Ada yang udah nonton film 5 cm (2012)? Wah, itu salah satu film favorit gue! Film tersebut mengambil latar belakang lima orang sahabat yang mendaki Gunung Semeru. Pas nonton, rasanya kayak gue ikutan mendaki gunung bareng mereka.
Eh, ngomongin gunung, ada berita yang cukup mengejutkan nih. Jadi, melansir dari Kompas, ada sekitar 700 kilogram (kg) sampah yang diturunkan dari jalur pendakian Gunung Gede Pangrango! Wah, 700 kg … itu beratnya kayak Hulk dan Thanos ditumpuk jadi satu kali, ya.
Nggak cuma itu aja, foto tumpukan sampah yang ada di Gunung Merbabu juga viral banget di Twitter, lho. Rasanya sayang banget ya melihat orang-orang yang hobi mendaki gunung, tapi malah kurang peduli sama kebersihan gunungnya.
Indonesia memang masih punya masalah serius kalau menyangkut sampah, apalagi sampah plastik. Menurut informasi dari Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, sampah plastik di Indonesia mencapai 66 juta ton pertahun! Banyak banget!
Terus, 0,26 juta–0,59 juta ton plastik ini diperkirakan mengalir ke laut. Duh, gimana ya, nasib Nemo dan teman-temannya kalau laut dipenuhi sampah plastik?
Tapi sebenarnya, sampah plastik tuh butuh waktu berapa lama ya buat bisa benar-benar mengurai? Gimana dampaknya bagi makhluk hidup di sekitar? Nah, ini dia yang mau gue bahas.
Daripada semakin penasaran, baca artikel ini sampai habis, ya!
Baca Juga: Hari Perempuan Sedunia: 3 Perempuan Hebat dan Pengaruhnya
Daftar Isi
Bagaimana Sampah Plastik Mengurai?
Sebelum kita ngomongin gimana sampah plastik mengurai, kita kenalan dulu sama tipe-tipe plastik, yuk! Plastik sendiri ada tujuh tipe, seperti yang dilansir dari Plastic Oceans. Tujuh tipe plastik tersebut yaitu:
Proses penguraian plastik terjadi karena adanya bantuan dari sinar matahari, oksidasi, gesekan, ataupun karena hewan yang nggak sengaja menggigit plastiknya. Ini yang membuat plastik lama-lama jadi rapuh hingga kemudian terurai.
Nah, buat plastik yang ada di tempat pembuangan sampah, perkiraan mengurainya membutuhkan waktu antara 10 hingga 1000 tahun lamanya! Kayak lagunya Tulus yang Seribu Tahun Lamanya (2017) aja, ya.
Tapi, lama penguraiannya tetap tergantung sama kondisi tempat pembuangan sampahnya. Kalau di lautan, plastik membutuhkan sekitar 25 tahun buat akhirnya terurai. Buat plastik yang biasanya digunakan sebagai alat pancing, ini bisa memakan waktu 500 tahun atau lebih.
Bisa dibilang, plastik yang ada di lautan lebih cepat terurai daripada yang ada di darat.
Prosesnya ini mengubah plastik menjadi mikroplastik dan nanoplastik, yaitu partikel yang sangat kecil dan nggak bisa dilihat dengan mata telanjang. Maksudnya, elo butuh mikroskop buat ngeliatnya!
Paparan bahan kimia yang terkandung di plastik ini tentu punya dampak yang kurang baik buat kesehatan. Seperti yang dilansir dari Health and Environment Alliance, dampaknya bisa menimbulkan gangguan reproduksi, masalah tiroid, diabetes dan obesitas, asma, hingga kanker payudara.
Tapi, kalau sampah plastiknya ini berukuran cukup besar, biasanya bakalan berakhir menjadi polusi limbah. Kalau elo suka lihat banyak sampah mengambang di lautan, nah, itu salah satu contoh sampah plastik yang jadi polusi limbah. Nggak cuma di laut aja, tapi polusi limbah ini juga bisa terjadi di darat, contohnya kayak sampah di gunung yang tadi kita bahas.
Baca Juga: Mengenal Game: Sejarah dan Alasan Kenapa Kita Jadi Candu?
Dampak Sampah Plastik dan Hadirnya Zero Waste
Banyaknya sampah plastik ini memberikan dampak yang nggak main-main buat makhluk hidup, lho. Contohnya sampah plastik yang ada di laut, meskipun proses penguraiannya lebih cepat dibandingkan di darat, tapi para ilmuwan tetap khawatir sama hal itu.
Nggak cuma berdampak buat hewan aja, tetapi penguraian plastik ini berdampak bagi manusia dan Bumi juga, lho. National Geographic menjelaskan kalau proses penguraian plastik bisa melepaskan gas rumah kaca seperti metana dan etilen.
Bahayanya apa, nih? Kedua gas rumah kaca itu bisa menjebak panas di atmosfer Bumi, jadinya pemanasan global menjadi semakin parah lagi. Hal ini juga bisa menyebabkan krisis energi, lho.
Dengan fakta-fakta merugikan ini, kemudian melahirkan gerakan Zero Waste Lifestyle. Apa tuh?
Menurut Zero Waste International Alliance (ZWIA), Zero Waste Lifestyle merupakan gaya hidup yang meminimalisasi produksi sampah dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, gerakan ini hadir untuk mengajak kita lebih bertanggung jawab dan memanfaatkan penggunaan produk daur ulang sehingga produksi sampah bisa berkurang.
Contoh yang paling dekat sama kita yaitu di beberapa daerah, penggunaan kantong plastik udah nggak boleh nih, Sobat Zenius. Kalau kita pergi belanja ke supermarket aja, biasanya mereka nggak menyediakan kantong plastik, makanya kita perlu membawa tas belanja sendiri.
Selain itu, penggunaan sedotan plastik juga sudah mulai tergantikan sama sedotan yang terbuat dari kertas atau sedotan reusable yang terbuat dari bahan stainless steel. Biasanya kan sedotan plastik cuma bisa sekali pakai terus langsung dibuang, dengan hadirnya sedotan berbahan stainless steel, tentu kita nggak perlu repot karena bisa digunakan berkali-kali.
Oh iya, contoh lainnya tuh di mana ada pemisahan sampah rumah tangga yang organik dan non-organik. Sampah organik bisa digunakan jadi bahan buat pupuk, lho. Terus, beberapa bank sampah juga sudah tersedia di beberapa daerah.
Baca Juga: Sejarah Pemilu di Indonesia dari Masa ke Masa
Kenapa Orang Suka Membuang Sampah Sembarangan?
Nah, tadi kita udah bahas dampak dari sampah plastik hingga muncul gerakan Zero Waste buat meminimalisir produksi sampah plastik tersebut. Sekarang gue mau bahas, kenapa sih orang tuh suka susah membuang sampah pada tempatnya?
Melansir dari The Yorkshire Post, Lee Chambers, seorang psikolog lingkungan mengatakan faktor lingkungan memainkan peranan penting yang membuat seseorang membuang sampah sembarangan.
Selain lingkungan, faktor budaya dan kebiasaan juga memiliki pengaruh besar, lho. Contohnya di Jepang, karena adanya undang-undang pengelolaan sampah yang ketat, mendorong masyarakatnya melakukan budaya daur ulang dan membawa pulang sampah mereka.
Maka dari itu, sangat penting buat kita menerapkan budaya daur ulang dan sadar akan limbah sampah yang masih menjadi salah satu masalah terbesar di negara tercinta kita ini. Nggak perlu langsung melakukan hal besar, kok!
Elo bisa mulai dengan menerapkan budaya buang sampah pada tempatnya dan mulai mendaur ulang produk buat diri sendiri. Siapa tahu, orang lain nantinya bakal terinspirasi sama apa yang elo lakukan.
Yuk, kita ajak teman-teman di sekitar kita buat lebih peduli lingkungan!
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami
Leave a Comment