sekarang lo bayangin aja sebuah karya sastra mampu membuat seseorang rela bayar 2,4 milyar rupiah untuk dapetin edisi pertamanya, pastinya bukan buku sembarangan dong. 😉
4. The Little Prince – Antoine de Saint-Exupéry (1943)
Buku ini terinspirasi oleh pengalaman langsung dari sang penulis yang telah menjumpai titik nadir dalam kehidupannya yang berhadapan dengan ujung kematian. Pada 30 Desember 1935, Saint-Exupéry (sang penulis buku) sekaligus juga pilot berpengalaman hendak memecahkan rekor penerbangan tercepat dari Paris menuju Saigon (sekarang dikenal sebagai Ho Chi Minh, ibukota Vietnam). Pada pukul 02:45 subuh, setelah hampir 20 jam di udara, pesawat berjenis monoplane jatuh di tengah-tengah gurun Sahara, dekat dengan delta Sungai Nil. Dalam kondisi yang tak terbayangkan, Sant-Exupéry bersama dengan ko-pilot André Prévot berjuang untuk tetap hidup melawan dehidrasi parah sampai mengalami halusinasi. Untungnya di hari keempat pasca kecelakaan pesawat, mereka diselamatkan oleh serombongan suku pengembara yang sedang melintasi gurun dengan menunggangi unta.
Entah proses kontemplasi seperti apa yang dialami oleh Saint-Exupéry ketika berhadapan dengan titik nadir dalam hidupnya hingga nyaris tewas, yang jelas dia menyalurkan bentuk kontemplasi yang terinspirasi dari pengalamannya tersebut dalam sebuah karya sastra klasik yang sangat unik, berjudul the Little Prince. Terus terang, gua sendiri agak sulit mendeskripsikan buku ini… karena buku ini tidak bercerita tentang kisah yang literal dan konkret, namun penuh dengan metafora, alegori, dan pemaknaan abstrak terhadap kehidupan secara luas. Terlepas dari itu, buku ini sukses menjadi salah satu buku sastra klasik paling legendaris di abad 20 yang telah diterjemahkan lebih dari 250 bahasa dan mencapai jumlah angka penjualan fantastis di angka 140 juta kopi di seluruh dunia.
Mungkin lo penasaran gimana sih isi dari buku yang isinya penuh metafora dan alegori tapi bisa laku keras di seluruh dunia? Well, buku ini emang dari bentuk luarnya terkesan seperti buku untuk anak-anak, tapi setelah gua baca, isinya jauh lebih tepat ditujukan untuk orang dewasa. Buku ini membawa kita menembus waktu dan kembali pada pemikiran anak kecil yang polos, yang terkadang bisa mengajarkan jauh lebih banyak kebijaksanaan dan perspektif baru dibandingkan sudut pandang orang dewasa yang sudah terkontaminasi oleh banyak kepentingan, seperti uang, kekuasaan, gengsi, popularitas, dan lain-lain.
Mengutip potongan resensi dari Kak Prasdianto (tutor Biologi Zenius) terhadap buku ini :
“You don’t take much time to finish this book, but to understand the messages? it’ll take your lifetime perhaps…” – Prasdianto
Anyway, sebetulnya di tahun ini, the Little Prince sempat diangkat dalam bentuk film animasi. Berikut di bawah ini gua akan tampilkan salah satu trailernya. Terlepas dari itu, sebetulnya gua gak menyarankan lo untuk menonton film ini sebelum lo baca bukunya, karena kemungkinan sih lo akan banyak miss / gak ngerti makna film ini kalo gak baca bukunya dulu.
PS. Buku the Little Prince ini juga pernah direkomendasikan pada artikel blog Zenius sebelumnya, lo bisa baca beberapa rekomendasi 14 film dan 10 buku untuk mengisi liburan sekolah di sini.
5. 1984 – George Orwell (1949)
Kalo ada orang yang bertanya ke gue, apa buku fiksi terbaik yang pernah gua baca sepanjang hidup gue… maka tanpa setitik pun keraguan, jawaban gua adalah buku ini. 1984 karya George Orwell. Ini adalah satu-satunya buku yang isinya terus menghantui gue berminggu-minggu setelah gua selesai baca bukunya. Emang apa sih istimewanya buku ini? Kok judulnya cuma angka 1984 doang?
Buku ini ditulis tahun 1948, ketika Perang Dunia 2 baru saja berakhir, dan Perang Dingin antar blok barat dan timur baru saja akan dimulai. Pada tahun-tahun krusial di mana bentrokan antar 2 poros kekuatan dunia, gagasan, dan ideologi politik berbenturan satu sama lain… George Orwell menulis sebuah proyeksi skenario terburuk yang bisa jadi dialami oleh umat manusia pada tahun 1984.
1984 akan membawa lo pada sebuah kehidupan distopia dalam iklim politik totaliter, saat dimana pemerintah memiliki kontrol penuh kekuasaan atas rakyatnya yang sudah sangat jauh melampaui batas… Apa yang terjadi ketika pemerintah memiliki kekuasaan absolut atas rakyatnya? yang terjadi adalah manipulasi informasi publik, pemberantasan kebebasan berpendapat, dan pencabutan hak-hak individu. Orwell akan mengajak kita masuk ke dalam sebuah zaman paling mengerikan dimana akal sehat, nilai-nilai kemanusiaan, harapan, cinta, ilmu pengetahuan, fakta sejarah, kebebasan, keadilan, logika, dan rasionalitas – hancur lebur, lumat, musnah tak berbekas sampai tidak ada ampas-ampasnya sama sekali… dan yang lebih mengerikan lagi, proses kehancuran itu diceritakan dalam sebuah proses yang wajar dan tidak terbantahkan.
Tahun 1984 memang telah lama berlalu, namun buku 1984 ini tetap dikenal sebagai karya fenomenal jenius yang akan tetap terus menjadi obor peringatan bagi setiap generasi (khususnya generasi intelektual muda seperti lo semua) bagaimana kekuatan otoriter absolut dapat menghancurkan kemanusiaan sampai ke akar-akarnya dengan cara yang sngat mengerikan. Sebuah kekuatan otoriter absolut memang terus menghantui peradaban manusia sepanjang sejarah, dari zaman Firaun, monarki Perancis, hingga fasisme Nazi ala Hitler, gagasan mengerikan ini terus direproduksi dan hanya berubah wajah. Oleh karena itulah, selain menjadi ‘holy grail’ bagi para penggila fiksi klasik dan genre distopia, buku ini juga menjadi bentuk peringatan keras bagi para setiap generasi mendatang untuk tetap terus menjaga rasionalitas dan kemanusiaan.
PS. Terus terang aja, ini bukan bacaan ringan. Sebelum baca buku ini, ada baiknya lo ngerti sedikit tentang konsep ideologi politik totalitarianisme dan otoritarianisme... dan jangan lupa siapkan mental yang kuat. I'm dead serious, don't take it lightly.
****
Nah, demikianlah 5 list bacaan sastra klasik dunia yang gua pikir perlu banget dibaca sama lo, terutama untuk mengisi liburan akhir tahun. Sebetulnya masih ada banyak banget buku sastra klasik yang keren-keren, tapi karena pertimbangan demografi pembaca, gua hanya mengulas buku-buku yang menurut gua cocok untuk para pelajar/mahasiswa. Terlepas dari itu, gua tetap akan memberikan beberapa list bacaan sastra klasik lain yang gak kalah keren dengan yang gua bahas di atas, berikut di antaranya:
- Catcher in the Rye – J. D. Salinger (1951)
- Crime and Punishment – Fyodor Dostoyevsky (1866)
- The Picture of Dorian Gray – Oscar Wilde (1890)
- Great Expectations – Charles Dickens (1861)
- The Overcoat – Nikolai Gogol (1842)
- Of Mice and Men – John Steinbeck (1937)
- Brave New World – Aldous Huxley (1932)
- The Plague – Albert Camus (1947)
- Slaughterhouse-Five – Kurt Vonnegut (1969)
- Jane Eyre – Charlotte Brontë (1847)
Okay deh, sekian rekomendasi buku sastra klasik dunia dari gue. Moga-moga bisa jadi bahan target bahan bacaan lo menjelang hari liburan Natal dan akhir tahun. Kemungkinan besar sih list buku di atas itu gak bisa lo dapetin dengan mudah di toko-toko buku populer, tapi mungkin disitu juga sisi yang bikin penasaran dari buku-buku sastra klasik dunia. Begitu lo nemuin buku itu nyempil di antara tumpukan buku loak yang berjejalan di pasar buku tradisional atau perpustakaan lawas, rasanya senengnya berlipat ganda… ada yang bilang rasanya itu seperti dapet ‘harta karun’, hehehe… Oke deh, sampai jumpa di artikel rekomendasi buku yang berikutnya, selamat berburu dan selamat membaca!
—————————CATATAN EDITOR—————————
Kalo ada di antara lo yang mau ngobrol atau sharing sama Glenn tentang rekomendasi buku di atas, atau ada yang bahas tentang buku yang udah pernah lo baca, atau mungkin lo mau kasih rekomendasi tentang buku sastra klasik dunia yang lain – Lo bisa langsung tinggalin aja comment di bawah artikel ini.
Buat lo yang penasaran dengan beberapa list rekomendasi buku/film lain yang pernah dibahas di zenius blog, berikut adalah artikelnya :
rekomen sci-pop lg dong
wah, itu sih ahlinya si Pras. Nanti next time gue bujuk dia nulis utk genre itu deh 🙂
sipp, ditunggu 😀
cobain What if By Randall Munroe
thanks. gue udh download kemarin dan skrg baru liat komen lo haha. coincidence.
Glen, buku yg lo rekomendasiin buku lama2 semua, gw ga bisa nemu di gramed -_-“
cari di periplus bro
Buku2 sastra klasik seperti ini sih seharusnya akan tetap terus diterbitkan ulang ya. Beberapa tahun yg lalu sempat lihat terjemahan bhs indonesia utk buku 1984, the little prince, to kill a mockingbird. Mungkin di toko buku populer sekarang masih ada sisa stock. Harusnya ke depannya juga toko2 buku populer harus tetap bisa mempopulerkan karya2 klasik dunia.
PS. kalo di toko buku populer seperti gramed atau gunung agung ga ada, coba ke toko buku impor seperti periplus, kinokuniya, books & beyond, dll.
itu bukunyabudh terjemahan ke indo kan
1984 di Gramed ada kok. Barusan liat hehee
1984 sama tokill a mocking bird ada kok yang versi ing sama indo nya di toko online kek tokopedia dan bukalapak. yang the little prince juga ada kalo gak salah.
Saran 3 buku tambahan:
“Brave New World” oleh Aldous Huxley
Udah disebut di atas. Buku
ini sbg pendamping “1984”. Keduanya menceritakan kontrol pemerintah thd
rakyat, “1984” adalah kontrol melalui “teror” sementara Brave New World
adalah kontrol melalui “hedonism & banalism”.
“Animal Farm” oleh George Orwell
“Lord of the Flies” oleh William Golding
Dua2nya
menggambarkan kejatuhan dari “innocence” an idealisme. Animal Farm
menggunakan alegori binatang di peternakan dan mengambil sudut pandang
“poltical scientist” sementara Lord of the Flies menggunakan alegori
anak2 di pulau terdampar dan sudut pandang “sosiologis”.
thanks atas tambahan rekomendasinya bro Marcel. semua yg disebut di atas bukan buku klasik sembarangan. 🙂
Baru baca mockingbird doank ~.~
kalo gua recommend :
1. anna karenina (Leo Tolstoy) >> belom abis gua baca 😀
2. ningen shikaku (Osamu Dazai) >> ini lebih ke autobiografi
3. gunung jiwa (Gao Xingjian) >>> ini bagus banget nggak heran kalo gao dapet nobel
4. Sherlock Holmes (Sir Arthur Conan Doyle ) >>> gua baca berulang – ulang
yaa walaupun beberapa harus gua beli dari amazon saat kurs rupiah menurun terhadap dolar . tapi gua puas
ningen shikaku karya osamu dazai itu pernah diangkat menjadi anime kalo nggak salah “aoi bungaku” , setelah baca buku ini mungkin lu sama gua bakal beda pendapat , karena buku ini lebih menitikberatkan pada arti hidup manusia itu sendiri .
gunung jiwa dari gao xingjian , bukan buku yang bisa dianggep enteng , karena bahasa yang yang gak biasa , pertama gua baca gua langsung ngomong ke diri gua ” buku apaan nih , gak ngerti banget gua ?” butuh waktu lama gua untuk mengerti buku ini , buku ini ceritanya tentang seseorang yang didiagnosis kena kanker padahal dia nggak kena kanker .
Sherlock holmes juga buku yang gak boleh dilewatin kalo lo demen yang namanya detektif , novel ini cerita tentang detektif swasta yang demennya maen biola , ngisep cerutu atau apalah dan jago dalam deduksi-deduksi gila.banyak kasus besar yang dipecahkan dengan memperhatikan hal – hal sepele , kayak abu cerutu , jejak kaki , bahkan angsa . dari seluruh novel sherlock holmes gua suka yang “a study in scarlet ” yg endingnya sedih banget .
Wah, rekomendasinya keren2. Personally prefer Dostoevsky over Tolstoy karena buku2 Tolstoy itu puaanjang banget dan fokus ceritanya luas banget. Sherlock Holmes baru baca beberapa yg klasik aja seperti a Study in Scarlet & the Hound of Baskervilles.
Untuk nomor 2 & 3 gua belum pernah baca nih. Pengarang Jepang yg gua sempet baca karyanya cuma Murakami, Natsume Soseki, dan Koushun Takami.
Gue udah pernah nonton film The Little Prince sebelumnya dan ya emang ga paham bener, ternyata emang harus baca bukunya dulu biar dapet feelingnya
Satu2nya yg gua punya cuma 1984 doang, itupun baru baca 5 lembaran doang gara2 banyak banget distraksi yg buat gua gak bisa baca, dari kemaren gua tumpuk doang di laci buku (but, still, “kasta”-nya masih lebih tinggi dari buku sekolah gua ._. )
The Little Prince filmnya underrated banget, reviewnya bagus2 semua, bahkan disebut2 jadi film animasi terbaik tahun ini, tapi sayang hype-nya dikit banget, bioskop di daerah gua aja cuma semingguan nayanginnya (kok malah bahas film -_-” )
Btw, itu the Picture of Dorian Grey yg legenda horror bukan sih? Kayak pernah denger, review-nya gimana?
Ada saran buku tentang investment &perekonomian dunia gak?
Wah, emg sebaiknya 1984 itu dibaca saat bener2 freetime karena emang isinya cukup berat. Iya nih the little prince filmnya menurut gua cukup oke, apalagi bagi yang udah baca bukunya akan jauh lebih ngerti maksud dari pesan metafora yang disampaikan di film tsb. Mungkin krn byk penonton yg blm baca bukunya jadi byk yg ga ngerti, hehehe…
Picture of Dorian gray itu karya klasik Oscar Wilde. Nanti deh kapan2 gua tulis reviewnya, sementara lo baca2 dulu di sini yak >>
https://www.goodreads.com/book/show/5297.The_Picture_of_Dorian_Gray
“Classic’ – a book which people praise and don’t read.”
― Mark Twain
memang ini adalah sebuah ironi, tapi jgn sampai kita larut cuma sampe situ doang… tapi harus jadi penyemangat utk beneran coba baca 🙂
Glen, itu isinya full bahasa Inggris atau translated to Indonesian? .__.)a
Gua sih bacanya semua versi yang bahasa inggris ya, soalnya entah kenapa terjemahakan ke bahasa indonesia itu seringkali kurang enak. FYI: baca sastra yang bener itu emang sebaiknya menggunakan bahasa asal pengarangnya spy maknanya gak terkikis oleh terjemahan, tapi pada umumnya sih terjemahan ke bahasa inggris udah cukup bagus. (untuk karya klasik dari pengarangnya gak nulis pk bhs inggris)
begitu ya. lebih bagus sih yah kalo masih pake bahasa penulis. cuma ya itu, ga ngarti.. hehe
Thano Mahayopatra an hour ago
Kak glennn … jujur … walopun udah 1 semester berlalu #klas10 … aku merasa gak suka di penjurusan ips . . . Karena bagiku ipa N ips sama sama menarikkk … , kalau belajar ips saja bagiku belum cukup … pgn selalu tau … apalagi mapel yg lain .. aku suka banget .. tapi syaang . Cara guru nyampeinnya gak bagus … ya gitu deh … menurut kak glennn aku lebih baik ke ipa atau ttp di ips … mending milih Ipa tapi belajar ipa N ips atau milih ips tapi belajar ipa n ips ? Selain itu aku suka bgt matematika dan bahasaa … bahasa yg kuplajari skrg bahasa francis , jepang , n yg pasti inggris … selama aku di ips aku juga belajar matek perminatan (X.X)
Aku meraaa gak puas aja gitu belajarnya dipilah2 …
Kasi penerangan dong kak glenn
Wih. Di antara puluhan buku yang lo rekomendasiin di artikel part 1 & 2, gue cuma punya yang
Wuthering Heights – Emily Brontë. # senyum miris
Padahal nyokap sampe bosen nyuruh gue milah-milah buku yang udah menuhin lemari rumah. Ironis aja, hampir semua buku gue ternyata ngga ‘sehebat’ itu.
Gue doyan baca, tapi masih sekitaran buku-buku Enid Blyton atau malah Meg Cabot. Bahkan ngga ada satupun karya dari penulis yang gue agung-agungkan ini masuk list lo yang keren abis. Wajar sih, latar belakang keduanya ngga seram-seram amat dan karya mereka jelas non-klasik.
Sayang baru tau ada banyak buku legendaris dan worth to read banget sekarang ( pas kelas XII )
. Tapi, thanks banget, Glen, lo bikin gue melek soal dunia yang kata gue sendiri, sih, dunia gue banget (padahal sih engga. # senyum miris part 2)
Ternyata zona membaca gue masih sesempit ini. Pantesan kebanyakan galau ngga jelas. Ibaratnya membaca itu jendela dunia, maka gue banyak membaca tapi yang kurang tepat atau ya, kurang bermanfaat. Jadi dunia yang keliatan dari jendela gue juga ga seberapa keren.
Eh, anyway, Wuthering Heights itu kelam abis, ya. Pengen baca yang Jane Eyre. Brontë sibling gokil parah.
Halo lyhope, yah waktu gw masih SMA juga bacaannya banyak, macem2, masih kecampur2 mana yang bener2 bagus dan yg jelek. tapi seiring berjalannya waktu, bacaan makin banyak, pengalaman baca makin sering, jadi lama2 makin banyak tau mana bacaan yg layak dibaca.
Skrg klo udah kerja, jadinya gua menetapkan prinsip seperti ini :
“Gua suka baca buku, tapi gua sadar kalo baca buku itu makan banyak waktu. Sementara hidup gua singkat dan waktu gua juga sangat terbatas.. Jadi gua gak mau ngabisin waktu gua berhari-hari buat baca buku yang gak jelas. Gua harus seleksi banget bahan bacaan gua yang bener-bener layak untuk dibaca”
Wuthering heights emg dunianya kelam yaa, Jane Eyre bagus juga. Kalo ga salah tahun 1850, wkt novel karya Emily ini dicetak ulang dengan kata pengantar dari Charlotte Bronte, dia menyatakan bahwa novel Wuthering Heights lebih bagus dari karyanya sendiri, Jane Eyre. 🙂
belum punya 1 pun buku sastra,funny ahaha
sama :v
kak glen recommend untuk yg pemula dong buku genre sastranya 🙂
sebetulnya rekomendasi di atas (khususnya little prince, to kill a mockingbird, a tale of two cities) bisa gua bilang sangat cocok utk pemula. Beberapa list lain yg juga cocok utk pemula:
– Adventures of Huckleberry Finn by Mark Twain
– The Diary of a Young Girl by Anne Frank
– The Hobbit by J.R.R. Tolkien
– The Catcher in the Rye by J.D. Salinger
IMHO ya kak Glenn, sebelum baca Adventures of Huckleberry Finn, baca dulu Adventures of Tom Sawyer, karena Huck itu lanjutan dari Tom Sawyer.
Nah, makanya harus jadi motivasi utk mulai baca sastra klasik yaa 🙂
sayangnya english saya masih berantakan, kira-kira ada yang terjemahan bahasa Indonesia gak ya?
Mas keren banget si kalo ngereview buku…Ngga ngerti lagi, oh ya btw aku udah pantengin zenius dari mulai aku kelas dua dan akhirnya sampe sekarang aku masih kuliah rasanya zenius masih tetep aja mendarah daging :3
Thanks Bianca! 🙂
Moga2 ilmu dr zenius bs tetep terus kepake yak!
pengen bisa baca buku-buku yang gak terjemahan / bahasa inggris langsung, ada yang punya tips gak gimana bisa cepat mewujudkannya? apakah via kursus atau ada metode-metode lain..?
Coba pelan2 translate balon kata2 dr buku komik kesukaan kamu. Metode ini efektif utk nambahin vocab & grammar dgn cara yg asik! 🙂
Bacaan anak sastra inggris bgt nih wkwkw thanks kak mantap rekomendasinya buat project literatur saya nanti
Sip, semoga bs bermanfaat 🙂
The Story of Doctor Dolittle – Hugh Lofting (1920)
The Witches – Ronald Dahl (1983)
Black Beauty – Anna Sewell (1877)
selamat dini hari,
bang glen! gw mau nanya dan cerita nih, bingung mau nulis kemana, jadi gw putusin kesini aja deh hehe. yaudah langsung:
akhir-akhir ini gw termotivasi banget buat belajar… kayaknya semua jenis bacaan keren (sesuai rekomendasi dari zenius hehe) pengen w hajar aja semuanya, udah mulai beli dan minjem dari temen buku-buku keren, semakin ngurangin aktivitas yang kurang berguna dan mulai nyoba nikmatin belajar… lumayan sih enak rasanya dan lumayan ada peningkatan.
tapi ada sedikit hal yang mengganjal gw bang, jadi kadang setelah baca buku atau nonton video gw suka ga terlalu inget yang gw udah pelajarin setelah belajar hal lainnya atau setelah ditinggal sekian lama {gak lama-lama banget sih (baru beberapa bulan)} (bahkan kadang2, baru selesai baca buku / nonton video, setelah selesai berasa ngerti. tapi beberapa jam kemudian udah lupa).
Dan juga, waktu gw selesai baca buku atau nonton video… gw merasa ngerti ngerti aja, i was like “ohhhh, ho oh oh. ngerti.”, tapi setelah beberapa lama (2 bulan 3 bulan dari nonton video) gw berkesempatan untuk diskusi dan kebetulan topik nya adalah sesuatu yang pernah w baca / tonton dan w anggap ngerti, ternyata pas diskusi malah gw mempertanyakan apakah gw sebenernya udah ngerti apa belom sih? karena yaaa kayaknya gak nempel di otak gitu informasi nya.
nah, adakah solusi/cara agar:
1. bisa mengevaluasi apakah gw udah ngerti ga disuatu pembelajaran (dalam kasus gw, biasanya tentang konsep dan informasi yang diberikan buku itu
2. bisa tetep inget dan melekat di otak, informasi yang udah diterima baik itu dari media apapun.
kalo gw sih kepikirannya kalo untuk evaluasi,
mungkin bisa dengan nyoba nulis kesimpulan per bab di buku itu, apa main idea nya, atau review buku itu sendiri. (belom ada yang pernah gw lakuin.)
apakah udah bener rencana langkah yang bakal gw lakuin ini? menurut lo gimana bang glen?
mohon dijawab bang glen kalo gak keberatan (malah kalo bisa bikin artikel tentang evaluasi belajar sekalian (kayaknya belom pernah juga ya, cmiiw)
terimakasih atas waktunya
hehe peace love and gawl bang glen
rekomen buku bergenre sejarah yang keren dong kak
Buku filsafat dong bang
Hi bang Glenn!
mau bilang makasih banyak loh atas rekomendasi buku diatas. gara2 postingan blog bang Glenn, gua jadi beli buku To Kill a Mockingbird di Gramedia. dan menurut gua bukunya bagus dan super duper keren banget. cuma butuh waktu seminggu untuk baca buku tsb.
hehe dan rencana hari ini mau ke gramed lagi, mau beli buku rekomendasi dari bang Glenn, yang judulnya The Little Prince. makasih bang yaa atas rekomendasinya. keep reading, keep rockin!
Bang kalau buku yang membahas piskologi manusia kek “to kill a mocingbird”
tapi lebih ditail yang bagus apa ya ?
Thank god I’m an English Lit student! sebagian buku-buku di atas udah pernah dibaca dan didiskusikan. Meski awalnya terpaksa (karna bahan bacaan sylabus kuliah) malah skrg jatuh cinta! Apalagi Wuthering Heights-nya Bronté yang akhirnya sangat WAH! Cinta yang tragis dan gelap. 1984 Orwell juga juara! Tipikal novel yang sangat maskulin, klo menurut sya. Hehe
Oh iya, pengen ikutan kasi satu recomendasi buku nih. The Conjure Woman – Charles W. Chesnutt. Menurut sya buku ini jadi keren bukan cuma karna plot dan tokohnya, tapi juga karna gaya penulisannya yg sangat “transparan”. perbedaan kasta yang sangat di tonjolkan, bukan hanya dari deskripsinya tapi juga dari perbedaan gaya bahasa antara kasta dan rasnya. Super cool and unique!
Please butuh link download buku2 bagusss! Ada yg punya link pdf tetralogi buru gak???
Ane lagi otw baca yg harper lee nih gan :D,
yang mau baca review singkat 1984 by George Orwell bisa main ke blog ane 😀
abrfaiz.wordpress.com
Perasaan kok nggak ada yg bahas Max Havelaar ya?
pernah baca the little prince waktu kelas 5 sd, dan parah aku gak ngerti apa-apa ._.
Hahaha ternyata masuk daftar ente juga min 1984 nya George Orwell
Hai kak,, aku cuma nemu 2 dari buku rekomend diatas,, itu pun harus PO kayagnya di gramedia,,, ada info cari buku2 itu dimana gak kak?? aku suka buku2 macam gini soalnya,,
buku bukunya recomended bgt
yang direkomendasiin versi english atau indonesia, bang? oh ya biar bisa paham konsep otoritarianisme dan totalitarianisme itu, buku apa aja yang harus dibaca?
buku yang direkomendasikan sangat bagus dilihat dari ulasan editornya, tapi bingung cara bacanya karena kebanyakan bahasa inggris semua..pengen baca tapi ga paham