Udah sering denger tentang penghargaan Nobel, tapi lo udah tahu belum, kok bisa dinamai Nobel? Yuk simak sejarah penghargaan Nobel dan pentingnya Nobel Prize buat kehidupan kita!
Halo, Sobat Zenius! Ketemu lagi sama gue, Citra. Buat lo yang masih sekolah atau pernah sekolah, gue mau tanya. Siapa sih tokoh yang paling lo kagumin semasa sekolah, yang berhubungan sama pelajaran yang lo suka?
Gue mau cerita dikit nih ya. Waktu gue SMA dulu, gue kagum sama sosok Albert Einstein. Di sekolah gue (dan pastinya di dunia sih), Einstein udah dianggap sebagai orang yang paling jenius sedunia. Kalau ada temen gue yang pinternya kelewatan, temen-temen yang lain langsung bilang, “Pinter amat jadi anak, kayak Einstein aja.”
Selain karena julukan “Anak terpintar adalah Einstein” udah hits di sekolah gue (dan bisa jadi, lagi-lagi, seluruh dunia), gue juga kagum sama Einstein karena gue emang suka Fisika. Waktu SMA, gue emang ngambil penjurusan IPA. So, melalui Fisika, gue belajar teori relativitas, teori kuantum cahaya, efek fotolistrik, sampai rumus legend Einstein tentang kesetaraan energi dan massa, E = mc2. Lo bisa belajar tentang rumusnya di sini.
Dengan teori-teori Einstein yang nggak habis pikir itu, dia meraih penghargaan Nobel pada tahun 1921. Waktu itu, gue langsung mikir bahwa puncak kerennya orang-orang keren di bidang IPA adalah ketika mereka dapat penghargaan Nobel. Tapi ternyata, penghargaan Nobel nggak hanya seputar IPA aja.
Nah, kali ini, gue mau ngenalin lo tentang penghargaan Nobel. Nggak hanya tentang penerimanya aja, tapi juga kenapa penghargaan Nobel ada, penamaan Nobel, dan gimana seseorang bisa meraih Nobel.
Yuk, langsung aja gue ceritain soal penghargaan Nobel!
Daftar Isi
Sosok di Balik Penghargaan Nobel
Dulu, waktu gue pertama kali tahu ada penghargaan Nobel, gue sempet mikir “Kenapa dinamain Nobel?”
Dan gue cuma bertanya-tanya aja gitu, tanpa nyari tahu. Ternyata, penggunaan Nobel berasal dari nama ahli kimia yang hits di abad ke-19, yaitu Alfred Nobel.
“Oke, Alfred Nobel emang ilmuwan terkenal di dunia. Tapi kenapa harus pakai namanya? Kenapa harus Nobel?”
Jadi ceritanya begini…
Seperti yang udah gue sebutin tadi, Alfred Nobel adalah ilmuwan Swedia yang hits pada masanya. Dia nggak hanya ilmuwan aja sih, tetapi juga penemu, pengusaha, sekaligus penulis puisi dan drama. Dari sini, lo udah tahu kalau Nobel punya banyak minat di berbagai bidang.
Passion Nobel nggak jauh-jauh dari profesi ayahnya. Ayah Alfred Nobel, Immanuel Nobel, adalah seorang penemu. Immanuel suka bikin eksperimen peledakan batu. Selain jadi ilmuwan, Immanuel juga merupakan insinyur dan pengusaha.
Tahun 1837, waktu Nobel masih berumur 4 tahun, ayahnya harus pindah ke Finlandia dan Rusia buat ngembangin bisnis di sana. Di Rusia, Immanuel buka bengkel mekanik untuk tentara Rusia di St. Petersburg. Belasan tahun di sana, bisnis Immanuel jadi laris manis. Soalnya, Immanuel bikin ranjau laut buat menghentikan kapal musuh yang mau menyerang St. Petersburg. Saat itu, Perang Krimea sedang terjadi. Kekaisaran Rusia lagi gencar-gencarnya ngelawan Prancis dan Inggris.
Akhirnya, ranjau laut buatan Immanuel berhasil menghentikan Angkatan Laut Kerajaan Inggris, dan Rusia pun menang. Hal itu bikin Immanuel memboyong keluarganya yang dia tinggalin di Swedia, untuk pindah ke St. Petersburg pada tahun 1842.
Selama tinggal di St. Petersburg, Nobel dan ketiga saudaranya nggak sekolah formal, tapi home schooling. Mereka belajar ilmu alam, bahasa, dan sastra. Pada usia 17 tahun, Nobel udah fasih ngomong dan nulis dalam bahasa Swedia, Rusia, Inggris, dan Jerman.
Sejak itulah, Nobel jadi cinta sama sastra, kimia, dan fisika. Sebenarnya, jiwa Nobel lebih ke jiwa sastrawan. Dia suka banget sama puisi. Tapi, ayahnya lebih pengen anak-anaknya ngikutin jejaknya jadi insinyur kimia. So, Nobel dikirim ke Paris buat belajar dan merintis karier sebagai insinyur kimia.
Di Paris, Nobel kerja di laboratorium Professor TJ Pelouze, seorang ahli kimia terkenal. Saat kerja di situ, Nobel kenalan sama ahli kimia muda asal Italia, Ascanio Sobrero. Sebelumnya, Sobrero udah nemuin nitrogliserin, larutan yang gampang banget meledak. Meskipun berbahaya buat digunakan, Nobel justru tertarik sama nitrogliserin. Dia pengen mempelajari penggunaan nitrogliserin buat pekerjaan konstruksi.
Setelah studinya selesai, Nobel langsung balik ke Rusia dan ngajak ayahnya buat kerja sama ngembangin nitrogliserin. Tujuannya, buat dijadiin bahan peledak yang bisa dimanfaatkan dalam pekerjaan konstruksi, sekaligus menjualnya.
Pada tahun 1863, keluarga Alfred Nobel balik ke Swedia. Di sinilah, Nobel mulai fokus buat ngembangin nitrogliserin sebagai bahan peledak. Kemudian, sebuah kecelakaan terjadi…
Eksperimen menggunakan nitrogliserin itu menewaskan beberapa orang, termasuk adik Alfred Nobel, Emil. Pemerintah auto ngelarang eksperimen itu lagi di dalam kota Stockholm, tempat keluarga Nobel tinggal.
Meskipun rasa kehilangan anggota keluarga emang nggak ada obatnya, tapi Nobel juga nggak mau kehilangan tekadnya. Dia tetap nggak menyerah buat melakukan eksperimen nitrogliserin. So, dia mindahin eksperimennya ke tongkang di Danau Mälaren. Pada tahun 1864, Nobel mulai memproduksi nitrogliserin secara massal, tapi dengan bahan yang jauh lebih aman.
Singkat cerita nih, dari eksperimen terakhir Nobel terhadap nitrogliserin, dihasilkan sebuah penemuan yang disebut “dinamit” pada tahun 1866. Setahun kemudian, Alfred bikin hak paten atas bahan pembuatan dinamit. Dia juga menerima penghargaan kehormatan dari The Royal Swedish Academy of Sciences atas penemuan dinamit.
Penemuan dinamit tersebut berperan penting pada masa itu. Dinamit bisa mengurangi banyak biaya yang dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi, seperti pengeboran terowongan, peledakan batu, dan pembangunan jembatan.
Sejak saat itu, Alfred Nobel jadi penemu dan pebisnis sukses pertama di Eropa dan Amerika. Namanya langsung hits di dua benua sekaligus! Nobel jadi salah satu orang terkaya yang paling banyak disorot pada zamannya.
Baca juga: Malala Yousafzai, Pemenang Nobel Perdamaian Termuda di Dunia
Kok Bisa Ada Penghargaan Nobel?
Sampai pada tahun 1888, saudara Alfred Nobel, Lidvig, meninggal di Prancis. Bukannya mengulas sosok Lidvig, sebuah surat kabar di Prancis justru ngungkit-ngungkit kesalahan Alfred Nobel atas penemuan dinamitnya, yang menewaskan adiknya sendiri, Emil.
Bayangin deh. Lo udah susah payah bikin prestasi, tapi yang dibahas media justru masa lalu lo yang nggak ngenakin buat diingat lagi. Nobel jadi kecewa banget. So, dia bikin surat wasiat.
Nobel butuh waktu bertahun-tahun buat bikin surat wasiat itu. Akhirnya, dia menandatanganinya pada 25 November 1895 di Paris. Nggak ada yang tahu isi surat wasiatnya, sampai Nobel meninggal mendadak pada 10 Desember 1896. Karena waktu itu Nobel jadi salah satu orang penting di dunia, warga dunia pada deg-degan sama isi surat wasiatnya. Kira-kira, Nobel ninggalin apa ya?
Dan ternyata …
Isi surat wasiat Nobel cukup membagongkan buat para kerabat dan temen-temennya. Di akhir suratnya, Nobel berpesan kalau sisa kekayaannya yang sebesar 31,5 juta krona Swedia (setara dengan Rp 49,7 miliar saat ini) digunakan buat ngasih penghargaan kepada orang-orang yang totalitas dalam pekerjaannya dan ngasih kontribusi besar buat masyarakat. Penghargaan itu diberikan kepada orang terpilih yang udah totalitas bekerja selama setahun belakangan di lima bidang, yaitu fisika, kimia, fisiologi atau kedokteran, sastra, dan perdamaian.
“… sebagai hadiah kepada mereka yang, selama tahun sebelumnya, telah memberikan manfaat terbesar bagi umat manusia.”
Alfred Nobel, dalam surat wasiatnya.
Mungkin lo bertanya-tanya, kenapa harus lima bidang itu? Ada alasan dibalik pemilihan lima bidang tersebut. Nih, gue jelasin ya.
Pertama, fisika. Fisika adalah bidang yang pertama kali disebutin Alfred Nobel dalam surat wasiatnya. Kenapa harus fisika? Pada era itu, banyak orang menganggap kalau fisika adalah ilmu yang paling populer buat dipelajarin. Alfred Nobel juga ngelihatnya kayak gitu. Apalagi, eksperimen-eksperimen yang udah dia lakuin juga erat banget kaitannya dengan fisika.
Kedua, kimia. Kimia juga jadi ilmu yang paling penting buat Nobel. Penemuan dinamitnya dan bisnis yang dia jalanin berdasarkan pada ilmu kimia. So, kimia jadi bidang penghargaan kedua yang disebutin Alfred Nobel dalam surat wasiatnya.
Ketiga, fisiologi atau kedokteran. Nobel punya minat yang tinggi dalam penelitian medis. Sekitar tahun 1890, dia ketemu dengan ahli fisiologi Swedia, Jöns Johansson. Johansson kerja di laboratorium Nobel di Sevran, Prancis, dalam periode yang singkat, di tahun yang sama. Perkenalan dan kerja sama mereka bikin Nobel menaruh perhatian khusus pada dunia fisiologi atau kedokteran.
Keempat, sastra. Nobel cinta banget sama sastra. Di masa mudanya, dia selalu mengasah skill-nya dalam kesusastraan. Perpustakaannya aja isinya literatur dari berbagai macam bidang, dalam berbagai bahasa. Selama tahun-tahun terakhir hidupnya, Nobel juga nyoba jadi penulis dan mulai menulis fiksi. Oleh karena itu, sastra jadi bidang keempat yang dia sebutin dalam surat wasiat.
Kelima, perdamaian. Nobel juga punya minat yang besar dalam masalah sosial. Dia terlibat dalam gerakan perdamaian. Keterlibatannya itu membawa Nobel berkenalan dengan Bertha von Suttner. Suttner adalah pasifis dan novelis asal Austria.
Buat lo yang belum tahu, pasifis adalah seseorang yang punya pandangan kalau segala konflik internasional itu bisa diselesaikan secara damai dalam keadaan apa pun, tanpa adanya baku hantam atau kekerasan.
Suttner vokal banget dalam mendorong gerakan perdamaian internasional di Eropa. Perkenalannya dengan Suttner bikin Nobel jadi makin melek seputar perdamaian. So, dia nyebutin perdamaian sebagai bidang kelima dan terakhir di surat wasiatnya.
Oke, balik lagi ke surat wasiatnya. Beberapa pihak menentang isi surat wasiat itu, seperti kerabat Alfred. Penentangan keluarga Alfred didukung oleh Oscar II, Raja Swedia saat itu. Alasannya sih, ide dalam surat wasiat Alfred Nobel nggak realistis. Apalagi, kaum konservatif Swedia juga menganggap bahwa seharusnya penghargaan tersebut dikasih buat orang Swedia aja, orang luar Swedia nggak usah.
Meskipun begitu, setelah empat tahun melalui negosiasi yang panjang dan sulit, akhirnya eksekutor wasiat Nobel, Ragnar Sohlman dan Rudolf Lilljequist, berhasil memenangkannya secara hukum. Pesan terakhir Nobel pun akhirnya bisa terwujud.
Pada tanggal 29 Juni 1900, Raja Oscar II menyetujui berdirinya Nobel Foundation. Nobel Foundation ini adalah yayasan yang bertanggung jawab khusus untuk mewujudkan wasiat Alfred Nobel. Masalah keuangan dan administrasi pemberian penghargaan Nobel diatur sama Nobel Foundation. Sejak itulah, penghargaan Nobel diadakan dan diberi nama Nobel Prize.
Baca juga: Biografi Werner Heisenberg – Fisikawan Pemenang Nobel Prize yang Nyaris Terbunuh
Seleksi Penerima Penghargaan Nobel
Tadi udah gue sebutin kalau ada lima kategori penghargaan Nobel. Nah, setiap kategori punya penanggung jawabnya sendiri-sendiri. Royal Swedish Academy of Sciences bertanggung jawab ngasih penghargaan di bidang fisika dan kimia, Karolinska Institutet bertanggung jawab terhadap penghargaan di bidang kedokteran atau fisiologi, Swedish Academy ngurusin penghargaan di bidang literatur, dan Norwegian Parliament (Norwegian Nobel Committee) ngurusin penghargaan perdamaian.
So, keempat institusi itu ngirim surat tertutup kepada 6.000 responden. Mereka adalah anggota institusi, profesor universitas, dan anggota akademi nasional, dan majelis parlemen. Surat tersebut meminta mereka buat ngasih rekomendasi orang yang layak buat masuk nominasi penghargaan Nobel di kelima bidang.
Nominasi dibuka pada bulan September dan ditutup pada Januari tahun penyerahan penghargaan. Dari ribuan rekomendasi yang masuk, ada 1.000 nama yang diambil buat dimasukin ke dalam daftar 100-250 kandidat. Nominator ini diseleksi secara ketat banget dan merata, sehingga sebanyak mungkin ahli di suatu negara dan universitas punya perwakilan.
Responden yang ngasih nama juga harus ngasih proposal tertulis tentang kandidat yang mereka ajuin, seberapa layak orang yang mereka pilih buat jadi penerima Nobel Prize. Dan yang terpenting, responden nggak bisa ngajuin dirinya sendiri, nggak boleh kepedean intinya. Proposal pencalonan kemudian harus diserahkan kepada Nobel Committee, komite yang ngurusin Nobel Prize, maksimal 31 Januari pada tahun pemberian penghargaan.
Pada 1 Februari, kelima komite Nobel mulai gaspol buat menyeleksi nominasi. Mereka saling berdiskusi dan konsultasi sama para ahli dari luar, buat menyeleksi sosok yang cocok jadi penerima penghargaan Nobel. Sosok yang terpilih harus punya kontribusi spesifik di bidang yang diseleksi, dan punya orisinalitas tinggi pada temuannya.
Selama bulan September dan awal Oktober, Nobel Committee udah selesai memilih kandidat. Mereka pun nyerahin rekomendasi pilihan di bidang masing-masing ke lima institusi pemberi penghargaan, yang udah gue sebutin tadi. Pemilihan di kelima lembaga itu bersifat rahasia. Tapi, keputusan akhir harus dibuat pada 15 November.
Terus, apa hadiahnya?
Hadiah penghargaan Nobel adalah medali emas daur ulang senilai 18 karat. Emas itu bergambar Alfred Nobel beserta tulisan tahun kelahiran dan kematiannya. Selain itu, penerima penghargaan Nobel juga dapat diploma (sertifikat resmi) yang dibuat khusus oleh seniman ternama Swedia dan Norwegia. Ada juga uang tunai senilai 10 juta krona Swedia, atau sekitar Rp15,8 miliar saat ini. Mantaps …
Nobel Prize diberikan kepada satu orang, atau dibagi rata dua orang, atau tiga orang. Pokoknya dibagi rata deh. Biasanya, penerima Nobel Perdamaian mainnya keroyokan, alias nggak satu orang aja. Institusi atau organisasi juga bisa jadi peraih Nobel Perdamaian.
Sementara itu, kalau Nobel Foundation merasa ada yang nggak layak buat jadi pemenang di bidang tertentu, penghargaan itu nggak akan diberikan. Uangnya bakal disimpan buat tahun berikutnya.
Penghargaan Nobel Pertama
Tepat lima tahun setelah kematian Alfred, penghargaan Nobel pertama diberikan. Upacara penghargaan Nobel Prize untuk pertama kalinya diselenggarakan pada tahun 1901. Penyerahan Nobel diberikan oleh masing-masing lembaga bidang masing-masing. Nobel Fisika, Kimia, Fisiologi atau Kedokteran, diserahin di Stockholm, Swedia. Sementara itu, Nobel Perdamaian diserahin di Oslo, Norwegia.
Siapa aja peraih penghargaan Nobel untuk pertama kalinya dalam sejarah? Cuss lah simak di bawah.
Nobel Fisika
Penerima penghargaan Nobel Prize di bidang fisika, untuk pertama kalinya jatuh kepada …Wilhelm Conrad Röntgen!
Dari namanya, lo udah tahu dong penemuannya itu apa. Yap, dia menemukan sinar-X pada tahun 1895. Waktu itu, para ilmuwan dan masyarakat pada heboh sama gambar-gambar yang waktu itu dianggap nyeremin, karena menunjukkan bagian dalam tangan manusia. Gambar-gambar tersebut diciptakan oleh jenis sinar misterius dan nggak terlihat, kayak gebetan yang nge-ghosting. Sinar itu kemudian diberi nama X-ray atau sinar-X.
Nobel Kimia
Lo masih inget nggak sama tekanan osmotik? Kalo lupa atau belum tahu, lo bisa pelajari di sini, ya. Waktu itu, ada fenomena mencengangkan lainnya. Fenomena itu adalah naiknya getah pohon ek. Kok bisa getah pohon malah naik?
So, Jacobus H. van’t Hoff menjawabnya. Dia adalah ahli kimia asal Belanda yang bisa menjelaskan tekanan osmotik yang terjadi pada fenomena itu. Hoff juga jelasin pentingnya tekanan osmotik dalam kehidupan tumbuhan dan hewan. Salute!
Nobel Fisiologi atau Kedokteran
Saat itu, penyakit difteri masih merajalela di dunia. Bahkan, difteri udah merenggut nyawa ribuan orang. Belum ada obat khusus yang bisa nyembuhin penyakit itu. Di momen inilah, Emil von Behring jadi pahlawan. Dia nemuin terapi serum yang bisa digunakan sebagai obat difteri.
Fisiolog Jerman ini udah membuka jalan baru dalam ilmu kedokteran. Terapi serum yang dibuat mampu menjadi senjata buat menyembuhkan difteri dan mengurangi kematian akibat penyakit tersebut.
Nobel Sastra
Penerima penghargaan Nobel Sastra pertama adalah Sully Prudhomme. Sully ini penyair hits aal Prancis. Awalnya, Sully anak teknik. Tapi, penyakit mata yang diderita memaksa Sully buat berhenti kuliah teknik dan beralih ke sastra. Dia menghabiskan hidupnya buat nulis puisi. Karya-karyanya dianggap sebagai “kombinasi langka dari kualitas hati dan kecerdasan.” Widiw, gue malah jadi pengen baca puisi-puisinya nih.
Nobel Perdamaian
Tokoh satu ini mungkin udah nggak asing lagi buat lo. Kalau lo tiap upacara dapat jobdesc nuntun orang ke UKS, lo pasti familiar sama Henry Dunant. So, Dunant adalah pendiri International Committee of the Red Cross, alias Komite Internasional Palang Merah. You know lah, kegiatan Palang Merah emang fokus pada kemanusiaan.
Seperti yang udah gue sebutin tadi, penerima penghargaan Nobel Perdamaian bisa terdiri dari beberapa orang atau institusi. Dunant dapat Nobel Perdamaian dengan Frédéric Passy, seorang pasifis internasional yang populer saat itu. Mereka pun jadi duo penerima Nobel Perdamaian yang pertama.
Penambahan Penghargaan Nobel Ekonomi
Dalam rangka mengenang Alfred Nobel, pada tahun 1968, Sveriges Riksbank (bank sentral Swedia) ngasih sumbangan ke Nobel Foundation. Sumbangan tersebut diberikan saat perayaan ulang tahun Sveriges Riksbank yang ke-300.
Sebagai tanda terima kasih, Nobel Foundation bikin penghargaan Nobel baru, yaitu Nobel Prize in Economic Sciences. Penghargaan ini diberikan buat mereka yang berkontribusi besar dalam ilmu ekonomi. Penghargaan pertama dalam Ilmu Ekonomi diberikan kepada Ragnar Frisch dan Jan Tinbergen pada tahun 1969.
Ragnar Frisch, dan Jan Tinbergen memelopori pengembangan formulasi matematika ekonomi dan istilah ekonomi makro-mikro. Frisch dan Tinbergen mendapat penghargaan Nobel Ekonomi atas kontribusi mereka dalam menciptakan model siklus bisnis dalam ilmu ekonomi pada tahun 1933. Nobel Ekonomi diberikan oleh The Royal Swedish Academy of Sciences, di Stockholm, Swedia.
Mengapa Penghargaan Nobel Penting?
Nggak ada penghargaan di bidang intelektual dengan pamor setinggi Nobel Prize. Rasanya, orang yang udah dapat Nobel Prize itu jadi ‘suhu’ atau person of the year di bidang tersebut. Tapi, kenapa sih penghargaan Nobel kayak sepenting itu? Seberapa penting Nobel Prize buat kita?
Penghargaan Nobel nggak hanya menunjukkan sosok yang unggul di satu bidang, tetapi juga nunjukin orisinalitas, antusiasme, dan komitmen seseorang terhadap cita-citanya. So, kegigihannya itulah yang nantinya bisa ngasih inspirasi dan pencerahan kepada orang awam maupun para profesional lain di bidangnya.
Melalui penghargaan Nobel, para pemenangnya jadi sosok yang diakui secara resmi, bahwa mereka punya kompetensi yang udah gue sebutin barusan. Karena namanya udah diakui melalui Nobel Prize, sosoknya bisa lebih menonjol lagi buat jadi teladan anak muda di seluruh dunia.
Temuan mereka nggak hanya menghasilkan kemajuan dan bikin masyarakat jadi berkembang, tapi juga membantu kita buat mengenali posisi kita sendiri di alam semesta. Kok bisa?
Gue ambil contoh dari temuan tekanan osmotik tadi. Kita semua sadar kalau kita hidup di alam yang udah ada yang ngatur. So, dengan temuan osmotik itu, kita jadi sadar “Oh, jadi gini ya cara kerja alam”. Sadar akan posisi kita di semesta bikin kita jadi lebih rendah hati dan aware sama lingkungan sekitar kita.
Tokoh yang Pernah Menolak Penghargaan Nobel
Ketika Nobel Prize dianggap sebagai penghargaan bergengsi, ternyata ada tokoh-tokoh yang justru menolak jadi penerimanya. Kok bisa sih? Siapa aja mereka?Ada enam tokoh yang seharusnya jadi pemenang Nobel Prize. Tapi, mereka nggak mau nerima penghargaan tersebut. Ada yang dengan tegas menolak karena kemauan sendiri, ada juga yang menolak karena faktor keadaan. Gue kenalin aja langsung sama mereka.
Jean-Paul Sartre
Gue bakal ceritain dulu tokoh yang menolak karena kemauannya sendiri. Savage banget sih ini. Dia adalah Jean-Paul Sartre. So, Sartre adalah seorang filsuf Prancis. Dia juga expert di bidang sastra. Sartre merupakan novelis, penulis skenario, dan kritikus sastra.
Pada tahun 1964, Sartre dinobatkan sebagai peraih Nobel Sastra. Menurut para juri, karya-karya Sartre “kaya akan gagasan, penuh semangat, kebebasan, dan pencarian kebenaran.” Karya-karyanya udah terbukti memberikan pengaruh luas pada era tersebut, begitu kata para juri.
Suatu hari, surat kabar Swedia yang bernama Svenska Dagbladet bikin prediksi bahwa Sartre bakal jadi peraih Nobel Sastra tahun itu. “Denger-denger sih, juri Nobel udah mutusin kalau Sartre bakal dapat Nobel Sastra tahun ini. Juri udah mutusin penerimanya pada 17 September kemarin,” kira-kira begitulah yang ditulis Svenska Dagbladet.
Biasa lah ya, media kan emang suka bikin prediksi pemenang gitu, tiap ada ajang penghargaan. Nah, spekulasi itu semakin diperkuat oleh sebuah artikel pers di Prancis. Artikel itu ngasih kode ke Sartre, kalau dia kemungkinan bakal memenangkan Nobel Sastra.
Sampailah berita itu ke Sartre. So, dia nulis surat ke Nobel Committee. Tapi, suratnya baru sampai pada bulan Oktober, sebulan setelah pemenangnya udah diputuskan. Dalam suratnya, Sartre dengan tegas nggak mau dimasukin ke dalam daftar pemenang Nobel, baik pada tahun itu maupun tahun-tahun selanjutnya. Intinya, dia nggak bakal mau nerima penghargaan Nobel dan penghargaan apapun, kapanpun itu.
Saat banyak orang pengen dapat penghargaan (gue aja kalau dapat ranking satu di sekolah udah seneng banget), Sartre ngotot buat nggak mau nerima Nobel. Sartre nggak mau kalau penghargaan bisa membatasi dampak dari karya-karyanya. Karena dia suka nulis tentang kondisi politik dan sosial, dia nggak mau kalau penghargaan yang diterima justru mengurangi makna pesan dalam tulisannya. Dia juga nggak ingin “dilembagakan” dan menjadi bagian dari lembaga, karena mendapatkan Nobel Prize.
Meskipun begitu, komite tetap mutusin Sartre buat jadi pemenang Nobel Sastra. Tapi, Sartre juga nggak kalah kuat pendiriannya. Dia tetap menolak Nobel Sastra yang diberikan kepadanya. Cuma Sartre, satu-satunya orang yang secara sukarela menolak penghargaan tersebut.
Boris Pasternak
Selanjutnya, ada Boris Pasternak yang juga menolak penghargaan Nobel Sastra. Pasternak dinobatkan sebagai peraih Nobel Sastra pada tahun 1958. Nobel Sastra diberikan untuk pencapaiannya dalam puisi kontemporer maupun epik Rusia.
Awalnya, Pasternak nerima penghargaan tersebut. Tapi kemudian, dia mendadak berubah pikiran. Uni Soviet memaksa Pasternak buat menolak Nobel Prize yang seharusnya dia terima.
Pasternak nggak ngejelasin sih, kenapa dia disuruh menolak. Yang jelas, sebelum dia memutuskan buat menolak penghargaan Nobel, dia mendadak dikeluarin dari Soviet Writers’ Union, persatuan penulis Uni Soviet. Dia dianggap melawan negaranya. So, mungkin karena faktor politik kali ya.
Le Duc Tho
Pada tahun 1973, revolusioner asal Vietnam, Le Duc Tho, seharusnya menjadi peraih penghargaan Nobel Perdamaian. Dia dianugerahi atas perannya dalam gencatan senjata antara Amerika Serikat dan Vietnam pada tahun 1973. Dia bernegosiasi dengan penasihat keamanan nasional AS, Henry Kissinger, buat bikin perjanjian gencatan senjata.
Alhasil, pasukan Amerika cabut dari Vietnam Selatan. Pencapaian itulah yang bikin dia dan Kissinger mendapatkan Nobel Perdamaian. Sayangnya, Tho menolak penghargaan tersebut dengan alasan lawannya melanggar gencatan senjata.
Richard Kuhn, Adolf Butenandt, dan Gerhard Domagk
Kuhn, Butenandt, dan Domagk adalah para ilmuwan asal Jerman. Richard Kuhn merupakan kimiawan yang menerima Nobel Kimia pada 1938. Sementara itu, Butenandt dianugerahi Nobel Kimia pada 1939. Gerhard Domagk dianugerahi Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1939.
Namun, mereka bertiga dilarang oleh pemimpin negara mereka saat itu, Adolf Hitler, untuk menerima penghargaan. Lo udah tahu kan, Hitler orangnya kayak gimana?
So, Kuhn, Butenandt, dan Domagk cuma nerima diploma sama medalinya aja, tapi uangnya nggak. Jadi, mereka sebenarnya nggak sepenuhnya menolak penghargaan Nobel, hanya menolak uangnya aja.
Penghargaan Nobel Sejauh Ini
Selama 120 tahun ada, sebanyak 609 Nobel Prize telah diberikan untuk kelima bidang dan ilmu ekonomi. Dari 609 penghargaan, 975 tokoh dan 28 organisasi hebat di dunia dianugerahi Nobel Prize. Dari 975 tokoh, 89 di antaranya adalah pemenang ilmu ekonomi. Ada yang dapat penghargaan lebih dari satu kali. 58 penerima Nobel di antaranya adalah perempuan, you go girls!
Ada juga di antara para peraih Nobel yang merupakan keluarga, seperti Marie Curie dan suaminya, Pierre Curie. Marie Curie juga jadi perempuan pertama yang meraih Nobel Prize, lho! Lo bisa baca kontribusinya hingga bisa dapetin Nobel Prize di sini.
Dari sekian yang udah gue ceritain, Nobel Prize bukan tentang melahirkan para tokoh hebat di keenam bidang, tapi justru mengakui kontribusi besar yang udah mereka berikan kepada dunia. Kontribusi tersebut nggak hanya berlaku pada tahun itu aja, tapi juga masih bisa kita nikmati sampai saat ini.
Kalau gue renungin, peran para ilmuwan dunia emang segitu pentingnya buat kehidupan kita. Gue berterima kasih kepada Alfred Nobel, yang udah ngide buat memberikan penghormatan kepada para penemu di dunia melalui Nobel Prize. Selain gue jadi aware sama temuan mereka yang berguna buat kehidupan gue sekarang, gue juga jadi termotivasi buat memberikan lebih banyak kontribusi kepada masyarakat. Semoga lo juga semakin terpacu buat memberikan dampak positif di kehidupan orang lain, ya!
Oke, udah cukup cerita gue tentang penghargaan Nobel. Kita jadi sama-sama tahu tentang sejarahnya, seleksi pemilihan pemenang, pemberian Nobel Prize untuk pertama kalinya, sampai seberapa penting penghargaan Nobel buat kehidupan kita. Sampai ketemu di artikel lainnya. See ya!
Baca Juga Artikel Lainnya
Biografi Marie Curie, Ilmuwan Wanita Pertama Pemenang Nobel
Hentikan Konflik dengan Negara Tetangga, Perdana Menteri Ethiopia Raih Nobel Perdamaian 2019
Referensi
Leave a Comment