Bicara soal guru inspiratif rasanya memang tak pernah habis dibahas. Ya, namanya juga guru, sudah pasti banyak prestasi. Nah, kali ini ZenRu berkesempatan untuk berkenalan langsung dengan Ibu Melia Fitriani, guru SD Negeri 1 Sidodadi Ngantang, yang merupakan Guru Berprestasi Kabupaten Malang tahun 2020.
Tak hanya mengajar, Ibu Melia juga aktif di dunia sosial untuk meningkatkan minat baca anak-anak, serta hobi bikin buku! Banyak banget buku novel dan antologi yang sudah diterbitkan olehnya.
Dengan keramahannya dan pembawaannya yang hangat, Ibu Melia cerita tentang perjalanan hidupnya menjadi guru sampai memilih menekuni dunia literasi. Kalau dari ceritanya, Ibu Melia memang terlihat menggebu-gebu sekali dengan dunia literasi dan aksi sosialnya.
Wajar kalau beliau begitu meggebu-gebu. Soalnya, sudah dari SD, Ibu Melia ini memang suka dunia bahasa dan sastra. Bahkan, sejak kecil sudah hobi menulis. Keren banget ya Ibu Melia ini?
Hobi menulisnya membawa Ibu Melia menginisiasi sebuah komunitas bernama Komunitas Ayo Menulis (KAM), yang diikuti oleh guru dan dosen di wilayah Malang Raya. Selain untuk meningkatkan literasi membaca, Ibu Melia berharap komunitas ini juga bisa memudahkan anggotanya untuk berbagi kegiatan penulisan.
“Kegiatannya (Komunitas Ayo Menulis) itu mengajak anak-anak, siswa SD, SMP, SMA, bahkan mahasiswa untuk menulis bersama-sama,” kata Ibu Melia.
Bagaimana perjalanan Ibu Melia sampai menjadi guru? Yuk, simak ceritanya yang menginspirasi berikut ini!
Daftar Isi
Kenapa Memilih Menjadi Guru?
Saat ditanya alasannya menjadi seorang guru, Ibu Melia berkata kalau itu memang cita-citanya sejak kecil. Ibu Melia terinspirasi dari gurunya waktu duduk di kelas 2 SD. Dia pun begitu suka dengan materi dari gurunya itu.
Namun, sayang, Ibu Melia harus pindah sekolah dan tidak sempat berpamitan dengan guru idolanya itu saat kenaikan kelas 3. Dari situ Ibu Melia berpikir untuk menjadi seorang guru yang juga dikagumi dan selalu diingat oleh siswanya.
“Idolanya bukan dalam hal yang buruk, kalau guru itu kan jadi panutan,” tutur Ibu Melia.
Ia pun menambahkan, “Dari kecil yang saya tahu, oh ilmu itu kalau diamalkan nantinya bisa lebih bermanfaat, kemudian tidak akan habis. Kalau uang diberikan akan habis, kalau ilmu itu semakin banyak diamalkan, semakin banyak diberikan itu akan semakin kaya.”
Hal itulah yang kemudian melatarbelakangi keputusan Ibu Melia untuk menjadi seorang guru.
Ibu Melia juga bercerita tentang tanggung jawabnya dalam mengajar siswa SD, di mana pembentukan karakter mereka menjadi hal yang penting.
Di usia yang masih kecil, siswa SD perlu membutuhkan seorang teladan. Baik guru di sekolah maupun orang tua di rumah berperan besar dalam membentuk karakter anak. Karena itu, Ibu Melia bekerjasama dengan orang tua siswa dalam memberikan contoh dan motivasi dalam belajar, terutama saat pembelajaran daring.
“Kita tidak bisa memberikan keteladanan pada saat daring. Mungkin bisanya pada saat zoom, tapi itu pun tidak bisa maksimal. Jadi, perlu kerjasama dengan orang tua juga, kemudian dengan lingkungan,” ujar Ibu Melia menjelaskan.
Baca Juga: Guru Pembelajar, Program Peningkatan Kompetensi Mengajar
Pentingnya Pembelajaran Kreatif Bagi Ibu Melia
Dalam mengajar, Ibu Melia pastinya menemui tantangan, contohnya semangat belajar siswa yang rendah atau adanya internet yang mempengaruhi fokus belajar mereka.
Menurut guru yang mengajar sejak 2005 ini, pembelajaran kreatif bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi tantangan tersebut. Misalnya, ketika melihat siswa mulai bosan di kelas, Ibu Melia akan mengajak siswanya belajar secara praktik atau berkeliling lingkungan sekitar sekolah.
Selama mengajar, Ibu Melia mencoba berbagai metode pembelajaran kreatif, mulai dari menggunakan media puzzle, media domino budaya, metode Snowball Throwing, metode Rainbow Balls Throwing, sampai metode Betengan Tata Surya yang membawanya terpilih sebagai Guru Berprestasi Kabupaten Malang tahun 2020.
“Itu (metode Betengan Tata Surya) saya sasarannya kan sebenarnya anak-anak agar selain aktif karena bergerak di luar kelas, kemudian juga menyenangkan, kemudian betengan itu kan permainan tradisional jadi mereka juga melestarikan permainan tradisional,” ungkap Ibu Melia.
Karena kebanyakan dilakukan secara berkelompok, pembelajaran kreatif melatih kemampuan mereka dalam berkomunikasi, bersosialisasi, dan bekerjasama dengan sesama temannya.
Saat waktu istirahat di sekolah, Ibu Melia bersama rekan guru akan saling berbagi metode pembelajaran apa yang sudah dilakukan dan apa yang bisa diterapkan. Jadi, sesama guru bisa berdiskusi dan memberikan masukkan terkait metode pembelajaran apa yang sesuai dengan siswa mereka.
Baca Juga: 6 Tips Membuat Pembelajaran Kreatif
Menjadi Guru Berprestasi dengan Segudang Karya
Terpilihnya Ibu Melia sebagai guru berprestasi bukan hanya karena metode-metode pembelajarannya yang kreatif, tapi juga karya-karya tulisnya yang menginspirasi.
Sampai sekarang, Ibu Melia sudah menerbitkan 10 buku tunggal, diantaranya Jejak Pengabdian (2016), Sajak Cinta untuk Indonesia (2018), dan Rahasia Airin (2021), serta ratusan buku antologi. Baginya, menulis bukan hanya sekadar hobi, tapi sudah menjadi bagian dalam kesehariannya dan ide-ide penulisan bisa muncul dari mana saja.
“Ini pengalaman saya, saat goreng tempe tiba-tiba ada ide. Di situ saya tulis satu baris dulu aja. Saya ingat dulu judulnya Gaun Hitam. Nah di situ saya cuma tulis satu kalimat, nanti pas malem dibuka lagi, oh iya saya punya catatan ini. Jadi saat buka laptop nggak blank,” cerita Ibu Melia.
Guru sekaligus penulis asal Jombang ini sering mengajak siswanya untuk berlatih menulis dengan membuat cerita-cerita pendek. Tidak hanya meningkatkan kemampuan literasi mereka, dengan menulis siswa bisa mengembangkan kemampuannya dalam menuangkan ide, berpikir kreatif dan imajinatif, serta hasil karyanya bisa membantu mereka untuk melanjutkan ke SMP.
Bagi Ibu Melia sendiri, karya para siswa bisa menjadi sebuah kenang-kenangan yang dapat diingat ketika nantinya mereka sudah lulus dan berhasil.
Baca Juga: Komunitas Guru ZenRu: Tempat Berbagi Pengalaman Mengajar
Komunitas Ayo Menulis (KAM)
Selain di sekolah dan kegiatan penulisan buku, Ibu Melia juga aktif dalam Komunitas Ayo Menulis (KAM) yang diinisiasinya. Setiap akhir pekan, KAM mengadakan sarasehan di mana anggota dan masyarakat wilayah Malang Raya bisa berdiskusi dan berlatih menulis.
Sebagai guru sekaligus penulis, Ibu Melia ingin dikenal sebagai seseorang yang tidak hanya berhasil dalam mendidik siswanya tapi juga meningkatkan literasi mereka.
Saat mengajar, Ibu Melia berupaya untuk memberikan pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak mudah bosan dan tetap semangat belajar. Salah satu caranya adalah dengan membagikan video-video materi yang ada di Zenius. Setelah menonton videonya, siswa Ibu Melia akan menulis poin-poin penting materi dalam buku catatan sehingga nantinya bisa dipelajari kembali.
Seperti Ibu Melia, Bapak dan Ibu Guru juga bisa memanfaatkan Zenius untuk Guru dalam pembelajaran. Tidak hanya memudahkan, fitur-fiturnya juga mempercepat proses penilaian.
Baca Juga Artikel Lainnya
Perjuangan Pak Sumitra Mencerdaskan Anak Papua
Leave a Comment