Bapak dan Ibu Guru, bagaimana nih kabarnya? Semoga kegiatan pembelajarannya selalu berjalan lancar ya.
Membahas soal pembelajaran, tahukah Bapak dan Ibu Guru tentang pembelajaran berdiferensiasi?
Kelas kita pastinya terdiri dari berbagai karakteristik siswa yang berbeda-beda. Belum lagi perbedaan latar belakang budaya dan keluarga, kepribadian, serta hobi siswa yang membuat tingkat pemahaman mereka akan materi juga berbeda.
Seperti yang dialami Pak Sumitra, guru PJOK SMPN 2 Sentani, di mana siswanya terdiri dari beragam suku, budaya, dan keyakinan. Ia pun harus memahami setiap karakter siswanya agar kegiatan pembelajaran bisa berjalan lancar.
Bapak dan Ibu Guru yang penasaran dengan cerita Pak Sumitra bisa baca selengkapnya di sini Perjuangan Pak Sumitra Mencerdaskan Anak Papua
Dalam kelas dengan karakteristik siswa yang unik itu, diferensiasi menjadi elemen yang penting untuk melakukan proses belajar dan mengajar. Karena, pembelajaran berdiferensiasi membantu tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Nah, bagaimana ya cara menerapkan pembelajaran berdiferensiasi itu? Kita bahas bersama yuk, Bapak dan Ibu Guru!
Apa Itu Pembelajaran Berdiferensiasi?
Salah satu cara untuk menemukan solusi masalah pembelajaran adalah dengan melakukan pemetaan kebutuhan siswa yang bisa dilakukan dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Dalam buku Road to Guru Penggerak (2021) dijelaskan kalau pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang dibuat berdasarkan kebutuhan siswa dan bertujuan untuk membantu siswa sukses dalam belajar.
Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan siswa untuk memilih apa mereka ingin pelajari, bagaimana cara belajar, dan produk belajar apa yang ingin dihasilkan. Tapi, tentu saja ada batasan-batasan yang harus diperhatikan. Di sinilah tugas guru untuk memberi arahan berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Baca Juga: Mengatasi Learning Loss Melalui Diferensiasi Pembelajaran
4 Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi
Keputusan yang diambil dalam pembelajaran berdiferensiasi didasarkan pada kelima prinsipnya yang bertujuan untuk menjawab kebutuhan belajar siswa yang beragam.
Lingkungan Belajar
Tidak hanya keadaan fisik seperti keadaan cuaca atau susunan meja di kelas, kondisi emosional juga mempengaruhi proses pembelajaran.
Menurut penelitian yang dilakukan beberapa ahli dalam buku Assessment and Student Success in a Differentiated Classroom (2013), hubungan emosional antara guru dan siswa bisa memperkuat pertumbuhan akademik siswa. Hubungan ini membuat siswa percaya bahwa kita adalah seseorang yang bisa diandalkan untuk mencapai kesuksesan.
Kurikulum yang Berkualitas
Kurikulum yang baik paling tidak harus mempunyai 3 atribut mendasar, yaitu bertujuan jelas tentang apa yang harus diketahui, dipahami, dan dilakukan siswa; menghasilkan pemahaman siswa tentang pentingnya manfaat dari materi yang dipelajari; serta melibatkan siswa dalam proses belajar.
Jadi, kurikulum yang berkualitas tidak hanya berisi tentang apa yang akan kita ajarkan tapi lebih fokus pada apa yang harus dipelajari dan diinginkan siswa.
Penilaian yang Menunjukkan Hasil Belajar
Supaya pembelajaran berdiferensiasi berjalan efektif, kita perlu mengetahui sampai mana tingkat pemahaman siswa saat memulai pelajaran, dan sejauh mana pemahaman baru bisa mereka terima. Dengan kata lain, penilaian atau asesmen menjadi petunjuk untuk merencanakan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi.
Instruksi yang Menjawab Kebutuhan Siswa
Jika kurikulum mengacu pada apa yang harus kita ajarkan atau apa yang harus siswa pelajari, instruksi atau pengajaran di sini fokus pada bagaimana kita mengajar atau bagaimana siswa menerima pengetahuan.
Instruksi menjadi inti dari pembelajaran berdiferensiasi karena tujuan akhir dari pembelajaran ini adalah memastikan bahwa setiap siswa mempunyai pengalaman belajar yang terbaik, sebagai cara untuk memaksimalkan pertumbuhan pengetahuan mereka.
Tapi selain prinsip, ada hal lain yang harus kita perhatikan saat melakukan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu komponen-komponennya. Yuk kita lihat, apa saja sih komponen pembelajaran berdiferensiasi.
Baca Juga: Kemampuan Bahasa Inggris Guru sebagai Bekal Mengajar di Era Digital
Komponen Pembelajaran Berdiferensiasi dan Contohnya
Pembelajaran berdiferensiasi terjadi ketika kita sebagai guru merencanakan pelajaran yang sesuai dengan konten yang akan dibahas, proses atau produk yang digunakan sesuai dengan keinginan siswa, serta mereka bisa menerima pembelajaran yang dibutuhkan untuk berkembang dan berhasil.
Kelima komponen di atas bisa dibedakan dan disesuaikan dengan kondisi setiap siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka yang berbeda-beda, meliputi kesiapan, minat, dan profil atau preferensi siswa dalam belajar.
Baca Juga: 3 Komponen AKM yang Wajib Diketahui
Contohnya seperti ini Bapak dan Ibu Guru, untuk menjelaskan fenomena batuan, kita bisa menggunakan video atau gambar untuk mendukung pemahaman siswa yang tidak mempunyai pengalaman dan membutuhkan pengembangakan terkait materi tersebut. Nah, di sini kita bisa menggunakan video materi atau video ZenXplore yang ada di Zenius.
Jika Bapak dan Ibu Guru mengajar Matematika, mintalah siswa untuk mencari benda-benda simetri di rumah mereka dan membawanya ke sekolah. Lalu, tunjuk beberapa siswa untuk memberikan penjelasan tentang benda yang dibawa, termasuk alasan mengapa benda tersebut mewakili sebuah simetri.
Apakah Bapak dan Ibu Guru mempunyai contoh kegiatan pembelajaran berdiferensiasi lainnya? Coba tuliskan pendapat Bapak dan Ibu Guru di kolom komentar ya!
Untuk mendukung pembelajaran berdiferensiasi, Bapak dan Ibu Guru bisa memanfaatkan Zenius untuk Guru, lho. Selain mudah, fitur-fitur yang ada juga menghadirkan pengalaman belajar mengajar yang baru. Yuk, gunakan Zenius untuk Guru dalam pembelajaran!
Referensi
Baca Juga Artikel Lainnya
Problem Based Learning, Belajar dari Masalah
Leave a Comment