Runtuhnya Uni Soviet berdampak pada ekonomi hingga politik dunia. Apa saja dampak runtuhnya Uni Soviet bagi dunia, termasuk Indonesia? Yuk, kepoin!
Nggak tahu kenapa, orang-orang sekitar gue itu sering menyebut aksi ngambek pasangan sebagai “perang dingin”. Kayaknya, mereka pakai istilah itu karena mengacu kepada konsep Perang Dingin di kehidupan nyata; ada konflik, tetapi nggak saling speak up satu sama lain. Kalau keduanya mau speak up dan terjadi percekcokan, barulah dianggap terjadi “perang dunia”.
Zaman sekarang, ada-ada aja ya istilah dalam sebuah hubungan. Padahal, di dunia nyata, realita Perang Dingin nggak sesimpel itu (ya iyalah, namanya juga perang beneran). Perang Dingin antara kubu Amerika Serikat dan Kubu Uni Soviet nggak pakai tembak-tembakan atau bom-boman, tetapi perangnya main ideologi.
Saking dinginnya perang ideologi ini, Uni Soviet kena dampaknya. Uni Soviet resmi bubar sebagai negara pada 25 Desember 1991. Elo bisa baca selengkapnya di sini, buat ngepoin penyebab runtuhnya Uni Soviet.
Runtuhnya Uni Soviet berdampak banget buat dunia. Buat elo yang mau UTBK, terutama yang mau masuk jurusan Soshum (Sosial dan Humaniora), elo perlu tahu dampak runtuhnya Uni Soviet. Barangkali keluar di soal UTBK, ya kan.
Kira-kira, apa ya yang berubah di dunia, setelah keruntuhan Uni Soviet? Cekidot.
Dampak Runtuhnya Uni Soviet Bagi Negara-Negara Eropa Timur
Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara super power saat itu juga menghasilkan dampak yang super pula di berbagai bidang, kayak ekonomi, sosial, sampai politik. Dampak runtuhnya Uni Soviet terasa di seluruh dunia, termasuk di negara-negara Eropa Timur.
Terus, apa saja dampak runtuhnya Uni Soviet bagi negara-negara Eropa Timur? Gue jelasin satu per satu ya.
Lahirnya 15 Negara Baru yang Merdeka
Sebelum Uni Soviet mengalami gonjang-ganjing, negara federasi itu terdiri dari 15 republik. Nih, gue kasih tahu negara mana aja yang jadi bagian Uni Soviet.
Selama proses runtuhnya Uni Soviet, beberapa negara pecahan Uni Soviet mulai misahin diri dan menyatakan kemerdekaan. Tiga negara pertama yang menyatakan merdeka dan berdaulat adalah Latvia, Estonia, dan Lituania.
Kemerdekaan mereka pada tahun 1989 negasin kalau ketiga negara itu udah “putus” dari Uni Soviet, dan jadi happy single. Setelah Uni Soviet perlahan runtuh, 12 negara lainnya satu per satu menyusul buat merdeka.
Baca Juga: Mikhail Gorbachev: Pemimpin Terakhir Uni Soviet Sekaligus Bintang Iklan Pizza Hut
Berdirinya Commonwealth of Independent States (CIS)
Setelah negara-negara pecahan itu merdeka, beberapa pemimpin di antaranya punya ide buat menyatakan lepasnya mereka dari Uni Soviet. Pada 8 Desember 1991, Presiden Rusia Boris Yeltsin, Presiden Ketua Parlemen Belarusia Stanislau Shushkevich, dan Presiden Ukraina Leonid Kravchuk ketemuan di Viskuli, Belarusia. Dalam pertemuan itu, mereka mutusin buat menyepakati Perjanjian Belavezha.
Perjanjian Belavezha menyatakan kalau Uni Soviet udah nggak ada lagi dan bubar sebagai negara federasi. Ketiganya juga bikin organisasi baru bernama Commonwealth of Independent States (CIS).
Ada dua tujuan utama pembentukan CIS, yaitu menyatakan kalau Uni Soviet udah game over, dan jadi wadah kerja sama negara-negara bekas Uni Soviet di berbagai bidang, kayak ekonomi, hukum, sampai keamanan. So, CIS waktu itu open recruitment, cuy. Kalau ada negara eks Uni Soviet yang mau join, ya udah join aja.
Jadinya, pada 21 Desember 1991, ada delapan negara eks Uni Soviet lainnya yang join CIS. Mereka adalah Azerbaijan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Turkmenistan, Tajikistan, dan Uzbekistan.
Mereka ikut menandatangani kesepakatan Alma-Ata Protocol di hari itu, sebagai komitmen mereka gabung CIS.
Kenapa namanya Alma-Ata? Soalnya, pertemuan itu diselenggarakan di Alma-Ata, Kazakhstan. Alma-Ata Protocol juga menandakan peresmian CIS.
Berakhirnya Perang Dingin
Akibat runtuhnya Uni Soviet, Perang Dingin berakhir. Mundurnya Gorbachev sebagai presiden Uni Soviet pada 25 Desember 1991 jadi tanda kemenangan AS dalam Perang Dingin.
AS udah nggak punya saingan lagi sebagai negara adidaya, karena Uni Soviet selaku negara super power udah resmi bubar. AS pun jadi negara nomor satu di dunia saat itu.
Baca Juga: Konsep Perang Dingin atau Cold War – Materi Sejarah Kelas 12
Krisis Ekonomi
Setelah Uni Soviet runtuh, kondisi ekonomi di Eropa Timur makin nggak stabil. Bahkan, Produk Nasional Bruto di negara-negara Eropa Timur turun sebesar 20 persen.
Salah satu damage terparah terjadi di Polandia. Menurut data The World Bank, Polandia rugi 11,69 juta dolar AS dalam setahun. Kerugian itu nggak mengalami perubahan sampai tahun 1993.
Negara lain kayak Rumania, Hungaria, sampai Cekoslovakia juga bernasib sama kayak Polandia. Sedangkan, Armenia dan Tajikistan berjuang keras dalam menghadapi warganya yang dilanda kemiskinan.
Tahun-tahun pertama setelah runtuhnya Uni Soviet emang jadi momen nggak mengenakkan buat kondisi perekonomian negara Eropa Timur. Ekonomi Eropa Timur baru bangkit lagi sekitar tahun 1993.
Menguatnya Rusia dan Berkembangnya Praktik Korupsi
Sebenarnya Rusia bukan bagian dari Eropa Timur, tetapi gue sekalian aja cerita ya.
Jadi, waktu Gorbachev mengundurkan diri sebagai presiden Uni Soviet pada 25 Desember 1991, dia nyerahin senjata nuklir dan kekuasaanya kepada Presiden Rusia, Boris Yeltsin. Itu jadi penanda bubarnya Uni Soviet.
Melansir Kompas, serah terima itu bikin Rusia menguat. Apalagi, Moskow Rusia dulu emang jadi pusat pemerintahan Uni Soviet. Yeltsin pun mulai take action sebagai presiden negara yang merdeka, dari menghilangkan unsur Komunis di Rusia, mengalihkan aset pemerintah jadi milik swasta, dan membebaskan ekspor-impor secara global yang sebelumnya dibatasi oleh Uni Soviet.
Namun, sistem itu justru bikin biaya hidup meningkat, sampai akhirnya terjadi inflasi dan warga Rusia dilanda kemiskinan. Pada titik inilah, Rusia penuh dengan praktik korupsi.
Hancurnya Sistem Komunisme
Sebenarnya, runtuhnya ideologi komunisme di negara Eropa Timur terjadi step by step, sejak awal runtuhnya Uni Soviet. Contoh besar lunturnya komunisme di Eropa Timur adalah runtuhnya Tembok Berlin. Elo bisa baca di sini tentang apa yang terjadi waktu Tembok Berlin “runtuh”.
Setelah Uni Soviet bubar dan Perang Dingin dimenangkan Amerika Serikat, negara-negara Eropa Timur makin terpapar sama ideologi barat, alias kubu AS dan sekutunya. Warga Eropa Timur mulai menerapkan liberalisme dan kapitalisme, yang bikin sistem komunisme perlahan menghilang di sana.
Baca Juga: Paham Komunisme itu Gimana sih?
Dampak Runtuhnya Uni Soviet bagi Indonesia
Terus, apa dampak runtuhnya Uni Soviet bagi Indonesia? Sengefek apa sih, sama kehidupan Indonesia sekarang?
Berkembangnya Liberalisme dan Kapitalisme
Sebenarnya, kapitalisme di Indonesia udah ada sejak awal Orde Baru, sekitar tahun 1966. Kebijakan Orde Baru waktu itu emang cenderung mengarah ke barat, yang dikenal kapitalis dan liberalis.
Memasuki awal 1990-an, sistem liberalisme dan kapitalisme makin kelihatan di Indonesia, terutama dalam hal ekonomi. Menurut buku Krisis Ekonomi dan Masa Depan Reformasi (1998), pemerintah Indonesia jadi lebih mengandalkan pemodal asing dan sektor swasta buat menggerakkan ekonomi.
Bank-bank swasta juga bermunculan di Indonesia. Hingga akhirnya, utang negara ke perusahaan swasta luar negeri menumpuk dan Orde Baru tumbang.
“Setelah itu, berarti ekonomi Indonesia udah nggak liberalis dan kapitalis dong ya?”
Liberalisasi ekonomi di Indonesia masih berjalan sampai sekarang. Contoh sederhananya adalah privatisasi BUMN. Aset BUMN yang awalnya milik negara kemudian dijual ke swasta nasional maupun asing.
Terjun ke Perdagangan Bebas
Nah, berkembangnya liberalisme di Indonesia mendorong negara kita buat masuk ke perdagangan bebas, di mana negara-negara bisa bebas ekspor-impor, nggak kayak era Uni Soviet dulu yang dibatasi pemerintah. Awal mula partisipasi Indonesia ke dalam pasar bebas dimulai sejak jadi anggota ASEAN pada 8 Agustus 1967.
Namun, Indonesia mempertegas posisinya dalam perdagangan bebas dengan jadi salah satu peserta Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 1992. Selain itu, pada tahun 2016 lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin selaku bagian dari Eurasian Economic Union (organisasi kerja sama perdagangan bebas antara Eropa dan Asia) ngajak Indonesia buat bikin perjanjian perdagangan bebas bernama Free Trade Agreement.
Baca Juga: Infografis: Fakta Rusia Jadi Salah Satu Negara Terkuat di Dunia
Contoh Soal Dampak Runtuhnya Uni Soviet dan Pembahasan
Finally, elo udah belajar lebih dalam tentang dampak runtuhnya Uni Soviet. Sekarang, saatnya elo menguji pemahaman elo tentang materi yang udah gue paparin di atas. Let’s try!
Pertanyaan:
Salah satu alasan pembentukan CIS adalah ….
Pilihan Jawaban:
A. agar bisa saling bekerja sama antar negara ex-Uni Soviet secara inter-regional
B. bersekutu guna melawan tentara Amerika Serikat
C. mempersatukan rakyat Uni Soviet dalam satu suara
D. memperbaiki sistem ekonomi dan politik antar negara Uni Soviet
E. menyelesaikan Perang Dingin
Pembahasan
Runtuhnya Uni Soviet secara perlahan bikin tiga pemimpin negara pecahan Uni Soviet brainstorming. Mereka adalah pemimpin Rusia, Belarusia, dan Ukraina. Tujuan ketiganya bikin CIS adalah untuk menghimpun kerja sama antar negara bekas Uni Soviet secara inter-regional di berbagai bidang, dari ekonomi, hukum, sampai keamanan.
So, jawabannya adalah A. agar bisa saling bekerja sama antar negara ex-Uni Soviet secara inter-regional.
Yuk, Belajar UTBK Bareng Zenius!
Gimana, udah paham kan tentang dampak runtuhnya Uni Soviet? Kalau elo mau belajar lagi lebih dalam tentang runtuhnya Uni Soviet atau materi Sejarah UTBK lainnya, Zenius always be here for you. Elo bisa mengakses video-video materi Zenius dengan klik gambar di bawah ini. Pastikan elo udah punya akun Zenius, ya.
Elo juga bisa ngerjain latihan soal dan ikut Try Out UTBK bareng Zenius di sini >>> Latihan Soal dan Try Out UTBK.
Sekian dulu dari gue. Semoga materi di atas bisa membantu elo dalam mengerjakan UTBK. Ganbatte!
Baca Juga: Kenapa Rusia Ingin Invasi Ukraina?
Referensi
Leave a Comment