Apa jadinya kalau elo ada dua? Bukan maksudnya kembar, ya, tapi … elo ada dua karena ketemu sama diri elo sendiri yang berasal dari universe atau semesta lain!
Nah loh … kok agak seram gitu sih? Yup, mungkin ini juga yang jadi alasan kenapa Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022) sempat dikira film horor pas trailer-nya baru rilis.
Gue sebagai penikmat film-film Marvel juga sampai nangis bahagia pas ngeliat banyak karakter iconic dari film lamanya mereka masuk ke MCU. Menurut gue, konsep multiverse kayak gini seru banget.
Kalau nonton film yang kayak gini, rasanya gue jadi penasaran dan kepingin cari tahu, apa multiverse ini beneran ada di dunia nyata? Atau cuma khayalan fiksi belaka? Karena, rasanya nggak ada yang nggak mungkin di alam semesta kita yang luas banget ini.
Elo suka kepikiran gitu juga, nggak? Kalau iya, kebetulan banget gue mau ngajak elo buat ngebahas tentang multiverse bareng, nih. Daripada berlama-lama, langsung kita bahas aja, yuk!
Baca Juga: Apa Itu Martial Arts, Kenapa Kita Suka Film Action?
Daftar Isi
Apa itu Multiverse?
Seperti yang ditulis oleh Max Tegmark, seorang fisikawan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dalam bukunya Our Mathematical Universe (2014), seluruh alam semesta kita mungkin cuma terdiri dari elemen, atom, atau kepulauan kosmik yang nggak ada ujungnya.
Lalu, kepercayaan bahwa alam semesta nggak ada ujungnya ini memunculkan istilah multiverse, di mana alam semesta kita seakan-akan punya kembaran, nih. Kembarannya biasa dikenal dengan alam semesta paralel, atau alam semesta lain yang berjalan berdampingan sama alam semesta kita.
Melansir dari New Scientist, multiverse pertama kali diperkenalkan oleh Hugh Everett III, fisikawan asal Amerika. Nah, ada ceritanya nih dibalik kemunculan si multiverse ini.
Jadi ….
Suatu sore di tahun 1954, Hugh lagi asik nongkrong sama temen-temennya di aula Princeton University. Pada saat itu, Hugh merupakan mahasiswa pascasarjana yang lagi sibuk mikirin tema buat tesisnya.
Pas lagi asik ngobrol, tiba-tiba dia kepikiran sama ide bahwa efek kuantum bisa menyebabkan alam semesta terus-menerus terbelah, sampai akhirnya membentuk alam semesta lain. Ide tersebut kemudian dia kembangkan jadi tesisnya dan teorinya bertahan sampai sekarang.
Menurut tesisnya, kita hidup di multiverse dari alam semesta yang nggak terhitung jumlahnya. Multiverse ini penuh dengan salinan dari diri kita, bukan kembaran, tapi memang diri kita dalam versi yang lain.
Jadi, bisa dibilang multiverse ini merupakan suatu konsep atau teori yang menunjukkan kalau alam semesta kita mungkin bukan satu-satunya alam semesta yang ada.
Apalagi mengingat alam semesta tuh luas banget. Sampai sekarang pun, nggak ada yang tahu di mana ujung alam semesta. Rasanya banyak misteri tentang alam semesta yang masih belum terpecahkan.
Baca Juga: Fenomena Anime yang Mendunia (Sejarah & Perkembangannya)
Kehadiran Multiverse Menurut Teori
Konsep multiverse ini muncul di beberapa bidang fisika dan filsafat. Melansir dari Live Science, contoh yang paling menonjol mengenai multiverse ini berasal dari teori yang bernama Inflation Theory atau teori Inflasi.
Menurut NASA (National Aeronautics and Space Administration), teori Inflasi menggambarkan peristiwa hipotesis yang terjadi pada alam semesta kita pas pertama kali terbentuk. Teori ini dibuat oleh Alan Guth, Andrei Linde, Paul Steinhardt, dan Andy Albrecht. Menurut teori ini, dalam waktu singkat, alam semesta kita mengalami periode ekspansi dan berkembang dengan sangat cepat.
Teori Inflasi ini dikembangkan sekitar tahun 1980-an buat menjawab teka-teki yang ada dari teori Big Bang, di mana alam semesta kita mengembang secara relatif dan bertahap sepanjang sejarahnya.
Kemudian hal ini mulai memunculkan ide di mana ketika inflasi di alam semesta kita berakhir, mungkin inflasi di suatu tempat lain tetap berjalan sampai hari ini, yang memunculkan lahirnya alam semesta individu.
Kemungkinan ini bisa menyebabkan alam semesta individu “menjepit” alam semesta yang mengembang dan meluas, menciptakan lautan inflasi abadi yang tak terbatas, hingga tercipta banyak alam semesta individu lainnya.
Dalam skenario inflasi abadi ini, setiap alam semesta akan muncul dengan hukum fisika, kumpulan partikel, pengaturan gaya, dan nilai konstanta fundamentalnya sendiri. Heling Deng mengatakan jika multiverse itu ada, maka kita akan memiliki konstanta kosmologis acak di alam semesta yang berbeda.
Konstanta kosmologis (Λ) merupakan penambahan dalam teori Relativitas yang dibuat oleh Albert Einstein, untuk menangkal gravitasi dan membuat konsep alam semesta yang statis.
Buat cari tahu lebih jauh tentang teori Relativitas, elo bisa baca di Postulat Einsten tentang Relativitas – Materi Fisika Kelas 12.
Oh iya, biasanya konsep multiverse ini diaplikasikan ke film dengan genre Science-Fiction atau Sci-Fi. Gue punya beberapa rekomendasi film Sci-Fi seru buat elo, nih!
Baca Juga: Kenapa Kita Suka Nonton Film Horor Padahal Takut?
Jadi, Multiverse Beneran Ada Nggak?
Neil deGrasse Tyson, seorang astro fisikawan asal Amerika, mengatakan dalam wawancaranya dengan HuffPost Science bahwa kita punya alasan teoritis dan filosofis yang memperkuat gagasan kalau kita hidup di multiverse.
Secara teoritis, kehadiran multiverse ini berhubungan dengan fisika kuantum. Buat penggemar Marvel mungkin sudah cukup familiar sama istilah kuantum. Di film Avengers: Endgame (2019), para Avengers membuat mesin waktu yang bisa membawa mereka ke masa lalu lewat Quantum Realm atau alam kuantum.
Perjalanan ke masa lalu pake mesin waktu itu epic banget! Tapi, bisa nggak sih kita melakukan perjalanan waktu di dunia nyata? Elo bisa coba ulik jawabannya di Bermain Mesin Waktu: Jalan-jalan ke Masa Lalu, Yuk!, nih.
Balik lagi ke fisika kuantum, ini merupakan bidang fisika yang mempelajari hubungan materi dan energi pada level partikel, atau bagian fisika yang kecil. Nah, Neil bilang, segala sesuatu yang diprediksi oleh prinsip fisika kuantum ini diuji dan memang benar adanya.
Secara filosofis, alam semesta kita nggak pernah membuat sesuatu hanya jadi satu. Bumi bukan satu-satunya planet yang istimewa, karena faktanya kita punya tujuh planet lain.
Galaksi bima sakti juga mungkin hanya satu dari seratus miliar galaksi yang ada di alam semesta. Dengan begini, bukan hal yang mustahil kalau ada lebih dari satu alam semesta yang nggak terhitung jumlahnya.
Tapi, itu semua masih berupa asumsi yang dilandaskan teori dan filosofi, ya, Sobat Zenius. Terlepas dari benar atau nggaknya, kita perlu tetap berpikiran rasional dan open-minded menyikapinya, karena ini masih terasa cukup asing di kehidupan nyata.
Kalau elo sendiri, kira-kira percaya nggak sama konsep multiverse di dunia nyata ini? Coba bagi tanggapan elo tentang ini di kolom komentar, ya!
Referensi:
What is multiverse theory? – Live Science (2021)
What is the multiverse? – NBC News (2018)
Hugh Everett: The man who gave us the multiverse – New Scientist (2014)
WMAP Inflation Theory – NASA
9 Rumus Matematis yang Mengubah Dunia, Rumit dan Inovatif – IDN Times (2021)
Neil deGrasse Tyson Talks God, Aliens, And Multiverses – HuffPost Impact (2016)
Opinion | A Brief History of the Multiverse – The New York Times (2003)
Leave a Comment