Di materi Sejarah ini, kita akan membahas Perang Teluk 1. Nggak hanya itu, latar belakang Perang Teluk 1 juga bakal dijabarkan bersama dengan dampak Perang Teluk 1.
Suatu hari, kami—gue dan Sobat—nongkrong di warung kopi dengan kegelisahan terhadap situasi dunia akhir-akhir ini. Situasi yang dimaksud adalah perang yang terjadi di antara Rusia dan Ukraina.
Sobat bercerita, seolah-olah dia ikut dalam perang tersebut, “Gawat, Rusia dan Ukraina udah resmi berperang!”
“Elo tahu apa artinya itu?” tanya Sobat.
“Apa?” gue balas singkat saja.
“Pelajaran Sejarah bakal semakin banyak!” ucapnya seolah itu merupakan humor tingkat tinggi.
Tanpa perasaan bersalah sama sekali, Sobat melanjutkan omongannya tentang poster Ruhollah Khomeini yang dipasang di kamar Dilan, lelaki yang populer dalam novel Dilan 1990. Khomeini merupakan tokoh yang terlibat dalam perang Irak-Iran, bersama dengan Saddam Hussein.
Mulailah kami mengobrol soal berbagai peristiwa dalam sejarah kontemporer dunia, sejarah yang kejadiannya masih relatif dekat dengan kita sekarang. Mulai dari pertempuran Irak melawan Iran, lalu dilanjutkan dengan Irak yang menginvasi Kuwait.
Pada masanya, Irak adalah negara yang banyak terlibat perang terhadap negara tetangga, yaitu Iran dan Kuwait. Karena ketiga negara yang terlibat ini berada dekat dengan Teluk Persia, maka perang yang terjadi umumnya dikenal dengan istilah Perang Teluk.
Sebelum menginvasi Kuwait, Irak terlebih dahulu terlibat konflik dengan Iran di tahun 1980. Oleh karena itu, kita dapat melihat ini sebagai Perang Teluk 1, karena diawali dengan perang antara Irak dan Iran. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan Perang Teluk 1 dan 2 terkait negara-negara yang terlibat di dalamnya.
Perang di antara Iran dan Irak adalah konflik militer berkepanjangan yang terjadi selama 8 tahun, yaitu sejak tahun 1980 sampai 1988. Perang terbuka terjadi pertama kali pada 22 September 1980, ketika angkatan bersenjata Irak melakukan penyerbuan di Iran bagian barat, tepatnya di sepanjang perbatasan negara.
Namun, Irak mengklaim bahwa perang sebenarnya telah dimulai sejak awal bulan, tepatnya 4 September, ketika Iran menembaki sejumlah pos di perbatasan antara dua negara ini.
Berdasarkan dua sudut pandang ini, memang sejarah memiliki versi masing-masing, tergantung pihak mana yang menceritakan sejarah tersebut. Nah, hal ini juga bisa kita lihat dari contoh Sejarah Indonesia.
Menurut kacamata pemerintah kolonial, mungkin pahlawan Indonesia dianggap sebagai pihak yang melakukan pemberontakan. Sementara itu, kita melihat mereka sebagai pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Oleh karena itu, elo perlu untuk melakukan berbagai studi mandiri dalam melihat suatu peristiwa sejarah secara objektif.
Kalau merasa kesulitan dalam mempelajari Sejarah, gue merekomendasikan elo untuk baca artikel di bawah ini, supaya proses belajar Sejarah jadi lebih efektif.
Baca Juga: Dinamika Susah-Gampangnya Belajar Sejarah
Latar Belakang Perang Teluk 1
Sebenarnya, mengapa terjadi Perang Teluk 1?
Kalau kita pengin melihat awal mula dari peristiwa ini, jejak Perang Teluk berawal pada akhir 1960-an, yaitu ketika Inggris berniat untuk menarik diri dari Teluk Persia. Saat itu, Inggris masih menjajah negara-negara di sekitar Teluk Persia. Hal ini memicu terjadinya rekonfigurasi geopolitik di wilayah tersebut.
Sejak awal, Irak dan Iran sudah memiliki perselisihan terhadap permasalahan teritorial, dan ketegangan di antara dua negara ini kembali muncul sepanjang tahun 1970-an. Ketegangan di antara dua negara ini, dipicu oleh sengketa wilayah Shatt Al-Arab dan Khuzestan.
Shatt Al-Arab sendiri adalah sungai dengan panjang 200 km yang terbentuk dari pertemuan di antara Sungai Eufrat dan Tigris di Irak Selatan, yang hilir sungainya mengarah ke perbatasan Irak dan Iran, yaitu Teluk Persia.
Karena lokasi yang tepat berada di perbatasan ini, membuat Sungai Shatt Al-Arab menjadi sumber sengketa sejak tahun 1975. Sungai tersebut adalah jalur utama Irak menuju arah laut sehingga Irak berusaha untuk mengambil alih Shatt Al-Arab.
Selain itu, Provinsi Khuzestan menjadi wilayah sengketa selanjutnya, karena memiliki kekayaan sumber daya alamnya, yaitu minyak. Irak mengklaim bahwa daerah Khuzestan merupakan wilayah miliknya, karena Inggris telah menyerahkan daerah tersebut ketika Irak telah merdeka dari jajahannya.
Di sisi lain, Iran sedang berada pada situasi internal yang tidak stabil.
Di Iran, terjadi Revolusi Islam di tahun 1979 dan menjadi peristiwa sejarah penting untuk Iran. Saat itu, kekuasaan Kerajaan Pahlevi, yang dianggap menjadi kaki tangan Amerika Serikat, berhasil digulingkan sehingga membawa perubahan politik di Iran menjadi republik Islam.
Hal ini menjadi memicu kekhawatiran Irak yang melihat revolusi di Iran akan menyebar ke negara-negara Arab lainnya.
Pemimpin revolusi di Iran ini, merupakan tokoh pada poster yang dimiliki oleh Dilan, yaitu Khomeini. Kekhawatiran Irak bukan tanpa alasan sama sekali, karena Khomeini dinilai sebagai pemimpin revolusi Iran yang memiliki ambisi besar untuk melakukan revolusi ke negara-negara Arab.
Hal tersebut memicu kecemasan di sisi Saddam Hussein, karena tokoh ini memiliki kepentingan untuk mendominasi wilayah Arab. Dinamika di antara dua negara ini dapat menjelaskan penyebab Perang Teluk 1.
Selanjutnya, terjadi serangkaian perang senjata di antara Irak dan Iran. Berikut ini adalah alur penyerangan di antara kedua negara ini.
Peperangan di Teluk Persia yang melibatkan Irak, tidak hanya berhenti pada peperangan dengan Iran saja. Selang beberapa tahun setelah itu, Irak kembali melakukan penyerangan terhadap Kuwait. Peperangan di Teluk Persia selanjutnya, bisa elo baca lewat artikel di bawah ini.
Baca Juga: Latar Belakang dan Dampak dari Perang Teluk 2
Dampak Perang Teluk 1
Setelah perang berakhir, bagaimanakah upaya perdamaian Perang Teluk 1?
Gencatan senjata pada tahun 1988 menandai berakhirnya Perang Teluk 1. Namun, penarikan pasukan selepas perang dan dimulainya hubungan diplomatik secara normal, baru terjadi pada 16 Agustus 1990, saat perjanjian damai secara resmi telah ditandatangani.
Perang ini berakhir lewat Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 598. Bantuan PBB untuk Perang Teluk 1 terjadi lewat upaya perjanjian damai tersebut, yang menawarkan gencatan senjata untuk Irak dan Iran. Selepas itu, para tawanan perang mulai dilepaskan dan hubungan diplomatik dua negara kembali dilanjutkan.
Namun, perang di antara Irak dan Iran memberikan dampak yang merugikan bagi kedua negara. Bukan hanya kerugian secara materi dan kemanusiaan, tetapi termasuk ekonomi hingga politik. Kerugian di antara keduanya secara materi diperkirakan mencapai 500 juta dolar AS.
Selepas perang, tentunya kedua negara perlu memulihkan kembali kondisi ekonomi masing-masing. Terhambatnya perekonomian dua negara diperparah dengan kondisi ladang minyak yang rusak. Hal ini menyebabkan produksi minyak menurun drastis.
Selain kerugian materi, Irak dan Iran menderita secara kemanusiaan, yaitu jumlah korban tewas yang tidak sedikit di antara keduanya. Korban jiwa dari pihak Irak mencapai 200 ribu nyawa. Sementara itu, korban jiwa dari kubu Iran mencapai lebih dari satu juta nyawa. Korban jiwa yang begitu banyaknya tersebut, juga dipicu oleh banyaknya anggota masyarakat yang ikut turun dalam pertempuran di medan perang.
Berakhirnya perang ini memberikan kerugian politik yang begitu besar, yaitu roda pemerintahan yang terhambat. Selain itu, pengaruh Amerika Serikat menjadi semakin kuat di Teluk Persia.
Akhir dari peperangan di antara Iran dan Irak ini juga ikut menyudahi pembahasan kita tentang Perang Teluk 1. Namun, contoh soal di bawah ini bisa elo kerjakan supaya pemahaman terkait materi Sejarah Irak dan Iran ini jadi semakin mantap.
Baca Juga: Latar Belakang, Penyebab, dan Akibat Invasi Teluk Babi
Contoh Soal
- Tokoh yang merupakan pemimpin Revolusi Iran adalah ….
a. Saddam Hussein
b. Jawaharlal Nehru
c. Ruhollah Khomeini
d. Abdul Rahman Arif
e. Aḥmad Ḥasan Bakr
Pembahasan:
Ruhollah Khomeini merupakan pemimpin Iran yang membawa perubahan negara tersebut ke perubahan politik, yaitu Revolusi Islam. Hal ini menyebabkan sistem politik di Iran menjadi republik Islam.
Jawaban: C.
2. Apa kekhawatiran Saddam Hussein terhadap situasi di Iran yang kemudian menjadi salah satu penyebab Perang Teluk 1?
a. Revolusi Islam di Iran.
b. Penyerahan Shatt Al-Arab kepada Irak.
c. Berakhirnya kekuasaan Inggris di Teluk Persia.
d. Sengketa wilayah Irak dan Kuwait.
e. Turunnya kekuasaan Kerajaan Pahlevi.
Pembahasan:
Saddam Hussein adalah tokoh pemimpin Irak yang khawatir terhadap revolusi di Iran yang diprediksi akan menyebar ke negara-negara Arab. Selain itu, rencana Saddam Hussein untuk mendominasi wilayah Arab juga akan terganggu oleh gelombang Revolusi Iran yang dikhawatirkan akan menyebar hingga negara-negara Arab lainnya.
Jawaban: A.
***
Perang Teluk 1 merupakan salah satu dari serangkaian peristiwa sejarah kontemporer dunia. Peristiwa bersejarah lainnya yang relatif masih dekat dengan era kita sekarang, bisa elo pelajari secara lengkap melalui informasi di bawah ini.
Tidak hanya materi Perang Teluk, pembahasan tentang Politik Apartheid, Invasi Irak-Kuwait, Konflik Syria, Konflik Palestina-Israel, Krisis Pengungsi Rohingya, dan masih banyak lagi, bisa elo pelajari melalui informasi tersebut.
Lewat berbagai materi Sejarah tersebut, tongkrongan eo bakal jadi makin asyik karena bakal punya berbagai cerita tentang sejarah kontemporer dunia. Kalau nggak pengin nongkrong dan santai-santai aja di rumah, juga nggak apa-apa. Minimal elo bisa menjawab berbagai soal Sejarah tentang sejarah kontemporer dunia.
Kalau begitu, gue cabut dulu, ya, dari tongkrongan online kita ini. Dadaa!
Referensi:
Rugi Parah Iran-Irak Berebut Teluk Persia, Untung Besar AS dengan Manuvernya – Voi.id (2020)
Iran-Iraq War – Britannica
Leave a Comment