Artikel ini membahas biografi Muammar Khadafi, diktator Libya yang berkuasa selama lebih dari 40 tahun sebelum akhirnya digulingkan oleh oposisinya.
Sobat Zenius pernah nonton film The Raid ga? Kalau pernah, pasti tau dong tokoh Mad Dog yang diperanin oleh Yayan Ruhian. Nah, kebetulan tokoh Muammar Khadafi yang bakal gua bahas di artikel ini punya julukan yang sama, yaitu ‘Mad Dog of Middle East’ yang berarti ‘Anjing Gila dari Timur Tengah’. Julukan ini diberikan oleh presiden ke-40 Amerika Serikat, Ronald Reagan.
Pernah, Khadafi berpidato di majelis umum PBB. Seharusnya, ia hanya berpidato selama 15 menit, tapi Khadafi melanjutkan pidatonya hingga kira-kira 100 menit lamanya. Dalam pidato itu, Khadafi merobek salinan piagam PBB, menuduh dewan keamanan PBB sebagai badan teroris, menyerukan agar George Bush dan Tony Blair (perdana menteri Inggris) diadili karena perang Irak, menuntut 7,7 triliun dollar AS sebagai kompensasi atas kerusakan akibat kolonialisme di Afrika, dan bertanya apakah flu babi adalah senjata biologis yang dibuat di laboratorium militer. Semua itu dilakukan dalam 100 menit, lumayan hebat ya?
Khadafi, cocok dengan nama julukannya, adalah seorang pemimpin yang eksentrik. Ia seringkali mengenakan pakaian berwarna-warni yang menarik perhatian, ditemani dengan bodyguard khusus perempuan, dan mendirikan tenda untuk tinggal ketika dia bepergian ke luar negeri. Emang heboh ya diktator yang satu ini, yuk kita langsung aja bahas biografi dia!
Awal Kehidupan
Muammar Khadafi dilahirkan dengan nama lengkap Muammar Muhammad Abu Minyar Khadafi pada 7 Juni 1942, di Sirte, Libya. Ia lahir pada keluarga petani yang tinggal di dalam tenda di gurun pasir Libya. Saat itu Libya masih berada di bawah kendali Italia, hal ini berubah pada tahun 1951 ketika Raja Idris I memperoleh kemerdekaannya dengan bersekutu bersama negara-negara barat.
Sejak usia dini Khadafi dipengaruhi oleh gerakan nasionalis Arab. Inspirasinya adalah Gamal Abdel Nasser, seorang pemimpin Mesir. Pada tahun 1963, Gaddafi mendaftar di ‘Universitas Libya’ di Benghazi untuk belajar sejarah. Namun, ia keluar dari universitas untuk bergabung dengan militer. Dia melatih dirinya di ‘Akademi Militer Kerajaan.’ Setelah lulus pada tahun 1965, Khadafi bergabung militer dan menjabat sebagai perwira komunikasi. Dia juga sempat pergi ke Inggris untuk pelatihan militer lebih lanjut.
Selama masa pemerintahan Raja Idris I, kepopulerannya menurun karena tingkat korupsi yang meningkat dan pemerintah yang dipandang sebagai pro-Israel. Khadafi termasuk sebagai warga Libya yang tidak menyukai pemerintahan Raja Idris I, sehingga ia terlibat dengan gerakan bersama perwira muda lainnya untuk menggulingkan raja.
Akhirnya, pada 1 September 1969, kelompok Khadafi melaksanakan kudeta mereka ketika Raja Idris I berada di luar negeri. Khadafi kemudian diangkat menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata dan ketua Dewan Komando Revolusi, badan penguasa baru Libya. Pada usia 27 tahun, Khadafi menerima promosi dari kapten menjadi kolonel, pangkat yang dia gunakan sepanjang hidupnya, dan menjadi penguasa Libya.
Menjadi Diktator Libya
Setelah berkuasa, Khadafi menutup pangkalan militer Amerika Serikat dan Inggris di Libya pada tahun 1970. Pada awal kekuasaannya, Khadafi berusaha untuk mengarahkan Libya menjauh dari negara-negara Barat dan lebih dekat dengan negara-negara Timur Tengah dan Afrika.
Urusan Dalam Negeri
Pada tahun 1970 Muammar Khadafi juga mengusir komunitas Italia dan Yahudi di Libya. Kemudian, pada tahun 1973 dia menasionalisasikan semua aset minyak milik perusahaan asing. Mengikuti prinsip Islam, Khadafi melarang minuman beralkohol dan perjudian.
Sejak tahun 1974, Libya menganut sosialisme Islam yang Khadafi ungkapkan dalam bukunya yang berjudul ‘Buku Hijau’. Sosialisme Islam ini menggabungkan nasionalisasi banyak sektor ekonomi dengan merek pemerintahan populis yang seolah-olah beroperasi melalui kongres rakyat, serikat pekerja, dan organisasi massa lainnya.
Muammar Khadafi menempatkan teman dan saudara terdekatnya di posisi-posisi penting pemerintahan Libya. Hal ini menyebabkan terjadinya korupsi dan penentangan dari sebagian masyarakat Libya. Penduduk libya yang membangkang menghadapi tindakan kekerasan dari pemerintah. Bahkan, agen Libya dikirim Khadafi untuk membunuh oposisinya yang kabur ke luar negeri.
Hubungan dengan Dunia Internasional
“Saya adalah seorang pemimpin internasional, dekan penguasa Arab, raja dari raja-raja Afrika, imam dari Muslim, dan status internasional saya tidak mungkin turun ke tingkat yang lebih rendah.”
Muammar Khadafi
Awalnya, Muammar Khadafi memulai serangkaian upaya gagal untuk menyatukan Libya dengan negara-negara Arab lainnya. Di sisi lain, Khadafi dengan tegas menentang negosiasi dengan Israel dan menjadi kepala di antara negara-negara Arab dalam hal menentang Israel. Khadafi juga terlibat dalam beberapa upaya kudeta yang gagal di Mesir dan Sudan, dan mengirim pasukan Libya untuk ikut bercampur tangan dalam perang saudara di Chad.
Muammar Khadafi mempunyai reputasi yang buruk di dunia internasional karena beberapa hal. Pemerintahan Libya membiayai kelompok revolusioner yang dituduh sebagai kelompok teroris di seluruh dunia, termasuk kelompok Black Panthers (bukan yang dari film Marvel ya) dan Nation of Islam di Amerika Serikat dan Tentara Republik Irlandia di Irlandia Utara (gerakan separatis).
Salah satu kasus paling terkenal yang meliputi pemerintahan Libya adalah keterlibatannya dalam pengeboman sebuah pesawat sipil pada tahun 1988 di atas Lockerbie, Skotlandia yang merenggut lebih dari 200 korban jiwa. Tindakan ini menyebabkan sanksi dari PBB dan Amerika Serikat. Namun, pada akhir 1990-an, Qaddafi menyerahkan tersangka pelaku pengeboman kepada otoritas internasional.
Pada dekade 1990-an ini hubungan pemerintahan Muammar Khadafi dengan negara-negara barat mulai membaik. Ini disebabkan munculnya ancaman terorisme Islam dari kelompok yang menentang pemerintahannya. Pada tahun 2001, PBB melonggarkan sanksinya terhadap Libya, dan perusahaan minyak asing membuat kontrak baru untuk beroperasi di negara tersebut.
Perang Saudara Libya
Pada Januari 2011, terjadi revolusi yang berhasil melengserkan diktator Tunisia dan peristiwa ini memicu demonstrasi pro demokrasi besar-besaran di negara-negara Arab lainnya. Fenomena ini disebut sebagai Musim Semi Arab, dan Libya merupakan salah satu negara yang terpengaruh olehnya. Demonstrasi pecah di kota Benghazi dan menyebar ke seluruh Libya.
Muammar Khadafi menanggapi demonstrasi ini dengan kekerasan, ia memerintahkan pasukannya untuk menembakkan peluru ke arah demonstran dan bahkan menggunakan artileri, jet tempur, dan helikopter tempur. Hal ini memicu reaksi negatif di antara petinggi-petinggi Libya. Menteri Kehakiman Libya mengundurkan diri sebagai protes dan sejumlah diplomat senior Libya mengundurkan diri atau mengeluarkan pernyataan dukungan untuk pemberontakan.
Serangan ini juga dikutuk oleh kelompok hak asasi manusia internasional dan sejumlah negara. Demonstrasi Libya pecah menjadi perang yang dikenal sebagai Perang Saudara Libya. Pada akhir Februari 2011, kelompok oposisi Khadafi telah menguasai sebagian besar Libya, dan pemberontak membentuk badan pemerintahan yang disebut Dewan Transisi Nasional.
Kelompok oposisi Muammar Khadafi mengepung kota Tripoli, di mana Khadafi masih mendapat dukungan. Sebagian besar negara menyatakan dukungan untuk Dewan Transisi Nasional dan menyerukan penggulingan Khadafi. Pada akhir Maret, koalisi NATO mulai memberikan dukungan kepada pasukan oposisi dalam bentuk serangan udara dan zona larangan terbang. Tripoli akhirnya jatuh ke tangan pasukan oposisi pada akhir Agustus, hal ini dilihat sebagai kemenangan oposisi dan akhir dari kekuasaan Khadafi.
Akhir Kehidupan
“Biarkan orang-orang bebas di dunia tahu bahwa kita bisa menawar dan menjual tujuan kita dengan imbalan kehidupan pribadi yang aman dan stabil. Kami menerima banyak tawaran seperti ini, tetapi kami memilih untuk berada di garda depan konfrontasi sebagai lencana tugas dan kehormatan.”
Wasiat Muammar Khadafi
Setelah jatuhnya kota Tripoli, keberadaan Muammar Khadafi tidak diketahui. Sekarang Khadafi merupakan orang yang paling dicari di Libya, oposisinya menawarkan hadiah sebesar 1,7 juta dollar AS untuk siapapun yang menangkap maupun membunuh dia. Akhirnya, pada 20 Oktober 2011, Muammar Khadafi tertangkap dan terbunuh saat kota Sirte jatuh ke tangan oposisinya. Video rekaman mengenai hal ini disebarkan di internet.
Setelah kematian Muammar Khadafi, konflik di Libya tidak berhenti dan berlanjut menjadi Perang Saudara Libya Kedua di mana terdapat kelompok-kelompok yang bersaing untuk mengambil kekuasaan di Libya. Perang tersebut berlangsung hingga tahun 2020. Kini, terdapat gencatan senjata dan telah dibentuk Pemerintahan Persatuan Nasional.
****
Begitulah akhir kisah dari Muammar Khadafi, tentunya gua harap kondisi di Libya bisa lebih membaik dan stabil untuk kedepannya. Kalau menurut temen-temen gimana nih soal Khadafi? Apa pemberontakan di Libya untuk yang terbaik, atau kalian ada opini lain? Kasih tau gua di kolom komentar ya, sama kalau ada pertanyaan tulis juga aja!
Referensi
Baca Juga Artikel Lainnya
Saddam Hussein, Diktator Irak yang Digulingkan Amerika Serikat
Ho Chi Minh, Pendiri Vietnam yang Melawan Jepang, Prancis, dan Amerika Serikat
Kim Il Sung, Pendiri Korea Utara yang Berteman Baik dengan Sukarno
Leave a Comment