Sebenarnya, apa sih Earth Hour itu? Emang ngefek ya kalau kita matiin lampu meskipun cuma 1 jam? Yuk, cari tahu!
Gue pertama kali tahu tentang Earth Hour ketika gue kuliah. Di kota perantauan gue, Solo, ada komunitas Earth Hour yang sering turun ke jalan. Mereka mengkampanyekan isu tentang perubahan iklim.
Kemudian, di suatu malam, gue lagi di kosan sama teman-teman. Ada teman gue yang bilang, “Eh, hari ini earth hour nih. Matiin lampu dulu yuk, sejam aja.” Satu lantai kosan langsung matiin lampu, dari setengah 9 sampai setengah 10 malam.
Gue waktu itu mikir, “Kenapa harus matiin lampu dan cuma sejam, emangnya ngefek?” Sekarang, gue akan ngasih tahu jawabannya. Barangkali, elo juga belum tahu dan pengen tahu kan..
Here we go.
Daftar Isi
Apa Itu Earth Hour?
Earth Hour adalah sebuah gerakan global yang diprakarsai oleh World Wide Fund for Nature (WWF), organisasi internasional yang berfokus di bidang lingkungan (yang logonya panda itu). Gerakan ini menyatukan orang di seluruh dunia buat matiin listrik selama sejam (20.30-21.30) sebagai wujud kepedulian terhadap permasalahan lingkungan sekaligus melindungi Bumi tercinta.
Kayak ayang yang pengen ditelepon meskipun cuma sejam, Bumi juga butuh dikasih perhatian meskipun sejam aja.
“Kenapa bentuk perhatiannya harus matiin lampu? Kan banyak cara lain buat melindungi Bumi?”
Dalam jurnal berjudul Perkembangan Gerakan Earth Hour sebagai Bentuk Pencegahan Perubahan Iklim Dunia Tahun 2007-2015 (2016), sebagian besar energi listrik yang dipakai manusia berasal dari pembakaran sumber daya alam tak terbarukan, kayak minyak bumi dan batubara. Karena tak terbarukan, penggunaan yang makin banyak bikin stoknya makin menipis dan mempercepat pemanasan global (fenomena meningkatnya temperatur Bumi). Kalau pemanasan global terjadi, kelar deh nih Bumi. Elo bisa baca dampaknya di sini.
So, cara yang bisa dilakukan buat mengurangi pemanasan global adalah dengan efisiensi energi. Pemadaman Earth Hour jadi contoh efisiensi energi yang paling sederhana yang bisa dilakukan setiap orang.
Dengan adanya gerakan Earth Hour, kesadaran masyarakat dunia tentang perubahan iklim diharapkan meningkat, dan masyarakat bisa ikut take action buat mengatasinya.
“Emang ada apa sama Bumi sekarang? Kalau ada perubahan iklim, terus kenapa?”
Gue lanjutin di next part ya..
Baca juga: Manfaat Sinar Matahari Bagi Kehidupan di Bumi
Sejarah Earth Hour
Earth Hour bermula dari kegalauan Andy Ridley, direktur komunikasi WWF Australia saat itu. Pada tahun 2004, Ridley frustrasi melihat data perubahan iklim yang bisa bikin kacau Bumi.
“Dari tadi nyebut perubahan iklim mulu. Emang apa sih itu?”
So, perubahan iklim merupakan kondisi ketika fenomena dan pola iklim berubah dalam jangka panjang, baik secara lokal, regional, maupun global. Penyebab perubahan iklim adalah pemanasan global. Elo bisa baca selengkapnya di sini tentang perubahan iklim ya.
Nah, ini nih data yang bikin Ridley galau..
Seram nggak sih kalau ngebayangin Bumi ini bakal kehilangan flora dan faunanya? Nasib kita sebagai manusia bakal terancam juga!
Sebagai sosok yang cinta lingkungan, Ridley nyari cara buat nge-viral-in isu perubahan iklim ke dunia. Dia ingin ngelakuin sesuatu yang positif, tetapi sederhana dan bisa dilakukan masyarakat dunia buat mengatasi perubahan iklim.
Ridley pun ngajak temannya, Leo Burnett, pendiri Leo Burnett Worldwide (agen periklanan internasional) yang udah partner-an sama WWF sejak 2002. Ridley ngide buat bikin kampanye Earth Hour, matikan lampu selama sejam dan menjelaskan alasannya.
Burnett setuju sama ide itu. Dia pun ngobrolin ide Ridley ke pemimpin redaksi Fairfax Media (perusahaan media di Australia dan Selandia Baru), Phil McLean. McLean mendukung ide tersebut dan mempresentasikannya kepada dewan Fairfax.
Finally, Fairfax setuju buat mendukung kampanye Earth Hour. Media milik Fairfax, The Sydney Morning Herald dan Sun-Herald langsung ngenalin gerakan Earth Hour selama berbulan-bulan.
Sembari itu, Ridley bikin tim yang nyebarin konsep Earth Hour ke seluruh dunia. Tim berasal dari WWF dan beberapa organisasi lingkungan. Burnett lah yang nentuin waktu pemadaman listrik, yaitu setengah 9 sampai setengah 10 malam waktu setempat.
Acara Earth Hour akhirnya diselenggarakan untuk pertama kalinya di Sydney, pada 31 Maret 2007.
“Kenapa harus Maret?”
Soalnya, weekend kedua sampai terakhir di bulan Maret adalah waktu musim semi dan musim gugur di belahan Bumi utara dan selatan. Fenomena alam ini memungkinkan matahari terbenam hampir bersamaan di kedua belahan Bumi tersebut. Mematikan lampu pada waktu itu bisa ngasih dampak visual terbesar bagi Bumi. Jadinya, Earth Hour diperingati setiap Sabtu terakhir di bulan Maret.
Balik lagi ke perayaan pertama. Waktu itu, pemadaman Earth Hour pertama dilakukan di baliho Coca-Cola Kings Cross, Sydney. Itu jadi pemadaman pertama buat baliho tersebut sejak tahun 1973, lho!
Kelompok masyarakat juga ikut beraksi di sekitar kota. Ada yang yoga pakai cahaya lilin, sampai nikah dengan konsep serba lilin. Tahun pertama Earth Hour bikin 2,2 juta orang alias 56 persen populasi Sydney berpartisipasi!
The rest is history. Ridley nggak nyangka sekaligus seneng banget karena Earth Hour bisa secepat itu meluas ke seluruh dunia. Baru tahun kedua, 50-100 juta orang di seluruh dunia ikut gerakan tersebut. Mereka memadamkan lampu selama sejam, dan jadi pemadaman listrik sukarela terbesar dalam sejarah. Lebih dari 370 kota di lebih dari 35 negara di tujuh benua, ambil bagian pada tahun kedua.
Sejak saat itu, menurut Earth Hour 2021 Highlights Reports, 192 negara berpartisipasi sampai tahun 2021. Dari Januari-Maret 2021, topik Earth Hour diobrolin 9,6 juta orang di media sosial dan trending di Twitter 42 negara.
Landmark di berbagai negara kayak Menara Eiffel, Gedung Opera Sydney, jembatan Golden Gate AS, sampai Koloseum Roma juga ikut gerakan ini.
Berbagai organisasi, lembaga, dan perusahaan internasional juga mendukung dan mempromosikan gerakan ini, kayak UNESCO, Program Lingkungan PBB, IKEA, sampai FIFA.
“Tindakan kita hari ini, sebagai individu dan komunitas global, memiliki kekuatan untuk mengubah seperti apa dunia untuk generasi mendatang – saatnya bertindak melawan perubahan iklim sekarang.”
Siddarth Das, Kepala Eksekutif Earth Hour Global
Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Bumi Berhenti Berotasi?
Dampak Earth Hour
“Oke, gue bisa matikan lampu, tapi emangnya ngefek kalau cuma sejam?”
Elo kira, elo doang satu-satunya manusia yang matiin lampu waktu Earth Hour? Jutaan orang juga ikut matiin lampu walau cuma sejam. Ibarat quote dari Vincent van Gogh, “Great things are done by a series of small things brought together.” Satu tindakan kecil kalau dilakuin sama jutaan manusia, bakal ngasih impact yang besar.
Menurut jurnal The electricity impacts of Earth Hour: An international comparative analysis of energy-saving behavior (2014), ada perubahan dalam penggunaan listrik semenjak Earth Hour dijalankan selama enam tahun. Penggunaan listrik jadi berkurang 4 persen di 10 negara.
Selain itu, berdasarkan survei online Zogby International tahun 2008, kepedulian orang-orang terhadap masalah lingkungan juga meningkat 4 persen setelah adanya Earth Hour.
“Itu kan efeknya buat penggunaan listrik. Terus, dampaknya buat lingkungan apa?”
Nih, gue kasih tahu di infografis di bawah ini.
Sekarang, elo sudah paham kan tentang Earth Hour? Sebelum kehidupan di Bumi benar-benar punah karena perubahan iklim, nggak ada salahnya kalau elo ikut ambil bagian. Harapan Earth Hour Global sih kita semua nggak hanya matikan lampu selama sejam doang dan setahun sekali, tetapi seterusnya dan menggunakan listrik seperlunya.
So, udah siap matikan lampu waktu Hari Earth Hour? Gue tunggu cerita elo di kolom komentar ya!
Baca Juga Artikel Lainnya
5 Jenis Klasifikasi Tipe Iklim – Materi Geografi Kelas 10
Materi IPA Kelas 7: Perubahan Iklim dan Dampaknya Bagi Ekosistem
Mengenal Gempa Megathrust, Gempa Bumi Terkuat di Dunia
Reference
Leave a Comment