Materi Bahasa Indonesia kelas 12 dan Gap Year ini membahas konsep kritik sastra, struktur dan contoh kritik sastra, hingga contoh soal dan pembahasan.
Halo Sobat Zenius, apa kabarnya nih? Di artikel Materi Bahasa Indonesia kelas 12 ini, gue akan ngebahas tentang hal yang perlu diperhatikan dalam menulis kritik sastra, contoh hingga jenis-jenisnya. Yuk baca artikel ini sampai selesai!
“Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang…”
Adakah di antara Sobat Zenius yang ngerasa familiar sama kutipan di atas?
Yap, betul sekali, itu adalah penggalan puisi berjudul “Aku”, yang ditulis oleh penyair legendaris Indonesia, Chairil Anwar. Pasti sudah pada tahu dong penyair ternama ini?
Chairil Anwar adalah penyair hits di Indonesia, dari sejak tahun 1940-an, bahkan sampai sekarang namanya masih melekat di pikiran kita semua.
Btw, apakah elo termasuk satu di antara manusia yang menjadi penikmat puisi-puisi Chairil Anwar? Apakah elo pernah ngirim gombalan ke gebetan pakai puisinya Chairil Anwar?
Apa hubungannya dengan materi kritik sastra dengan Chairil Anwar? Nah, kali ini gue mau ngajak elo buat belajar cara mengkritik karya sastra. Jadi, elo nggak cuma bisa menikmati karya sastra seperti novel atau cerpen aja nih, tapi lebih jauh dari itu, elo bakal paham tentang isi maupun pesan yang ditulis oleh sastrawan yang elo nikmati karyanya.
Daftar Isi
Konsep Kritik Sastra
Sebelum membahas tentang hal yang perlu diperhatikan dalam menulis kritik sastra, gue mau ngajak elo buat ngebahas konsepnya dulu nih. Btw, kalau elo denger kata ‘kritik’, apa sih hal pertama yang muncul di pikiran elo?
Well, emang sih, orang-orang menganggap makna ‘kritik’ sebagai hal yang cenderung negatif. Sebenarnya, nggak salah juga ketika elo ngira kritik itu adalah hal pedas, sepedas omongan tetangga. Soalnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia juga menyebut bahwa salah satu pengertian kritik adalah kecaman.
Namun, sebagai karya tulisan, kritik punya makna lain. Kritik merupakan ulasan yang kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik-buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Jadi, kritik nggak hanya tentang keburukannya doang, tapi juga nilai positifnya, sehingga nggak berat sebelah.
Kesimpulannya, kritik sastra adalah ulasan atau tulisan yang merespons sebuah karya sastra dan nggak hanya ngebahas tentang negatifnya doang, tapi juga positifnya. Buat info aja nih, karya sastra itu terbagi menjadi tiga, yaitu drama, puisi, dan prosa. Jadi, kritik sastra mengulas lebih dalam di antara ketiga jenis itu.
“Seberapa penting sih, kritik sastra itu?”
Pertama, kritik sastra itu penting karena bisa menjadi jembatan untuk mengenalkan karya sastra dan penulisnya kepada pembaca umum.
Gue kasih contoh, Hans Bague Jassin. So, Hans Bague Jassin atau H.B. Jassin adalah kritikus sastra dan esai yang legend di Indonesia. H.B Jassin jadi orang pertama yang mempopulerkan kritik sastra dan esai sejak tahun 1950-1960-an. Beliau juga merupakan orang pertama yang ngenalin karya-karya Chairil Anwar kepada publik melalui kritik sastranya. Waktu itu, belum banyak orang yang tahu karya-karya Chairil Anwar. Tapi, semenjak Jassin ngomen tentang puisi-puisinya, banyak orang yang membaca dan mengapresiasi karya-karya Chairil Anwar.
Kedua, kritik sastra juga bisa membantu pembaca buat lebih memahami isi karya sastra. Kan ada tuh, sastrawan yang sering pakai bahasa-bahasa kiasan atau simbol-simbol buat menyampaikan pikirannya dalam karya sastra. Dengan kritik sastra, kritikus sastra harus bisa ngejelasin makna kiasan atau simbol-simbol itu, biar pembaca paham apa maksudnya.
Baca juga: Teks Cerita Sejarah, Konsep Struktur dan Ciri Kebahasaan! – Materi Bahasa Indonesia Kelas 12
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Menulis Kritik Sastra
Ada beberapa hal yang perlu elo perhatikan sebelum menulis kritik sastra, antara lain:
- Fokus ke karyanya, bukan ke penulisnya. Tujuannya, supaya komentar yang elo kasih bersifat objektif, nggak subjektif.
- Pahami unsur karya sastra sebelum menulis kritik. Tadi kan udah gue sebut, karya sastra ada tiga macam, yaitu prosa, puisi, dan drama. Kalau elo mau menganalisis puisi, elo nggak mungkin menganalisis dari segi penokohan, setting, dan alur, karena nggak sesuai dengan unsur puisi. Karena elo mau mengkritik puisi, elo mesti bahas unsur intrinsik puisi, seperti diksi, rima, bait, majas, topografi, dan imaji. Sedangkan, novel sama drama punya unsur intrinsiknya sendiri. So, jangan kebolak-balik, karena masing-masing karya sastra punya unsur intrinsik yang khas.
- Supaya kritik sastra bisa mendalam, elo juga bisa memasukkan unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur luar yang ikut membangun karya sastra. Contoh unsur ekstrinsik adalah kondisi sosial dan politik yang ada dalam karya sastra.
- Tentukan pendekatan kritik sastra. Elo perlu nentuin pendekatan apa yang akan elo gunakan dalam menulis kritik sastra. Dengan adanya pendekatan yang jelas, elo jadi gampang buat menggunakan teori apa dalam menulisnya. Kritik sastra yang elo tulis pun bakal jelas arahnya ke mana.
Ada beberapa pendekatan kritik sastra yang bisa elo pilih, antara lain:
- Pendekatan Stilistika
Pendekatan ini meninjau karya sastra dari segi kebahasaan. Elo pernah denger lagunya grup band Letto yang judulnya “Sandaran Hati” nggak? Yang liriknya begini: “Teringat ku teringat pada janjimu ku terikat. Hanya sekejap ku berdiri, kulakukan sepenuh hati…” Kalau dikaji dari pendekatan stilistika, penggalan lirik tersebut ternyata membahas kedekatan seorang hamba dengan Tuhan.
- Pendekatan Semiotika
Pendekatan ini berkaitan dengan tanda-tanda dan simbol. Nggak hanya di lingkup karya sastra aja, pendekatan semiotika juga digunakan dalam ilmu komunikasi.
Contoh penggunaan pendekatan ini adalah ketika elo ngelihat iklan. Ada iklan yang menggunakan warna merah, biru, simbol A, simbol B, tanda ini, dan tanda itu. Semua iklan punya tone-nya masing-masing. Dengan pendekatan semiotika, pembaca jadi tahu apa makna dibalik warna, simbol, dan tanda yang digunakan dalam karya tersebut.
- Pendekatan Ekspresif Pengarang
Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai pernyataan dunia batin pengarang. Maksudnya gimana tuh?
Kan ada tuh, pengarang yang nulis karya berdasarkan kondisi emosi dan apa yang lagi dirasain. Ibarat elo lagi patah hati, terus elo nulis status galau di Insta Story. Dengan menggunakan pendekatan ini, pembaca jadi tahu kondisi jiwa pengarang dalam karyanya. Pembaca jadi bisa memahami apa yang terjadi sama pengarang, kondisi sosial di sekitarnya kayak gimana, dan lain-lain.
Selain tiga pendekatan di atas, elo juga bisa explore pendekatan-pendekatan lain, seperti sosiologi sastra, mimetik, psikologi sastra, feminisme, historis, dan masih banyak lagi. Tinggal gunakan pendekatan yang cocok sama isi karya sastra yang mau elo kritik.
Baca juga: Materi Bahasa Indonesia Kelas 12: Novel
Struktur Kritik Sastra
Sebagai sebuah tulisan, kritik sastra harus punya struktur. Ibarat kalau elo mau bikin rumah, elo harus bikin dulu pondasinya kayak gimana, entar modelnya kayak gimana, biar nyaman dihuni.
Nah, biar kritik sastra yang elo bikin juga arahnya jelas dan enak dibaca, elo perlu menulisnya berdasarkan struktur berikut:
- Ringkasan, yaitu rangkuman cerita atas karya sastra yang mau elo kritik. elo juga bisa menyebutnya sebagai sinopsis cerita. Cukup tulis dikit aja sinopsisnya, yang penting pembaca paham tentang ceritanya.
- Pembahasan, yaitu poin-poin yang mau dibahas dalam kritik. Dalam pembahasan, saatnya elo menggunakan teori-teori pendekatan yang udah gue jelasin tadi. elo bakal nganalisis karya sastra tersebut berdasarkan pendekatan yang udah elo pilih. Cukup pilih satu pendekatan aja ya!
- Penilaian, yaitu pendapat elo tentang karya sastra tersebut berdasarkan analisis dan argumen yang udah elo bikin di pembahasan. elo boleh ngasih pendapat apa pun, asalkan objektif dan berlandaskan teori pendekatan yang elo pilih. Secara garis besar, struktur ini kayak simpulan dari pembahasan.
Tapi sebelum lebih lanjut, buat elo yang belum punya aplikasi Zenius, elo bisa download dulu apps-nya dengan klik banner di bawah ini. Pilih yang sesuai sama device yang elo gunakan ya!
Download Aplikasi Zenius
Tingkatin hasil belajar lewat kumpulan video materi dan ribuan contoh soal di Zenius. Maksimalin persiapan elo sekarang juga!
Contoh Kritik Sastra
Setelah membahas tentang struktur kritik sastra, sekarang gue mau ngasih dua contoh kritik sastra sesuai strukturnya.
Contoh pertama yang akan gue kasih adalah kritik sastra yang menggunakan pendekatan ekspresif pengarang.
Contoh 1
Judul: Motivasi Kezia dalam Cerpen “Carmen”
- Ringkasan
Cerpen “Carmen” telah dibagikan secara online di narasastra.wixsite.com pada tahun 2016 dan situs kumparan.com pada tahun 2018. Cerpen ini menceritakan seseorang yang berusaha menyelami, memahami, dan menemani diri sendiri.
Tokoh yang diciptakan Kezia Alaia di dalam cerpen “Carmen” adalah satu orang, tetapi disebut seolah-olah ada dua orang tokoh. Pada akhir cerita, dua orang tersebut disimpulkan sebagai satu tokoh, yaitu Carmen, yang berbicara dengan dirinya sendiri. Hal itu merupakan keunikan tersendiri di dalam cerpen Carmen.
Catatan dari gue tentang contoh di atas: Seperti yang elo baca barusan, bagian ringkasan cukup pendek aja. Elo mesti tahu tema karya sastra yang bakal elo kritik.
- Pembahasan
Teori ini dikembangkan berdasarkan teori pendekatan ekspresif pengarang. Teori tersebut menegaskan bahwa pengarang memiliki kuasa penuh atas karyanya. Pengarang diberi kebebasan menyampaikan kondisi tertentu dengan kelihaian imajinasi sehingga terbentuk sebuah karya.
Berdasarkan hasil wawancara dan refleksi cerpen “Carmen”, peneliti dapat melihat bahwa Kezia mengalami permasalahan psikologis. Ia mengalami berbagai pengalaman buruk saat bekerja hingga merasa tertekan dengan pekerjaan tersebut.
Perasaan tertekan itu membuatnya tidak percaya diri. Ia juga tidak memiliki orang untuk berbagi cerita sehingga ia akhirnya bicara dengan dirinya sendiri. Lewat cerpen “Carmen”, Kezia memberikan pemahaman kepada pembaca untuk memahami kondisi kejiwaan mereka.
Kezia berharap, setelah membaca cerpen “Carmen”, pembaca mengetahui bagaimana cara menghargai usaha yg telah dilakukan oleh diri sendiri sehingga kita dapat memberikan penghargaan pada diri kita.
Catatan dari gue tentang contoh di atas: Pembahasan tergantung pada pendekatan yang mau elo ambil. Elo bisa analisa dulu keseluruhan isinya, terus pilih pendekatan yang cocok dengan karya tersebut. Kalau elo merasa kebahasaannya bagus, elo pilih stilistika. Kalau elo banyak nemuin simbol atau tanda, elo pilih semiotika. Sedangkan, kalau elo merasa related banget sama apa yang diceritain, elo bisa pilih pendekatan ekspresi pengarang, seperti contoh yang gue kasih ini.
Dalam pembahasan ini, penulis kritik mau menyelami kondisi kejiwaan Kezia sebagai penulis cerpen. Dia wawancara langsung sama Kezia. Dari hasil wawancara itu, penulis jadi tahu alasan Kezia menulis cerpen “Carmen”. Ternyata, Kezia ngalamin hal-hal yang nggak mengenakkan saat bekerja. Dia mengalami pergolakan batin, yang bikin dia akhirnya ingin menulis cerpen tersebut. So, penulis kritik jadi tahu gimana segi batin dan emosi Kezia saat menulis “Carmen”.
- Penilaian
Dari hasil pengkajian, dapat diperoleh kesimpulan bahwa setiap penulis memiliki motivasi dan latar belakang sendiri untuk memproyeksikan dirinya lewat karya sastra. Kezia berhasil memproyeksikan pengalaman hidupnya melalui cerpen “Carmen”, sehingga pembaca dapat mengambil hikmahnya. Dengan kata lain, Kezia dapat menunjukkan fungsinya sebagai pengarang bagi penikmat karya secara signifikan.
Catatan dari gue tentang contoh di atas: Dari penilaian di atas, penulis kritik nunjukin kalau Kezia punya misi tertentu dalam cerpennya, yaitu mengekspresikan pengalaman buruk dan pergolakan batin yang dialami. Dengan pengalaman itu, pembaca bisa memetik nilai dari karyanya.
Btw, pada bagian penilaian, penulis kritik sastra sebenarnya perlu nulis kelebihan dan kekurangan karya sastra yang dikritik. Tapi, penulis kritik sastra pada contoh di atas nggak nyantumin kekurangan pada cerpen “Carmen”. Penulis cuma nyebut kelebihannya, yang menganggap Kezia berhasil memproyeksikan hidupnya melalui cerpen.
Contoh 2
Kalau barusan elo baca contoh kritik sastra yang penilaiannya cuma menjelaskan kelebihannya, sekarang gue kasih contoh kritik sastra yang menyebut kelebihan dan kekurangan karya yang dikritik.
Kali ini, kritik sastra yang akan gue angkat berjudul Semiotika dalam Novel “Love Is” karya Navika Anggun. Perlu elo perhatikan nih, bahwa judul kritik sastra mencakup pendekatan yang digunakan dan karya yang dikritik. Jadinya ya…Semiotika dalam Novel “Love Is” karya Navika Anggun. Pendekatannya adalah semiotika, dan karya yang dikritik adalah novel “Love Is” karya Navika Anggun.
Sekarang, kita masuk ke dalam struktur kritik sastra.
- Ringkasan
Jangan lupa, ketika bikin ringkasan, usahakan nulis sinopsisnya nggak panjang-panjang amat, yang penting mencakup tema karya yang elo kritik dan jelas ceritanya kayak gimana.
Berikut contoh ringkasannya:
Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang wanita yang memiliki perusahaan besar. Namun sayangnya, dia sedang sakit keras. Selama sakit, dia terngiang-ngiang akan memorinya di masa lalu. Memori-memori ini berlanjut hingga bab-bab berikutnya. Ada masa ketika dia meninggalkan rumah orang tuanya, hingga ketika dia bertemu dengan cinta pertama dan terakhirnya. Ceritanya berakhir hingga akhirnya dia bertemu lagi dengan cintanya tersebut.
2. Pembahasan
Novel ini terdapat banyak unsur semiotik yang memiliki makna yang tersirat. Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda. Unsur semiotika dalam novel “Cinta” karya Anggun adalah:
1. Ikon
Tanda ikon yang sering ditemui di novel ini adalah kata “Rembulan” yang merupakan benda langit yang bersinar pada malam hari. Ikon ini menandakan perasaan karakter utama terhadap pasangannya. Dia merasa bahwa lelaki itu seperti rembulan yang menyinarinya.
2. Indeks
Tanda indeks banyak ditemukan di bab tiga melalui kata “Bersinar”, mempunyai arti memancarkan cahaya. Indeks ini menandakan perasaan bahagia sang karakter utama.
3. Simbol
Tanda simbol yang terdapat di bagian dua ialah kata “Pesta Awal Tahun” yang mempunyai makna perayaan momen pergantian tahun yang biasanya diiringi oleh banyak kembang api. Tanda ini menandakan letupan-letupan kebahagiaan oleh pasangan kekasih.
Catatan dari gue tentang contoh di atas: Ketiga unsur di atas merupakan poin-poin penting dari pembahasan. Tinggal tentuin mau menggunakan pendekatan semiotika, terus masukin deh tanda-tanda yang ada dalam novel ke dalam unsur-unsur semiotika.
3. Penilaian
Dari hasil pengkajian, dapat diperoleh sebuah kesimpulan bahwa unsur semiotik dalam Novel “Cinta” yaitu baik ikon, indeks, maupun simbol yang digunakan mengacu pada objek, kegiatan, atau sifat yang berkaitan erat dengan cahaya dan warna. Kelebihan dari novel ini adalah penggunaan unsur-unsur semiotik yang senada, sehingga arti tersiratnya lebih mudah dicerna oleh pembaca. Namun, unsur-unsur tersebut terkesan membosankan, karena terdapat pengulangan kata-kata yang sama. Secara garis besar, penulis banyak menggunakan unsur-unsur semiotik untuk mempertegas suasana hati para karakter dalam novel ini.
Penjelasan gue tentang contoh di atas: Penulis kritik udah memaparkan kesimpulan yang diambil dari pembahasannya. Selain itu, penulis juga nulis kelebihan novel yang dikritik. Nah, yang beda dari contoh kritik sastra yang pertama tadi, penulis kritik yang ini nambahin kekurangan novel yang dikritik. Menurut dia, novel “Cinta” ngebosenin karena ada pengulangan kata-kata. So, penilaian ini imbang, ada plus dan ada minusnya.
Gimana, udah paham belum tentang struktur kritik sastra dan cara bikinnya?
Kalau elo mau bikin karya sastra yang menarik, elo bisa ambil dari cerpen, novel, atau naskah drama apa pun yang elo suka. Intinya, mulailah dari karya yang elo suka dulu. Kemudian, kritisi karya sastra tersebut dengan menggunakan pendekatan yang udah gue paparin contoh-contohnya tadi.
Contoh Soal dan Pembahasan
Cermatilah kutipan cerpen berikut!
Yanti berlari keluar sambil membawa biji kopinya yang telah dibungkus. Di belakang rumah dilihatnya ibunya menangis memeluk bapaknya yang di perutnya menancap erat pisau yang sedikit demi sedikit mengucurkan darah segar. Yanti kebingungan. Kopi yang ada di tangganya dilemparkannya hingga terjatuh di lantai dan hancur berkeping-keping mengotori kain putihnya yang dengan susah payah dijaganya supaya tidak kotor. Bapaknya masih bisa tersenyum padanya, meski terbaring lemah di kamar tidur. Yanti sendiri mencoba membantu ibunya untuk mempermudah pekerjaan ibunya sebagai pembatik.
(Batik Kopi, Ulin Nuka).
Kalimat kritik yang menyatakan kelemahan sesuai dengan kutipan tersebut adalah …
A. Dilihat dari struktur cerita, bagian itu terasa datang sekonyong-konyong tidak memenuhi logika cerita karena tidak ada alasan mengapa ayah dibunuh.
B. Bahasanya segar, lancar, menjalin, dan bersih serta terasa puitis dalam imajinasi kopi yang pecah seperti kopi yang biasa diminum ayah.
C. Penulis dengan manis membayangkan kopi yang pecah adalah dirinya dan ibunya yang ditinggal sang ayah dengan cara mengenaskan.
D. Melihat bahasanya yang bersih dan kemampuannya membangun asosiasi dalam cerita, pengarang jelas memiliki bakat menjadi seorang penulis.
E. Klimaks tidak berfungsi sekadar menimbulkan ketegangan atau memperkuat rasa haru, tetapi juga harus berkaitan dengan peristiwa yang lalu.
Pembahasan
Berdasarkan kutipan cerpen di atas, dijelasin kalau Yanti ngelihat ibunya yang lagi nangis meluk bapaknya di pekarangan. Perut bapaknya ketancep pisau, sampai ngeluarin darah segar.
Kemudian, sampailah pada kalimat “Bapaknya masih bisa tersenyum padanya, meski terbaring lemah di kamar tidur.” Kalimat tersebut salah, karena tadi udah disebutin kalau Yanti ngelihat ibuknya nangis memeluk bapaknya yang bersimbah darah di pekarangan. Habis kena tusuk malah senyum, dan di kamar tidur lagi, kan aneh…nggak sesuai sama kalimat-kalimat sebelumnya.
Kalimat yang juga nggak nyambung adalah kalimat terakhir, yaitu “Yanti sendiri mencoba membantu ibunya untuk mempermudah pekerjaan ibunya sebagai pembatik.” Padahal, kutipan cerpen di atas nyeritain Yanti yang ngelihat bapaknya bersimbah darah karena perutnya ketancep pisau. Tapi, kenapa malah tiba-tiba bahas Yanti yang ngebantu ibunya jadi pembatik? Nggak ada hubungannya.
Oleh karena itu, kedua hal di atas perlu dikritik. So, mari kita cari kalimat yang menyatakan kelemahan tersebut…
A. Dilihat dari struktur cerita, bagian itu terasa datang sekonyong-konyong tidak memenuhi logika cerita karena tidak ada alasan mengapa ayah dibunuh.
Opsi A bisa dikatakan benar, karena kutipan cerpen di atas emang tiba-tiba ngasih tahu kalau ayahnya dibunuh tanpa ada penyebabnya. Tiba-tiba aja perut ayahnya ketancep pisau. Nggak dijelasin alasannya apa, kok bisa dibunuh atau ketancep pisau. Bisa jadi, opsi A adalah jawabannya. Kita keep dulu.
B. Bahasanya segar, lancar, menjalin, dan bersih serta terasa puitis dalam imajinasi kopi yang pecah seperti kopi yang biasa diminum ayah.
Opsi ini nggak jelas maksudnya kayak gimana. Nggak ada hubungannya sama kutipan cerpennya. So, opsi B salah.
C. Penulis dengan manis membayangkan kopi yang pecah adalah dirinya dan ibunya yang ditinggal sang ayah dengan cara mengenaskan.
Kalimat ini justru bukan menunjukkan kelemahan, tapi kelebihan. Jadi, bukan opsi C jawabannya.
D. Melihat bahasanya yang bersih dan kemampuannya membangun asosiasi dalam cerita, pengarang jelas memiliki bakat menjadi seorang penulis.
Sama kayak C, opsi D lebih kepada kelebihan daripada kelemahan. Bahasanya emang bersih, tapi asosiasi cerita nggak akurat karena alurnya nggak nyambung. Yang awalnya berlatar pekarangan, tiba-tiba jadi di kamar tidur. Kalimat selanjutnya malah menceritakan Yanti yang ngebantu ibunya jadi pembatik. Ceritanya nggak terasosiasi dengan baik. Jadi, opsi D salah.
E. Klimaks tidak berfungsi sekadar menimbulkan ketegangan atau memperkuat rasa haru, tetapi juga harus berkaitan dengan peristiwa yang lalu.
Kalimat ini bisa dijadikan jawaban. Kutipan cerpen di atas emang menunjukkan ketegangan, ketika Yanti tahu kalau ibunya nangis karena bapaknya bersimbah darah. Yanti sampai bingung, dan ngelempar kopi-kopinya di lantai dan ngotorin kain putihnya. Unsur haru juga masyuk, karena ibunya nangis sambil meluk bapaknya Yanti yang ketusuk pisau. Peristiwa yang lalu, seperti penyebab bapaknya bisa ketusuk pisau, juga nggak dijelasin.
So, kita punya dua pilihan jawaban, yaitu A atau E. Menurut elo, mana jawaban yang paling tepat?
Coba deh, elo baca lagi opsi A. “Dilihat dari struktur cerita, bagian itu terasa datang sekonyong-konyong…….” Nggak dijelasin “bagian itu” mana yang dimaksud. Kalau kalimat pertama sampai keempat sih nyambung-nyambung aja, tapi kalimat kelima dan keenam nggak nyambung. Terus, “bagian itu” mana yang dimaksud?
Jadi, opsi E lebih mencakup secara keseluruhan, sedangkan yang A nggak cocok pada kata-kata “bagian itu”. Oleh karena itu, jawaban yang benar adalah E. Klimaks tidak berfungsi sekadar menimbulkan ketegangan atau memperkuat rasa haru, tetapi juga harus berkaitan dengan peristiwa yang lalu.
Nah, Sobat Zenius, itu dia pembahasan tentang hal yang harus diperhatikan dalam menulis kritik sastra, hingga contoh kritik sastra cerpen dan novel. Bagaimana, elo makin paham kan sama materinya?
Biar makin paham, elo juga bisa nonton video materi belajarnya lho. Klik banner di bawah ini ya!
Khusus buat elo yang pengen banget dapet nilai rapor yang bagus, sekaligus ningkatin pemahaman semua materi pelajaran SMA dari kelas 10, 11, 12, elo bisa gabung ke Zenius Aktiva Sekolah dari sekarang!
Di Aktiva Sekolah, elo bakal diberikan akses ke ribuan video materi belajar premium, ikutan Try Out dan latihan soal ter-update buat menguji kemampuan menjawab soal ujian, sampai dibimbing langsung sama tutor di Live Class lho. Yuk, cek info lengkapnya dengan klik banner di bawah ini, sekarang!
Baca Juga Artikel Lainnya
Surat Lamaran Kerja – Materi Bahasa Indonesia Kelas 12
10 Salah Kaprah dalam Bahasa Indonesia
Materi Teks Prosedur Dalam Bahasa Indonesia
Originally published: November, 25 2021
Updated by: Rizaldi Abror
Leave a Comment