Keberadaan Joko Tingkir sudah seperti legenda. Banyak mitos dan kisah-kisah rekaan yang disematkan padanya. Sosoknya yang nyata pun diragukan oleh sebagian orang.
Sebuah pernyataan menarik dilontarkan oleh salah seorang politisi Indonesia. Pernyataan ini dikeluarkan sebagai tanggapan dari opini politisi lain. Menariknya, beliau menyebut Ketoprak Ken Arok dan Joko Tingkir dalam ungkapannya tersebut. Menurutnya, dalam skenario ketoprak Joko Tingkir dan Kerajaan Pajang serta Ken Arok dalam Kerajaan Singasari senantiasa mengandung kisah dendam, iri, balas dendam, serta tipu muslihat.
Okay, cukup segitu saja tentang politiknya. Cerita Ken Arok dan Joko Tingkirnya lebih menarik untuk dibahas. Terlebih karena kisah tokoh satu ini memiliki kaitan dengan materi Sejarah SMA yang akan kalian jumpai dalam pembahasan Peradaban Islam di Indonesia yang selengkapnya bisa kalian pelajari di sini.
Biografi Singkat Sultan Hadiwijaya
Sebenarnya, siapakah sebenarnya Sultan Hadiwijaya? Apakah benar kisah hidupnya diisi dengan hal-hal berbau balas dendam? Apakah benar beliau pernah bertarung dengan siluman buaya hanya dengan menggunakan tangan kosong?
Sultan Hadiwijaya Alias Joko Tingkir
Beberapa dari kita mungkin lebih akrab dengan nama Joko Tingkir dan tidak tahu menahu siapa sebenarnya beliau. Beliau juga dikenal sebagai Sultan Hadiwijaya, merupakan pendiri dari Kerajaan Pajang yang bertahta pada tahun 1568-1586. Berdasarkan Babad Tanah Jawi (kumpulan teks berbahasa Jawa yang berisi sejarah raja-raja yang pernah berkuasa), selepas wafatnya sultan Trenggana, takhta Kerajaan Demak jatuh ke tangan Sedo Lepen, saudara Trenggana. Ia kemudian dibunuh oleh Prawoto, putra Trenggana. Kerajaan Demak sendiri sudah berdiri sejak tahun 1500 dengan raja pertamanya Raden Patah.
Pembunuhan yang terjadi ini mengakibatkan terjadinya perang sipil yang mengakibatkan Prawoto dibunuh oleh Aryo Penangsang, putra Sedo Lepen. Hal ini kemudian menyebabkan Sultan Hadiwijaya sebagai ipar dari Sedo Lepen angkat senjata, dan dengan dukungan tokoh terkemuka kerajaan seperti Ki Ageng Pamanahan dan Ki Penjawi, Sultan Hadiwijaya berhasil mengalahkan Aryo Penangsang dan memperoleh takhta Kesultanan Demak.
Setelah memenangkan perang sipil dan menguasai Kerajaan Demak, Sultan Hadiwijaya memindahkan ibukota dari Demak ke Pajang dan berakhirlah kesultanan Demak dan sejarah kerajaan Pajang pun dimulai. Sultan Hadiwijaya memegang peran penting dalam berdirinya kesultanan Mataram Islam dengan memberikan Ki Ageng Pamanahan dan putranya, Sutawijaya, wilayah di Kotagede yang nantinya menjadi Ibukota kesultanan Mataram Islam. Kini Kotagede masuk ke dalam wilayah Yogyakarta.
Mengetahui perjalanan Joko Tingkir yang dalam hidupnya tak luput dari balas dendam menjadikan kisahnya menarik untuk diangkat ke dalam pementasan seperti drama atau ketoprak. Tak mengherankan jika pada akhirnya ada seorang politisi atau siapapun yang menjadikan kisah Joko Tingkir sebagai contoh dari kejadian balas dendam.
Jika kamu berminat untuk mengetahui secara lebih mendetail tentang sejarah peradaban kerajaan Islam di Indonesia, kamu bisa membacanya dengan mengikuti tautan berikut, ya.
Sejarah kerajaan Islam di Nusantara
Membicarakan Joko Tingkir sejatinya tidaklah lengkap jika tidak menyertakan banyaknya mitos yang menyelimuti kisah-kisah beliau. Saya sendiri mulai mengenalnya saat masih duduk di bangku TK. Saat itu ibu guru kami menerangkan kesaktian-kesaktian yang dipunyainya. Seingat saya saat itu bu guru membekali dirinya dengan sebuah buku cerita bergambar yang disukai oleh kami, murid-muridnya. Sayangnya saya tidak ingat dengan pasti bagaimana kisah tersebut diceritakan pada masa itu. Sejauh yang bisa saya ingat, terdapat adegan Joko Tingkir mengalahkan siluman buaya saat beliau sedang mengarungi sungai menggunakan rakit bersama rekannya. Selain itu, saya juga ingat bahwa ada adegan Joko Tingkir sedang berkelahi melawan kerbau besar. Pertempuran sengit tersebut berakhir dengan kemenangan berhasil diraihnya. Mitos tak dapat dipisahkan jika membahas kehebatannya. Ada banyak mitos tentang beliau yang dikisahkan secara turun temurun dalam masyarakat.
Mitos-mitos yang Melekat Pada Diri Joko Tingkir
Kisah hidup Joko Tingkir telah menjadi mitos bagi sebagian masyarakat Indonesia. Boleh jadi ada beberapa masyarakat yang sudah berada dalam tahap pemikiran bahwa Joko Tingkir alias Sultan Hadiwijaya tidak pernah benar-benar ada lantaran banyaknya mitos yang menjadikan sosoknya menjadi legenda.
-
Pertarungan Melawan Buaya
Salah satu kisah rakyat paling populer adalah saat Joko Tingkir berhasil memenangkan pertarungan melawan buaya dan kemudian buaya yang dikalahkan tadi mengawal perjalanannya. Kisah bermula saat Joko Tingkir mendapat restu dari gurunya untuk kembali ke Demak (Sebelumnya Joko Tingkir pernah tinggal di Demak sebagai perwira di pasukan kerajaan tetapi harus diusir akibat suatu insiden).
Joko Tingkir pergi dengan menaiki sebuah rakit bersama tiga orang rekannya. Di tengah perjalanan, Joko Tingkir dihadang sepasukan buaya. Setelah melewati pertarungan sengit, Joko Tingkir berhasil mengalahkan raja buaya. Sebagai bentuk pengakuan atas kekalahannya, gerombolan buaya itu pun berbalik menjadi pengawal rombongannya.
-
Meredam Amukan Banteng
Setelah merapatkan rakitnya di tepi sungai, Joko Tingkir melihat seekor kerbau besar. Sebelum berangkat ke Demak memang beliau telah diberitahu gurunya bahwa sesampainya di lokasi dia akan bertemu kerbau. Beliau segera memasukkan tanah yang diberikan oleh gurunya ke mulut si kerbau. Sang Guru telah berpesan bahwa dengan memberikan tanah ke kerbau, kerbau tersebut akan mengamuk dan Joko Tingkir bisa unjuk gigi di hadapan raja. Tujuannya adalah supaya Sang Raja kembali menerimanya sebagai perwira setelah melihat aksinya.
Tujuan tersebut akhirnya mencapai hasil setelah si kerbau berhasil ditaklukan olehnya. Sang Raja pun kembali menerima Joko Tingkir sebagai abdinya.
Joko Tingkir alias Sultan Hadiwijaya adalah salah satu tokoh yang ada di dalam sejarah Indonesia. Sayangnya, disebabkan terlalu banyaknya mitos-mitos yang berkembang di masyarakat mengakibatkan pengetahuan seputarnya menjadi tertutup kabut. Sulit untuk diketahui mana cerita yang sungguh terjadi dan mana yang sekadar rekaan. Sebagai generasi muda yang cerdas, sudah semestinya kita mengetahui dengan lebih detail tentang tokoh ini. Tentunya dengan menelusuri kisahnya secara terperinci supaya dapat dibedakan dengan tegas mana yang fakta dan mana yang fiktif.
Sebagaimana tokoh-tokoh lain, tokoh yang satu ini turut berpengaruh dalam membentuk sejarah Indonesia. Kebijakan yang diambilnya untuk menyerahkan sebidang tanah kepada Ki Ageng Pamanahan adalah tonggak awal berdirinya salah satu kerajaan besar di Indonesia. Peristiwa itu menjadi gerbang terbentuknya Kerajaan Mataram Islam yang kini masih berdiri di Indonesia walau harus terpecah pada masa kolonial melalui Perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti mengakibatkan Mataram Islam harus dibagi menjadi dua yang kini kita kenal dengan Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Melihat perannya yang besar dalam sejarah Indonesia, sangat disayangkan terdapat banyak mitos yang bukannya membuat sosok Joko Tingkir disegani justru bisa membuat orang jadi meragukan keberadaannya.
==========CATATAN EDITOR===========
Punya cerita tentang tokoh dalam sejarah Indonesia yang juga banyak dihinggapi mitos? Bagikan di kolom komentar, ya. Aku akan dengan sangat senang hati membaca semua komentar kalian. Sampai jumpa di kolom komentar, yaa. Ciao.
Leave a Comment