Apakah sewaktu kecil dulu Ibu dan Ayah sering memainkan permainan anak tradisional? Jika mengingat masa-masa tersebut, rasanya senang sekali bukan?
Di masa modern sekarang, permainan-permainan tradisional ini semakin jarang dimainkan oleh anak-anak. Padahal, beberapa penelitian sudah menunjukkan berbagai manfaat dari memainkan permainan-permainan tanpa gadget ini.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan kepada anak-anak Suku Bajo, Sulawesi Selatan, ditemukan bahwa anak-anak yang memainkan permainan tradisional memiliki kemampuan memori yang lebih baik. Tidak hanya itu, pada penelitian yang dipublikasikan KnE Life Sciences disebut juga bahwa anak-anak tersebut lebih mampu bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.
Kesimpulan yang sama juga ditemukan pada penelitian di Bandung oleh A. D.Gustiana, M. Agustin & H. Djoehaeni. Selain kemampuan memori dan sosialisasi, anak-anak yang memainkan permainan tradisional juga belajar menyelesaikan masalah, kerja sama kelompok, serta belajar disiplin dan bersikap jujur.
Ada banyak sekali bukan, manfaat permainan anak tradisional untuk perkembangan anak Ibu dan Ayah?
Apakah Ibu dan Ayah tertarik untuk mengenalkan dan memainkan permainan-permainan tradisional dengan anak? Zenius telah merangkum beberapa permainan anak tradisional yang bisa Ibu dan Ayah mainkan bersama anak-anak. Simak penjelasannya berikut.
Macam-Macam Permainan Anak Tradisional Individu
1. Congklak
Congklak adalah permainan tradisional yang cukup terkenal di berbagai wilayah di Indonesia. Di daerah Jawa, permainan ini dikenal sebagai congklak, dakon, dhakon, atau dhakonan. Permainan ini juga dikenal dengan nama congkak di beberapa daerah di Sumatra berkebudayaan Melayu. Sementara, di Sulawesi permainan ini dikenal dengan nama mokaotan, maggaleceng, aggalacang, atau nogarata. Kemungkinan besar, permainan ini dibawa oleh pedagang Arab yang berlayar ke Indonesia.
Permainan anak tradisional yang satu ini dapat dimainkan oleh dua orang. Ibu dan Ayah bisa bergantian memainkan permainan ini dengan anak.
Untuk memainkan congklak, Ibu dan Ayah membutuhkan sebuah papan dengan dua lubang besar dan empat belas lubang kecil serta 98 biji congklak. Jika Ibu dan Ayah tidak memilikinya, Ibu dan Ayah bisa menggunakan mangkok atau gelas plastik bekas serta kelereng atau kerikil.
Untuk memainkannya, setiap lubang kecil harus diisi dengan tujuh biji congklak. Sementara, lubang yang besar merupakan tempat pemain meletakkan biji congklak miliknya.
Nah, setelah masing-masing lubang kecil sudah diisi dengan biji congklak, barulah permainan dimulai secara bergantian. Pemain pertama dapat memilih lubang congklak dan mengambil seluruh biji congklak yang ada di lubang tersebut. Kemudian pemain memasukkan biji congklak satu per satu ke lubang lain, kecuali lubang besar milik pemain lawan sampai biji tersebut habis.
Giliran pemain akan berhenti ketika pemain memasukkan biji congklak terakhir ke dalam lubang kosong. Nah, pemenang dari permainan ini akan ditentukan oleh lubang besar yang memiliki jumlah biji congklak terbanyak.
Permainan ini cocok untuk dijadikan aktivitas quality time Ibu dan Ayah dengan anak. Ibu dan Ayah bisa bertanya tentang berbagai hal kepada anak, mulai dari kegiatan sekolah hingga teman-temannya.
2. Layangan
Jika anak-anak Ibu dan Ayah menyukai permainan outdoor, layangan bisa menjadi salah satu pilihan permainan anak tradisional untuk dimainkan bersama.
Layangan atau layang-layang adalah sebuah lembaran kertas berbahan tipis seperti kertas minyak dan dirangkai dengan kerangka yang umumnya terbuat dari bambu lalu diterbangkan ke udara dengan bantuan benang.
Di berbagai daerah, layangan tidak hanya digunakan sebagai permainan. Di Jawa Barat dan Lampung, layangan digunakan sebagai alat bantu pancing dan dihubungkan dengan mata kail. Sementara di daerah Pangandaran, layangan dipasangi jerat untuk menangkap kelelawar.
Berbeda lagi dengan yang dilakukan di Bali. Layangan menjadi bagian penting dari ritual keagamaan Hindu yang dikaitkan dengan dengan mitos Rare Angon atau Dewa Layang-layang.
Dikisahkan dalam tradisi agama Hindu bahwa Rare Angon merupakan penjelmaan Dewa Siwa yang menyerupai anak-anak. Ketika musim panen tiba, Rare Angon akan turun ke bumi diiringi tiupan seruling sebagai pertanda turunnya hujan. Dipercaya turunnya Rare Angon ini adalah bentuk perlindungan dari dewa untuk melindungi area persawahan dari gangguan hama.
Selain membangun kedekatan dan quality time dengan anak, bermain layangan juga bisa menjadi kesempatan Ibu dan Ayah untuk mengajarkan berbagai tradisi dan budaya yang berkaitan dengan layangan.
Baca Juga: 9 Game Edukasi yang Bisa Bantu Proses Tumbuh Kembang Anak
3. Egrang
Egrang adalah permainan anak tradisional yang dikaitkan dengan keseimbangan. Nama egrang berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah (sendal) pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Di Sumatera Barat, permainan ini disebut tengkak-tengkak yang diambil dari kata tengkak (pincang). Sementara di Jawa Tengah egrang dikenal dengan nama jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang.
Secara umum, ada dua jenis peralatan yang digunakan untuk bermain egrang. Pertama adalah buluh bambu yang diberi pijakan sekitar 30-50 cm dari permukaan tanah. Selain bambu, egrang juga dapat dimainkan dengan menggunakan sepasang tempurung kelapa yang diikat dengan tali.
Permainan ini cukup sederhana. Pemain cukup berdiri di atas egrang dan berjalan tanpa terjatuh. Supaya permainan lebih seru, Ibu dan Ayah dapat membuat permainan ini menjadi lomba pacu lari menggunakan egrang di pekarangan rumah. Jika rumah Ibu dan Ayah tidak memiliki pekarangan yang cukup luas, Ibu dan Ayah bisa mengajak anak berlomba berdiri paling lama di atas egrang. Jangan lupa untuk memastikan keselamatan anak saat bermain ini ya, Ibu dan Ayah.
Selain efektif sebagai momen quality time dengan anak-anak, permainan ini dapat melatih fisik dan keseimbangan anak-anak Ibu dan Ayah.
Macam-macam Permainan Anak Tradisional Berkelompok
1. Cublak-Cublak Suweng
Cublak-cublak suweng Suwengé ting gelèntèr Mambu ketundhung gudèl Pak Empong léra-léré Sapa ngguyu ndhelikaké Sir, sir pong dhelé kopong Sir, sir pong dhelé kopong
Ibu dan Ayah yang memiliki darah Jawa tentu pernah mendengar lagu daerah ini. Lagu “Cublak-Cublak Suweng” merupakan lagu pengiring permainan anak tradisional yang banyak dimainkan di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Permainan ini dilakukan oleh tiga orang atau lebih dan dimulai dengan hompimpa atau gambreng untuk menentukan siapa yang kalah pertama kali. Pemain yang kalah akan berperan sebagai Pak Empong dan berbaring telungkup sementara pemain lain duduk melingkarinya.
Pemain yang melingkari Pak Empong membuka telapak tangan mereka di atas punggung Pak Empong. Kemudian, salah satu pemain akan memegang biji atau kerikil yang dipindahkan dari satu telapak tangan ke telapak tangan yang lain sambil menyanyikan lagu “Cublak-cublak Suweng”. Ketika lagu sampai pada lirik “sapa ngguyu ndhelikaké”, pemain yang menerima biji atau kerikil harus segera menyembunyikannya.
Di akhir lagu, setiap pemain menggenggam kedua masing-masing seolah-olah menyembunyikan biji atau kerikil. Pemain yang menjadi Pak Empong kemudian bangun dan menebak siapa yang memiliki biji atau kerikil di genggaman tangannya. Jika tebakannya benar, pemain yang memiliki biji atau kerikil akan menggantikan pemain yang menjadi Pak Empong. Jika salah, Pak Empong kembali ke posisi dan permainan diulang lagi dari awal.
Permainan cublak-cublak suweng tidak hanya menyenangkan untuk dimainkan bersama anak-anak, lho. Ibu dan Ayah bisa memanfaatkan permainan ini untuk mengajarkan anak-anak mengenai kejujuran karena pemain harus jujur mengakui memiliki biji atau kerikil di genggamannya di akhir permainan.
Baca Juga: 5 Manfaat Cerita Dongeng bagi Anak, Seberapa Penting?
2. Petak Umpet
Petak umpet adalah salah satu permainan anak tradisional yang paling terkenal. Permainan ini dapat dimainkan oleh tiga orang atau lebih. Di daerah Jawa Barat, permainan ini dikenal dengan nama ucing sumput yang berarti “kucing bersembunyi” dalam bahasa Sunda.
Permainan dimulai dengan hompimpa atau gambreng untuk menentukan siapa yang akan menjadi penjaga atau kucing. Pemain yang menjadi penjaga atau kucing kemudian memejamkan mata sambil menghadap tembok dan mulai berhitung sampai sepuluh. Di saat yang sama, pemain lain harus segera bersembunyi sebelum penjaga selesai berhitung.
Setelah penjaga selesai berhitung, ia harus mencari seluruh pemain lain yang bersembunyi. Jika penjaga menemukan pemain yang bersembunyi, ia harus menyentuh tembok sambil menyebutkan nama pemain yang ditemukan. Permainan ini akan berakhir kalau penjaga berhasil menemukan seluruh pemain yang bersembunyi.
Selain menyenangkan, permainan ini juga bagus untuk fisik anak, lho. Permainan ini mendorong anak untuk bergerak dan berlari sehingga kemampuan motoriknya dapat terasah.
3. Lompat Tali
Selain petak umpet, lompat tali adalah permainan anak tradisional lainnya yang cukup populer. Permainan ini bisa dimainkan sendirian atau berkelompok mulai dari tiga orang hingga lebih.
Permainan lompat tali dimainkan dengan melompati sebuah tali yang dikibaskan melintasi bagian bawah kaki dan atas kepala pemain. Dua orang pemain bertugas memegang tali dan mengibaskannya, sementara pemain yang lain melompati tali tersebut.
Permainan akan berakhir jika ada pemain yang tersandung tali. Pemain kemudian bisa bergantian dengan pemegang tali dan memulai permainan kembali.
Saat ini, lompat tali tidak hanya digunakan sebagai permainan tapi juga olahraga. Permainan ini dapat membantu perkembangan otot dan motorik kasar anak.
Ibu dan Ayah bisa menggunakan permainan ini untuk mengajak anak berolahraga dengan cara yang menyenangkan.
Selain enam permainan anak tradisional di atas, masih ada berbagai permainan tradisional lainnya yang bisa Ibu dan Ayah mainkan dengan anak.
Baca Juga: 9 Rekomendasi Permainan Anak yang Mendidik & Mengasah Otak
Permainan-permainan ini dapat mendekatkan hubungan Ibu dan Ayah dengan anak sembari mengajarkan anak berbagai hal, mulai dari olahraga hingga budaya.
Selain lewat permainan tradisional, Ibu dan Ayah dapat memanfaatkan aplikasi ZeniusLand untuk membantu anak dalam belajar. Dalam aplikasi ini, ada berbagai cerita dan permainan interaktif yang dapat mengasah kemampuan berpikir kritis anak.
Aplikasi ini dapat di-download melalui PlayStore ataupun AppStore.
Download ZeniusLand
Aplikasi edukasi online dipenuhi dengan cerita seru dan permainan interaktif, untuk mengasah kemampuan berpikir kritis. Dirancang khusus untuk anak usia 7–12 tahun.
Leave a Comment