Gerakan Non-Blok atau bisa disingkat dengan GNB merupakan gerakan yang diiniasi oleh negara-negara yang tidak ingin ikut serta atau tercampur dengan propaganda Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur
Halo, Hi, Sobat Zenius! Lo pernah denger, nggak, sebuah gerakan yang dibentuk untuk tidak ikut-ikutan dengan kelompok atau kubu tertentu?
“Ah, gampang itu, sih, biasanya disebut anti mainstream!”
Eits, ya, lo nggak salah, sih. Biasanya, orang-orang maunya disebut anti mainstream supaya terlihat beda dan nggak ikut-ikut orang lain. Tapi, gerakan yang gue maksud di sini bukan itu, Sobat Zenius! Yap, seperti pada judul, kali ini bersama gue, Adieb, kita akan membahas mengenai gerakan non-blok atau bisa disingkat sebagai GNB.
“Oh, GNB. Gue lagi belajar hal itu, nih, tapi masih bingung”
Nah, buat lo yang udah masuk ke kelas 12 dan belajar sejarah peminatan, materi GNB wajib banget bin kudu lo pelajari.
“Ah, gue paling nggak suka, deh, kalau belajar sejarah. Terlalu membosankan”
Yee nggak boleh gitu dong, Malih. Sejarah itu nggak membosankan, kok. Justru bakal membuat lo makin terbuka wawasannya.
Kalau lo nggak terlalu suka belajar sejarah, coba, deh, lo lihat dulu video dari Zenius di bawah ini. Ada tips-tips menarik yang bisa lo terapkan supaya dapat mengatasi ketidaksukaan terhadap pelajaran tertentu.
Sudah, selesai nontonnya? Yuk, kita beralih ke pembahasan GNB!
Latar Belakang Gerakan Non-Blok (GNB)
Sobat Zenius sudah tahu, kan, cerita mengenai perang dingin? Yap, setelah terjadinya Perang Dunia 2 dari tahun 1939-1945 antara Blok Barat dan Blok Timur, Perang Dingin pun berlangsung dari kedua Blok tersebut. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat sebagai negara liberal kapitalis bersama Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet sebagai negara komunis bersama Pakta Warsawa
Lo mungkin pernah mendengar kalau selama Perang Dingin juga terjadi kericuhan di Jerman yang menyebabkan berdirinya Tembok Berlin, salah satu ikon dalam Perang Dingin.
Nah, secara garis besar, Perang Dingin ini lebih kepada persaingan dalam hal politik, ekonomi, dan propaganda, utamanya antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Tidak ada aksi militer dari kedua pihak tersebut.
Akan tetapi, dampak yang diberikan dari Perang Dingin sangat besar hingga merambat ke negara-negara lain. Sebut saja salah satunya terjadi peperangan antara Korea Selatan dan Korea Utara. Dalam peperangan tersebut, Amerika Serikat mendukung Korea Selatan sebagai negara kapitalis, sedangkan Uni Soviet mendukung Korea Utara sebagai negara sosialis.
Melihat efek Perang Dingin yang cukup membahayakan bagi negara-negara lemah atau negara yang baru saja merdeka, banyak negara yang berpendapat kalau adanya Perang Dingin hanya akal-akalan dari Amerika Serikat dan Uni Soviet aja, guys. Akhirnya, beberapa negara sepakat untuk tidak ikut ke blok apapun dan tidak mau terseret dengan konflik Perang Dingin.
Baca Juga: Latar Belakang Keterlibatan Jepang pada Perang Dunia II
Cikal Bakal Gerakan Non-Blok
Cikal bakal atau terbentuknya GNB merupakan serangkaian konferensi yang diadakan dari negara satu ke negara yang lain. Jadi, pembentukan gerakan ini tidak asal-asalan Sobat Zenius!
Nah, terbentuknya Gerakan Non-Blok (GNB) ini ternyata melalui tiga konferensi sekaligus, lho. Wah, banyak juga, ya!
1. Konferensi Kolombo di Sri Lanka
Berangkat dari keresahan mengenai dampak yang diberikan Perang Dingin terhadap negara-negara lain, akhirnya Perdana Menteri Sri Lanka pada waktu itu, Sir John Kotelawala, mengadakan Konferensi Kolombo pada 28 April 1954-2 Mei 1954. Tujuan dari diadakannya konferensi ini adalah untuk membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama.
Sir John Kotelawala mengundang empat negara, yaitu Pakistan, India, Myanmar, dan Indonesia untuk ikut serta dalam konferensi tersebut. Undangan tersebut diterima dengan baik oleh keempat negara itu.
Masing-masing negara dihadiri oleh satu perwakilannya. Sri Lanka diwakili oleh Sir John Kotelawala, Myanmar diwakili oleh U Nu, India diwakili oleh Jawaharlal Nehru, Pakistan diwakili oleh Mohamed Ali, dan Indonesia diwakili oleh Ali Sastroamidjojo. Buat lo yang belum tahu Ali Sastroamidjojo, beliau adalah Perdana Menteri Indonesia yang kedelapan.
Nah, dari kelima perwakilan negara yang hadir dalam Konferensi Kolombo mengajukan permasalahannya masing-masing:
- Sri Lanka menekankan mengenai bahaya komunisme dan meminta kerjasama bersama mengenai hal itu
- Pakistan menekankan masalah Kashmir yang menjadi masalah dengan India
- India menekankan hubungan harmonis dengan Tiongkok
- Myanmar menekankan masalah ekonomi
- Indonesia meminta Konferensi Asia-Afrika
Melalui Konferensi Kolombo, kelima negara tersebut mendapatkan keputusan dan menyatakan sikap mereka, di antaranya:
- Menolak senjata nuklir dan alat pemusnah massal lainnya
- Menentang segala bentuk kolonialisme. Sebab, lima negara di atas adalah negara yang baru saja merdeka
- Mendukung pemerintahan yang bersifat demokrasi
- Menentang campur tangan dari kedua blok, baik Blok Barat maupun Timur
- Mendukung perdamaian dunia
“Loh, masa Indonesia cuman meminta diadakan Konferensi Asia-Afrika? Emang pak Ali nggak merumuskan masalah apapun?”
Yap, pada dasarnya, Ali Sastroamidjojo yang menjadi perwakilan dari Indonesia membawa bahan-bahan dari hasil rapat dinas Kepala-Kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara Asia dan Afrika yang dipimpin langsung oleh Menteri Luar Negeri, Sunario.
Rapat dinas tersebut diadakan di Bogor pada tanggal 9-22 Maret 1954 yang berarti sebelum Konferensi Kolombo.
Oleh karena itu, Ali Sastroamidjojo meminta keempat negara untuk kembali melakukan konferensi lanjutan dalam rangka membahas lebih luas mengenai permasalahan ini. Usulan dari Ali pun akhirnya disetujui oleh keempat negara tersebut.
2. Konferensi Panca Negara di Bogor
Selepas dari Sri Lanka, konferensi lanjutan dari Kolombo akhirnya berlangsung di Bogor, Indonesia. Kenapa namanya Konferensi Panca Negara? Sebab, konferensi ini masih dihadiri oleh lima negara yang sebelumnya mengikuti Konferensi Kolombo. Konferensi Panca Negara ini berlangsung di Bogor pada tanggal 28-29 Desember 1954.
Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, Ali Sastroamidjojo, bertugas langsung untuk memimpin Konferensi Panca Negara. Sejatinya, konferensi ini diadakan untuk mematangkan konsep dari Konferensi Asia Afrika nantinya.
Nah, melalui konferensi ini, ada beberapa kesepakatan yang perlu lo ketahui:
- Konferensi Asia Afrika (KAA) diadakan atas penyelenggaran dari kelima negara (Sri Lanka, Pakistan, Myanmar, India, Indonesia)
- Kelima negara peserta konferensi tersebut menjadi negara sponsornya
- Undangan kepada negara-negara peserta disampaikan oleh pemerintah Indonesia atas nama lima negara
- Waktu konferensi lanjutan ditetapkan pada minggu terakhir bulan April 1955
- Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25 negara
3. Konferensi Asia-Afrika
Sobat Zenius yang berada di Bandung mungkin seringkali mendengar nama konferensi ini. Yap, Asia Afrika sendiri menjadi nama jalan yang berada di ibu kota Jawa Barat tersebut. Pasalnya, salah satu gedung bersejarah yang berada di jalan tersebut adalah Gedung Merdeka yang merupakan sebuah tempat di mana Konferensi Asia-Afrika atau KAA berlangsung.
Seperti kesepakatan pada Konferensi Panca Negara sebelumnya, KAA ini diadakan pada minggu akhir di bulan April, tepatnya pada tanggal 18-25 April 1955. Pada hasil konferensi sebelumnya, peserta yang diundang berjumlah 25 negara. Akan tetapi, saat KAA berlangsung justru peserta tambah menjadi 29 negara.
“Wih, banyak banget negaranya. Negara apa aja, sih?
Berikut daftar-daftar negara anggota GNB yang ikut Konferensi Asia-Afrika di Bandung:
- Afghanistan
- Indonesia
- Sri Lanka
- India
- Myanmar
- Pakistan
- Filipina
- Kamboja
- Irak
- Iran
- Arab Saudi
- Jepang
- Sudan
- Republik Rakyat Tiongkok
- Yordania
- Suriah
- Laos
- Thailand
- Mesir
- Libanon
- Turki
- Ethiopia
- Liberia
- Vietnam Utara
- Vietnam Selatan
- Pantai Emas
- Libya
- Nepal
- Yaman
Nah, melalui KAA, terciptalah sebuah hasil konferensi yang bernama Dasasila Bandung. Dasasila Bandung sendiri merupakan suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.
Dasasila Bandung ini terdiri dari 10 poin yang sudah berlandaskan pada Piagam PBB dan Piagam Nehru.
“Terus setelah adanya KAA, GNB udah langsung terbentuk?”
Belum, setelah KAA masih ada konferensi lanjutan lagi sekaligus menjadi peresmian terbentuknya Gerakan Non-Blok.
Baca Juga: Perang Dunia 1: Dua Kapal yang mengubah Sejarah Dunia
Lahirnya Gerakan Non-Blok (GNB)
Enam tahun berselang, GNB baru bisa terbentuk dan terealisasikan setelah menempuh tiga konferensi panjang, yaitu Konferensi Kolombo, Konferensi Panca Negara, dan Konferensi Asia-Afrika.
Mengapa GNB tidak segera dibentuk? Sebab, di belahan dunia yang berbeda, ada salah satu negara di luar Asia-Afrika yang baru saja merdeka, yaitu Yugoslavia. Nah, mengetahui hal tersebut, para kepala negara Asia-Afrika mengajak Yugoslavia untuk ikut bergabung dalam rencana gerakannya.
Alhasil, tepat pada tanggal 1-6 September diadakan lagi Konferensi yang bernama Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT yang berlangsung di Beograd, Yugoslavia. Dalam konferensi tersebut dihadiri oleh 25 negara serta lima tokoh penting yang menjadi pencetus terbentuknya GNB.
Lima pendiri GNB tersebut di antaranya:
- Gamal Abdel Nasser (Presiden Mesir)
- Kwame Nkrumah (Presiden Ghana)
- Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India)
- Josip Broz Tito (Presiden Yugoslavia sekaligus Pemimpin Pertama GNB)
- Ir. Soekarno (Presiden Indonesia)
Tujuan GNB
Akhirnya, nih, setelah sekian konferensi yang diselenggarakan, GNB pun resmi terbentuk, ya, Sobat Zenius!
Lo pasti juga penasaran, kan, sebenarnya apa, sih, tujuan didirikannya gerakan yang satu ini?
Nah, sejatinya, tujuan didirikannya GNB ini terdiri menjadi dua bagian, yaitu tujuan ke dalam (internal) dan tujuan ke luar (eksternal)
Tujuan internal dari dibangunnya GNB adalah mengusahakan kemajuan ekonomi, sosial, dan politik dari negara-negara anggota GNB. Kemudian, tujuan eksternal dari GNB adalah meredakan ketegangan Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur.
Baca Juga: Konsep Perang Dingin atau Cold War – Materi Sejarah Kelas 12
Prinsip-Prinsip GNB
Sebagai sebuah gerakan, GNB juga mempunyai prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh para anggotanya
- Saling menghormati integritas teritorial atau batas wilayah dan kedaulatan antar negara anggota
- Perjanjian non-agresi. Non-agresi yang dimaksud adalah tidak secara tiba-tiba negara menyerang negara anggota ataupun di luar anggota tanpa adanya deklarasi
- Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain, kecuali kalau diminta oleh negara yang bersangkutan
- Menjaga perdamaian antara anggota ataupun dunia
Demikian penjelasan singkat mengenai materi Gerakan Non-Blok atau GNB. Jadi, sebenarnya GNB itu apa, sih? GNB adalah organisasi internasional yang didedikasikan untuk mewakili kepentingan dan aspirasi negara berkembang.
Dalam artian lain, GNB juga merupakan “jalan ketiga” bagi pihak yang tidak ingin berpihak, baik kepada Blok Barat atau Blok Timur selama Perang Dingin berlangsung. Organisasi ini semata-mata untuk menjaga perdamaian yang ada di dunia.
Kalau lo tertarik belajar GNB lewat video pembelajaran yang disediakan oleh Zenius, lo bisa langsung klik di sini, ya! Di situ juga sudah terangkum lengkap tentang latihan soal yang bisa lo kerjakan, kok!
Bagaimana? Sudah mulai paham mengenai materi sejarah kelas 12 yang satu ini? Kalau ada pertanyaan, jangan ragu tinggalin di kolom komentar, ya! Secepat mungkin akan gue balas satu per satu! Thank you!
Referensi
terus apagunanya Nonblok dijaman sekarang kalo Afghanistan, Irak, Suriah masih terus di grayangin oleh negeri barat aka NATO ?