Familiar dengan pelukis Vincent van Gogh dan lukisan ikoniknya “The Starry Night”? Langsung simak artikel berikut ini buat tahu kisah hidupnya, ya!
Hai, hai, Sobat Zenius! Tentunya, elo pernah lihat lukisan berikut ini, dong?
Tapi elo udah tahu belum, siapa pelukisnya? Siapa? Betul! Vincent van Gogh adalah sosok yang bertanggungjawab di balik karya ikonik “The Starry Night” (1889) tersebut. Penasaran sama gimana perjalanan Van Gogh sampai akhirnya bisa dikenal oleh khalayak luas dan mampu menghasilkan karya-karya yang fenomenal? Langsung simak pembahasannya di bawah ini, ya!
Daftar Isi
Siapakah Vincent van Gogh?
Vincent van Gogh lahir di Zundert, Belanda, pada 30 Maret 1853 dan wafat di Auvers, Prancis, pada 29 Juli 1890.
Ayahnya, Reverend Theodorus van Gogh (1822-1885), berprofesi sebagai Menteri Reformasi Calvinis Belanda di sebuah pedesaan kecil, sementara ibunya bernama Anna Cornelia Carbentus (1819-1907). Van Gogh memiliki tiga orang adik perempuan bernama Elisabeth, Anna, dan Wil, serta dua orang adik laki-laki bernama Theodore dan Cornelius. Ke depannya, adiknya yang bernama Theo (1857-1891) ini akan berperan besar dalam perjalanan karier Van Gogh sebagai seorang pelukis.
Perjalanan Kehidupan Vincent van Gogh
Masa Kecil Van Gogh
Selama lima belas tahun pertama di hidupnya, dihabiskan Van Gogh dengan tinggal di Zundert, Belanda. Ia sempat bersekolah di Zundert selama setahun, di Zevenbergen selama dua tahun, serta sekolah menengah atas di Tilburg selama delapan belas bulan. Beberapa catatan mengatakan kalau Van Gogh udah mulai tertarik dengan dunia gambar dan lukis sejak usia dini, yaitu dengan ditemukannya beberapa sketsa karyanya yang dibuat pada usia sembilan tahun.
Ketika menginjak usia enam belas tahun, Van Gogh pindah ke The Hague dan mulai bekerja sebagai seorang salesman di bagian penjualan seni internasional perusahaan Goupil dan Cie. Pada 1873, ia dipindahkan ke cabang perusahaan di London, Inggris, dan terus bolak-balik dipindahkan antara London dan Paris hingga pada 1876 ia dikeluarkan dari perusahaan. Oh iya, selama bekerja di cabang perusahaan di London, Van Gogh sempat naksir sama putri dari pemilik tempat tinggalnya, tapi sayangnya hubungan mereka nggak lebih dari pada itu.
Agama, Human Nature, dan Awal Mula Melukis
Pada 1876, Van Gogh kembali ke Inggris untuk bekerja sebagai asisten guru di Ramsgate dan Isleworth. Sayangnya, pekerjaannya tersebut nggak menghasilkan upah, hanya sebatas tempat tinggal. Alhasil, belum genap setahun tapi Van Gogh udah memutuskan untuk kembali ke Belanda.
Pada titik itu, ia bertekad untuk mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pendeta dan melanjutkan pendidikan ke universitas dengan mengambil jurusan Teologi. Sayangnya, sama seperti ambisi untuk menjadi penjual karya seni yang sempat menyeruak ketika ia masih berada di Paris, kedua tekad itu pun lagi-lagi nggak jadi terwujud.
Van Gogh lebih tergerak untuk pergi langsung ke lapangan. Maka pada 1879, ia pergi ke wilayah pertambangan di Borinage, Belgia dan tinggal di sana selama setahun untuk mengunjungi warga setempat yang serba kekurangan dan sedang sakit, mengajar anak-anak, sekaligus menyebarkan ajaran Injil.
Lagi-lagi, kontraknya di sana nggak diperbarui dan Van Gogh pun memutuskan untuk kembali ke rumah kedua orangtuanya di Etten, Belanda. Pada titik itu, keluarganya udah menyerah dengannya dan menyebutnya sebagai “social misfit”. Terutama nih Sob, ibunya udah nggak mau mengakui Van Gogh lagi sebagai seorang anak.
Oh iya, selama menghabiskan waktu di Borinage, Van Gogh merasa jadi lebih mampu untuk memahami bagian paling dasar dari sifat alamiah manusia terutama penderitaan, termasuk derita yang ia rasakan sendiri. Pada 1880, Van Gogh pun mulai produktif melukis, dengan manusia yang berasal dari kelas sosial bawah sebagai subjek utamanya. Kalau kata Van Gogh sih, “I don’t want the beauty to come from the material, but from within myself, from within the soul.”
The Dark Dutch Period
Selama tinggal di Brussel sejak tahun 1881, Van Gogh membangun hubungan pertemanan dengan seorang pelukis asal Belanda, yakni Anthon van Rappard. Dari situ, ketertarikannya untuk serius menjadi seorang pelukis pun mulai muncul, sehingga selama tinggal kembali bersama dengan kedua orang tuanya di Etten, ia mulai banyak berlatih mengenai berbagai macam teknik dan aspek dalam melukis. Nggak hanya manusia, kini ia mulai mengeksplor alam sebagai subjek lukisnya.
Oh iya, Van Gogh sempat menyimpan ketertarikan terhadap Kee Stricker Vos, seorang sepupunya yang janda, tapi sayangnya Van Gogh harus legowo berhadapan dengan penolakan. Van Gogh akhirnya kembali pindah ke The Hague, di sana ia belajar melukis dari salah seorang sepupunya, Anton Mauve. Akan tetapi, hubungan keduanya merenggang saat Van Gogh mengencani Sien Hoornik, yang pada saat itu tengah mengandung. Setelah dua tahun, hubungannya dengan Sien harus resmi berakhir.
Van Gogh pun pindah untuk tinggal di Drenthe selama tiga bulan, menghabiskan waktu dengan membuat sketsa pemandangan dan warga setempat secara intens. Lalu ia kembali pindah ke rumah orangtuanya yang ada di Nuenen. Dengan minimnya sarana dan peralatan untuk melukis, serta sepeninggal ayahnya pada 24 November 1885, Van Gogh tetap giat berkarya.
Dari fase hidupnya yang sering ia sebut dengan “Dark Dutch Period” ini, Van Gogh berhasil menghasilkan karya legendaris pertamanya, The Potato Eaters (1885).
The French Period
Sejak tahun 1885, Van Gogh memutuskan untuk pindah ke Antwerp selama beberapa bulan untuk bersekolah di Academy of Fine Arts. Selama di sana, ketertarikannya terhadap seni asal Jepang mulai muncul. Kemudian, pada 1886, ia pindah ke Paris, Prancis untuk tinggal bersama adiknya, Theo, yang merupakan seorang penjual karya seni di sana. Selama di Paris, Van Gogh semakin mendalami aliran seni impressionism* dan post-impressionism* yang ia pelajari selama bekerja di studio seni milik Fernard Cormon.
Ketika kehidupan di kota sebesar Paris udah terasa terlalu sesak untuknya, Van Gogh pun memutuskan untuk pindah ke Arles yang terletak di selatan Prancis. Selama tinggal di sana, subjek lukisannya ada pada pemandangan kehidupan masyarakat di Paris, alih-alih berfokus pada moral seperti sebelumnya. Van Gogh pun berhasil menghasilkan beberapa karya legendarisnya yang lain, seperti The Yellow House (The Street), The Sunflowers, dan The Harvest.
Lagi-lagi, impian Van Gogh untuk menjadi seorang pelukis sejati harus pupus ketika ia gagal membangun komunitas seniman di lingkungan tempat tinggalnya di Arles, serta putusnya hubungan pertemanan dengan Paul Gauguin. Elo mungkin familiar dengan kisah Van Gogh yang memotong sebelah telinganya sendiri. Yap, itu ia lakukan karena udah frustrasi dengan peristiwa-peristiwa yang barusan udah gue singgung.
“There’s something in the way he talks that makes people either love him or hate him. He spares nothing and no one.”
Theo
Sayangnya, pascaperistiwa tersebut, para warga setempat menyebut Van Gogh sebagai sebuah ancaman bagi publik karena mentalnya yang nggak stabil. Alhasil, ia pun kembali dilarikan ke rumah sakit setempat, sebelum dipindahkan ke Saint-Paul-de-Mausole Asylum di St. Rémy.
Selama tinggal di sana, Van Gogh sering mengalami serangan panik akibat epilepsi. Meskipun begitu, ia tetap giat melukis. Beberapa lukisannya yang paling populer berhasil ia produksi pada kisaran periode ini, seperti halnya The Starry Night dan The Night Café.
Oh iya, apa kabar dengan Theo sang adik? Selain masih terus fokus men-support kakaknya, kabar baik pun datang ketika ia menikah dengan Johanna Bonger pada 17 April 1889. Kasih sayangnya kepada sang kakak nggak berhenti sampai situ, Theo dan istrinya bahkan sepakat menamai putra pertama mereka dengan Vincent Willem.
Selain itu, kabar baik lain datang dari Van Gogh sendiri yang akhirnya diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit dan pindah ke sebuah desa kecil yang ada di Auvers-sur-Oise pada Mei 1890. Di sana, ia tinggal di sebuah penginapan milik Dr. Gachet, yang kelak jadi teman dekat dan yang berjasa merawatnya selama beberapa bulan sebelum kematian menjemput.
Berpulangnya Sang Pelukis
Pada 27 Juli 1890, Van Gogh melakukan aksi penembakan terhadap dirinya sendiri di bagian dada. Di dalam pelukan adiknya, Theo, ia dinyatakan meninggal dua hari kemudian.
Bab terakhir hidupnya ditutup dengan cara yang tragis, yakni hanya ditemani oleh burung-burung gagak di hari penembakannya, harus berhadapan dengan gangguan mental yang dideritanya, kesulitan dari segi ekonomi, penolakan dari keluarga, serta tidak diakui atas karya-karyanya.
“I am a fanatic! I feel a power within me . . . a fire that I may not quench, but must keep ablaze.”
Van Gogh
Theo sempat bertanya-tanya, kok bisa kakak tertuanya yang dulu suka bercanda, asyik, jiwa berpetualangnya tinggi, dan senang sama ensiklopedia ini berubah jadi sosok dengan jiwa yang “sengsara” dan “penuh penderitaan”? Selain dari berbagai permasalahan lain, jawaban yang paling mendekati dari pertanyaan tersebut yaitu kakaknya nggak lebih adalah korban dari hatinya sendiri yang “fanatik”.
Rekognisi dan Kesuksesan Van Gogh Pasca-kematiannya
Sepeninggal Van Gogh, Theo sebenarnya berniat untuk mengadakan pameran memorial untuk kakaknya tersebut di Galeri Duran-Ruel, tapi sayangnya ide itu ditolak. Alhasil, ia mengadakan pameran memorial kecil-kecilan di apartemennya sendiri, dengan menggantung 100 karya Van Gogh.
Awalnya, lukisan-lukisan tersebut nggak diacuhkan oleh warga setempat, sampai akhirnya pada Desember 1890 ada sebuah artikel yang memuji karya-karya Van Gogh tersebut yang dipublikasikan di Algemeen Handelsblad.
Oh iya, semasa hidupnya, Van Gogh pertama kali memamerkan karya-karyanya dalam pameran Société des Artistes Indépendantes pada tahun 1888. Kemudian, ia menerima undangan untuk berpartisipasi dalam pameran Les Vingt, Brussels, yang dilaksanakan pada 18 Januari-23 Februari 1890.
Pada 21 Januari 1891, Theo meninggal dunia akibat sakit yang sudah lama dideritanya. Ia dimakamkan di sebelah pusara kakaknya di pemakaman Auvers-sur-Oise.
Setelah itu, Johanna, istri dari Theo, meneruskan perjuangan suaminya untuk bisa memberikan sang kakak ipar rekognisi yang ia berhak untuk peroleh. Setelah mengumpulkan seluruh surat yang ditulis antara Van Gogh dan Theo selama bertahun-tahun belakangan, Johanna mempublikasikannya pada tahun 1914.
Sejak saat itu, nama Van Gogh mulai dikenal luas oleh publik. Pun karya-karyanya yang legendaris. Hingga hari ini, Van Gogh menjadi salah satu pelukis yang menjadi sosok idola bagi para pelukis setelahnya. Karya dan kisah hidupnya telah dilihat dan dibaca oleh sekian banyak orang dari berbagai belahan dunia. Nggak lupa, berbagai karya dan tempat yang didedikasikan untuknya.
Lukisan Vincent van Gogh
“I want to paint what I feel and feel what I paint.”
Van Gogh
Oh iya, gue udah sempat nyinggung belum kalau aliran lukisan dari Van Gogh adalah post-impressionism, sekaligus sering dikategorikan juga sebagai expressionism*? Nah, Sobat Zenius, berikut ini udah gue rangkum kembali beberapa karya dari Vincent van Gogh.
Beberapa Dedikasi untuk Vincent van Gogh
- The Van Gogh Museum, ketika lo mengunjungi museum yang terletak di Amsterdam, Belanda dan telah berdiri sejak 1973 ini, elo akan disuguhi dengan koleksi sekitar 200 lukisan, 500 gambar, serta 700 surat tulisan Van Gogh yang telah diarsipkan. Jadi, nggak cuma karya-karya Van Gogh yang bisa elo nikmati, tapi perjalanan karier dan hidupnya pun bisa elo ketahui sedikit-banyak dari sini.
- Vincent van Gogh Foundation (1985), dengan markas pusat yang terletak di Arles, Prancis.
- National Gallery of Art di Washington, DC., AS, di sini disimpan seenggaknya 10 lukisan karya Van Gogh.
- Los Angeles County Museum of Art di Los Angeles, AS, di sini pernah diadakan pameran untuk lukisan-lukisan Van Gogh.
- Film Lust for Life (1956).
- Film Vincent and Theo (1990).
- Film The Eyes of Van Gogh (2005).
- Film Loving Vincent (2017).
- Film At Eternity’s Gate (2018).
Fakta Unik Vincent van Gogh
– Dari mana kita bisa tahu tentang kisah hidup dan karier van Gogh? Yap, dari Letters to Theo. Total ada 585 surat dalam bahasa Belanda, 310 dalam bahasa Prancis, dan 6 dalam bahasa Inggris yang ditulis oleh Van Gogh kepada adiknya, Theo, sejak tahun 1872. Adiknya itu telah menjadi sosok paling dekat dan suportif semasa Van Gogh hidup. Selain itu, akibat dari surat-surat tersebut, Van Gogh termasuk ke dalam jajaran 100 Penulis Terbaik yang disematkan oleh Museum of Dutch Literature pada 2010, lho.
– Ciri khas dari karya-karya Van Gogh adalah sapuan-sapuan kuas yang kasar dan tebal, warna yang kontras, bentuk-bentuk yang exaggerated, serta komposisi yang nggak terduga. Semua itu sebagai ajang unjuk emosi-emosinya dalam bentuk self-examination yang disajikan dengan gabungan elemen rasional dan emosional yang seimbang. Van Gogh sendiri dapat memproduksi banyak lukisan dalam waktu yang singkat. Alhasil, para kolektor mengkritiknya karena itu, dengan mengatakan bahwa yang mereka cari adalah karya seni yang “selesai” dan dibuat dengan “penuh perhatian”, bukan yang nampaknya terburu-buru seperti buatan Van Gogh.
– Menyambung poin di atas, ada masa ketika Van Gogh pernah membuat lebih dari 2.000 karya dalam jangka waktu 10 tahun. Yaaa, Van Gogh sih bilangnya, “I have sometimes worked excessively fast. Is it a fault? I can’t help it.”
– Tahu nggak, bahwa salah satu keinginan terbesar Van Gogh adalah untuk membangun rumah dan tinggal di sana bersama keluarganya sendiri? Sayangnya, Van Gogh nggak pernah menikah maupun punya keturunan. Namun, keinginannya untuk punya rumah sendiri dapat terwujud.
– Elo tahu apa arti dari “C’est un fou”? Van Gogh pernah mendapat julukan itu, alias yang berarti “orang gila”.
***
Apa sih, arti karya-karya seninya bagi Vincent van Gogh sendiri? Menurutnya, mereka adalah rekam jejak hidupnya yang lebih jujur dan terbuka. Kalau buat elo sendiri nih, apa sih satu hal, satu kegiatan, yang bisa jadi wadah elo untuk mencurahkan diri dan passion elo sepenuhnya?
“There is at least something from my own heart in them. What I want to express, in both figure and landscape, isn’t anything sentimental or melancholy, but deep anguish. In short, I want to get to the point where people say of my work: that man feels deeply, that man feels keenly.”
Van Gogh
Nah, dari kisah Van Gogh di atas, kita bisa lihat bahwa doi buanyak banget pindah tempat tinggal dan ngelakuin berbagai hal. Pada akhirnya, kerja kerasnya semasa hidup membuahkan hasil yang manis. Kalau elo masih penasaran tentang Vincent van Gogh, elo bisa cek beberapa referensi yang gue cantumin di bawah buat cari tahu lebih lengkapnya. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan see you in another one!
Catatan
*Impressionism
Gerakan seni yang berkembang pada 1862-1892, di mana alih-alih fokus pada memberikan detail, ia lebih fokus pada menciptakan “kesan” terhadap suatu objek secara “nyata” dan “apa adanya”–sesuai apa yang mereka lihat, rasakan, dan pikirkan pada momen itu. Perkembangan impressionism sendiri berpusat di Prancis. Pada masa itu, banyak pelukis impressionist (termasuk Van Gogh pada masa awal ia belajar tentang seni) yang dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik seni asal Jepang (garis, warna, dan simplisitas).
Selain itu, banyak juga gebrakan-gebrakan yang diinisiasi oleh para pelukis impressionist, kayak misalnya: menjadi pertanda awal munculnya konsep “apa yang mata kita lihat dan otak kita pikirkan adalah dua hal yang berbeda” dalam ilmu pengetahuan; menjadi salah satu pertanda adanya renovasi besar-besaran di konstruksi kota Paris pada pertengahan abad ke-19; serta mereka mengadakan pameran sendiri, menolak berpartisipasi dengan pameran-pameran yang diadakan oleh Pemerintah Prancis. Nah, beberapa contoh pelukis impressionist adalah Claude Monet dan Édouard Manet.
*Post-Impressionism
Gerakan seni yang berkembang sejak awal 1880-an hingga 1914 ini nantinya bakalan turut mempengaruhi gerakan expressionism dan Feminism Art. Secara garis besar, para pelukis dengan aliran ini berfokus pada bentuk abstrak, serta pola pengaplikasian cat di bagian permukaan kanvas yang dipakai. Sementara itu, dua gaya dari aliran ini ada cubism dan abstract expressionism. Contoh pelukis post-impressionist adalah Vincent van Gogh, Paul Gauguin, dan Paul Cézanne.
*Expressionism
Gerakan seni yang sebenarnya udah diinisiasi oleh Van Gogh melalui karya lukisnya The Potato Eaters (1885) ini berkembang pada 1905-1933. Gerakan ini menekankan pada berbagai macam ekspresi yang dirasakan oleh pelukis itu sendiri untuk dituangkan dalam karya-karyanya. Nah, oleh karena itu, gerakan ini jadi gagasan baru bahwa seni itu datangnya dari dalam diri sang seniman itu sendiri. Selain itu, gerakan ini jadi bentuk kritik sosial, konfrontasi terhadap kehidupan urban di awal abad ke-20, serta representasi bagi individu-individu yang sebelumnya dianggap ter”pinggir”kan (seperti prostitusi). Contoh pelukis expressionism adalah Wassily Kandinsky dan Ernst Ludwig Kirchner.
Leave a Comment