Artikel ini mengupas manfaat jalan tol, dari segi militer, politik, dan ekonomi, dengan menelusuri sejarah Romawi Kuno, Nazi Jerman, dan Amerika Serikat di bawah pimpinan Eisenhower.
Di mana-mana lagi banyak banget ya proyek jalan tol. Apalagi mendekati momen mudik seperti sekarang. Tapi di tengah gencarnya pembangunan jalan tol, ada pihak yang meragukan manfaat dari jalan tol.
“Negara kita berutang banyak demi bangun jalan tol. Tapi palingan yang ngerasain manfaatnya cuma orang bermobil dan orang kaya.”
Pernah ga kita benar-benar mikir, apa sih manfaat dari jalan tol? Mungkin selama ini kita cuma kepikiran kalo jalan tol itu untuk mempercepat mobilitas dan mengurangi kemacetan. Tapi manfaat jalan tol itu lebih dalam dari yang lo kira. Ternyata jalan tol itu juga punya manfaat militer, politik, dan ekonomi.
Siapa sangka kalo keberadaan jalan tol mendorong lahirnya mobil Volkswagen? Siapa pula yang kepikiran kalo keberadaan jalan tol menjadi faktor penting lahirnya salah satu kekaisaran terbesar dalam sejarah manusia?
Oh iya, kenalkan nama gue Hilman. Gue tutor Sejarah yang bergabung dengan Zenius Education sejak tahun 2017. Dulu, gue kuliah di Universitas Indonesia, di program studi Ilmu Politik. Di tulisan perdana gue di Zenius Blog, gue mau ngajak lo untuk mengecek sejarah singkat jalan tol dan juga manfaatnya. Ada tiga kisah kasus sejarah yang bakal dikupas buat melihat sisi lain jalan tol: (1) Via Romana, (2) Reichsautobahn, dan (3) Interstate Highway System.
Apa itu Jalan Tol?
Sebelum masuk ke sejarahnya, gue pengen pertegas dulu tentang konsep “jalan tol”. Secara harfiah, TOL itu sendiri singkatan dari Tax on Location. Jadi jalan tol adalah jalan yang dikenakan pajak di tempat, alias harus bayar tarif sesuai ketentuan.
Tapi konteks jalan tol di setiap negara bisa beda-beda. Kalo lo nonton film Hollywood atau pernah jalan-jalan ke Eropa, lo mungkin pernah lihat jalan bebas hambatan yang ukurannya kecil, ga bayar, dan bisa dilalui motor atau bahkan sepeda.
Supaya sederhana, kita sepakati aja definisi jalan tol yang gue bahas di sini. Jalan tol adalah jalan bebas hambatan yang dirancang agar mudah berpergian dari lokasi A ke lokasi B yang umumnya jauh, entah berbayar atau gratis, entah jalanannya berukuran kecil ataupun besar, entah kendaraan yang masuk terbatas atau tidak. Konsepnya adalah jalanan rapi mulus halus supaya yang lewat bisa ekspres bepergian, cepet sampe ke tujuannya yang jauh.
Oke, mari kita mulai penelusuran sejarahnya.
Via Romana: Jalan Tol Romawi Kuno
Eng, iya. Lo ga salah baca. Jaman Romawi kuno so pasti ga ada mobil. Jangankan mobil, jalan aspal aja ga ada. Nah, inilah gunanya menyamakan konsep tentang jalan tol seperti yang kita lakukan di atas tadi. Jelas, di kasus Romawi Kuno, jalan tol yang akan kita bahas pasti ga beraspal dan ukurannya kecil kalau dibanding sekarang. Tapi, jalan tolnya tetep bebas hambatan, dikelola negara, bikin orang gampang berpergian ke jarak yang jauh-jauh, dan berbayar. Ini contohnya:
.
“Ah biasa aja, kok begitu dibilang jalan tol? Cuma jalan setapak yang rapi dikasih batu.”
Bagi kita yang hidup di zaman modern, mungkin udah terlalu sering take things for granted. Kita udah enak aja gitu bertransportasi di jalanan beraspal yang mulus. Tapi bayangkan kalo lo hidup sebagai manusia ribuan tahun lalu. Mereka harus berjalan kaki tanpa jalanan beraspal atau batuan blok yang tersusun rapi. Pegel banget dong. Belum lagi jalanannya penuh semak, berlumpur, berdebu. Ga nyaman banget kan.
2000 tahun yang lalu nih, ada peradaban kuno yang udah mikirin gimana caranya supaya ke mana-mana cepat, enak, lancar, dan aman. They paved the road. Yang udah ada, di-pave. Yang belum ada, dibikin dari nol. Jalanan serapi gambar di atas banyak terbentang dari kota Roma ke penjuru kota-kota besar di benua Eropa, secuil benua Asia, dan sepanjang pesisir Afrika Utara. Sampai-sampai muncul istilah “all roads lead to Rome” atau “Semua jalan menuju Roma.” Wah, gimana ceritanya kok jalanan sebagus ini bisa nongol di mana-mana?
Ceritanya berawal dari Roma era awal-awal republik (312 SM). Di selatan Roma, ada Sekutu mereka namanya kota Capua. Roma dan Capua lagi perang dengan suku Samnite. Nah, untuk membantu Sekutunya, Roma bangun jalan supaya mudah kirim pasokan bantuan dan pasukan tentara. Dulu ga ada jalan yang layak.
Ternyata jalanan itu bikin mudah kerjaan tentara di masa depan. Sehabis tentara Roma menaklukan kota-kota sepanjang selatan Italia, termasuk suku Samnite, mereka bangun jalan supaya makin mudah menjangkau daerah taklukan. Mereka jadi gampang kalo mau balik lagi ke kota taklukan mereka. Kali aja kota tadi tiba-tiba memberontak. Di sini jalan tol memberi manfaat militer bagi pasukan Roma.
Setelah itu, baru deh pedagang pada lewat. Pedagang lewat = duit lewat. Lo palakin…eh maaf, pajakin deh itu pedagang. Lo mintain duit … duit “keamanan” istilahnya. Iya, biar aman dari begal/bandit/rampok, lo harus bayar ke polisi jalan tol Roma namanya Stationarii atau Beneficiarii. Lumayan, duit kan? Ini duit sah loh, sah di mata hukum. Nanti duitnya masuk ke kas negara. Ga cuma pedagang, kalo misalnya daerah jajahannya punya tambang emas atau ladang gandum, angkutin deh itu hasil buminya buat Roma. Duit dapet, barang dapet. Muncul manfaat ekonomi.
Selain membangun jalan ke kota yang mau ditaklukan, pasukan Roma juga membangun jalan ke kota-kota yang strategis, seperti kota Sekutu, kota musuh yang besar, dan kota pusat perdagangan. Dari sini lahir lagi manfaat lain dari jalan tol, yaitu manfaat politik. Dengan banyak jalan dibangun menghubungkan kota-kota besar dengan kota Roma, maka orang Romawi jadi kuat secara politik. Artinya, mereka berkuasa. Bisa kirim tentara ke kota yang ga nurut sama Roma, jadi kota-kota lainnya tunduk dan takut. Ditambah lagi, jangkauan jalan yang luas bikin banyak daerah pengen bersatu dengan Roma. “Ah udahlah kita gabung aja sama orang Romawi biar dibikinin jalan sama dikasih perlindungan bala bantuan.” Sedikit demi sedikit banyak daerah di luar kota Roma yang bersatu, entah itu dipaksa karena dijajah atau memang dia pengen minta sendiri.
Nah, sekarang tentara udah gampang nih kemana-mana. Ada ancaman, kirim tentara. Ancaman hilang, kirim lagi tentara cari daerah baru buat dijajah. Terus berulang begitu dan hasilnya adalah … Kekaisaran Romawi. Setengah benua Eropa + secuil Asia + Pesisir Afrika Utara jadi milik satu kota: kota Roma. Dari 312 SM mulai bangun jalan sampai 476 M runtuhnya Kekaisaran Romawi, jalan tol yang dibangun orang Romawi udah bantu banget mereka memperluas dan mempertahankan kekuasaan. Mau perang jadi gampang, mau jaga daerah jadi mudah dan aman. Coba liat peta di bawah ini.
Kekaisaran Romawi disebut-sebut sebagai yang pertama membangun sistem jalan bebas hambatan modern. Cukup banyak sejarawan kuno yang juga berpendapat bahwa tanpa jalanan semacam itu, mungkin ga akan ada Kekaisaran Romawi yang seluas itu. Jalanan yang serapih semulus secanggih dan teroganisir itu benar-benar sebanding sama jalan tol kelas internasional (Chapot, dalam Jacobson, 1940: 85).
Reichsautobahn: Jalan Tol Nazi Jerman
Jauh juga nih dari 317 SM loncat ke 1939 M era Perang Dunia II. Buat lo yang geeks sama WWII (World War II atau Perang Dunia II), tau banget lah ya NAZI goreng, eh maksudnya NAZI Jerman.
Pernah denger ga rumor kalo NAZI adalah pencetus jalan tol pertama di dunia? Nah, di sini gue mau ngelurusin kalau itu adalah mitos dan cuma propaganda partai NAZI. Jalan tol sih udah ada jauh sebelum partai NAZI gembar-gembor heboh sama jalan tol, seperti Long Island Motor Parkway di Amerika Serikat, A8 (Autostrada Otto) di Italia, dan Autobahn Bonn–Cologne di Jerman sendiri.
Tapi kenapa mitos itu ada? Karena partai NAZI lah yang mempopulerkan jalan tol. Ga cuma sebagai alat pembangunan ekonomi, tetapi juga sebagai alat politik, alat pemersatu bangsa. Berikut ceritanya.
Sebelumnya, Jerman udah punya jalan tol pertama semenjak tahun 1932. Nah, di tahun segitu partai NAZI belum berkuasa di Jerman. Di saat itu pula, partai NAZI menentang gagasan dan pembangunan jalan tol. Kenapa?
“Jalan tol dianggap sebagai proyek mewah bagi segelintir orang super kaya yang punya mobil.”
Tahun 1934, tiba-tiba semua berubah. Singkat cerita, partai NAZI dapat akses penuh untuk berkuasa total di Jerman. Di situ ada perubahan. Fritz Todt, seorang anggota partai NAZI, merilis laporan untuk Adolf Hitler berjudul Straßenbau und Straßenverwaltung pada 1934. Isinya kurang lebih argumen tentang pentingnya jalan tol. Walhasil, Adolf Hitler bilang “Oke, kita bangun jalan tol buat pembangunan Jerman.” Didirikanlah Gesellschaft Reichsautobahnen (Asosiasi Jalan Tol Jerman) dan Fritz Todt ditunjuk jadi inspektur jenderal urusan jalan raya Jerman.
Semua ide proyek jalan tol yang ada sebelumnya dikemas ulang seakan-akan itu adalah gagasan Adolf Hitler. Dirancanglah propaganda di mana-mana bahwa bakal ada banyak jalan tol dibangun. Dari sini lahir mitos bahwa jalan tol adalah ide NAZI Jerman. Berikut salah satu foto propaganda mereka:
Eh, tapi kenapa partai NAZI yang sebelumnya menentang proyek jalan tol, malah berubah getol bikin jalan tol?
Jadi gini. Sebelum partai NAZI berkuasa penuh, Jerman masih mengalami krisis pasca kalah di Perang Dunia I. Masalah ekonomi bertebaran, mulai dari inflasi sampai pengangguran. Setelah partai NAZI berkuasa, proyek jalan tol ini dirancang untuk manfaat politik. Kemas seakan-akan proyek ini bakal memberikan perubahan dan modernisasi Jerman. Janjikan ke rakyat bahwa proyek ini punya manfaat ekonomi berupa pengangguran yang berkurang karena bakal ada banyak kerjaan bikin jalan tol. Janji ini dinamakan Arbeitsschlacht atau perang terhadap pengangguran.
Benar aja, pengangguran berkurang meskipun cuma tampak nyata di daerah dan angkanya tidak mencapai target (Voigtlander & Voth, 2017: 3, 8-9). Pengangguran kelihatan berkurang banyak karena propaganda partai NAZI yang kencang. Hasilnya? Salah satu survei bilang kalau 10% orang yang anti-partai NAZI malah berbalik memberi dukungan. Dengan menggabungkan manfaat ekonomi dan manfaat politik dari proyek jalan tol, partai NAZI dapat dua hal sekaligus: Jerman yang maju pembangunannya dan partai yang meningkat pamornya.
Engga berhenti sampai di situ, Adolf Hitler dan partai NAZI terus menggali manfaat dari proyek jalan tol. Ga cuma jalanannya yang dibangun, mobilnya pun juga diusahakan. Dibuatlah proyek Volkswagen di tahun 1937 atau mobil rakyat. Gabungan jalan tol di penjuru Jerman plus mobil murah bagi rakyat ini dipromosikan sebagai sarana modernisasi Jerman dan sarana mempersatukan Jerman supaya sesama rakyat Jerman bisa keliling-keliling (baca: mobilitas yang tinggi) ke pelosok daerah dan menikmati negeri mereka yang indah. Benar saja, rakyat bersatu mendukung Adolf Hitler dan partai NAZI Jerman.
Interstate Highway System: Jalan Tol Amerika Serikat
Sebenernya udah banyak dan udah lama ada jalan raya besar sekelas jalan tol di Amerika Serikat. Masalahnya, jalanan yang udah ada engga tersambung langsung. Gini ceritanya.
Amerika Serikat (AS) itu adalah negara federal, artinya perbedaan wewenang pemerintah pusat (Federal) dan pemerintah negara bagian (State) itu tegas banget. Federal urus apa, State urus apa. Selama ini, jalanan memang urusan negara bagian. Inilah mengapa lo melihat jalan sekelas tol pertama di Amerika Serikat, yaitu Long Island Motor Parkway cuma melayani sebuah daerah di negara bagian New York, namanya Long Island.
Lompat cerita, Amerika Serikat ikut Perang Dunia II (PDII). Seorang jenderal AS yang memimpin tentara Sekutu saat PDII bernama Dwight D. Eisenhower sempat mikir kira-kira gini:
“Susah juga ya perang di Eropa ini. Banyak jalanan yang ga layak. Berlumpur lah, berbatu lah. Prajurit mau jalan, susah. Truk militer mau lewat, susah. Apalagi tank. Kirim bekal jadi lama, kirim bantuan apalagi. Perang jadi makin sulit, mahal, dan makin bahaya. Gimana jadinya kalo Amerika punya jalanan sejelek di Eropa? Gimana seandainya Amerika diserang tentara asing? Bisa selamat ga kita?”
Dwight D. Eisenhower juga sempat ngeliat kasus Reichsautobahn di Jerman. Hmm, bagus juga idenya bikin jalan tol ekspres sepanjang pelosok negeri. Ini bisa banget ditiru. Buat keamanan negara kalo ada perang, sekaligus buat pembangunan daerah karena banyak lokasi baru terbuka untuk investasi.
Seketika, ia kampanye buat nyapres dan ia menang jadi presiden Amrik di tahun 1953. Dia ingin menjalankan proyek jalan tol nasional. Dwight D. Eisenhower pun merilis UU namanya Federal-Aid Highway Act of 1956. UU tersebut berisi bantuan dana buat jalanan tol garapan pemerintah pusat (Federal) yang dibaut melintasi negara bagian. Dari ujung pesisir barat sampai pesisir timur dan dari selatan sampai utara Amerika Serikat, dibangun jalan tol yang beda dari jalan buatan negara bagian (State). Nama jalannya adalah Interstate Highway System. Target total panjang ruas jalan tol keseluruhan adalah 41.000 mil atau 65.983.104 km. Hmm, enam puluh lima juta lebih kilometer jalan tol! Biayanya? Saat itu perkiraan menyentuh angka USD26.000.000.000. Dari UU itu, pemerintah federal bakal bantu 90% dari biaya tersebut. Coba liat peta di bawah.
Jalur berwarna merah itu namanya highway yang dibangun negara bagian (state) dan cuma nyambungin sebatas dalam negara bagian. Jalur berwarna biru itu namanya interstate, dibangun pemerintah pusat (federal) dan dirancang supaya ekspres lintas negara bagian. Ga ada hambatan. Berikut contoh penampakan interstate.
Pendeknya, jalan tol interstate ini dibangun dengan harapan bisa menampung banyak manfaat sekaligus, baik militer, politik, atau ekonomi. Amerika Serikat butuh jalan bebas hambatan baru yang menjangkau ujung ke ujung daerah mereka secara cepat. Harapannya, ini bisa menumbuhkan perekonomian Amerika dengan baik karena transportasi jadi efisien dan biaya menurun. Selain itu, interstate juga pasti banget membantu antar-negara bagian (states) bisa terhubung satu-sama lain dengan ekspres dan aman. Uniknya, kasus Amrik mirip dengan kasus Roma, di mana jalan tol dibangun dengan dasar kepentingan militer. Kalo Roma bikin jalan tol supaya bisa stay connected sama daerah jajahannya yang penting, kalo Amrik bikin jalan tol supaya bisa mengamankan negaranya kalo ada invasi militer asing atau serangan nuklir.
Kesimpulan: Manfaat Jalan Tol
Setelah lo keliling tiga kasus di atas tadi, coba kita rangkum. Semenjak 2000 tahun yang lalu, manusia udah mikir bahwa menghubungkan lokasi A ke lokasi B dalam jarak jauh itu perlu sarana yang memadai, yaitu jalanan. Apalagi jalan tol yang bebas hambatan.
Awalnya, karena jalanan itu sebegitu penting, proyek jalan tol itu digarap oleh pemerintah dalam rangka kepentingan militer. Utamanya untuk menjaga keamanan suatu daerah dari ancaman kemungkinan musuh.
Setelah militer, barulah muncul kepentingan politik. Kasus Via Romana menggambarkan bahwa dengan punya jaringan jalan tol yang bagus, lo bisa nunjukin diri bahwa lo berkuasa. Daerah lain pun gentar dan minat untuk bergabung, atau yang nekat memberontak bakal habis disikat. Hasilnya? Banyak daerah yang tergabung dalam kota Roma, baik itu di Italia bahkan sampai di Mesir dan secuil bagian Asia. Kasus Reichsautobahn beda lagi. Dari yang awalnya dipake buat nyinyirin pemerintah, partai NAZI akhirnya make proyek jalan tol buat galang dukungan rakyat. Dengan mengemas proyek jalan tol sebagai solusi ekonomi untuk mengatasi pengangguran, partai NAZI sukses meraup dukungan rakyat yang percaya bahwa jalan tol ini membuat Jerman maju, modern, dan bersatu bersama partai kepunyaan Adolf Hitler itu.
Amerika Serikat pun sadar pentingnya bangun jalanan panjang nan besar buat menghubungkan antar negara bagian yang banyak itu. Belajar dari contoh Jerman di masa PDII, presiden Dwight D. Eisenhower berinisiatif bayarin proyek jalan tol interstate supaya Amrik punya fasilitas pendukung kalo-kalo ada invasi militer atau bom atom. Kalaupun ga ada perang atau bom atom, ya jalan tol dirancang supaya bisa meningkatkan perekonomian rakyat Amrik. Kemacetan berkurang = pemborosan biaya berkurang = transportasi barang efisien = biaya produksi menurun = harga kompetitif = kesempatan bisnis baru dan lokai baru terbuka lebar = pembangunan ekonomi. Selain itu, pemerintah negara bagian state juga ga perlu pusing menghadapi tuntutan di pengadilan karena dianggap tidak bisa menyelesaikan masalah kemacetan.
Nah, kayaknya sampai di sini obrolan kita. Tulisan ini pasti ga lepas dari banyak kelemahan karena keterbatasan kuota kata untuk menjelaskan panjang lebar sejarah jalan tol, tapi setidaknya lo dan gue bisa ngobrol banyak bagaimana jalan tol itu punya sejarah dan manfaat yang panjang ceritanya. Dari dulu, manusia udah ada dan udah perlu punya jalan tol. Kalo ada yang punya pertanyaan, atau sanggahan data, atau komentar, boleh banget segera dikirim. Next time lo liat jalan tol di samping komplek atau lagi jalan ke sekolah atau lo lagi lewat jalan tol, lo bisa banget bertanya lagi dalam hati: “Apa jalan tol yang sekarang masih sama ya manfaatnya sama yang di sejarah lampau?”
REFERENSI
- Jacobson, Herbert Reinhold. “A History of Roads from Ancient Times to Motor Ages.” Submitted in partial fulfillment of the requirements for the Degree of Master of Science in Civil Engineering 1940. Georgia School of Technology. https://smartech.gatech.edu/bitstream/handle/1853/36216/jacobson_herbert_r_194005_ms_95034.pdf
- St. Clair, David J. “National Defense and the U.S. Interstate Highway Act of 1956.”
- International Journal of Business, Humanities and Technology. Vol. 4, No. 4. Juli 2014. California State University.
- Voigtlander, Nico & Voth. Hans-Joachim. “Highway to Hitler.” Working Papers Series: Development, Political Economy, and Economic History. Oktober 2017. UCLA Anderson School of Management.
- Weingroff , Richard F. “Original Intent: Purpose of the Interstate System 1954-1956.” Highway History: Federal Highway Administration https://www.fhwa.dot.gov/infrastructure/originalintent.cfm
- http://www.civilengineeringterms.com/transportation-engineering/road-highway-motorway/
- https://www.history.com/news/history-lists/8-ways-roads-helped-rome-rule-the-ancient-world
- https://www.history.com/topics/interstate-highway-system/videos
- http://www.romeacrosseurope.com/?p=5417#sthash.pcsleOco.soDu2Jcs.dpbs
- http://www.crystalinks.com/romeroads.html
- http://www.dw.com/en/the-myth-of-hitlers-role-in-building-the-autobahn/a-16144981
Fyi, kalo jalan bebas hambatan memang sangat penting dalam suatu pembangunan negara, contoh yg paling dekat adalah vietnam. Tau gak lo kalo vietnam sudah membangun jalan keseluruh pelosok negerinya, jalannya bukan sembarangan jalan, semua jalannya memiliki ruas yg lebar² mirip jalan tol, bahkan sampai ke pedesaan yg masih tertinggal jalanan lebar itu dibangun, hasilnya? Sekarang vietnam jadi tujuan investasi ranking 5 di dunia dan lo tau sendiri, kalo banyak investasi yg masuk ke suatu negara, ekonominya lancar dan pengangguran berkurang dsb.
Tulisan yang bagus dan sangat mengedukasi..
btw, itu ada typo Eisenhour di awal artikel..
Terima kasih atas apresiasi dan koreksinya. Penulisan nama Eisenhower sudah diperbaiki.
Keren banget
Gw setuju nih. Thanks artikelnya keren.
Manfaat jalan tol emg baru bener2 keliatan dan dirasain dalam jangka panjang. Tapi rasa2nya banyak org ga sabaran yg langsung ngeklaim proyek jalan tol hanya dinikmati org2 elite wwkwkwk. Jujur aja emg kurang bagus untuk jangka pendek.
Menurut gw proyek jalan tol untuk daerah pelosok di indonesia penting bgt. Disatu sisi daerah itu punya potensi SDA yg besar contohnya papua. Jalan tol ini bisa buat menggerakan ekonomo di derah sekitar tsb. Untuk mulainya pemerintah harus ngutang dulu yg gede.
Dan balik lagi soal masalah utang yg terus di kritik dan dinilai kebijakan yg ga bagus.
Gw jadi bingung juga sama.pikiran gw sendiri wkwwkwk
Mohon perbaiki bagian etimologi “tol”. “Tol” itu diterjemahkan langsung dari “toll”. Kepanjangan “tax on location” itu mengada-ada saja; salah kaprah yang diulang-ulang dari dulu di berbagai situs/media Indonesia.
Halo farrasoctara. Untuk terminologi “tol” itu sudah diverifikasi sepadan maknanya dengan yang populer di media-media Indonesia.
Awalnya kita bisa mulai dari akar kata terbawah dari kata ‘tol’ itu sendiri, yaitu bahasa Yunani.
Dalam bahasa Yunani ada terminologi “telos” (τέλος) yang artinya ‘pajak’, ‘biaya’, dan semacamnya.
Kemudian ada kata yang berkembang dari terminologi tadi menjadi “telones” (τελονεσ) yang artinya ‘pemungut pajak’.
Kemudian terus berkembang menjadi “teloneion” (τελώνιον) atau ‘kantor pajak/bea-cukai.’
Perkembangannya lanjut bahasa Latin yaitu dengan kata “telōneum,” yaitu dengan makna yang sama dengan bahasa Yunani tadi.
Kata dasarnya tetap, yaitu “tel-” dan kata ini terus berkembang. Sempat berubah dalam bahasa Jerman. Contohnya yaitu “Zoll”, yang artinya masih sama: ‘pajak/bea-cukai’.
Kata “Zoll” itu terus berpadu dengan kebiasaan di Inggris yang terpengaruh bahasa Latin. Terjadilah asimilasi fonem, huruf “Z-” yang ala Jermanik terganti dengan “t” yang lebih Latin; sehingga menjadi “Toll.”
Dari perubahan itu, intinya masih tetap sama: pajak, bea-cukai, ongkos, biaya. Nah, kata “toll” itupun juga terasimilasikan total di bahasa Indonesia.
Penghematan huruf membuat kita menyebutnya jadi “tol” saja. Apapun perubahannya, kata dasarnya masih satu (tol-/tel-) dan maknanya selalu sama: pajak, bea-cukai, ongkos, penarik pajak, dsb.
Nah, ada contoh lain lagi nih misalnya dalam bahasa Denmak, padanan kata “toll” adalah “told”. Dalam bahasa Swedia, padanan kata “toll” adalah “tuld.”
Dalam bahasa Prancis; padanan yang tercipta memang beda, yaitu “péage.” Untuk istilah bahasa Prancis ini lebih asik, karena mereka spesifik nyebutin bahwa toll = péage = hak untuk menarik uang dari orang/hewan/barang yang lewat di jalan/jembatan/pelabuhan.
Maka dari itu, kepanjangan dari “tax on location” itu gagasannya tetap sama: penarikan pajak, bea-cukai, biaya, ongkos.
Semoga membantu. Kalo ada koreksi terkait istilah linguistik, boleh banget masukannya 🙂 Ngomong-ngomong, saya penasaran kalo kata “tax on location” itu tadi kan disebut sama farrasoctara sebagai ‘salah kaprah’, nah bisa dijelaskan? 😀
Untuk verifikasi atau info lebih lanjutnya; bisa banget nih cek disini:
https://fr.wiktionary.org/wiki/p%C3%A9age
https://www.linguee.fr/anglais-francais/traduction/tolls.html
http://www.cnrtl.fr/definition/dmf/toll atau http://www.cnrtl.fr/etymologie/peage
Halo farrasoctara. Terima kasih untuk masukannya ya. Meskipun “tax on location” masih sepadan sama arti dari “toll: yang intinya mau bilang bahwa “ada penarikan sejumlah uang di tempat/langsung atas barang/jasa tertentu,” kita sepakat untuk memeriksa kembali apakah “tax on location” ini benar-benar singkatan dari bahasa Inggris atau hanya kata kepanjangan kata yang dipopulerkan di media massa Indonesia.
Saya seorang mahasiswa di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota di salah satu universitas di Kota Malang. Mungkin saya akan menambahkan sedikit poin-poin kenapa jalan tol maupun jaringan jalan itu diperlukan baik dari sisi ekonomi, politik, hingga militer.
1. Pola permukiman kota salah satunya dipengaruhi oleh pola jaringan jalan. Apa hubungannya? Jadi seperti yang dijelaskan dalam artikel di atas, bahwa keberadaan jalan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ketika muncul lokasi-lokasi strategis untuk pertumbuhan ekonomi, hal tersebut menjadi sebuah ‘tarikan’ bagi masyarakat yang menurut teori lokasi, lebih memilih tempat tinggal yang dekat serta mudah dalam akses menuju kegiatan ekonomi utama mereka. Alhasil? Muncul permukiman-permukiman yang nantinya menjadi perkampungan di sepanjang jalan. Bentuk pola perkampungan yang demikian dinamakan pola linear. Dan untuk tambahan, pola munculnya permukiman seperti ini juga berlaku di sepanjang rel kereta, sungai, tepi laut, dan sebagainya yang bisa dijadikan sebagai prasarana transportasi, tidak sebatas jalan tol saja.
2. Jalan tol menjadi ‘muka’ negara kita dihadapan negara tetangga yang berbatasan di darat. Penjelasannya mungkin tidak terlalu panjang. Cukup dibayangkan saja perbedaan ketika daerah perbatasan kita di Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia dibangun jalan arteri sekunder untuk menghubungkan ke pusat kota besar di Kalimantan, dengan kondisi eksisting jaringan jalan yang ada sekarang. Pandangan tetangga terhadap kita jelas akan berbeda. Ini juga salah satu fungsi politis pembangunan jaringan jalan.
3. Sebagai salah satu strategi defensif ketika terjadi perang.
Selama masa Dwikora, Ir. Soekarno memusatkan pembangunan di Kalimantan, salah satunya pembangunan jalan. Wilayah Jawa dan Bali dijadikan lumbung pangan. Kota-kota baru dibangun, utamanya Palangkaraya dan Sampit. Hingga kini Palangkaraya memiliki tata ruang paling bagus di Indonesia. Jalanan di Palangkaraya dibuat lurus sedemikian rupa dengan pelebaran sempadan jalan pula, dan semua mengarah ke bundaran. Sempadan yang ada memungkinkan pelebaran jalanan hingga 14 jalur untuk pendaratan pesawat MiG-17 Fresco dan MiG-21 Fishbed yang diborong dari Soviet ketika terjadi kontak dengan pasukan persemakmuran Inggris di Malaysia. Sayangnya ketika Gestapu dimana Ir. Soekarno ‘kalah’ dari Soeharto, semua kekuatan ekonomi maupun demografi ditarik dan dijejalkan dalam satu pulau: Jawa. Padahal goals Ir. Soekarno sendiri, melalui pembangunan dan penataan ruang yang telah dilakukan, pada 1975 Indonesia akan menjadi Top Five negara adidaya dunia bersama Amerika, Soviet, Cina, serta Jepang.
Intinya, proyek pembangunan jaringan jalan, dalam hal ini khususnya pembangunan jalan tol, merupakan proyek strategis dengan manfaat tidak sebatas “dirasakan bagi pengguna mobil”, melainkan membawa ikhwal ketahanan dan kedaulatan negara.
Apabila ada kesalahan atau perbedaan pendapat monggo dibahas bersama. 🙂
Kang, masalahnya orang Indonesia mah banyakan gak sabaran.. dikit2 nyalahin pemerintah , bilang pemerintah cuma pro elit politik dan ekonomi. Padahal mah kalau ada jalan tol terintegrasi bisa ngebuat harga2 turun dan juga mengirangi pengangguran karena banyak yang bisa kerja.
Ada beberapa yang masih relevanlah. Lebih ke ekonominya ya kalo sekarang. Militer juga jarang politik yaa ada lah. Tapi ya bener sih emang yang bisa nikmatin cuma rakyat bermobil dan kaya, secara langsung. Tapi ya dengan tidak langsunh kita yg gak kaya ga punya mobil juga bisa nikmatin melalui logistic yg cepat terpenuhi. Tapi pr nya sih indonesia gak cuman jawa. Kepulauan yang harusnya di bagun pelabuhan” yang banyak sehingga logistik ga nunggu” sampe dua mingguan. Kasian lah.. banyakin bikin kapal juga. Mungkin bisa jadi kaya VW kasusnya indonesia bisa punya pabrik kapal yg gede dan memperkerjakan pengangguran. Manfaat ekonomi wkwk…
41000 mil = 65983,104 kilometer ..
suka banget sama artikelnya, keren. Mau saran dong kak lain kali bahas perbedaan peradaban romawi sama yunani, khususnya di bidang budaya. Masih suka bingung bedainnya apalagi kalo udah menyangkut nama2 tokohnya hehe. Btw makasih kak udah mau berbagi ilmunya.
kalo di jaman sekarang sih menurut gua fungsi tol itu masih banyak. terutama bidang ekonomi.
jadi diliat dari segi ekonomi, dengan adanya jalan tol bisa mengurangi harga yang tinggi (baca:inflasi).
ada beberapa faktor penyebab inflasi: demand push inflation dan cost push inflation (sori lupa push atau pull).
singkatnya, dengan pembangunan jalan tol mengurangi dampak cost push inflation atau inflasi yang disebabkan dorongan biaya yang tinggi. loh kok bisa? tentu, karena dalam pendistribusian barang ke suatu daerah yang tidak ada penghubung seperti jalanan akan menyebabkan harga naik yang dibebankan padai biaya distribusi. dengan adanya jalan, distribusi bisa dikirim dengan mudah dan biaya yang relatif murah. bayangkan kalo kirim barang ga ada jalan, berapa uang yang harus dibayarkan? bagaimana cara mengirim atau menerima bantuan seperti bahan pangan ke daerah terpencil? apakah hal hal seperti jalan tol selalu dinikmati orang bermobil?
maaf ada salah kata “….distribusi bisa dikirim..” distribusi diganti kata barang ya
Tau Teknologi Pangan Berbasis Halal? Jurusan Paling Dicari? Ayo Mampir Kesini https://wp.me/pa6NeQ-a