Tahukah kamu kisah hidup Maya Angelou penulis perempuan berkulit hitam pertama yang bukunya masuk jajaran best-seller ? Simak kisah lengkapnya disini ya!
Halo Sobat Zenius! Kali ini gue mau ajak kalian berkenalan dengan penulis, aktris, aktivis, penari dan penyair yang terkenal akan kelantangannya dalam menyuarakan sikap anti-diskriminasi yaitu, Maya Angelou.
Kalau menurut kalian nama tersebut terdengar asing dan tidak menarik sekarang, well setelah berkenalan dengan doi di artikel ini gue jamin kalian bakalan kagum dan terinspirasi banget deh sama kisah hidupnya.
Gimana nggak menginspirasi, di tahun 1940 Maya Angelou menjadi konduktor trem perempuan Afrika-Amerika pertama. Lalu pada tahun 1969, karya autobiografinya yang berjudul I Know Why The Caged Bird Sings menjadi buku non-fiksi pertama oleh perempuan berkulit hitam yang masuk jajaran best-seller.
Nggak cuma sampai situ, di tahun 1993 doi juga menjadi pembaca puisi pertama sejak tahun 1961 pada upacara pelantikan presiden (kala itu Bill Clinton). Lalu di tahun 1972, Maya Angelou menjadi perempuan Afrika-Amerika pertama yang karya tulisnya dijadikan film.
Sampai disini kalian pasti udah penasaran banget dong sama kisah hidupnya Maya Angelou, gimana ceritanya doi bisa jadi penulis, aktris, aktivis, penari dan penyair sekaligus? Bahkan kisah hidupnya sampai dibuatkan film dokumenter. Langsung aja deh yuk kita simak biografi dari Maya Angelou.
Masa Muda Maya Angelou
Maya Angelou dilahirkan pada 4 April 1928 di St. Louis, Missouri dengan kehidupan yang sulit. Orang tua Maya berpisah di usianya yang masih sangat muda, jadi doi dan abangnya harus pindah untuk tinggal bersama neneknya di Stamp, Arkansas.
Sejak kecil Maya yang merupakan keturunan Afrika-Amerika seringkali mendapat prejudis dan perlakuan diskriminasi yang tidak mengenakkan. Tidak cukup sampai disitu, pada usianya yang ke-7 tahun Maya mengalami pelecehan seksual oleh pacar Ibunya.
Terbakar amarah dan kesal, paman Maya memutuskan untuk balas dendam dengan membunuh laki-laki tersebut.
Karena kejadian yang sangat traumatis di usianya yang masih belia, Maya menjadi berhenti berbicara karena ia merasa omongannya dapat membunuh seseorang. Setelah kejadian tersebut, Maya juga jadi kembali tinggal bersama neneknya di Stamp.
Setahun setelahnya, Maya bersekolah di Rosenwald School yang menjadi salah satu titik perubahan hidupnya. Bagi Maya yang saat itu masih tenggelam dalam rasa trauma, gurunya Bertha Flowers, banyak membantu Maya dalam menemukan suaranya kembali dengan menulis puisi.
Selama masa Perang Dunia II, yaitu di usianya yang ke-14 Maya dan abangnya kembali pindah ke San Francisco, California untuk tinggal bersama sang ibu.
Terlepas dari masa kecilnya yang berat, Maya banyak menunjukkan bakat kecerdasannya. Terbukti selama menetap di California, doi mendapatkan beasiswa bersekolah jurusan tari dan acting di California Labor School loh.
Tidak seperti kebanyakan remaja lainnya, Maya yang saat itu berusia 16 tahun bercita-cita menjadi konduktor trem di San Francisco hanya karena seragamnya yang keren. Kalian sendiri pernah nggak sih bercita-cita menjadi profesi tertentu hanya karena seragamnya keren kayak Maya Angelou? Coba komen di bawah ya!
Well, karena menjadi konduktor trem adalah pekerjaan impian Maya, ibunya memutuskan untuk mendukung keinginan anak bungsunya tersebut dengan syarat tidak boleh pulang terlalu malam.
Wah ternyata ibunya Maya sama aja ya dengan ibu-ibu millenials sekarang, anaknya telat pulang sedikit tapi aduh misuh-misuhnya itu loh, seabad.
Terjun Menjadi Aktivis, Aktris, dan Penulis
Setelah merasa impiannya sebagai konduktor trem tercapai, Maya Angelou mulai mengeksplorasi karir pada bidang lainnya. Seperti pada pertengahan tahun 1950, Maya mulai tampil sebagai performer di acara broadway Calypso Heat Wave. Bahkan, pada tahun yang sama Maya juga mulai merilis album pertamanya yang bertajuk Miss Calypso.
Tidak cukup sampai situ, Maya juga bergabung menjadi anggota perkumpulan penulis Harlem Writers Guild dan menjadi aktivis pejuang hak-hak sipil.
Mulai tahun 1960, Maya banyak menghabiskan waktunya tinggal di Mesir lalu pindah ke Ghana sebagai penulis freelance dan editor. Ia bahkan sempat memegang jabatan penting di Universitas Ghana loh.
Bersamaan dengan pekerjaannya sebagai penulis, Maya juga masih tetap aktif dalam karir broadway dimana pada tahun 1961 ia tampil pada pertunjukan The Blacks bersama dengan artis broadway ternama lainnya yaitu James Earl Jones, Lou Gossett Jr. dan Cicely Tyson.
Selama di Ghana, Maya ikut bergabung bersama komunitas Revolutionist Returnees yang banyak mendukung gerakan Pan-Afrikanisme. Bagi kalian yang belum tahu, gerakan Pan-Afrikanisme adalah gerakan yang bertujuan untuk menyatukan semua keturunan Afrika.
Karena keaktifannya dalam menjadi aktivis, Maya Angelou menjadi dekat dengan Malcolm X yaitu seorang aktivis muslim Afrika-Amerika yang berani menyuarakan serta memperjuangkan hak-hak orang berkulit hitam.
Pada tahun 1964-1965, Maya kembali pulang ke Amerika Serikat untuk membantu Malcolm X mendirikan organisasi persatuan masyarakat Afrika-Amerika yang sayangnya dibubarkan setelah Malcolm X dibunuh.
Tiga tahun setelah kejadian tersebut, tepatnya pada perayaan ulang tahun Maya di tanggal 4 April 1968 seorang sahabatnya yang juga merupakan aktivis yaitu Martin Luther King Jr. tewas dibunuh.
Hal tersebut membuat Maya enggan merayakan ulang tahunnya selama bertahun-tahun. Setiap tahun pula di hari ulang tahunnya, Maya Angelou selalu mengirimkan bunga kepada istri Martin yaitu Coretta Scott King. Kebiasaannya ini terus ia lakukan selama 30 tahun sampai akhir hayat Coretta.
Pencapaian Maya Angelou
Atas semua peristiwa yang dialami oleh Maya Angelou, seorang rekan sesama penulis yaitu James Baldwin mendorong Maya untuk menuangkan cerita hidupnya dalam tulisan.
Pada tahun 1969, Maya akhirnya merilis tulisan tentang cerita hidupnya dalam buku yang berjudul I Know Why the Caged Bird Sings. Salah satu karya tulis Maya yang paling sukses.
Kisah hidup Maya yang pedih itu menjadikan bukunya sebagai buku non-fiksi terlaris sepanjang sejarah oleh seorang perempuan Afrika-Amerika. Dari buku autobiografinya itu lah nama Maya Angelou jadi dikenal oleh masyarakat luas.
Bahkan pada tahun 1995, Maya sampai mendapatkan pujian oleh Majalah The New York Times karena karya autobiografinya menjadi buku non-fiksi best seller selama dua tahun berturut-turut mengalahkan rekor terlama sebelumnya.
Kalian jadi penasaran nggak sih sama isi bukunya? Atau adakah diantara kalian yang sudah baca bukunya? Coba komen di bawah ya!
Tidak berhenti sampai situ saja, pada tahun 1971 Maya juga merilis salah satu puisinya yang paling terkenal yaitu Just Give Me a Cool Drink of Water ‘Fore I Die. Bahkan puisinya ini sampai masuk nominasi Penghargaan Pulitzer loh Sobat Zenius.
Pada tahun berikutnya, Maya Angelou kembali mencetak rekor sebagai perempuan Afrika-Amerika pertama yang skenario tulisannya diproduksi. Setelah banyak menulis karya yang keren-keren, Maya mulai membuat terobosan baru dengan drama buatannya Georgia, Georgia (1972).
Walaupun sibuk menulis dan menjadi produser, Maya masih sempat ikut tampil dalam pertunjukan Look Away (1973) hingga masuk dalam nominasi Tony Award loh.
Beberapa tahun berikutnya, Maya kembali menulis kisah hidupnya dimana pada tahun 1974 Maya merilis buku berjudul Gather Together in My Name yang membahas masa-masa sulitnya selama remaja, di mana ia terjun ke dunia obat-obatan dan prostitusi.
Lalu pada tahun 1976, Maya kembali menulis kisah awal karirnya sebagai penyanyi dan juga aktris dalam buku Singin’ and Swingin’ and Gettin’ Merry Like Christmas. Maya yang juga masih aktif sebagai aktris pun kembali masuk nominasi Emmy Award atas penampilannya pada miniseri Roots (1977).
Di tahun-tahun berikutnya Maya Angelou masih lanjut menuangkan cerita hidupnya dalam bentuk karya tulis. The Heart of a Woman (1981) yang membahas ceritanya selama mengambil peran aktif menjadi aktivis. Serta All God’s Children Need Traveling Shoes (1986) yang membahas bagaimana rasanya tinggal di Ghana sebagai orang Afrika-Amerika.
Semua buku autobiografi Maya Angelou terdengar menarik ya, kalau kalian sendiri tertarik untuk baca yang mana saja nih?
Selain karya otobiografi, Maya Angelou juga masih aktif menulis puisi. Salah satu puisinya yang terkenal berjudul On the Pulse of Morning yang ia bawakan pada upacara pelantikan Presiden Bill Clinton pada Januari 1993.
Peristiwa ini merupakan pencapaian besar lainnya bagi Maya loh! Karena pembacaan puisi oleh Maya Angelou pada tahun 1993 menjadi pembacaan puisi perdana pada pelantikan presiden sejak tahun 1961.
Tapi tenang, pencapaian Maya tidak berhenti sampai disitu karena pada tahun-tahun berikutnya Maya masih terus aktif menulis buku otobiografi dan puisi, dan bahkan sesekali tampil dalam pertunjukan.
Di tahun 1998, Maya mulai mengeksplor tantangan baru dengan menyutradarai Down in the Delta yang dibintangi oleh Alfre Woodard. Debutnya sebagai sutradara ini mendapatkan sambutan yang hangat, di mana pada tahun yang sama karya Maya tersebut memenangkan penghargaan Chicago International Film Festival’s dan Acapulco Black Film Festival di tahun 1999.
Karya otobiografi Maya lainnya yang wajib Sobat Zenius masukan dalam daftar bacaan adalah A Song Flung Up to Heaven (2002) yang menceritakan kisah Maya setelah pulang kembali ke Amerika dan bagaimana cara dia dealing dengan kejadian naas yang menimpa kedua orang terdekatnya, Malcolm X dan Martin Luther King Jr.
Atau bagi kalian yang sedang mencari nasihat dan arti hidup, kalian bisa coba baca karya autobiografi Maya lainnya yang berjudul Letter to My Daughter (2008). Kalian nggak bakal nyesel deh, apalagi buku ini telah memenangkan NAACP Image Awards pada kategori non-fiksi.
Akhir Perjalanan
Setelah mengalami berbagai masalah kesehatan, Maya Angelou akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada 28 Mei 2014 di kediamannya Winston-Salem, Carolina Utara. Kabar duka ini mengundang banyak belasungkawa
Salah satunya adalah Presiden Barack Obama yang sampai mengeluarkan statement bahwa Maya merupakan seorang penulis yang brilian, teman yang tangguh, dan perempuan yang fenomenal. Barack Obama juga menambahkan bahwa Maya memiliki kemampuan untuk menyadarkan bahwa kita semua memiliki sesuatu untuk ditawarkan dalam hidup.
Pada Mei 2021, tepat tujuh tahun setelah kepergiannya, pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk mengabadikan Maya Angelou pada series mata uang koin terbaru mereka.
Wah siapa sangka ya, dari seorang anak pedesaan yang hampir bisu bisa menjadi tokoh besar yang membawa pengaruh pada dunia. Kisah Maya Angelou ini mengajarkan kita semua kalau seburuk apapun hidup, Tuhan selalu punya cara untuk membantu kita mengarunginya.
Tetap semangat dan jangan pernah menyerah. Nah, kalau menurut kalian pesan moral apa lagi sih yang bisa diambil dari kisah Maya Angelou ini? Coba komen di bawah ya!
Baca Juga
Oprah Winfrey, Miliarder Perempuan Afrika-Amerika Pertama di Abad 20
Louis Armstrong, Tokoh Jazz Paling Berpengaruh di Dunia
Amelia Earhart, Pilot Perempuan yang Hilang di Samudra Pasifik
Leave a Comment