Halo, Sobat Zenius! Kali ini gue mau bercerita mengenai Kerajaan Sriwijaya bercorak Budha dan merupakan kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara.
Beberapa dari elo mungkin sudah pernah mendengar cerita mengenai kerajaan yang satu ini. Yap, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan terbesar kedua setelah kerajaan Majapahit.
Penasaran seperti apa ceritanya? Dalam artikel ini gue akan mengupasnya secara lebih dalam, mulai dari awal berdiri, kehidupan, sampai kemunduran Kerajaan Sriwijaya.
Tanpa basa-basi lagi, yuk, simak artikel ini!
Awal Berdirinya Kerajaan Sriwijaya
Kalau ngomongin awal-awalnya, pasti bakal muncul pertanyaan kapan Kerajaan Sriwijaya berdiri. Well, kerajaan ini lahir tahun 671M dan berakhir di sekitar 1100M. Letak Kerajaan Sriwijaya berada di tepi Sungai Musi, Palembang.
Wilayah kekuasaan Sriwijaya itu luas lho, nggak hanya di Indonesia tapi juga sampai beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Wilayahnya mencakup Sumatra, Jawa, Kamboja, hingga Thailand.
Pendiri Kerajaan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang atau yang dikenal juga sebagai Sri Jayanasa. Kerajaan ini disebut-sebut sebagai kerajaan pertama di Nusantara sebelum Kerajaan Majapahit lahir.
Baca selengkapnya mengenai sejarah Kerajaan Majapahit di sini: Silsilah dan Kejayaan Kerajaan Majapahit.
Menurut catatan I-Tsing, banyak raja dan kepala suku di pulau-pulau Laut Selatan memiliki kepercayaan yang kuat terhadap perbuatan baik.
Biasanya kalau mereka mau ke daerah Barat untuk belajar lebih jauh mengenai kepercayaan ini, mereka bakal menetap dulu di wilayah kerajaan ini sekitar 1-2 tahun sebelum melanjutkan perjalanan ke India Tengah.
Selain itu, ada banyak biksu-biksu juga yang datang berkunjung dari berbagai negara.
Dari sini udah kelihatan ya kalau agama yang dianut Kerajaan Sriwijaya adalah agama Buddha seperti yang udah gue jelaskan di awal artikel. Kerajaan ini juga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.
Nah, gimana ceritanya? Seru, kan? Sebelum gue lanjutkan ceritanya, gue mau ngasih tahu ke elo buat download aplikasi Zenius dulu, nih!
Lewat aplikasi, elo bisa mendapatkan fitur-fitur yang bisa meningkatkan produktivitas belajar elo, mulai dari video materi pembelajaran, simulasi ujian try out, hingga ZenBot yang bantu elo menyelesaikan soal-soal Matematika, Fisika, dan Kimia.
Aplikasinya bisa elo download secara gratis lewat banner di bawah ini, ya!
Download Aplikasi Zenius
Tingkatin hasil belajar lewat kumpulan video materi dan ribuan contoh soal di Zenius. Maksimalin persiapan elo sekarang juga!
Silsilah Kerajaan Sriwijaya
Sebenarnya ada banyak raja yang pernah memerintah kerajaan ini, tapi yang bakal gue bahas cuma 2 aja yang paling terkenal, yaitu Dapunta Hyang dan Balaputradewa.
Pertama kita mulai dari Dapunta Hyang atau Sri Jayanasa. Kalau menurut prasasti Kedukan Bukit, Dapunta Hyang ini kayak yang udah gue bilang tadi merupakan pendiri kerajaan ini.
Jadi, ceritanya waktu itu tuh Dapunta Hyang melakukan perjalanan suci atau siddhayatra gitu.
Nah, setelah Dapunta Hyang turun dari tahtanya, masih ada raja-raja lainnya yang memimpin kerajaan Sriwijaya.
Tapi kita skip aja ke abad ke-9 dimana tahta tersebut diduduki oleh Balaputradewa, raja ke-10 Kerajaan Sriwijaya yang berhasil membawa kerajaan ini menuju puncak kejayaan.
Materi Video Silsilah Kerajaan Sriwijaya
Buat yang sudah berlangganan paket belajar Zenius, tonton materi Silsilah Kerajaan Sriwijaya selengkapnya di website Zenius. Jangan lupa login lebih dulu untuk mengaksesnya.
Puncak Kejayaan hingga Berakhirnya Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan bercorak Buddha mengalami masa kejayaan saat raja Balaputradewa.
Kala itu, raja Balaputradewa berhasil membawa Sriwijaya hingga mendapat julukan kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara.
Dia bahkan mengadakan kerjasama gitu dengan raja yang ada di India, lho! Belum lagi perekonomian kerajaan yang oke banget di zaman itu. Nah, kira-kira mengapa Sriwijaya disebut kerajaan maritim?
Kehidupan ekonomi Sriwijaya sendiri terfokus pada perdagangan laut dan hasil laut karena kerajaan tersebut terletak di jalur perdagangan internasional.
Saking fokusnya sama perdagangan nih, makanya kerajaan ini nggak begitu banyak bangun-bangun candi yang besar kayak kerajaan-kerajaan lainnya.
Adapun kehidupan sosial kerajaan ini jadi melibatkan banyak pedagang-pedagang dari luar yang singgah dalam perjalanan mereka.
Selain itu, tadi gue juga sempat cerita kan kalau banyak orang dan biksu yang menetap di wilayah kerajaan ini dulu sebelum mereka melanjutkan pembelajaran kepercayaan mereka ke negara lain.
Tapi nih, bersamaan dengan tibanya kerajaan tersebut di puncak kejayaan, mereka juga mulai mengalami kemunduran. Penyebabnya meliputi mulai adanya invasi dan serangan dari kerajaan-kerajaan lain terhadap kerajaan tersebut.
Di samping itu, bencana alam juga terjadi dan menyebabkan turunnya tingkat kesuburan tanah di wilayah kerajaan yang terletak di Sumatra dan pendangkalan Sungai Musi oleh lumpur, yang menimbulkan hambatan di sektor perdagangan akibat kesulitan akses.
Selain itu, ajaran Islam juga mulai masuk sehingga Sriwijaya mulai kehilangan pengaruhnya. Salah satu dari kerajaan yang gue maksud adalah Kerajaan Samudra Pasai.
Baca selengkapnya mengenai sejarah Kerajaan Samudera Pasai di sini: Sejarah Kerajaan Samudera Pasai dan Masa Kejayaannya.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Sejarah kerajaan ini bisa kita ketahui hari ini dari sumber-sumber berupa peninggalan kerajaan tersebut, meskipun nggak begitu banyak karena rakyatnya dulu cenderung lebih menghabiskan banyak waktu untuk perdagangan.
Ada apa aja, sih? Gue bakal kenalin ke elo beberapa di antaranya.
Ada prasasti Kedukan Bukit yang memuat informasi mengenai awal mula berdirinya Kerajaan Sriwijaya oleh Dapunta Hyang. Makanya, prasasti ini juga kerap kali disebut sebagai prasasti Proklamasi Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Kota Kapur juga menceritakan tentang kerajaan ini beserta pendirinya. Tapi, di dalamnya juga berisi hukuman-hukuman yang akan dijatuhkan kepada wilayah-wilayah yang memberontak atau nggak mau tunduk sama Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Ligor berisi pemaparan mengenai situasi Kerajaan Sriwijaya yang sering disinggahi oleh orang-orang dan biksu-biksu yang hendak belajar agama Buddha.
Ada lagi prasasti Nalanda yang ditemukannya di India, lho. Prasasti ini menceritakan kalau setelah masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya di bawah pemerintahan Raja Balaputradewa, kerajaan ini malah mengalami kemunduran.
Ada beberapa candi juga, salah satunya Candi Muara Takus yang berbentuk kompleks yang terdiri atas 4 stupa dan bangunan lainnya yang hanya tinggal pondasinya.
Kerajaan Sriwijaya termasuk dalam materi Kerajaan Hindu Buddha. Kamu bisa pelajari sejarah kerajaan lainnya di sini: Daftar Kerajaan Maritim Hindu Buddha di Indonesia.
Contoh Soal Tentang Kerajaan Sriwijaya
Nah, kira-kira sekian dulu ya, cerita tentang sejarah Kerajaan Sriwijaya. Sebelum elo lanjut belajarnya nih, coba jawab pertanyaan di bawah ini untuk mengulas kembali materi ini, ya!
Apa yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran?
Jawaban: Yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran antara lain adalah mulai adanya serangan dari kerajaan-kerajaan lain, bencana alam yang menutup akses perdagangan di Sungai Musi, dan mulai masuknya ajaran Islam ke wilayah kerajaan.
Demikian cerita gue mengenai kerajaan Sriwijaya, mulai dari awal berdirinya, silsilah kerajaan, hingga penyebab kemundurannya.
Semoga Sobat Zenius jadi makin tahu, ya, mengenai kerajaan yang satu ini! Oh iya, kalau elo mau belajar tentang Kerajaan Sriwijaya lewat video pembelajaran, elo bisa, lho, mengaksesnya lewat Zenius!
Nggak cuman materi, di video pembelajaran juga ada contoh soal dan pembahasannya yang bisa elo pahami dengan saksama.
Klik banner di bawah ini, ya, buat mengaksesnya!
Kemudian, kalau Sobat Zenius mau mengasah otak dengan mempelajari contoh soal dan pembahasan dari setiap mata pelajaran, elo bisa langsung ambil paket Aktiva dari Zenius.
Selain mendapatkan akses video materi pembelajaran, elo juga berkesempatan mengikuti ujian try out dan tentunya akses video premium dari Zenius.
Yuk, berlangganan dari sekarang!
Referensi
Sriwijaya, Sebuah Kejayaan Masa Lalu di Asia Tenggara – Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Originally published: February 17, 2022
Updated by: Maulana Adieb
Leave a Comment