Ada Ga Sih yang Bisa Menggantikan Botol Plastik Sekali Pakai?

Menjawab tentang kenapa botol plastik sekali pakai perlu digantikan dan apa penggantinya. Botol kaca atau kaleng aluminium ya? Yuk, cari tahu di sini.
Sebelum mulai baca artikel ini, coba deh luangkan waktu sebentar saja untuk mengamati apa yang ada di sekeliling elo.

Saat ini, perabotan dan alat-alat plastik memang sangat banyak digunakan oleh masyarakat, termasuk kita sendiri karena harganya yang relatif terjangkau. Contohnya, botol plastik kemasan air minum sekali pakai. Kalau butuh pun tinggal beli ke toko dekat-dekat rumah dengan harga yang terjangkau.
Elo tahu nggak? Berdasarkan laporan dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2021, lebih dari 300 juta ton plastik di produksi di dunia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, lho. Seperti melansir Live Science, itu hampir setara dengan berat seluruh orang didunia jika ditimbangan bersamaan pada tahun 2013 yaitu 316 juta ton.

Tentunya hal ini harus bikin kita semakin waspada. Kita perlu berupaya untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, seperti apa yang diupayakan oleh Melati dan Isabel melalui gerakan kampanye Bye-Bye Plastic Bags yang berhasil membuat pemerintahan provinsi Bali mengeluarkan peraturan pembatasan penggunaan plastik sekali pakai pada 2018.

Nah, elo juga bisa lho melakukan upaya seperti Melati dan Isabel melalui hal-hal sederhana. Salah satu caranya adalah dengan mengganti kemasan botol plastik dengan bahan kemasan lainnya.
Yuk, kita cari tahu kenapa sih kita harus mengurangi pemakaian botol plastik dan bahan apa yang paling baik digunakan di antara kaca dan kaleng kemasan!
Kenapa sih Kita harus Menggantikan Pemakaian Botol Plastik Sekali Pakai?
Penelitian terbaru oleh Carmen Morales-Caelles dan kawan-kawannya pada tahun 2021 menemukan kalau botol plastik sudah menempati peringkat kedua plastik yang paling banyak mencemari lautan setelah tas plastik di laut dunia.

Sayangnya, banyak orang yang juga belum sadar nih bahaya dari penggunaan plastik berlebihan, terutama penggunaan plastik sekali pakai seperti kemasan botol plastik air minum ini. Biasanya kalau beli, botol plastiknya akan dibuat begitu saja deh.
Apa sih bahayanya?
Seperti yang elo mungkin sudah tau, sebagian sampah yang dihasilkan di daratan itu terbuang ke laut, Sobat. Menurut IUCN (2021), kira-kira 14 juta ton tiap tahunnya. Ada yang terbawa angin, air hujan, dibuang sembarangan ke sungai, dan ada juga yang langsung terbawa saluran pembuangan air rumah tangga atau pabrik yang kemudian bermuara di laut.
Nah, ketika botol plastik masuk ke laut mereka akan melapuk dan terdegradasi hingga membentuk potongan-potongan plastik yang ukurannya sangat kecil. Partikel plastik itu disebut dengan mikro plastik, dengan ukuran kurang dari 5 mm dan nano plastik untuk yang ukurannya lebih kecil lagi hingga tidak bisa dilihat oleh mata manusia.

Sampah-sampah di laut berpotensi melukai hewan-hewan laut hingga menimbulkan kepunahan, lho Sobat. Contohnya, pada tahun 2020, XiaoZhi Lim, seorang peneliti laut menemukan adanya 1 anak penyu sisik yang umurnya belum ada 3 minggu dengan ukuran hanya 9 cm sudah menelan 42 plastik ke dalam perutnya yang kebanyakan adalah mikro plastik.
Ada juga penelitian (Karin Mattsson, dkk., 2017) yang menemukan kalau partikel nano plastik ini bisa masuk hingga jaringan otak ikan dan menyebabkan gangguan perilaku. Nano plastik juga bisa menyebar ke makhluk hidup lainnya melalui jaring-jaring makanan. Jadi sangat mungkin nih kalau manusia makan ikan yang sudah terkontaminasi nano plastik, manusia juga akan ikut terkontaminasi dan mungkin terdampak secara kesehatan.

Untuk tahu lebih banyak tentang dampak plastik di laut elo bisa baca artikel Zenius yang berjudul Dampak Sampah Plastik di Laut, Berbahaya Banget ini ya.
Selain itu, mengurangi botol plastik juga perlu karena proses produksinya yang membutuhkan banyak energi menyebabkan emisi karbon dan pemanasan global. Sedangkan, daur ulang plastik juga tidak efisien baik secara jumlah maupun energi yang dibutuhkan.

Baca Juga
Pencemaran Laut, dari Sampah Plastik, Limbah Radioaktif, hingga Minyak Tumpah
Bagaimana Sampah Plastik Mengurai dan Zero Waste?
Mana yang Terbaik: Tas Plastik, Kertas, atau Kain?
Kaca atau Kaleng Alumunium?
Walaupun botol plastik itu praktis dari segi bentuk, ukuran, berat hingga harga, namun membawa efek yang tidak baik bagi lingkungan. Dengan bahaya plastik yang sudah gue sebutkan di atas, maka ada baiknya kalau kita mencari alternatif kemasan lainnya.
Kalau melihat opsi kemasan yang saat ini ada di toko-toko, kita bisa menemukan kemasan dari botol kaca atau kaleng nih. Nah, rupanya kedua bahan tersebut bisa menjadi pilihan alternatif untuk menggantikan botol plastik sekali pakai.

Yuk, kita cari tahu perbedaan kemasan botol plastik, kaca, dan kaleng alumunium di bawah ini untuk mengetahui kira-kira mana yang lebih baik digunakan!
- Dari Segi Produksinya
Ternyata dari segi produksi kaleng aluminium merupakan jenis kemasan yang memerlukan tenaga listrik yang paling banyak, kecuali yang dibuat menggunakan tenaga air. Menurut laporan dari Reuters (2019), dibandingkan dengan botol plastik, produksi kaleng aluminium juga menghasilkan sekitar hampir 4 kali lebih banyak emisi karbon dioksida.
Ilustrasi emisi karbon dioksida (Dok. Chris LeBoutillier via Unsplash) Tapi, menurut The Conversation (2020), produksi botol kaca dan plastik sama-sama menghasilkan lebih banyak polusi sulfur dioksida yang menyebabkan hujan asam. Hujan asam sendiri bisa menyebabkan korosi benda-benda dan bangunan yang terbuat dari logam. Selain itu hujan asam juga membahayakan kesehatan karena tingkat keasaman air laut dan air tanahnya jadi makin tinggi.
Ilustrasi hujan asam (Arsip Zenius) Botol kaca memiliki keunggulan dibandingkan botol plastik polyethylene terephthalate (PET) karena menurut laporan Ecology Center, plastik PET melepaskan 100 kali lebih banyak racun (trichloroethane, acetone, styrene, benzene, dll.) yang berbahaya bagi manusia ke udara dan air. Sedangkan, jenis plastik itu merupakan jenis plastik yang paling sering digunakan untuk kemasan makan dan minuman, Sobat.
Dari segi distribusi, rupanya kaca lah yang paling membutuhkan energi yang banyak karena lebih berat dibandingkan kaca dan plastik. Sedangkan, semakin banyak energi yang dibutuhkan maka semakin besar juga emisi karbon yang dihasilkan. Aluminum pun dilaporkan menjadi bahan yang membutuhkan energi distribusi terkecil karena paling ringan dan tahan banting.
- Dari Segi Keamanan Kemasan
Keamanan kemasan biasanya dilihat dari tingkat keamanannya saat digunakan. Nah, ternyata sebuah kemasan yang mengandung bahan kimia anorganik punya potensi untuk melepaskan bahan-bahan kimia beracun di suatu kondisi tertentu, Sobat.Kalau bahan itu tercampur dengan minuman atau makanan, maka racun pun akan masuk ke tubuh manusia.
Ilustrasi plastik beracun (Arsip Zenius) Botol plastik berpotensi tinggi melepaskan bahan kimia, Sobat. Contohnya menurut Alodokter (2021), kandungan PET pada botol plastik PET juga dapat larut dalam minuman jika digunakan lebih dari satu kali. Kalau sampai terkonsumsi, zat ini dapat mengakibatkan masalah reproduksi, hormon, hingga memicu kanker.
Kaleng alumunium pun juga memiliki potensi melarutkan sedikit alumunium ke dalam minuman yang disimpan dalam kaleng terutama kalau kalengnya sudah tua. Tapi, menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Odularu dan kawan-kawannya, karena jumlah kontaminasi aluminium hanya sedikit jadi tidak akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Nah, kali ini botol kaca paling unggul nih karena menurut laporan The Seattle Times (2019), botol kaca yang terbuat dari bahan-bahan alami nggak memiliki bahaya kontaminasi bahan kimia berbahaya. Jadi aman deh untuk digunakan dalam kondisi panas maupun dingin.
Ilustrasi perbandingan tingkat keamanan (Arsip Zenius) - Dari Segi Proses Daur Ulangnya
Walaupun produksi botol plastik membutuhkan energi listrik yang lebih kecil dibandingkan botol kaca dan kaleng alumunium, tapi kemasan plastik tidak bisa didaur ulang berkali-kali, Sobat. Menurut laporan National Geographic (2018), botol plastik hanya bisa didaur ulang 2-3 kali saja.Ilustrasi daur ulang plastik (Arsip Zenius) Jadi, timbunan plastik pun akan terus bertambah dan menyebabkan pencemaran yang parah.
Sedangkan, aluminium dan kaca bisa didaur ulang secara terus menerus, Sobat. Hanya saja, daur ulang botol kaca itu membutuhkan banyak sekali energi karena perlu dipanaskan hingga leleh. Walaupun lebih hemat energi dari proses produksi awalnya, tapi menurut laporan dari The American Ceramic Society (2019) hanya 25% lebih hemat saja.
Sedangkan daur ulang aluminium membutuhkan 95% energi yang lebih sedikit dibandingkan proses produksi awalnya. EuroNews article juga menyampaikan kalau mendaur ulang satu ton botol kaca menghemat daya listrik sebesar 42 kwh saja sedangkan mendaur ulang kaleng aluminium menghemat hingga 14.000 kwh.
Ilustrasi perbandingan penghematan daya listrik (Arsip Zenius) Oleh karena itu, mendaur ulang kaleng aluminium jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan kaca dan plastik.
Kalau gitu, mana nih yang lebih cocok untuk menggantikan botol plastik sekali pakai? Botol kaca atau kaleng alumunium?
Nah, kalau menurut versi The Conversation sih pilihan bahan yang ramah lingkungan kedua terbaik jatuh pada kaleng aluminium dan terbaik pertama adalah kaleng alumunium yang sudah didaur ulang, Sobat.

Baca Juga
Mengenal Polimer Termoplastik dan Polimer Termoset – Materi Kimia Kelas 12
Penutup
Dari apa yang gue bagikan di artikel kali ini, semoga elo jadi punya bayangan bahayanya terus menerus menggunakan botol plastik sekali pakai bagi lingkungan dan juga kesehatan elo sendiri ya, Sobat. Elo juga jadi lebih punya bahan pertimbangan untuk memilih kemasan pengganti plastik yang mau elo gunakan.
Tapi perlu juga nih buat diingat kalau sudah memilih salah satu jenis kemasan, jangan sering-sering ganti ya nanti sama aja deh sama plastik sekali pakai yang langsung dibuang setelah digunakan.
Seperti kata Nicholas Mallos, seorang ahli biologi dan sampah laut untuk konservasi laut di Amerika pada The Seattle Times, bahwa “Yang terpenting adalah memilih satu bahan yang elo tahu bisa digunakan untuk waktu yang lama dan sering digunakan.”

Referensi
[bg_collapse view=”button-orange” color=”#4a4949″ expand_text=”Show More” collapse_text=”Show Less” ]
HomeHot Penyebab Hujan Asam dan Dampaknya bagi Kehidupan, Bisa Rusak Lingkungan – Liputan6 (2020)
Brain damage and behavioural disorders in fish induced by plastic nanoparticles delivered through the food chain – Karin Mattsson, dkk. (2017)
Cheers to sustainability—lifecycle analysis pits glass bottles against aluminum cans. The American Ceramic Society (2019)
Comparative Study of Leaching of Aluminium from Aluminium, Clay, Stainless Steel, and Steel Cooking Pots – A. T. Odularu, dkk (2013)
Dampak Sampah Plastik di Laut, Berbahaya Banget – Zenius (2022)
Kenali Bahaya Kemasan Plastik dari Kode Segitiga di Bawahnya – Alodokter (2021)
Marine plastic pollution – IUCN (2021)
Microplastics are everywhere — but are they harmful? – Nature (2021)
Plastic bottles vs. aluminum cans: who’ll win the global water fight? – Reuters (2019)
Plastic: It’s Not All the Same – Plastic Ocean (2021)
Ranked: the environmental impact of five different soft drink containers – The Conversation (2020)
The Role of Bye-Bye Plastic Bags in Realizing Bali Provincial Government Policy Regarding the Restriction of Plastic Bags in 2013-2018 – Gita Permata Lestari, dkk. (2021)
[/bg_collapse]