Artikel ini akan membahas tentang biografi singkat Sudono Salim, mulai dari masa kecil hingga perjalanan kariernya.
Halo, Sobat Zenius! Balik lagi sama gue Fadil. Kali ini gue bakal memaparkan tentang kisah seorang pengusaha yang sangat inspiratif, yaitu Sudono Salim. Buat lo yang mau jadi pengusaha, bisa banget lo ngejadiin beliau sebagai role model. Okay, tanpa berlama-lama lagi, lanjut baca kisahnya di bawah ini!
Siapa Itu Sudono Salim?
Sudono Salim yang memiliki nama asli Liem Sioe Liong adalah seorang pengusaha ulung yang sempat menjadi orang terkaya di Indonesia. Mungkin menurut lo namanya terdengar asing, tapi gue yakin banget berbagai macam bisnisnya familiar banget sama lo. Nih, gue sebutin beberapa bisnisnya, yaitu Indofood, Indomobil, Indosiar, BCA, Indomaret, dan PT Bogasari. Yup, sebanyak itu dan sekuat itu semua bisnisnya. Familiar, bukan?
Masa Kecil Sudono Salim
Kisah suksesnya Sudono Salim berbanding terbalik dengan kehidupannya di masa kecil. Beliau lahir dari keluarga menengah ke bawah. Beliau merupakan anak kedua dari seorang petani. Hidupnya sangat miskin hingga pada usia 15 tahun beliau harus berhenti sekolah karena masalah keuangan. Kemudian beliau terpaksa untuk berjualan mie di dekat desa, membantu bapaknya. Kisah ini tertulis dalam buku berjudul “Bagaimana Strategi Strategi Wirausaha Etnis Tionghoa di Asia Tenggara? Analisis Beragam dari Grup Salim Indonesia” yang ditulis oleh Marleen Dieleman.
Perjalanan Karier Sudono Salim
Segudang bisnis miliknya tidak didapatkan hanya dalam satu malam. Sudono Salim merantau ke Indonesia pada usia 20-an, menyusul kakaknya yang sudah terlebih dahulu datang ke Indonesia. Beliau datang ke Kudus dan bekerja sebagai karyawan di pabrik kerupuk. Tak lama, ia menjalankan bisnis pertamanya yaitu perdagangan minyak kacang hingga kemudian ia menjadi pemasok cengkeh terbesar untuk perusahaan rokok di Kudus dan Semarang pada usia 25 tahun.
Pada tahun 1945, Sudono Salim menjadi pemasok obat-obatan untuk tentara Revolusi Nasional Indonesia, dari situlah beliau mengenal Presiden ke-2 Indonesia yaitu Soeharto. Setelah perang usai, tepatnya pada sekitar akhir tahun 1950-an, beliau pindah bisnis ke Jakarta. Ia menjadi lebih kaya saat pindah ke Jakarta, terlebih disokong dengan hubungannya dengan Soeharto.
Pada tahun 1960, Sudono Salim beserta Mochtar Riady mendirikan usaha pemberian kredit bernama Central Bank Asia, yang kemudian berubah nama menjadi Bank Central Asia (BCA). Belakangan Mochtar Riady membangun Lippo Group.
Pada tahun 1970, Sudono Salim beserta Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, yang dikenal sebagai ‘The Gang of Four‘, mendirikan sebuah pabrik tepung terigu yang bernama PT Bogasari dengan modal pinjaman dari pemerintah. Awalnya, kantor dari Bogasari hanya berluaskan 100 meter persegi.
Pada tahun 1975, The Gang of Four mendirikan perusahaan baru, yaitu pabrik semen yang dinamakan PT Indocement Tunggal Perkasa. Bisnis ini sangat melejit hingga hampir memonopoli pasar semen di Indonesia. Tak hanya sampai di situ, mereka melebarkan sayapnya ke ranah bisnis lain, kemudian lahirlah Indomilk, Indofood, Indomobil, Indomaret, dan Indosiar. Semua bisnisnya tergabung dalam Salim Group. Kemudian, The Gang of Four dan Ciputra, bekerja sama untuk membuat perusahaan baru yang bergerak di bidang properti, yaitu PT Metropolitan Development. Mereka membangun kawasan perumahan elit Pondok Indah dan Bumi Serpong Damai (BSD).
Jatuhnya Karier Sudono Salim
Semua bermula ketika krisis moneter dan reformasi politik terjadi di Indonesia. Salim Group jatuh, dan beliau terpaksa untuk berutang sebesar 52.7 triliun Rupiah di masa tersebut. Selain itu, rumahnya pun diobrak-abrik dan dijarah. Beliau kemudian memilih untuk singgah dan menetap di Singapura. Seluruh bisnisnya pun diserahkan kepada anak dan menantunya.
Pada 10 Juni 2012, Sudono Salim meninggal dunia di usia 95 tahun setelah mengalami sakit akibat umur yang tak lagi muda. Beliau dimakamkan di Raffles, Singapura.
“Jika ingin sukses jangan berpangku tangan saja. Semasa muda, bekerjalah habis habisan”
Sudono Salim
Baca Juga Artikel Lainnya
Biografi Ernest Douwes Dekker: Tokoh Indo Anti-Kolonialisme (1879-1950)
Leave a Comment