Benarkah suku yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Melanesia? Pertanyaan ini mungkin masih tertanam di dalam kepala para Sobat Zenius. Supaya nggak penasaran lagi, gue mau membahas asal-usul pribumi Indonesia dimulai dari manusia pendatang pertama 1,5 juta tahun yang lalu.
Dalam konteks sosial masyarakat Indonesia modern, seringkali kita jumpai istilah “pribumi” yang biasanya mengacu pada identitas orang asli di daerah tertentu.
Sebenarnya apa itu pribumi? Pribumi adalah penduduk asli suatu wilayah yang telah membangun kebudayaan dengan status asli sebagai kelompok etnis dan bukan datang dari daerah lain.
Memang, secara umum kita mengenal klasifikasi umum etnis kesukuan lokal Indonesia, misalnya orang Batak itu di Sumatera Utara, orang Sunda itu di Banten dan Jawa Barat, orang Minang di Sumatera Barat, orang Bugis di Sulawesi Selatan, orang Dayak di Kalimantan Tengah dan Barat, dan lain sebagainya.
Namun, di sisi lain, istilah “pribumi” ini sendiri juga kerap digunakan sebagai pembeda antar golongan masyarakat yang dianggap sebagai orang/suku/etnis asli Indonesia dengan mereka yang dianggap sebagai “kaum pendatang”.
Dikotomi antara istilah ‘pribumi’ dan ‘pendatang’ ini menjadi polemik tersendiri dalam konteks sosial bermasyarakat di Indonesia.
Akan tetapi, pernah nggak, sih, elo berpikir siapa suku asli yang menduduki Indonesia? Apakah memang orang Jawa itu orang asli pribumi daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur? Sejak kapan saudara kita orang Jawa yang medok itu tinggal di Pulau Jawa?
Mungkin, kalau kita bertanya pada orangtua atau guru, jawabannya cuman ‘sudah dari sono-nya’. Tapi apakah kita puas dengan jawaban semacam itu?
Nah, dalam kesempatan ini, gue mau mengupas pertanyaan “Siapa pribumi Indonesia yang asli” dengan tinjauan sejarah. Dari mulai sejak kelompok manusia pribumi pertama yang datang ke Indonesia, hingga kelompok-kelompok berikutnya.
Dalam artikel ini, gue mau menjelaskan siapa orang pertama yang tinggal di Indonesia, dan siapakah yang sebetulnya ‘hanya’ kaum pendatang.
Supaya mudah untuk dipahami oleh Sobat Zenius, gue mau memaparkan urutan suku tertua di Indonesia dan menjelaskannya satu per satu. Yuk, kita mulai cerita sejarahnya!
Daftar Isi
Kedatangan 1: Homo erectus
Jauh sebelum manusia modern (homo sapiens) datang ke Indonesia, bangsa tertua yang datang dan menghuni Nusantara adalah Homo erectus yang melakukan migrasi panjang dari Afrika sekitar 1,8 juta tahun yang lalu.
Kenapa gue bahas kok jauh banget sampai ke Homo erectus segala? Karena bisa dibilang, Homo erectus inilah penduduk yang paling lama tinggal tanah Nusantara ini yaitu sekitar 1,5 – 1,7 juta tahun!
Migrasi panjang Homo erectus dari Afrika ke berbagai penjuru dunia memang cukup fenomenal dan sedikit banyak masih keberadaan mereka membentuk ekosistem yang kita kenal sekarang ini.
Dari sekian banyak kelompok Homo erectus yang terpencar menuju Eropa, Asia Tengah, India, ada beberapa yang mencoba “nekat” nyusurin garis pantai selatan sampe ke Nusa Tenggara Timur, tepatnya Pulau Flores.
Mungkin ada sebagian yang bingung, gimana caranya erectus bisa menyeberangi laut? Perlu diingat bahwa garis batas daratan dan lautan yang kita kenal sebagai peta dunia modern sekarang itu berbeda dengan keadaan bumi 1-2 juta tahun yang lalu.
Sekitar 1-2 juta tahun yang lalu, Pulau Jawa, Sumatera, dll itu belum terpisah alias masih menyatu. Jadi, 1,8 juta tahun yang lalu homo erectus bisa jalan kaki dari Vietnam sampai ke Bali tanpa menyeberangi laut.
Homo Erectus ini kemudian beranak pinak dan nyebar ke seluruh Paparan Sunda (Sunda Shelf) termasuk beberapa di antaranya yang nyeberang laut sampai Flores.
Jadi, bisa dibayangkan bahwa Homo Erectus ini udah “ngacak-ngacak” kepulauan Nusantara kita selama 1,5 juta tahun dengan berburu, membuat api, membentuk kelompok-kelompok, berperang, dan lain sebagainya sampai akhirnya punah kira-kira 100.000 tahun yang lalu.
Kedatangan 2: Homo Sapiens Gelombang Pertama (Melanesia)
Sama seperti erectus, Homo sapiens atau manusia modern yang jadi cikal bakal pribumi Indonesia dan juga berasal dari Afrika dan melakukan migrasi besar-besaran ke seluruh penjuru dunia dalam dua gelombang migrasi.
Gelombang pertama berlangsung kira-kira 100 ribu tahun yang lalu, sedangkan gelombang kedua berlangsung kira-kira 50-70 ribu tahun yang lalu.
Gelombang pertama keluar dari Afrika lewat selat kecil yang misahin Ethiopia dan Yaman, terus lanjut ke India bagian selatan, menyusuri pantai lanjut ke Paparan Sunda sampai ada yang menyebrang dengan perahu ke Paparan Sahul (Papua, Australia).
Suku bangsa yang pertama kali datang ke Indonesia ini berciri Melanosoid (seperti ciri orang Papua dan Aborigin). Dalam periode waktu migrasi ini, daerah kepulauan Nusantara tetap tersambung tapi bukan karena faktor tektonik, melainkan karena pada masa itu, bumi ini sedang menjalani masa zaman es (ice age) yang menyebabkan sebagian permukaan laut menyatu menjadi daratan es.
Manusia modern gelombang pertama ini akhirnya menempati Nusantara sampai zaman es berakhir (es mencair menjadi lautan yang memisahkan pulau), sehingga terbentuklah Kepulauan Nusantara seperti yang kita kenal sekarang.
Kehadiran dari para petualang awal ini masih bisa kita lihat pada peradaban manusia modern yang lebih akrab kita kenal dengan kebudayaan berciri Melanesia atau golongan etnis Negrito. Beberapa di antaranya adalah:
- Suku Sentinel, Onge, Jarawa di Kepulauan Andaman,
- Suku Asli, Semang, Sakai di Malaysia,
- Suku Mani di Thailand,
- Suku Aeta, Agta, Ati di Filipina.
- Suku Dani, Bauzi, Asmat, Amungme di Indonesia & Papua Nugini
- Suku Aborigin Australia dan Tasmania
Dari persebaran ini, diduga kuat bahwa hampir seluruh daerah Paparan Sunda dan Sahul (mencakup seluruh wilayah Indonesia) sempat dihuni oleh orang-orang berciri Melanosoid.
Kehidupan orang Melanesia berawal dengan budaya berburu dan mengumpulkan makanan (hunter & gatherer) yang kemudian sebagian besar (kecuali Aborigin Australia) mulai mengenal pertanian, perkebunan, dan peternakan dalam skala kecil.
Sayangnya, kebudayaan agrikultur ini tidak berkembang dengan skala luas karena kecenderungan masyarakat Melanesia yang berjumlah kecil dan terpisah jauh dengan suku tetangga lain.
Hal ini juga yang menyebabkan orang Melanesia bisa hidup tanpa perlu mengembangkan pertanian dan peternakan dalam skala besar, dan juga tidak ada desakan lingkungan untuk membentuk struktur kemasyarakatan yang kompleks dan sistematis.
Terlepas dari itu, sebetulnya kalau ditanya siapakah orang pribumi Indonesia pertama yang menempati Kepulauan Nusantara? Jawabannya jelas adalah orang-orang Melanesia.
Mereka bahkan diduga kuat sebagai penyebab hilangnya Homo erectus di Paparan Sunda (entah dengan cara pembunuhan maupun perkawinan). Serunya lagi, para arkeolog dan paleontolog juga menduga bahwa manusia modern berciri Melanosoid ini diduga kuat pernah hidup bersama satu pulau dengan human-species lain yang merupakan keturunan dari Homo erectus yaitu Homo floresiensis di Kepulauan Flores.
Tapi, kok, kenapa suku pribumi Indonesia pertama ini cuma tersisa di pedalaman Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya? Kenapa tidak terus membangun budaya di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan?
Sampai saat ini para ahli sejarah belum menemukan jawaban yang pasti. Namun, dugaan terkuat hilangnya komunitas Melanesia di wilayah barat Indonesia adalah diakibatkan karena kedatangan rombongan manusia modern gelombang berikutnya dalam jumlah besar, yang dateng dengan make perahu-perahu kecil mereka yang terbilang cukup canggih untuk ukuran waktu itu.
Nothing lasts forever di dunia ini.
Jadi, bisa dibilang bahwa bangsa tertua yang datang dan menghuni Nusantara adalah Melanesia.
Kedatangan 3: Homo Sapiens (Melayu – Austronesia)
“Suatu sore di pesisir pantai yang tenang di utara Pulau Borneo, 5200 tahun yang lalu, ada dua orang pemuda Melanesia Alkawari dan Anatjari yang lagi nyari kerang untuk dimakan sekaligus cangkangnya dibikin jadi perhiasan buat calon-calon bini mereka di kampung.
Tiba-tiba Anatjari bengong mematung sambil ngeliat cakrawala. Alkawari nanya dengan suara pelan sambil ngibas-ngibasin tangan di depan muka temennya itu, “Dahaka?” (ada apaan sih men?), yang hanya dibalas dengan tunjukan jari Anatjari ke ufuk utara. Alkawari memincingkan mata karena susah ngeliat hal yang dimaksud.
Setelah menunggu beberapa menit, benda yang dimaksud pun semakin keliatan jelas. Ternyata benda itu adalah belasan kano bercadik dua yang mengapung di laut, bermuatan 4-10 orang khas bangsa Austronesia. Semenjak itu, tidak ada yang tau nasib Alkawari, Anatjari, calon-calon bini mereka, dan kampung mereka. Sebab sore itu, Nusantara kedatangan lagi bangsa yang akan menyebut daerah ini sebagai rumah mereka.”
Paragraf di atas itu sebetulnya cuma fiksi karangan gue doang untuk mengilustrasikan kedatangan gelombang kedua Homo sapiens ke Bumi Nusantara ini yaitu kelompok Melayu-Austronesia.
Rumpun Austronesia ini merupakan rumpun yang sangat besar, mencakup suku Melayu, Formosan (Taiwan), Polynesia (Hawaii, Selandia Baru, dan sebagainya).
Muka bulat, idung lebar, rambut item tebal sedikit bergelombang, dan kulit kecoklatan, merupakan ciri-ciri bersama satu rumpun Austronesia ini.
Suku pribumi Indonesia ini datang nggak cuma modal nekat, tapi juga membawa serta “amunisi” mereka berupa hewan ternak seperti ayam, babi, dan bibit padi, dan lain-lain.
Kebiasaan mereka dalam menanam padi menimbulkan kebutuhan akan adanya lahan pertanian yang luas serta teknologi irigasi yang “canggih”.
Salah satu sisa budaya asli Austronesia yang masih bisa elo liat sekarang adalah sistem irigasi menggunakan sengkedan (terasering).
Berbekal kepiawaian dalam berlayar menggunakan teknologi maritim supercanggih saat itu (kano bercadik dua yang sangat stabil walaupun diguncang badai dan ombak) serta sistem pertanian yang efektif, tinggal tunggu waktu aja deh sampe seluruh Nusantara ini bisa dijelajah dan dikuasai oleh rumpun Melayu Austronesia.
Dalam masa peralihan dari melanesia menuju austronesia, sampai jaman setelah masyarakat Nusantara mengenal tulisan, udah ga ada lagi tuh jejak-jejak kebudayaan maupun ciri fisik masyarakat Melanesia di pulau-pulau bagian barat Nusantara (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Lombok).
Sedangkan di kepulauan Nusantara bagian timur, kita masih bisa melihat jejak hasil pertukaran budaya dan juga gen Melanesia pada masyarakat Kepulauan Maluku, Papua bagian pesisir, dan Kepulauan NTT.
Dari segi morfologis, masyarakat yang berasal dari Indonesia timur merupakan campuran antara rumpun Austronesia (muka bulat, hidung lebar) dan rumpun Melanesia (rambut ikal atau malah keriting kecil, kulit lebih gelap).
Melanesia “asli”-nya sendiri pada ke mana? Mereka yang tersisa di Kepulauan Nusantara hanyalah mereka yang berhasil menetap tanpa gangguan di pedalaman Papua, dan masih setia dengan kebijaksanaan lokal mereka seperti berkebun dalam skala kecil, berburu binatang, dan hidup dalam masyarakat kesukuan.
Orang-orang Melayu yang dateng ke Nusantara juga secara umum bisa dibagi dua:
- Melayu yang mager (males gerak)
- Melayu yang ga bisa diam.
Melayu-melayu mager ini bukannya berarti orangnya males, tapi emang udah berhasil menciptakan masyarakat yang stabil sehingga sudah tidak diperlukan lagi mobilisasi penduduk.
Keturunan Melayu golongan pertama ini bisa kita liat pada suku Nias di Pulau Nias dan suku Dayak di pedalaman Kalimantan, yang juga biasa disebut sebagai “Proto Melayu” (Proto = purwa/primitif).
Sedangkan di sisi lain, ada golongan Melayu yang karena alasan tertentu (misalnya: kondisi geografis, iklim, bencana, dan lain-lain) merasa perlu untuk terus berpindah tempat sekaligus berinteraksi dengan kelompok lain di sekitarnya, sehingga memungkinkan adanya percampuran budaya, bahasa, serta gen.
Suku tersebut biasanya dinamakan dengan Deutro Melayu (Deutro = Berulang/ulangan).
Suku yang merupakan keturunan asli bangsa Deutro Melayu adalah suku Minangkabau, Jawa, Banjar, Bugis, Makassar, Bali, Lombok, Batak, Aceh, Madura, Minahasa, dan puluhan suku-suku lain yang kita kenal di Indonesia.
Jadi, bedanya apa sih antara Proto dan Deutero Melayu? Bedanya ya cuma yang Proto itu menetap di tempat terpencil sehingga menyulitkan terjadinya percampuran gen yang lebih variatif, sedangkan Deutero menetap di tempat yang memungkinkan untuk terjadinya percampuran gen.
Jadi, proto dan deutro itu nggak menggambarkan siapa yang duluan datang ya, tapi cuma yang satu netap, yang satu lagi pindah-pindah dan membaur. Gitu coy!
Salah satu pribumi Indonesia, bangsa Melayu dapat dikatakan sangat nyaman tinggal di Kepulauan Nusantara. Mereka beranak-pinak dan ujung-ujungnya bikin beragam peradaban dan kebudayaan-kebudayaan yang masih bisa kita nikmatin sampe sekarang.
Bangunan rumah panggung atap rumbia, tarian, baju daerah yang warna-warni, wajah dan badan yang dibubuhin tato, bahkan bahasa-bahasanya, masih bercirikan Austronesia.
Nggak cuma yang ada di Indonesia ataupun Malaysia doang, kebudayaan serupa juga bisa elo temuin di orang Maori (Selandia Baru), Rapa Nui (Pulau Paskah), orang Asli Taiwan, Madagaskar, dan pelosok-pelosok Austronesia lainnya.
Akan tetapi, sama seperti sebelumnya, stabilitas yang sebelumnya terbangun pasti akan menghadapi tantangan baru, perubahan selalu terjadi.
Kedatangan 4: Sino-Tibetan, Dravidian, dan Etnis Semitic
Dalam periode kurang lebih seribu tahun setelah kedatangan etnis Melayu di Nusantara, peradaban dan kebudayaan Austronesia berkembang semakin kompleks dan mulai melakukan interaksi perdagangan dengan kebudayaan lainnya, termasuk transaksi logam hasil kebudayaan Dong Son di Vietnam.
Transaksi logam dengan peradaban yang jauh di seberang lautan ini juga memicu orang-orang Melayu Austronesia di Nusantara untuk mengembangkan industri metalurgi logam mereka sendiri.
Ternyata, interaksi perdagangan sekelompok masyarakat Austronesia di Nusantara ini berkembang menjadi sangat ramai.
Sampai akhirnya Nusantara ini mengundang kedatangan banyak pedagang dari peradaban luar pada awal abad Masehi, yaitu peradaban Dravidian, Sino-Tibetan, dan etnis Semit.
Pendatang para pedagang ini sudah pasti bukanlah asli pribumi Indonesia. Mereka hanya meramaikan perdagangan di Nusantara.
Dalam dunia modern, peradaban Dravidian lebih akrab kita kenal dengan nama India, sementara peradaban Sino-Tibetan kita kenal sekarang dengan nama Tionghoa, dan etnis Semit direpresentasikan dalam dunia modern pada budaya di Asia Tengah seperti Arab dan Yahudi.
Dalam artikel ini, ke depannya gua akan menyederhanakan penyebutan Dravida = India, Sino-Tibetan = Tionghoa, Semit = Arab untuk mempermudah elo membayangkan serta menyesuaikan dengan konteks dunia modern.
Tapi tolong jangan diartikan bahwa ketika gua menyebut “India”, “Tiongkok”, maupun “Arab” itu mengacu pada warga keturunan negara India, Arab, dan China. Karena baik Kerajaan Arab, Republik China, maupun Negara India baru terbentuk pada abad 20.
Sementara itu, para pedagang Dravida, Sino-Tibetan, dan Semitic yang dulu datang ke wilayah Nusantara, sama sekali tidak membawa atribut kenegaraan yang sekarang kita kenal di dunia modern.
Dari antara tiga gelombang pendatang baru ini, orang Dravida (India) memulai perjalanannya lebih dulu ke daerah Nusantara untuk berdagang sejak abad 1 Masehi.
Sedangkan pendatang Sino-Tibetan baru melakukan eksplorasi besar-besaran di perdagangan Nusantara sejak dinasti Han runtuh awal abad 3 masehi.
Sementara itu, orang Semit mulai pertama kali berdatangan ke pulau Sumatera untuk berdagang dan menyebarkan agama pada abad 7 Masehi.
Pada awal abad masehi, kebudayaan India dijadiin tolok ukur kemajuan suatu suku/daerah. Para penguasa lokal berlomba-lomba untuk mengadopsi budaya India (termasuk agama Hindu, bahasa Sanskerta, dan tulisan Pallawa) agar bisa dianggep keren.
Jadi deh tuh, kerajaan-kerajaan awal bercorak India di Nusantara, dari mulai Kerajaan Salaka Nagara, Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, dan lain-lain.
Sementara itu, catatan sejarah awal tentang kedatangan masyarakat Sino-Tibetan ke wilayah Nusantara ditandai oleh catatan perjalanan biksu bernama Faxian (Fa Hsien) pada awal abad 5 Masehi yang gak sengaja terdampar ke wilayah Nusantara karena badai.
Selain itu, biksu Yijing (I Tsing) pada abad 8 Masehi dari dinasti Tang juga ngelaporin tentang sebuah kerajaan maritim yang sangat besar di Sumatera yang dia sebut sebagai Sanfotsi (padahal yang dia maksud itu Kerajaan Sri Vijaya).
Pada abad 7 Masehi, para pedagang dari Arab mulai berdatangan ke Pulau Sumatera. Para pedagang Arab ini berperan sebagai distributor komoditas dan hasil bumi Nusantara seperti cengkeh dan pala dari Maluku di pasar Timur Tengah maupun Eropa.
Hubungan dagang antara para pedagang Arab dan lokal dari Nusantara ini semakin penting untuk sendi perekonomian Timur Tengah hingga gosip politik di kawasan Nusantara ini pun sampai menjadi buah bibir di jazirah Arab nun jauh di seberang benua.
Contohnya adalah cerita tentang Maharaja Zabag (Sri Vijaya) waktu berantem sama raja dari Khmer (Kamboja) yang beritanya sampai tersebar luas di masyarakat Timur Tengah pada abad 13 Masehi.
Jadi, sejak abad pertama Masehi, Nusantara itu tidak lagi ekslusif dihuni oleh bangsa Austronesia maupun campuran Melanesia, di mana para pendatang baru sudah mulai bermunculan dari wilayah Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia Tengah.
Sebagian besar dari pendatang ini memiliki peran sosial sebagai pedagang dan rohaniawan, dan tidak sedikit juga yang mutusin buat menetap dan kawin campur dengan orang lokal Indonesia.
Mirisnya, kedatangan budaya India, Tiongkok, dan Arab ini masih banyak salah dimengerti oleh masyarakat umum dan sedikit banyak menjadi bahan pemicu konflik rasial di Indonesia.
Nah, sudah menjadi tugas gue sebagai guru Sejarah untuk meluruskan pemahaman yang keliru ini. Jadi, gue putuskan untuk membahas secara khusus kedatangan dari tiga budaya yang masuk pada awal abad Masehi ini.
1. Kedatangan etnis Tionghoa (Sino-Tibetan)
Nah, setelah Faxian dan Yijing yang gue sebut di atas, diaspora masyarakat dari Tiongkok berlangsung dalam beberapa gelombang.
Gelombang pertama yang cukup besar dipengaruhi oleh kebijakan Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Wikramawardhana yang liberal dan memperbolehkan semua orang dari ras dan agama apapun untuk berdagang dan menyebarkan agamanya di daerah kekuasaan Majapahit.
Kebijakan ini membawa peluang bagi Laksamana dari Dinasti Ming, Zheng He (Cheng Ho/Ma Sanbao/Sampokong) yang beragama Islam untuk bolak-balik ngunjungin pantai utara Jawa bagian Tengah untuk berdagang pada awal abad 15.
Zheng He sendiri yang beragama Islam ngebawa rombongan Tionghoa Muslim, Buddha, Tao, dan Konghucu untuk berdagang bersama di Pulau Jawa.
Gelombang migrasi kedua terjadi pada saat Gubernur Jendral Hindia Belanda, Jan Pieterszoon Coen berhasil nguasain Jayakarta (1619) dan membangun kota baru bernama Batavia (dari reruntuhan Jayakarta).
Pada masa pembangunan itu, tentu dia memerlukan pekerja, pedagang, dan penduduk kota dong, masa kosong isinya cuma segelintir orang Belanda aja.
Coen yang mungkin saat itu khawatir banyak masyarakat lokal yang masih menyimpan dendam, memutuskan untuk mendatangkan orang-orang dari tanah Tiongkok untuk dipekerjakan menjadi buruh dan pedagang.
Tapi di satu sisi, bukan berarti masyarakat pendatang Tionghoa ini berpihak pada Belanda. Seiring dengan semakin kompleksnya interaksi budaya, mulai berkembanglah masalah-masalah sosial.
Sampai akhirnya terjadi peristiwa maha akbar yang sayangnya kurang diliput sama buku sejarah yaitu Geger Pecinan, yaitu ketika orang-orang Tionghoa dari seluruh pelosok Jawa bahu-membahu dengan masyarakat Jawa lokal untuk melakukan pemberontakan melawan Belanda.
Saking dahsyatnya Geger Pecinan, peristiwa ini berujung kepada pemisahan Kesultanan Mataram jadi empat kekuasaan terpisah.
Di sisi lain, ternyata kebijakan Belanda yang antipati dengan masyarakat setempat membuat Belanda juga mererekrut pekerja dan pedagang dari Tiongkok (juga India dan Arab) untuk kerja dan dagang di belahan Nusantara lainnya, seperti Pontianak, Medan, Maluku, Papua, Makassar, Padang, dll.
Saking nggak percayanya Belanda dengan masyarakat lokal, dibuatlah perkampungan-perkampungan Pecinan yang dibikin eksklusif sama pejabat-pejabat Belanda.
Nah, ini dia nih sumber permasalahan berbau rasisme yang sampe sekarang masih menghantui kondisi sosial masyarakat Indonesia.
Hanya gara-gara ulah orang Eropa yang pada waktu itu selalu menganggap manusia perlu diklasifikasi, sehingga akhirnya berujung pada justifikasi dan perilaku diskriminatif terhadap golongan etnik tertentu.
Hal itu berlarut-larut menjadi dampak yang lebih luas, dari mulai ekslusivitas sampai kecemburuan sosial dan masih terus mengakar pada masyarakat modern Indonesia.
Terlepas dari itu semua, masyarakat Tionghoa gelombang pertama dan kedua ini sekarang lebih akrab disebut sebagai “peranakan”, karena relatif lebih membaur dengan masyarakat lokal.
Sementara istilah “totok”, dialamatkan untuk keturunan Tionghoa yang melakukan migrasi pada gelombang ketiga, yaitu pada awal abad 20.
Di masa ini, Revolusi Tiongkok yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen membawa pergolakan politik dan sosial sehingga banyak rakyat Tiongkok yang memilih untuk pergi ke Hindia Belanda untuk mengadu nasib.
Singkat kata singkat cerita, ketiga gelombang migrasi inilah yang memperkaya kebhinekaan Indonesia dengan memiliki etnis Tionghoa dengan jumlah sekitar 2,8 juta jiwa.
2. Kedatangan Etnis India (Dravida, Tamil, dkk)
Berbeda dengan kedatangan etnis Tionghoa, kedatangan masyarakat India dan Arab tidak ditandai dengan gelombang atau peristiwa khusus.
Melainkan, melalui proses yang terjadi secara gradual seiring dengan meningkatnya sektor perdagangan di bumi Nusantara.
Semenjak perdagangan mulai rame di Nusantara, banyak pedagang dari India dan Arab yang datang dan menetap, menyebarkan agama dan menikah dengan orang lokal Nusantara.
Pengaruh budaya India di Nusantara, selain ditandai pada corak kerajaan Hindu pada awal abad Masehi, juga sempat dipengaruhi aktivitas perdagangan Eropa di Nusantara.
Pada abad 15-16, banyak pelaut Portugis yang membawa orang-orang India bagian selatan (Tamil) untuk jadi buruh pekerja di pos-pos ataupun perkebunan Portugis.
Hal yang sama juga terjadi saat jaman Belanda, ketika Kota Medan lagi banyak melakukan pembangunan, pemerintah Hindia Belanda ngerekrut banyak pekerja dari suku Tamil untuk bikin infrastruktur macem jalanan dan perumahan.
Bahkan, sampai sekarang keturunan masyarakat Tamil mendiami negara Indonesia dan bisa elo temuin di Kampung Madras (dulu namanya Kampung Keling) di Kota Medan!
Hah? Masa iya ada masyarakat dengan budaya India yang tinggal di Indonesia? Kalo nggak percaya, coba elo tonton salah satu liputan di Youtube berikut ini:
Berbeda dari suku Tamil, orang-orang dari India bagian utara (Gujarat, Sikh, Bengali, dsb) kedatangannya lebih mirip dengan cara orang Arab, yaitu berdagang.
Walaupun jumlahnya jauh lebih sedikit ketimbang keturunan Tionghoa, keberadaan orang-orang India dan cukup menghiasi keanekaragaman asal-usul seluruh penduduk Indonesia zaman modern.
3. Kedatangan etnis Arab (Semit, Arabic, dan lain-lain)
Kedatangan etnis Arab di Kepulauan Nusantara berbeda dengan Tionghoa dan India karena tidak punya gelombang khusus yang menandai kedatangan mereka secara masal, melainkan secara gradual, perlahan namun konsisten.
Sejak abad 7 Masehi, etnis Arab datang ke Indonesia untuk berdagang dan sebagian untuk menyebarkan agama Islam.
Sebagian dari mereka ada yang kembali tapi tidak sedikit juga yang memutuskan untuk menetap di wilayah Nusantara.
Bahkan, sebagian dari etnis Arab sangat membaur dengan masyarakat lokal seperti para pedagang Arab di Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara sehingga mengadopsi nama keluarga lokal di sana.
Beberapa kelompok lain, membuat komunitas semi eksklusif, terutama ketika zaman pendudukan Belanda, di mana etnis Arab juga sempat difasilitasi oleh pemerintahan Hindia Belanda dengan dibuatkan perkampungan khusus untuk keturunan Arab di daerah Koja Batavia.
Mayoritas keturunan Arab di Indonesia memiliki leluhur dari daerah Hadramaut (Yemen), dan sebagian dari Arab Hijazi (Saudi, Qatar, Oman, Kuwait, dsb).
Lucunya, saat ini jumlah masyarakat keturunan Hadramaut di Indonesia malah jauh melebihi jumlah masyarakat di tempat asal leluhur mereka sekarang di Republik Yemen.
Demikianlah, latar belakang sejarah singkat (banget) tentang pembauran etnis Arab di Nusantara. Itulah sebabnya, banyak nama-nama dan marga dengan corak Arab yang sering kita jumpai pada teman sekelas, tetangga, tokoh nasional, maupun para selebriti, seperti nama Assegaf, Shihab, Baswedan, Albar, Alatas, Jamal, dll.
Tentunya pembauran etnis Arab ini juga semakin memperkaya diversity di Indonesia.
Jadi, Siapa Orang Asli Pribumi Indonesia?
Dari pembahasan panjang gue di atas, mungkin rasanya akan semakin sulit untuk menjawab pertanyaan “Siapakah orang asli pribumi Indonesia?”.
Memang wajar kalau elo jadi makin merasa bingung menjawabnya, karena memang pada dasarnya konteks “orang asli pribumi Indonesia” saja sudah rancu.
Dalam tinjauan sejarah, daerah Nusantara ini pada mulanya adalah tanah tak bertuan, sampai akhirnya banyak kedatangan para pendatang sejak zaman Homo erectus, hingga berbagai banyak jenis dan rumpun manusia datang dan akhirnya menyebut Nusantara ini sebagai rumah mereka.
Dalam polemik sosial masyarakat modern Indonesia, sebetulnya definisi dari ‘kaum pribumi’ itu sendiri sangat rancu. Jika indikator ‘pribumi’ adalah masyarakat yang paling lama tinggal, berarti yang pantas disebut pribumi Indonesia yang asli adalah Homo erectus yang tinggal di Nusantara ini selama kurang-lebih 1,5 juta tahun. (itu lama banget men!!)
Tapi jika definisi pribumi artinya manusia modern (Homo sapiens) yang pertama datang ke Bumi Nusantara, jawabannya adalah rumpun Melanesia yang sekarang direpresentasikan oleh suku-suku di Papua.
Nah lho…apakah itu berarti orang pribumi Indonesia itu cuma orang Papua?
Terlepas dari semua definisi itu, gue pribadi sebagai guru sejarah, berpendapat bahwa pada hakikatnya semua penduduk asli Indonesia adalah pendatang.
Jadi, ya memang betul bahwa warga keturunan Arab (Semit), India (Dravida, Tamil), dan Tionghoa (Sino-Tibetan) di Indonesia adalah pendatang, sebagaimana orang Melayu (Austronesia) dan Papua (Melanesia) di Indonesia juga adalah pendatang.
Bumi Nusantara dulunya adalah tanah tak bertuan hingga para manusia dari berbagai rumpun kesukuan berdatangan silih berganti dan mengklaim tanah ini adalah milik mereka, kekuasaan jatuh-bangun dari jaman Kerajaan, Hindia Belanda, sampai akhirnya kini menjadi negara Indonesia yang mewarisi keanekaragaman yang luar biasa.
Perlu kita ingat bahwa kekayaan budaya yang kita nikmati sekarang ini lahir dari proses asimilasi, menerima perbedaan budaya, menghasilkan budaya campuran, dan akhirnya menjadi identitas bangsa yang baru, bernama Indonesia.
Demikianlah pembahasan gua tentang asal-usul orang Indonesia dan siapakah yang menjadi orang asli pribumi Indonesia.
Dari penjelasan di atas, kita jadi tahu kalau keanekaragaman etnis yang ada di Indonesia sangat beragam dan menarik untuk dipelajari satu per satu.
Apabila Sobat Zenius tertarik untuk mempelajari asal-usul kehidupan purba dan siapa yang dapat disebut sebagai pribumi Indonesia melalui video pembelajaran, elo bisa langsung klik link-nya di bawah ini!
Selain itu, Sobat Zenius juga bisa, lho, belajar mata pelajaran lainnya melalui video pembelajaran lewat paket belajar Aktiva Sekolah dari Zenius.
Lewat paket belajar tersebut, elo juga berkesempatan ikut ujian try out sekolah, sesi live class dari Zenius per minggu, serta mendapatkan akses rekaman dari live class tersebut.
Menarik, kan? Yuk, berlangganan sekarang juga!
Referensi Pustaka:
Dahlan, Ahmad Phd. (2014). Sejarah Melayu. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia
Dwi Putrohari, Rovicky., et al. (2015). DIASPORA Melanesia Di Nusantara. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
Steinhauer, Hein., et al. (2015). Wacana : From Languages to Cultures in Indonesia I. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Simanjuntak, Truman., et al . (2006). Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Archipelago. Jakarta: LIPI Press
Baca Juga Artikel Lainnya:
Latar Belakang Merah Putih di Manado
Originally published: September 4, 2015
Updated by: Maulana Adieb
Bang, gw pernah baca kalo ada penelitian dengan mengumpulkan sampel DNA seluruh masyarakat indonesia buat diketahui hubungannya. Bener ya?
Halo..
Coba cek artikel ini deh. Komparatif sih, tapi sampel di Indonesianya lumayan banyak:
http://www.researchgate.net/profile/Nicole_Perna/publication/21827734_Alu_insertion_polymorphism_a_new_type_of_marker_for_human_population_studies/links/0912f5134f1efbd75d000000.pdf
Ini hasil test DNA saya, http://goo.gl/TM2K4n.
Bang coba buka tokoh asal usul sawerigading hingga ke malasya singapura dan cina
Terus orang afrika datangnya dr mana? Ada info baru ga dari richard dawkins?
Asal usul dan datangnya Orang Afrika ya dari Benua Afrika. Tapi leluhur Manusia Modern / Homo Sapiens Sapiens dipercaya para Ilmuwan Antropologi berasal dari Afrika Timur di Rift Valey di sebelah Utara Danau Victoria, tetapi belakangan ini ditemukan kerangka Manusia Purba yang mereka sebut Homo Nadeli “Setengah Kera Setengah Manusia” di Johannesburg, Afrika Selatan. Para Ilmuwan Antropologi mulai memperkirakan asal usul manusia kalau bukan di Afrika Timur Rift Valey ya di Afrika Selatan, dekat kota Johannesburg. Info lebih lengkap lihat di situs website National Geographic dan National Geographic Indonesia.
Homo Naledi Ya? Belakangan ditemukan juga Bangsa yg mirip Homo Sapien di Afrika Utara. https://uploads.disquscdn.com/images/bc1dc79e38bb71f32b37dc7541396845dc98c5cfecdb4c583cbf7b1c9b176fd2.jpg
Mungkin itu yang disebut Homo Sapiens Idaltu sementara kita2 ini adalah Homo Sapiens Sapiens. Penyebutan “Sapiens” 2 kali mungkin dikarenakan dulu Neanderthal juga sempat disebut Homo Sapiens Neanderthal, tapi sekarang cuma disebut Homo Neanderthal saja.
dari monyeng hahahha..
Keren artikelnya kak. Mau nanya dong klo rumpun besar manusia pertama (melanesia, austronesia, dkk) itu dibedakan brdasarkan apa yaa? Apakah dari DNA, bahasa, ciri2 fisik, ato geografi???
Luca Cavalli Sforza, genetikawan asal Italia pernah ngasih perbandingan antara kedekatan genetik sama kedekatan liguistik di banyak suku bangsa di dunia. Jawabannya, genetika lebih dianggap akurat klo soal nentuin ras2an. Bahasa bisa aja saling pinjam sana sini. Contoh: Orang-orang di Vanuatu, ciri fisiknya Melanesia tapi bahasanya pake bahasa Austronesia.
Halo, Artikelnya bagus. Aku lagi ada tugas. Jadi aku mau ikut nanya disini. apa bisa hanya dari fosil yang ditemukan kita menentukan genetikanya? Setau aku, dari fosil kita hanya menentukan kesamaan species dari kesamaan bentuk saja. Jadi dari fosil kita tidak bisa menentukan ras tapi hanya membedakan species. Correct me if i’m wrong.
begh ini yg gw cari-cari, penyerderhanaanya :D. model out of africa is more reliable than multi-regional :v
Mantap! Mudah2an membantu.
Ga cuma reliable, tapi juga strongly valid kok klo dari studi genetika
kalo orang afrika datang dari afrika berarti adam hawa beranaknya disana..atau teori darwin benar manusia moyangnya monyeng..
Kan adam n hawa itu manusia besar yg kalo kemanA aja tinggal lari sampai dari satu negara ke negara lainnya jadi bisa aja cucunya cucunya cucunya beranak disana dan terus gk keurus makanya mukanya mengikuti iklim hutan
Benar ! Manusia dulunya seperti monyet, tangannya besar kakinya kecil. Mereka dulu tinggal di pohon. Mereka diburu oleh sebagian binatang dan bukan pemburu. Hingga datanglah Lucy, manusia purba modern. Maaf ya kalau salah, hehe
Nope, spesies human sapiens pernah hidup bersamaan atau bahkan lebih tua dari manusia kera neandhertal.
https://www.theguardian.com/science/2017/jun/07/oldest-homo-sapiens-bones-ever-found-shake-foundations-of-the-human-story
keren
Thanks Nggi
this is cool. baca artikel ini gue jadi inget ama kelakuan beberapa org di USA yg rasisnya masih ga ketolongan. sewot dgn immigran/pendatang, padahal pendahulu mereka imigran astaga.
Thanks Kayiz!
Bahkan Indian Amerika juga pendatang dari Asia kira2 20,000 tahun yang lalu.
Jika gitu. Antara amrik dan indonesia jg sama sama tanah tak bertuan kan?
Lebih tepatnya jika dikaji sekarang yakni masyarakat adat kali ya ..
Ada sedikit perbedaan soal penduduk “Pribumi” Amerika dan Indonesia:
Di Indonesia masih ditemukan kerangka Manusia2 Purba seperti Homo Erectus, Homo Florensis, dll yang hubungannya sangat jauh dengan Manusia Modern Homo Sapiens Sapiens seperti kita2 semua di Planet Bumi ini.
Tetapi, di Benua Amerika Utara / Selatan, tidak ada kerangka dan tanda2 kehadiran Hominid kuno seperti Homo Erectus, dll. Paling tidak sampai saat ini, tahun 2015. Memang para Ilmuwan Antropologi menemukan kerangka dan tengkorak Manusia kuno disana seperti Kennewick Man, Mumi Juanita, Manusia Clovis, dll tetapi mereka semua masuk kategori Homo Sapiens Sapiens seperti kita karena para Ilmuwan dapat membaca DNA Haplogroup Kromosom Y, Haplogroup DNA Mitokondria, DNA Autosomal. Dan penanda genetik Haplogroup mereka semua, para Hominid2 kuno itu masuk dalam Pohon Keluarga Manusia Modern.
Contoh:
Kennewick Man Y Hg Q-M3 dan mtDNA Hg X2a. Mumi Juanita (perempuan tidak punya Kromosom Y) mtDNA Hg A, dan Manusia Clovis Y Hg Q dan mtDNA Hg D, subgroup mtDNA Hg M.
Jadi penggunaan istilah “Pribumi” di Benua Amerika dengan Indonesia tidak begitu mirip. Manusia Purba non Homo Sapiens sudah lebih dulu hadir di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur. Bahkan mungkin Siamang dan OrangUtan lah “Orang Pribumi” Indonesia.
Manusia purba itu menurut beberapa ahli sejarah memang ada tetapi mereka hidup sebelum jaman nabi adam kemudian punah, jadi adam bukan manusia pertama yang pernah meninjakan kakinya di bumi ini…….., sedangkan semua manusia yg hidup sampai saat ini dan sampai hari kiamat nanti adalah keturunan adam, jadi artikel diatas klo ngebahas asal usul bangsa indonesia ya di mulai dari jama adam dong bro baru pas……….
jangan campur adukkan cerita agama dengan ilmu pengetahuan
Tx bang, ente memperkuat argumen ane bahwa kita ini semua pendatang, dan kalo emang ngeliat pribumi dari faktor lama lamaan menetap maka cuma orang papua yang pribumi.
Semoga ana bisa nyadarin mereka mereka yang bilang china itu bukan pribumi.
Yang lebih lama lagi tentunya ada orangutan! Heheheh
Sebenernya konsep pribumi/bumiputeranya itu sih yang udah usang. Sekarang di Indonesia cuma ada dua jenis orang (Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing)
Nggak jangan diusangin, coba deh lo pikir sejenak, bangsa Melayu disini harus ada ‘pegangan’ sebutan pribumi (knp begitu nanti dibawah komen ini gue jelasin) kalo kagak lo mau tinggal dimana?? Orang cina diusir dari Indo balik ke mainland Cina, India bisa balik ke India, Arab bisa balik ke Saudi/Emirat/Palestin/etc, kalo Melayu diusir lo mau kemana?? Thats why cap ‘pribumi’ pada diri bangsa Melayu itu super penting!!!
dih pengen amat siii disebut pribumi. gak penting gila!! lu tuh kayak orang bule amrik merengek minta dicap sebagai pribumi di amrik. padahal bule amrik juga sama2 pendatang. amrik tuu mirip sprti indonesia, penduduknya uda multikultur, dr ras negro, cina, latin, india, apache, dsb.. Tapi rasanya sii jarang bule amrik yg merajuk mnta dpt sebutan ‘pribumi/native’ kyk kmu yaa. wkwkwkwk…
orang melayu diusir balik ke cina, india, etc kwkwkwk. emang sebener nya kek na kita sodara kok gan
Kenapa di benak lo ada skenario usir-mengusir men? Ada apa?
Ya sudah,,, loe bungkus aja nusantara ini lalu bawa pulang dah
ini nih orang udah kecuci ama otak rasial yang digaungkan oleh pemerintahan hindia belanda yg mengotakkan orang berdasarkan rasnya…padahal menurut penelitian terbaru dna kita itu ndak terlalu berbeda 1 sama laen yah gara2 udah terlalu banyak asimilasi dlm tubuh kita sapa tau dlm drh anda ada berbagai ras masuk dlm tubuh anda …makanya ndak kaget ketika artis bule punya ornag yg wajahnya mirip tp dr ras laen ….kalau anda bilang beberapa juta tau yg lalu secra dna beda jauh tp skr susah membedakannya
dindin, ketahuan lu gila hormat :v
kita uda jadi satu negara brow…
Sejalan dengan sdr. Dindin, istilah “pribumi” memang mustahil untuk digantikan/diusangkan, karena pribumi adalah identitas kita. Kebangsaan Indonesia dibangun dengan sentimen kepribumian. Pengalaman tertindas sebagai warga kelas tiga membuat kita berusaha keras untuk merdeka, melepaskan diri dari penindasan ras Eropa yang berlagak sebagai tuan diatas tanah kita. Bagi orang ras Sawo-Matang seperti kita, istilah pribumi telah menjadi proto-nationalism yang menghantarkan kita menyimpulkan perkembangan dari “Bangsa Hindia” menjadi “Bangsa Indonesia”. Istilah Pribumi telah menyatukan suku-suku dari ras Melayu, sehingga menjadikan kita kuat menjalankan Revolusi Indonesia.
Tapi sekarang kita sudah merdeka. Dan istilah pribumi sudah selayaknya diganti dengan WNI dan WNA. Move on.
Mas Lanjar, mungkin banyak diantara bangsa kita masih pada rancu.
Istilah “pribumi” dan pembagian “WNI/WNA” adalah dua hal yang jauh berbeda. Pembagian WNI/WNA adalah bagian dari “kehidupan bernegara”, yang berkaitan dengan formalitas. Sedangkan pribumi adalah bagian dari “kehidupan berbangsa”, yang berkaitan dengan realitas/kenyataan sosial.
Menghapus istilah pribumi sama saja menolak realita eksistensi Bangsa Indonesia itu sendiri. Negara terbentuk karena adanya bangsa, sehingga keduanya (kehidupan berbangsa dan kehidupan bernegara) berjalan bersamaan secara paralel.
Tapi negara harus mencerminkan bangsanya. Menghilangkan kehidupan berbangsa dengan penghapusan istilah pribumi, artinya negara ini bukan lagi milik bangsa/ras kita, dengan kata lain menggadaikan kedaulatan ras kita kepada ras lain.
Kami rasa, ras kita bukanlah segolongan manusia dzalim. Terbukti dengan negara merdeka yang kita dirikan ini (NKRI) adalah negara yang dibangun atas dasar kesetaraan dan keadilan kepada warganegaranya. Nikmatilah dalam kehidupan bernegara. Dan biarkan identitas pribumi tetap abadi dalam kehidupan berbangsa.
Ya kalau gak mau move on sih silahkan saja….
Pribumi asli Indonesia mungkin adalah Orang Utan dan komodo. Jadi kl ada yg merasa pribumi asli disini berarti dia merasa sebagai Orang Utan. he he he.. Istilah pribumi dan non pribumi sdh dihapus oleh Keppres 26 th 1998.
Istilah pribumi asalnya dari Inlander yg diberikan oleh kolonial Belanda yg membagi 3 kasta di Hindia Belanda: 1) Tertinggi tentunya bangsa kolonial. 2) Bangsa pendatang asal Timur Dekat-Timur Jauh (Arab, India, China) 3) Inlander (Pribumi), yg sebenarnya menurut artikel di atas jg pendatang.
Ada beberapa fakta yg mgkn tidak diketahui secara luas tentang perjuangan kemerdekaan dari kolonial Belanda:
1) Tahun 1740 ada 10 ribu, suku Tionghoa dibantai VOC di Batavia https://www.youtube.com/watch?v=CsYyM7jtIUY
2) Tempat diselenggarakannya peristiwa yg menjadi Tonggak Sejarah berdirinya Bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, adalah pemberian suku Tionghoa bernama Sie Kok Liong, dan ada pemuda Tionghoa lainnya di kepanitiaan Kongres Pemuda tsb. http://video.metrotvnews.com/play/2015/10/30/445994/sosok-pemuda-tionghoa-di-sumpah-pemuda
3) Renglash Dengklok 16 Agustus 1945, rumah tempat pengungsian Bung Karno dan Hatta serta keluarga adalah pemberian seorang Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong, di rumah tsb juga Teks Proklamasi disusun. https://www.youtube.com/watch?v=RT6jJ0eI9zQ
4) Laksamana Muda John Lie adalah Pahlawan Nasional dari suku Tionghoa yg berjasa dalam perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1946-1949. https://www.youtube.com/watch?v=W9AfhXQaIXs
Tambahan, apakah gadis-gadis cantik ini bukan pribumi/inlander? https://www.youtube.com/watch?v=96oywiz9Sd0
Nah, sekarang mari kita diskusikan. Istilah pribumi pemberian kolonial yg buat memecah belah bangsa ini dgn strategi “devide et impera” mereka buat apa di jaman sekarang ini?
Melayu? Sepertinya mbak/masnya harus baca ulang postingan ini lg deh :))
hadooohhh masbro Dindin….ga perlu lagi kaliiii jaman modern kaya gini masih pengen disebut sbg “pribumi”…konsep “pribumi” atau “bumiputera” itu konsep jaman penjajahan kolonial Hindia Belanda broooo….masa udah mau taun 2016 gini sampeyan masih pengen kelas2in ras pri-non pri sihh??
istilah pribumi/inlander sendiri adalah pemberian bangsa kolonial Belanda. Kalau anda maksa bilang kalo melayu diusir mau kemana? (meski pertanyaanya shrsnya siapa yg mau mengusir?) Jawaban buat kamu nih yg ga ngerti asal usul nenek moyang, coba perhatikan pakaian adat suku zhuang dan bouyei (buyi) di Yunnan, mirip ga dgn pakaian suku minangkabau yg menurut sejarahnya datang dari Yunnan sekitar 2000-2500 tahun yg lalu, mirip ga?
(Zhuang) cultural-china(dot)com/chinaWH/images/arbigimages/02dfec3e1d3347210d6dcf3bf7f95a21(dot)jpg
(Bouyei): chinadiscovery(dot)com/assets/images/ethnic-minority/guizhou/bouyei-minority-650(dot)jpg
Dindin, kalau Orang Cina diusir dari Indonesia, mereka kembali ke Pesisir Pantai Cina Selatan, kalau keturunan “Cina Totok” mereka kembali ke Shanghai, Beijing dan mungkin ke Mongolia Dalam dan Provinsi Xinjiang Uyghur di Cina Barat Laut. Orang India diusir dari Indonesia, mereka kembali ke Anak Benua India, Srilanka dan Pakistan. Orang Arab diusir dari Indonesia, mereka kembali ke Semenanjung Arab seperti Yaman, Uni Emirat Arab dan Negara2 Timteng lainnya. Orang Melayu diusir dari Indonesia, mereka kembali ke Pulau Formosa (Taiwan), Semenanjung Indocina dan Perbatasan Cina Selatan – Vietnam – Kamboja – dan Myanmar / Burma.
bang, saya keturunan cina, tapi dah lebih dari 4 generasi tinggal di indonesia. Kalau di usir dari Indonesia mo pegi kemana? masa ke Cina? kaga ada sodara,, kaga ada kenalan. bahasa cina juga kaga ngerti, ngertinya bahasa Jawa.
gw juga ogah kalau disamain ama Cina daratan sono. jorok2 suka ngeludah sembarangan. kalau ditanya orang apa, gw selalu jawabnya orang Indonesia. Karena emang orang Indonesia, bukan orang Cina.
Jadi jangan di usir yah 🙂
Nggak adalah usir-mengusir itu bro Willy. Kita ini kan bersodara: “Persada kita satu…” -izs-
Taiwan
Menurut teori yang ada di wikipedia asalnya diperkirakan dari sono
Wkwkkwkw
Ketauan ni ga lengkap bacanya
pribumi = mayoritas, yg paling banyak suaranya menang yeeey~!
karena istilahnya rancu, jadi relative, yg pendukungnya banyak yg bisa claim sebagai pribumi.
cmiiw
Jelas Melayu yang dianggap pribumi sebab Melayu ini lah yang pada akhirnya bener2 “nginjek” tanah Indonesia dengan cara mereka membuat Kerajaan, sampe Kerajaan yang luar biasa hebat (tau gak lo apa?) Yap Majapahit! Dan yang disisksa penjajah dan dilawan penjajah siapa? Melayu.. bukan papua,india,arab,dan cina kan?????!!! Jadilah dgn kesusah payahan bangsa Melayu mereka pantas disebut pribumi.
Ya udah Ente hidup di Kerajaan Majapahit aja jangan di indonesia… karena indonesia Bhineka Tunggal ika
masa si gan? sy ga tau sih ya, dulu saya belom lahir, coba donk pak faisal jelasin gmn sih keadaan dulu….. kalo bisa kita diskusi terbuka aja, ga usa pake emosi. kan bagus buat kita belajar gan. sy dari smp dulu punya guru sejarah kalo jelasin sejarah itu bagus banget namanya bu gracia, akhirnya saya suka de ama sejarah.
Baca tulisan di atas ga sih nih sebenernya? Udah mudeng sama apa yg dilakuin sama Wikramawardhana, raja Majapahit yang gue sebut di artikel? Coba cek lagi deh.
Ente td baca di artikel diatas kan? Ada baca bahas soal geger pecinan… Ente buta huruf apa org bego pura2 pinter? Da jelas etnis dluar melayu pun berdarah2 membela tpt mreka tinggal… Ya bumi pertiwi ini.. Ente da ngaco masi ngeyel lg… Wktu skola brp kali tiggal kelas?
kan sudah tertulis dalam catatan sejarah orang2 melayu itu nenek moyangnya berasal dari yunan china selatan kan ras asia itu masih sama ras mongoloid bagaimana sih enggak ada ras melayu yang ada ras mongoloid dan anda mengaku majapahit bukankah majapahit itu kerajaan hindu berarti anda beragama hindu yah iya kalau mau diakui bagian majapahit ke bali aja kan disana mayoritas agama hindu itu juga kalau orang2 bali nya mau menerima agan
Kepada Phoenix Shop dari Adrian:
Memang benar Orang Cina Sino Tibet Selatan, Orang Indocina seperti Vietnam, Kamboja, Thailand dan Orang “Melayu” Indonesia berkerabat dekat 1 sama lain tetapi bukan dengan istilah ras “Mongoloid” karena leluhur kita bukan berasal dari Mongolia. Orang Asia seperti kita2 ini lebih pantas disebut orang Orientalid karena Orang Cina Selatan, Indocina dan “Melayu” membawa garis leluhur kuno pihak Ayah: Kromosom Y Haplogrup O* M175 dan subgroup O’ nya. Leluhur kuno Kromosom Y Hg NO, N dan O, yaitu Kromosom Y Haplogrup K* M9 yang dibagi lagi menjadi Y Hg K1*, L dan T dan Y Hg K2 – K2a ( Y Hg NO, N dan O), Y HG K2b1 ( Y Hg M dan S ) dan Y Hg K2b2 ( Y Hg P, Q dan R ) berasal dari Asia Selatan / Asia Tengah. Dan leluhur kuno pihak Ibu: DNA Mitokondria Haplogrup R* asal Asia Tengah – Iran – Timteng di sekitar Laut Kaspia / Laut Mazandaran bagian Selatan yang menurunkan mtDNA Haplogrup R9 F dan R11 B4,5. Orang Mongolia sendiri adalah salah satu dari sub kelompok etnis Pribumi Siberia, tidak ada hubungan leluhur kuno dengan Orang Cina. Mereka adalah Orang Asia Klasik karena DNA ayah mereka, Kromosom Y Haplogrup C2* M217 / Haplogrup C Utara berasal dari Kromosom Y Haplogrup C* M130, Kromosom Y tertua di luar Benua Afrika yang juga menurunkan leluhur kuno Orang Aborijin Australia, Orang Melanesia, Orang Mikronesia dan sebagian Orang Polinesia. Dari garis keturunan Ibu mereka ( Mongolia dan Siberia ) juga menunjukkan leluhur kuno Ibu mereka, DNA Mitokondria Makrohaplogrup M dan subgrup M’ nya mtDNA Hg CZ, C, Z, D dan G. Orang Aborijin Australia dan Orang India Selatan + Srilanka juga kebanyakan membawa DNA Mitokondria M*, M2 – M6 dan subgrup M’ nya.
Info lebih jelas cari di Wikipedia Bahasa Inggris: Human Haplogroup dan situs website: 23andMe, Family Tree DNA dan The Genographic Project.
Oh pake victimization ya? Susah jadi berhak ya? Darimana dasarnya?
Sayang sekali kalo konsep seperti itu d tinggalkan, dan digantikan dengan konsep satu negara saja, akan ada banyak suku-suku yg kehilangan identitas budayanya, dan tergantikan oleh budaya2 yg lebih dominan d suatu negara. Hal ini berasa nyata di pulau Borneo, ketika suatu suku besar seperti Dayak terbagi ke dalam 3 negara hanya karena masalah “POLITIK”, dan bukan karena migrasi. Pada masa orde baru, ada banyak pengaruh jawa dan budaya lain (secara tidak langsung melalui program transmigrasi) yang dimasukkan d bumi Kalimantan, sehingga muncul stigma negatif terhadap budaya sendiri karena merasa budaya tersebut primitif dan terbelakang, sehingga banyak yg ingin mengganti identitas budaya mereka dengan harapan menjadi sederajat di dalam masyarakat. Indonesia sendiri hanya mengenali penduduk asli kalimantan sebagai orang Dayak dan d klasifikasikan hanya berdasarkan provinsi (Dayak Kalbar, dayak kalteng, dayak kaltim, dll), padahal Dayak sendiri terdiri dari berbagai macam sub-suku (bahasa dan adat yg sedikit berbeda) yg terbagi bukan atas perbedaan provinsi, sehingga ini semakin memunculkan abiguitas terhadap identitas dikalangan orang Dayak itu sendiri. Walaupun akhirnya saat ini (setelah orde baru) masyarakat dayak kalimantan sedang berupaya memunculkan kembali identitas sub-suku tersebut.
Hal berbeda terjadi wilayah Borneo lain (Brunei, Serawak, dan Sabah) dimana Malaysia dan Inggris masih mengklasifikasikan Dayak berdasarkan daerah asal dan bahasa, seperti Iban, Bidayuh, Orang Ulu, Kadazan, dll. Sehingga dengan ada identitas tersebut, muncul gerakan-gerakan, serta upaya untuk memajukkan sub-suku mereka masing2.
Trus apa efek identitas kesukuan ini bagi masyarakat “pribumi” ?
Contoh : Bayangkan pemerintah Kalimantan Timur bekerja sama dgn perusahaan minyak setempat memberikan kesempatan beasiswa ke Univ tertentu atau kesempatan bagi warga Kaltim bekerja di salah satu perusahaan minyak. Mungkin hanya 1 dari 20 orang yg merupakan orang yg benar2 asli dari kaltim, sisanya adalah orang Batak, Jawa, atau suku2 pendatang lain yg juga punya KTP Kaltim karena orangtuanya bekerja d perusahaan yang ada disana. Kenapa orang “asli” tidak bisa berkompetisi?, karena mayoritas penduduk “asli” ini masih miskin, kurang pendidikan, dibandingkan para pendatang memang sudah terdidik. Jika hal ini berlanjut mayoritas masyarakat ini hanya akan menjadi penonton terus, walau sebagian kecil ada yang sukses. Kekayaan alam kalimantan d geruk habis, tanah dan hutan adat yg d jaga turun temurun d jual pemerintah k perusahaan asing karena negara punya kuasa dan tidak mengerti maknanya bagi masyarakat “asli”. Ironisnya lagi di pulau penghasil minyak, kendaraan harus antre beberapa KM karena minyak langka dan harga lebih mahal, serta tidak tersedianya jaringan listrik d desa2.
Apakah indentitas kesukuan (orang asli dan pendatang) akan memunculkan rasisme d masyarakat?
Menurut saya itu tergantung mental dari masyarakat, Kalimantan (Orang Dayak) termasuk daerah yg mengedepankan semangat kedaerahan, artinya kaum tionghoa dengan bebas menggunakan bahasa daerahnya tanpa ada perlakuan rasis, suku jawa dan madura bebas mengadakan acara adatnya. Rumah ibadah bebas berdiri tanpa ada ancaman ormas. Acara Natal, Lebaran, Imlek dirayakan oleh semua lapisan masyarakat. Hal yang sama juga terjadi di Serawak & Sabah Malaysia.
Mungkin saya bisa bilang Kalimantan adalah daerah yang paling toleran di Indonesia…walau mereka menggunakan semangat kesukuan. So…apa pointnya mengganggap semangat ke-daerahan (pribumi & pendatang) telah usang dan berusaha menggantinya dengan identitas negara saja?,
Saya rasa semangat kesukuan itu harus terus dijaga, toh banyak orang2 di kota besar dan berpendidikan yg gembar-gembor ngomong semangat kesatuan indonesia tapi malah lebih Rasis dalam prakteknya.
Paragraf terakhir anekdotal sekali. Ada contohnya?
Apa sudah lupa dengan konflik Sampit?
Mengacu pada konflik yang ada sebutkan, tentu saya tidak lupa dengan situasi 14 tahun yg lalu, sebenarnya kejadian tidak cuma disampit pada tahun 2001 tapi juga di Pontianak pada tahun 1998. Saya akan cerita sedikit kondisi saat itu, di Kalimantan terdapat banyak suku, sebut saja Dayak, Melayu, Banjar, Kutai, Tionghoa, Jawa, Madura, Bugis, Batak, dll. Setiap suku memang punya karakter sendiri dan kadang kurang bisa diterima oleh suku2 lain. Ada suatu pola yang terlihat di Pontianak saat itu, ketika kasus kriminal, penggunaan senjata tajam saat bertengkar, pencurian, perampokan dan pembunuhan yang dilakukan ternyata didominasi dan cenderung dilakukan oleh kalangan suku tertentu, hal ini memunculkan image negatif terhadap suku tersebut yang notabene merupakan suku pendatang dari pulau lain. Pertanyaan saya selanjutnya adalah, apa yang akan dilakukan oleh suku “asli” sebagai tuan rumah sebagai upaya untuk meredam kriminalitas yang dilakukan oleh gologan tersebut d tanah airnya?, secara natural pasti akan mengusir dan melawan. Sehingga pada tahun 1998 masalah tersebut terakumulasi ditambah dengan krisis ekonomi saat itu, akhirnya Suku “asli” turun tangan, mengapa sampai membunuh?,
1. Suku “asli” zaman dahulu merupakan suku pemburu, sehingga insting membunuh masih ada.
Mirip dengan suku asli Formosa (Taiwan), referensi Film sebagai gambaran :
http://www.imdb.com/title/tt2007993/
2. Suku “pendatang” memiliki watak keras dan melawan (sebagian memiliki ilmu kebal dan sakti).
3. Kenapa membunuh anak yg tidak berdosa?, karena ada kecenderungan balas dendam oleh suku tersebut, dilihat dari kasus2 pertengkaran kecil sebelum munculnya kerusuhan.
Pertanyaan selanjutnya, apakah suku “asli” mengusir suku pendatang lain?, Jawabannya tidak, karena ini bukan merupakan aksi rasisme, arogansi atau superioritas suku “asli” untuk menunjukkan kehebatannya, melainkan hanya upaya pengusiran kelompok tertentu yang mengancam keharmonisan dan kerukunan warga di Kalimantan yang kebetulan adalah suatu suku tertentu.
Pada tahun 2001 di Sampit kasus tersebut terulang kembali, karena dipicu oleh kasus pembunuhan teman dari anak seorang kepala suku Dayak Ngaju yang dilakukan oleh oknum tersebut. Mohon maaf jika ada yang tersinggung, tapi memang begitulah situasi pada saat itu.
Referensi :
Kalimantan Barat :
– Saya sebagai Penduduk “Asli” Kalimantan Barat
Kalimantan Timur :
https://www.youtube.com/watch?v=XUpvTsNtfI4
Selanjutnya apa yang terjadi pasca kerusuhan?, keadaan kembali normal, suku “pendatang” yang sebelumnya diusir kembali ke Kalimantan dan menjalani hidup dengan normal, tidak ada pengusiran selama tidak ada yang hal yang memicu konflik, tidak ada perlakuan rasisme dari penduduk “asli” setelah kejadian tersebut. Di Pontianak sendiri jika anda berkunjung di daerah Siantan disana mayoritas penduduknya adalah orang Madura, di Sampit juga sekarang sudag banyak suku Madura di sana. Keadaan kembali kondusif dan tentram sampai saat ini. Jika anda masih meragukan kondisi saat ini di Kalimatan, anda bisa berkunjung langsung ke sana, dari pada hanya berspekulasi berdasarkan teori dan konflik yang pernah terjadi. Sama saja kasusnya anda mengingat penjajahan ratusan tahun lalu dan memiliki pandangan negatif ttg Belanda.
Contoh :
kalbarsatu(dot)com/beritakalimantanbarat/ikbm-akan-bangun-rumah-adat-budaya-madura/
kabarmadura07(dot)blogspot(dot)com/2008/04/sudah-berubah(dot)html
Di Kota besar seperti Jakarta dan Bandung, ketika saya ngobrol dengan teman2 kampus atau rekan kantor, kebanyakan dari mereka mengalami perlakuan rasisme di Sekolah. Contohnya Etnis tionghoa sering dipanggil “Cina” secara kasar padahal mereka bahkan sudah tidak bisa berbahasa Mandarin dan bahkan beberapa sangat nasionalis. Atau orang Jawa yang diejek karena menggunakan bahasa daerahnya karena dianggap kampungan. Atau pacaran tidak direstui karena beda suku. Hal ini berbeda dengan yang saya rasakan saat bersekolah di Kalimantan dimana orang Tionghoa fasih menggunakan bahasa Hakka atau Mandarin, dan suku-suku lain menggunakan bahasa daerahnya, tanpa ada ejekan yang mengacu pada ras mereka. Dan Orang Dayak sendiri tidak pernah membatasi pernikahan dengan suku tertentu.
Menurut saya artikel anda sangat bagus, karena memang sejauh yg saya tau masyarakat Asia Tenggara adalah kelompok etnis yang sulit sekali dipelajari asal muasalnya. Tapi saya kurang sependapat ketika ada mengatakan “konsep pribumi/bumiputeranya itu sih yang udah usang”, banyak sekali orang yang tidak sependapat, apalagi yang berasal dari daerah2 atau termasuk mungkin kakek anda di desa. Mengenai statement anda “Sekarang di Indonesia cuma ada dua jenis orang (Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing)” akan muncul dampak seperti yang saya sebutkan d komen sebelumnya yaitu penghilangan identitas dan kebudayaan minoritas, ketidakadilan sosial bagi masyarakat tertentu karena perbedaan peradaban dimasa lalu (ada yang sudah modern dan terdidik ada yang masih primitif). Dan jika anda menganggap masalah Rasisme bisa dihilangkan dengan status WNI atau bukan, menurut saya tidak semudah itu.
Bisa tolong anda jelaskan argument Anda mengenai konsep bumiputera sudah usang dan seharusnya di Indonesia cuma ada dua jenis orang (Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing) ?
Bung Mamo kuat sekali rasa kesukuan dan kedaerahannya sampai segitu berseterunya dengan konsep identitas satu negara, sebegitu buruknya kah konsep satu negara di mata anda?
Kalian-kalian yang latar belakang sukunya ‘berdarah-murni’ bisalah bangga dan tenang punya identitas kesukuan, tapi bagaimana dengan orang-orang seperti saya yang orang tuanya beda suku? Ayah saya dari Jawa, ibu saya dari Sumatera, saya lahirnya malah di Medan yang orangnya macam-macam mulai dari Melayu, Batak, Tamil, dan sebagainya. Di rumah nggak ada adat istiadat bawaan dari daerah wong dua-duanya beda suku, di luar rumah ketemunya juga orang-orang yang saling berbeda suku dan sendiri-sendiri, mana ada identitas bersama. Alhasil saya cuma bisa bahasa Indonesia, bahasa daerah sama sekali buta karena bahasa di Medan itu ya bahasa Indonesia.
Dan paling kelihatan waktu mudik ke kampung halaman orang tua masing-masing yang jangkanya itu beberapa tahun sekali, kentara sekali saya bukan sepenuhnya bagian dari suku masing-masing, yang di sini kurang cocok yang di sana juga kurang cocok. Lalu bagaimana dengan identitas saya? Apa identitas untuk orang-orang yang kelahiran antarsuku dan tinggal di tempat yang multikultural seperti saya? Sampai sekarang pun saya masih bingung sebenarnya saya ini budayanya apa, adatnya apa, nggak jelas sama sekali. Kalau ditanyain pertanyaan sakti di Indonesia -> “Orang apa?”, “Asli mana?” ya saya jawabnya cuma orang Medan atau orang Indonesia aja, udah.
Akhirnya saya cuma bisa menghargai apa yang saya punya. Saya junjung tinggi bahasa Indonesia dan comat-comot segala macam yang bersifat nasional yang pokoknya bisa menandakan identitas saya sebagai satu orang Indonesia, lalu sekarang anda bilang konsep satu negara dan identitas negara itu tidak baik!? Egois! Bagaimana dengan saya (dan saya yakin juga sekarang banyak yang seperti saya) bahkan sejak dari lahir tidak punya identitas, kebudayaan, maupun semangat kesukuan, yang pegangannya cuman ke-Indonesiaan? Kalian pikir kami jadi nggak merasa terasing di negeri sendiri dengan kalian-kalian yang pongahnya teriak-teriak atas nama kesukuan dan kedaerahan?
Maaf, saya tidak menganggap rendah atau mengkerdilkan kebudayaan suku atau daerah, tapi kalian-kalian yang primordialis terlalu merasa eksklusif dan terkotak-kotak dengan rasa kebanggan suku/daerah kalian masing-masing sampai-sampai tidak memikirkan identitas orang Indonesia yang “cultureless” yang sampai sekarang masih melabang dalam gelap mencari jati dirinya.
Sah sah aja kalau bangga dengan semangat kesukuan, tapi saya merasa tersinggung kalau sampai ada keluar ungkapan seolah-olah yang berpikiran nasionalis udah dianggap kayak penjajah, padahal sesama rekan warga negara.
Merhatiin nggak keadaan sekarang? Pada akhirnya kemana kebanyakan orang-orang yang ‘suku dan adat budayanya nggak jelas’ ini berpaling? Bukan ke budaya daerah, tapi budaya luar Nusantara yang dirasa lebih tinggi dan menarik: Arab, Korea, Jepang, Amerika, Inggris, dll.
Yang bangga dengan kekayaan budaya orang Indonesia bisa makin bangga deh karena budaya orang Indonesia makin bertambah.
terima kasih untuk responnya, saya rasa ini bukan masalah eksklusivitas tapi ini masalah membedakan kapan kita menggunakan identitas kesukuan kapan kita menggunakan identitas kebangsaan. Masyarakat Indonesia itu tidak hanya berupa masyarakat sipil tpi juga ada yg d namakan masyarakat adat (indigenious people) yg haknya jg d lindungi oleh PBB. Dalam lingkup ini jika kita berbicara mengenai indentitas kita sebagai orang indonesia memang pendekatan Anda yg paling tepat yaitu kita memandang kita sendiri sebagai orang Indonesia. Nah yg saya kritisi dari tulisan d atas sebenarnya bukan masalah eksklusivitas dsb, tapi sebagai gambaran bahwa pemakaian konsep “sama2 rakyat Indonesia dan merupakan pendatang” yg d populerkan dalam artikel ini ke dalam dua tingkatan masyarakat tsb sangat tidak tepat. Karena keadilan sesungguhnya adalah bukan menyamaratakan sehingga jika ada orang dari suatu daerah punya modal besar bsa dengan bebas membuka lahan pertanian d pulau lain karena pulau itu jg Indonesia. Ya ga bisa begitu nanti bakalan adanya konflik agraris, biar bagaimana pun perlu menghormati masyarakat adat dan kearifan lokal d sana.
Justru itu mas alasan saya kurang setuju jika hanya menggunakan konsep generalisasi seperti tulisan d atas karena hanya akan melukai hati masyarakat adat sudah tinggal turun temurun d suatu daerah. Jika saya tidak ngotot seperti ini, budaya indonesia bakal punah mas, orang hanya akan tau alat musik angklung dan budaya2 Indonesia yg popular2 saja. Nasib masyarakat adat hanya akan berakhir seperti orang Indiannya amerika, ainu di Jepang, Maori di New Zealand dan Aborigin d Australia.
Mungkin Kamereon perlu belajar mewarisi salah satu suku orangtua ente… Misalnya ibu ente adalah orang Padang (Matrilineal) mungkin agak sulit karena anda anak laki-laki, yang ikutilah kesukuan Jawa dari ayah ente.
Tidak perlu merasa risih dengan orang-orang yang mempertahankan kesukuan, biarkan mereka dengan kesukuan mereka selama mereka tidak mendiskreditkan (pribadi) anda. Namun ketidaan kesukuan ente entah karena males atau ogah karena pengaruh kekinian (hedon) tidak dibenarkan ente memandang remeh orang yang setia dengan warisa leluhurnya, jadilah arif dan bijak.
Saran saya, kembalilah menggali apa yang mengalir dalam jati diri ente, mungkin akan sangat mengesankan jika anda pada akhirnya find again what values you can get from your ancestors. Life is just a journey, explore it and lived it.
Tapi kalo dipikir2 yg dibilang ma Kamereon ada benernya juga sih,soalnya aku jadi kepikiran kan ntar Indonesia makin lama makin berkembang dan maju, mau ga mau kan ntar pengaruhnya urbanisasi juga meningkat. Kalo urbanisasi makin luas kemungkinan juga ntar makin banyak pernikahan dari suku campuran, berarti bisa aja di masa depan makin banyak generasi baru yg kebingungan jati diri suku kayak mas kamereon, mirip2 kayak fenomena third culture kid gitu lah tapi ala indoensia haha. Mungkin gara2 itu sekarang makin banyak anak indonesia yg pelariannya ke budaya luar soalnya lebih akrab ke sana. Menurutku gitu sih wkwkwk
Sangat setuju dgn pendapat2 anda !
Pemaparan @disqus_k5nxHad16T:disqus sangat cerdas dan beralasan kuat. Kita tidak bisa memungkiri kebudayaan yang telah established (tentu dengan asimilasinya) yang sudah ratusan tahun sudah dimaknai tiap-tiap masyarakat lokal, baca kearifan lokal. Kita perlu memelihara warisan budaya leluhur tanpa phobia juga pada budaya populer.
Alasan berbangsa sangatlah jelas, didasarkan pada budaya masing-masing sebagai identitas lokal, group, region. Sementara alasan bernegara yaitu kesatuan ideologi dan sistem yang luas (jamak).
Menafikan budaya lokal (latar belakang suku) sama saja dengan mematikan keunikan ke-Indonesia-an itu sendiri. Justru dikatakan Indonesia sebab didalamnya terdapat etnik-etnik, bangsa yang sangat ragam.
Orang-orang yang tidak memiliki latar belakang budaya juga tak perlu minder dan merasa terkucilkan, bisa saja mereka dengan orangtua campuran yang akhirnya bingung memilih adat-istiada mana. Namun, jika dikaji yang pasti anda lahir dari orangtua yang memiliki adat/budaya tertentu, atau setidaknya kultur tertentu yang ada di Nusantara atau bangsa lain, silahkan anda gali budaya tersebut dan hidupi nilai-nilainya sebab Negara Indonesia tidak melarangnya toh. Ketidakmampuan anda mewarisi budaya orangtua tidak bisa jadi alasan penghapusan kesukuan bagi orang lain.
So, bagaimana? menurut saya menyatukan ke-Indonesia-an dengan dasar WNA/WNI saja tidak cukup, sebab dengan demikian kita sendiri berusaha menganeksasi kebudayan sebelum kita. Solusi pribumi dan non-pribumi agaknya tidak perlu diuapkan dengan alasan diskriminasi terhadap yang mempertahankan adat atau yang tidak ada warisan adat. Khusus untuk masyarakat kota, sepertinya tidak masalah dengan keragaman mulai dari yang mempertahankan kesukuan atau tidak bisa mewarisi suku mana. It’s ok. Tapi jika tinggal di daerah, kita perlu menghargai kearifan lokal disana dan perlu belajar juga mengenai nilai-nilai yang mereka anut.
Menjadi warga negara di Indonesia tidak harus menjadi sombong, entah dia kesukuan atau ketidaksukuan, karena bernegara cukup saja mengikuti azas-azas bernegara yang baik. Jika berbangsa dan berbudaya warisilah budaya yang ada dalam darah anda. Sedikit-banyak, dominan-minoritas kita harus bisa menggali nilai-nilai leluhur kita. Salam kemajemukan dan damai dalam bersuku-bangsa.
Kayanya ga ada yg bilang hilangkan semangat kesukuan deh. Bedakan rasisme dengan identitas kesukuan.
ok itu hanya selingan karena anda mengait2kan dengan peristiwa sampit.
Ya memang beda, d tulisan seblumnya saya juga sudah katakan, walau menjunjung tinggi semangat kesukuan tapi orang Dayak tidak rasis.
Ok kembali ke permasalahan tulisan anda yg mengatakan bahwa semua orang Indonesia sebagai pendatang saya rasa tidak sepenuhnya benar, tapi nenek moyang saya ada yg dari zaman prasejarah tinggal d bumi kalimantan dan kemungkinan awalnya merupakan bangsa wedid dan negrit walaupun seiring berjalannya waktu ada pencampuran dengan pendatang tetapi tetap ada budaya yg memang asli berasal dari Kalimantan…apakah sudah tau d Kalimantan ada peninggalan zaman purba berupa gambar tangan d gua2?.
Anggapan bahwa semua orang adalah pendatang seperti melegitimasi dan mentrigger secara politik invasi suku mayoritas yg penduduknya membeludak ke daerah lain, sehingga masyarakat adat (jika anda tidak mau menggunakan kata penduduk asli) menjadi hampir punah, sebut saja suku anak dalam jambi, masyarakat adat lampung yg sekarang keadaan demografinya telah berubah karena sudah mayoritas Jawa karena program transmigrasi masive pada jaman orba, serta Kaltim dan Kaltara yg sekarang d kuasai dan d tinggali oleh mayoritas pendatang sehingga masyarakat adat Dayak bahkan tidak dapat pasokan listrik dan jalan raya d tanah yg katanya kaya SDA dan Minyak bumi, sungguh ironis…lama kelamaan karena konsep ini akan memunculkan satu kebudayaan yg lebih superior dan menenggelamkan kebudayaan lain yg “kurang popular” sehingga akhirnya punah. Kesatuan kita sebagai orang Indonesia merupakan kesatuan politik dan hidup bermasyarakat tapi bukan budaya.
Saya kira juga harusnya demikian Faisal.
Namun semangat ke-Indoensia-an yang didasarkan atas WNI/WNA tidaklah kuat.
Sementara label pribumi dan non-pribumi mungkin perlu ditiadakan, karena lebih memancing rasisme menurut saya. Untuk bernegara kita cukup setia pada ideologi NKRI. Namun dalam berbangsa dan berbudaya kita wajib menggali keluhuran budaya leluhur kita, entah itu kesukuan atau impor.
salam…yth rekan2 semua, sebelumnya sy ucapkan salam dn rasa hormat yg mendalam untk dpt bergabung diskusi terkait subject matters above..Pertama sy brharap dpt trjadi diskusi yg sehat, rasional dn dgn tetap mnjaga etika (tdk sombong/sok tahu), shg dpt ditemukan sistesis dari tesis dn antitesisnya..pertama sy akan ajukan prtanyaan langsung kpd Sdr. faisal dari beberapa perspektif, krn Sdr. mendeclaire sbg guru sejarah dn tentunya expert, juga sdr. telah menyatakan hendak meluruskan dan/atau bertanggung jawab atas kebenaran sejarah tersebut.. Kedua, Dari mana data yg anda miliki dan seberapa benar anda meyakini kebenarannya, shg seolah-olah merupakan kebenaran absolute, yg menurut hemat sy hanya sepersekian persen (minim) kebenaran faktualnya, dn tidak semua dipaparkan secara ilmiah, krn pendekatan sy adalah jelas2 akademik dlm beberapa disiplin ilmu jd sgt dpt dipertanggung jawabkan, tdk hnya baca literatur buku sj kita sdh “over confident” apalagi tdk melakukan telaah kritis, transendental-material, fisika maupun metafisika..spiritualism dll…bnyk sy temukan orang2 skrg hnya copy paste baru kemudian ceramah-ceramah di publik tanpa filter data2 kebenarannya, shg bnyk menyesatkan bagi masyrakat, tak ubahnya ustad-ustad/rohaniawan celeb, yg sejati tentu tdk menonjolkan diri (krn itu bagian dr riya/show up/sombong…etc), Ketiga, jika Sdr. bisa menjawab beberapa pertanyaan sy, maka sy akan menganggap expert sbgmana kompetensinya….tp kl tdk ya dgn segala hormat, hrs banyak-banyak belajar lagi dn bnyak2 rendah hati…sbb Allah tdk suka orang yg membanggakan diri…serta postingnya harap diteliti dulu, hal ini sy terpanggil krn bnyak pembelokan sejarah yg dilakukan pihak-2tertentu dgn brbagai kepentingan, srta mmbuat gaduh publik, sy sgt prihatin shg hrs ikut partisipasi setidak-tidaknya itu bagian ibadah untk mngatakan yg sesunggunya..that’s all…i would be very grateful for our discussing….would you mind please..you can answer right now..thank’s a lot…
Sains (sejarah) kiranya tidak bisa disatukan dengan telaah transendental dan metafisika ataupun spiritual. Ga ada niatan untuk membelokkan sejarah. Sepersekian persen itu tepatnya berapa? Dasarnya apa?
Betul pribumi asli Indonesia adalah Orang Utan. Jadi kl ada yg merasa pribumi asli disini berarti dia merasa sebagai Orang Utan. he he he.
Salah tuh pendapat lo, jelas Melayu yang dianggap pribumi sebab Melayu ini lah yang pada akhirnya bener2 “nginjek” tanah Indonesia dengan cara mereka membuat Kerajaan, sampe Kerajaan yang luar biasa hebat (tau gak lo apa?) Yap Majapahit! Dan yang disisksa penjajah dan dilawan penjajah siapa? Melayu.. bukan papua,india,arab,dan cina kan?????!!! Jadilah dgn kesusah payahan bangsa Melayu mereka pantas disebut pribumi.
Ojo Meloya Melayu ae… Mengko Kesel…. Melaku Melaku wae nang Tunjungan….
Gak Nyambung ya… 🙂
Santai bro…
cool bro.. lanjutken
-_- Speechless.
wkwkkkkk… belajar dulu sana. otaknya masih cetek nih, malu2in ah..
keren nih. kak mau tanya dong, awal mula mereka datang ke nusantara, bahasa apasih yang mereka gunakan untuk berkomunikasi? gimana caranya bisa mengerti satu sama lain? tolong dibahas kak, thanks
Bocoran dikit: Ini bakal dibahas di tulisan gue berikutnya. Stay tune ya Safira! 😀
Gak sabar, bang.
ditunggu ya kak!
keren banget kak artikelnya 🙂 jadi pelajaran nih kalo kita ga boleh terlalu rasis ngebeda bedain asal karena semuanya juga pendatang
Makasih Haniii.. Perbedaan ras itu ada dan manusiawi. Ngerendahin dan mendiskriminasi salah satunya itu yang ga boleh
Diskriminasi gaboleh ya? Itu berlaku buat siapa? Kalo pribumi yang kerja di perusahaan cina tapi gaji karyawan pribumi lebih rendah daripada karyawan cina, pribumi didiskriminasikan gak? :):):)
itu karena beda warga negara bro…
Itu sih sama aja dengan rumah makan padang bayar gaji pegawai padang lebih tinggi dari pada gaji pegawai madura. Itu wewenang dari pemilik usaha, kalau mau bikin standar gaji ya bikin usaha dulu.
ya tergantung case nya dong, jangan mengeneralisasikan gitu, kalo gw kasih case nya : orang pribumi (Office Boy) trs orang cina nya (Manager) trus orang pribumi gaji lebih rendah dari pada orang cina, nah apakah itu namanya diskriminasi?
bedakan antara research artikel sama artikel news, jd jangan mengeneralisasikan pemikiran anda dengan case study dgn kehidupan sehari yang tidak ada nyambungnya
Kalian semua, termasuk ilham.
Saya pikir2 lagi untuk masalah label “Pribumi” Indonesia dan Asia Tenggara, ternyata memang ada pembagian ke Pribumi an. Pribumi Indonesia itu sebenarnya para Orang Utan! Lalu sekitar 1 – 2 Juta tahun lalu dari sekarang, Dataran Sunda Purba dan Asia Timur didatangi oleh Homo Erectus a.k.a Manusia Tegak, yang kita kenal sebagai Pithecanthropus Soloensis dan Mojokertensis. Di Cina dikenal sebagai Sinanthropus Pekingensis.
Orang2 di Dunia saat ini, kita2 semua ini adalah keturunan Homo Sapiens Sapiens (Bukan Homo Sapiens Idaltu) dari Afrika. Bahkan, terus terang saja, konsep ke”Pribumi”an juga tidak bisa diterapkan pada Orang2 Melanesia (Papua, New Guinea, Aborigin Australia) karena 1 hal yang mendasar: Homo Sapiens Sapiens Titik!
lah sapa bilang pribumi kerja di perusahaan cina gajinya lebih rendah dr karyawan cina. ngomong pake data mas.. saya ini hrd tau seluk beluknya.. smua tergantung jabatan, level, golongan. ada kok karyawan (sori) pribumi (ga suka istilah ini) dpt gaji lebih gede, fasilitas mobil yg lebih bagus drpd si cina tuh.. situ yg mendiskrimanasi diri sendiri namanya itu.. kl situ blg ob ama staff beda yg pasti lahh
sy juga hrd, wkwkwk kek na ga ada yg kek gitu di perusahaan saya. bahkan mantan narapidana pun kami terima asal sudah selesai menjalani masa hukuman dan berkelakuan baik. di tempat sy kerja ga ada diskriminasi
bung Micheal: keliatannya sdr. Dindin ini seneng banget mengkotak2kan ras & etnis….
Ada lo.. di BPRK* Bandung mas. Yang Tiongkok salarinya lebih gede dari yg ‘pribumi’, padahal posisi jabatan / job desc mah sama.
Kalian semua, artikel ini adalah Sains Antropologi dan sudah melibatkan DNA Manusia yang hasilnya adalah mutlak, tidak bisa diganggu gugat! Bukan masalah diskriminasi pekerjaan (Gaji, Promosi) karena unsur SARA! Itu adalah “Efek Halo” dalam dunia Psikologi. Kalian salah tempat untuk berdebat masalah ini di situs Website nya Mas Faisal di sini!
itu mah udah nasib anda pak wkwkwkwk, klau mau bikin perusahaan sendiri dan disitu cuman ada orang melayu klau perlu tulis di pengumuman lowongannya hanya orang melayu yang bisa kerja di perusahaan situ wkwkwk
Guys, jangan lupa klo si mas Dindin ini berkomentar pake kata “kalo”. Jadi ya mungkin hanya andai2 saja 🙂
siapa bilang,buktinya teman gua gajinya banyak yg gede dari orang cina.tergantung posisi dan skill.biar pun..bosnya cina…tapi yg dia lihat skill.bukan ras.
Diskriminasi itu gak boleh pokoknya.
Dindin: saya berprofesi sbg HRD. Pembedaan gaji (upah) itu memang selalu ada dengan memperhatikan jabatan, golongan, tugas & tanggungjawab serta bobot pekerjaan. Setiap perusahaan juga punya standar skala upah yang beda2 tiap jenjangnya….bahkan di PNS pun kan dibedakan berdasarkan golongan & jenjangnya.
Tidak ada satupun yang dibedakan hanya krn dia orang etnis tertentu. Kalo anda mau membicarakan soal ketenagakerjaan, saya sarankan anda utk membaca lebih jauh UU No.13/2003 Ttg Ketenagakerjaan.
Bukti?
Sebenarnya yang ada itu bukan pembagian Ras Manusia seperti orang Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Australoid maupun Khoisanid, tapi lebih sebagai Etnis maupun Klan. Pembagian Ras Manusia memang kedengarannya masuk akal tetapi Manusia Modern (Homo Sapiens Sapiens) seperti kita2 ini adalah kelompok Mahkluk Hidup yang paling Homogen dibandingkan yang lainnya.
bang sebenernya sejak kapan etnis ataupun suku mulai terbentuk di dunia??
Wah klo sejak kapannya susah banget dijawabnya men. Yang jelas, Homo sapiens itu lama banget mendekam di Afrika sebelum akhirnya nyebar ke seluruh penjuru dunia. Semenjak di Afrika pun udah terjadi perbedaan ciri fisik dan bahasa di kalangan Homo sapiens
sejak evolusi manusia, adaptasi morfologi
Secara kasar sejak kemunculan manusia ( Keluarga Hominin ) di Benua Afrika sekitar 1.000.000 tahun lalu.
Homo Sapiens Sapiens ( Penyebutan Sapiens 2 kali karena sebenarnya ada Homo Sapiens Idaltu tapi sudah punah ) / Manusia Modern diperkirakan muncul di Afrika sekitar 200.000 tahun BP. Sampai 130.000 tahun sejak terbentuknya manusia modern Homo Sapiens Sapiens, sebagian kecil dari mereka memberanikan diri keluar dari Afrika lewat Selat Bab El Mandeb menyebar ke Asia Selatan dan Timur Tengah terjadi sekitar 70.000 tahun yang lalu BP. Secara kasar etnis dan suku bangsa manusia terbentuk di ( AFRIKA ) sekitar 100.000 tahun lalu dengan pembagian 3 kelompok besar yaitu Khoisanid ( Bushmen ), Suku Hadzabe dan Suku Afrika Sub Sahara ( Nigerian ) dan di ( EURASIA ) mungkin sekitar 60.000 tahun lalu pada waktu mereka berpisah menjadi 2 golongan migrasi pantai dan pedalaman. Sepengetahuanku, usia kelompok etnis / suku bangsa manusia ber usia relatif lebih muda dibandingkan dengan Haplogrup Manusia Modern karena perbedaan suku bangsa dan etnis tertentu lebih dipengaruhi oleh iklim, makanan pokok, dan kontur dataran rendah / tinggi yang memaksa DNA Autosomal untuk bermutasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup para Manusia Modern ini, yang menjadi kelompok suku bangsa dan etnis.
kalau ambil dari pendekatan agama, khususnya kristen… etnis dan suku mulai terbentuk ketika Tuhan membuat manusia tercerai berai dengan mengacau-balaukan bahasa mereka saat mereka sedang berusaha membangun menara babel… sumbernya di Kitab Kejadian… manusia2 ini adalah keturunan-keturunan awal nabi Nuh…
Bener bgt kang setuju bgt gue. Perjalanan etnis tionghoa yg diceritain mirip bgt sm cerita yg di ceritain kakek gue. akurat bgt.. Semoga dgn artikel ini jadi paham yah bahwa etnis apapun itu tetap warga negara indonesia. So klo ada yg bilang cina tu pendatang menguasai pribumi, heh pribumi lu sadar ga sih baca nih kitaa semua tuh sama” pendatang jgn suka diskriminasi. Thanks artikel nya bagus
Hahah makasih Put. Justru kata-kata “pribumi”nya itu yang udah usang dan sebisa mungkin bisa kita tinggalin 😀
Pada deutero melayu yg berpindah pindah kenapa bisa membuat berbagai macam suku bangsa? Maksudnya kan awalnya sama kenapa akhirnya bisa beda? Apakah ada sesuatu yg membuat produk kebudayaan berbeda?
Kebudayaan terbentuk pada awalnya karena ada interaksi antara kebutuhan suatu suku tertentu dengan keadaan geografis lingkungan tempat suku itu tinggal. Kebutuhan untuk dapet protein buat masyarakat pegunungan sama masyarakat pesisir pasti bakal ngehasilin produk budaya yang beda juga
Halo, mas, mau nanya. Batak itu bukannya masuk ke Proto Melayu ya? Banyak tulisan yang bilang memang Proto Melayu sama seperti Toraja. Di tulisan ini sini kenapa masuk Deutero ya?
Mohon konfirmasinya. Terimakasih.
Dari Pusuk Buhit bro, hahaha
Kalau dipikir-pikir, tergantung perspektif. Jika dari ilmu sejarah yang ‘ilmiah’ datangnya dari Yunan, campuran Tamil, dll. Berarti masuk Deutero. Namun dari salah satu sumber di wiki bilangnya malah Melayu tua (Proto), bukan Deutero.
Nah, makanya itu bro. Jadi yang kira2 Batak itu masuk ke proto atau deutero ya. Soalnya kalau proto berarti satu kategori dengan orang toraja, timor, bugis. Di mana ada kesamaan pada elemen penggunaan warna kebudayaan (Hitam, Merah, Putih), bentuk rumah, sama aksen, dan kain tradisional.
Sertakan sumber dan referensinya. Tulisan ini nampak sekadar mencari legitiamsi “sejarah” untuk membenarkan hemogomi ekonomi keturunan a seng / ci no di Indonesia.
bukannya stiap klaim yg ditulis di atas uda mnyertakan link ke sumber lain?
Betul apa yang dikemukakan Reynaldo, sudah ada link masing2.
Sebisa mungkin kita memandang sesuatu secara faktual dan netral agar mencapai kebenaran yang hakiki
Itu namanya ber prasangka buruk, alangkah baiknya kita telusuri dengan IPTEK yang ada sekarang baik dengan DNA, dll
Batak aja sedang menggali tentang kemungkinan suku Batak berasal dari Filipina yakni bersama suku Dayak(tapi masih perlu diteliti para ahli)
ah jgn curigaan gitu lah, kalo kurang puas, bisa diskusi bareng. ini science kok
kamu baca gak artikelnya???bukan nya di atas sudah sangat jelas banget darimana sumbernya???
Anda kayaknya tidak membaca artikelnya dengan benar.
Lihat saja, aura rasisnya masih ada.
Anda bisa mencari sumber dan referensinya dari The Genographic Project, The Human Family Tree, 23andMe, ISOGG dan situs web Bahasa Indonesia – Forgotten Motherland dan di wikipedia Bahasa Inggris: Human Haplogroups. Permasalahan sosial seperti ini sangat sulit untuk didiskusikan jadi pemikiran dengan akal sehat dan logika dengan pendekatan sains mutlak digunakan untuk penyelesaian masalah kesenjangan sosial yang berbau SARA karena sains adalah ilmu pasti yang memerlukan daya nalar dan kognitif yang mumpuni dimana jawaban2 dari hasil penelitian ilmiah dapat diterima oleh semua orang secara universal dan hasil nya tidak dapat diganggu gugat terutama untuk membaca kode genetik dan DNA pada mahkluk hidup yang tingkat kebenarannya sangat tinggi, mungkin sudah bisa dibilang “pasti” benar dengan persentase keakuratan mencapai 99,99999999999999999999999999……..%.
Bermanfaat banget bang bagi gue yg suka ama sejarah, ya memang sih sampai sekarang perbedaan suku di indonesia masih jadi masalah seperti ada rasa tidak saling percaya yg ujung-ujungnya konflik!
Itulah, makanya bisa kita ubah mental set kita jadi lebih akurat dari kacamata ilmu sejarah
Bang, kalau dari pelajaran sejarah yg jadi materi di sekolah2 itu deutro dan proto melayu beda karena 2 hal yaitu waktu sampai nya di nusantara dan jalur masuknya ke nusantara. Kalau orangnya kalo ga salah sama ya bang ?
Oke, berarti kesimpulannya teori dari sekolah itu mungkin rada salah ya bang, atau gimana? Makasih 😀
Buku pelajaran sekarang juga masih ngejelasin kalo orang Melayu itu berasal dari Indochina. Yang paling diterima sama para ahli sekarang adalah berasal dari Taiwan
Tulisan elo bagus Gan …. cuma, kok ngga ada yang nyebut Eropa (Caucasian) ? Mereka pernah jadi etnis yang lumayan diperhitungkan di akhir abad ke-19 (orang Indo)… cuma kemudian banyak yg terusir pada saat getol2nya Dwikora. Keturunannya masih ada dan ada yg jadi tokoh2 penting lhoh … , meskipun ngga lagi diakui sebagai etnis tersendiri.
Wah bener juga lo Rio. Ga kepikiran sama gue tuh orang2 bule. Mungkin gue hanya berkaca dari apa yang ada di jaman ini kali yah. Thanks yah masukannya.
kak… homo erectus, homo saphien (melanesia), homo saphien (melayu – astronesia) sebenarnya berasal dari satu spesies yang ber evolusi, atau memang berasal dari spesies yang berbeda kak? sehingga terjadi perbedaan struktur tubuh, bentuk hidung, rambut, mata dan warna kulit mereka….?
Klo sesama Homo sapiens pastilah satu spesies. Kenapa bisa beda antara orang Melanesia sama Austronesia? Karena ada mutasi dari entah untaian gen yang mana sehingg ngehasilin keturunan yang lambat laun berbeda-beda
Yap, evolusi emang berlangsung perlahan. Banyak skema yg terjadi, misalnya seleksi alam, isolasi geografis, mutasi genetik, dsb. Nah yg terjadi pada manusia ya semuanya itu. Seleksi alam dan isolasi geografis menyebabkan beberapa organ tubun cenderung lebih aktif digunakan, misalnya tangan yg lbh sering menggenggam (dari batu ke alat bertani/berburu), berjalan dengan 2 kaki dan tegak, penggunaan otak yg lebih intens (dari nomaden ke menetap), dll. Mutasi genetik juga terjadi, tapi ada yg untung ada yg rugi. Yg rugi ya kayak sindrom2 itu yg kemungkinan belum terekam sejarahnya.
Kembali ke pertanyaan “apakah itu spesies yg sama?”
Kalo saya sih cenderung berpendapat itu dari nenek moyang yang sama, hanya saja H.erectus hidup di daerah dgn stress tinggi yg meransang penggunaan fisik, shg bentuk tubuhnya lbh kekar dan besar, sedangkan H.sapiens lbh mengutamakan efisiensi gerak dan penggunaan otak, shg otaknya lbh berkembang dan badannya yg lebih kecil. Dan H.sapiens lbh struggle daripada H.erectus.
NB: ini saya acu pada teori evolusi kuda dgn fosil yg lengkap. Kalo masih ada bilang manusia berasal dari kera menurut evolusi Darwin, itu tidak benar. Karena dia bilang pada dasarnya manusia berasal dari manusia yg terdahulu. Cmiiw
Hahahaa kerennn
kirain orang cina ma arab aja yg pendatang, ternyata gua juga pendatang dan gua baru ngeh kenapa Indonesia itu Binneka Tunggal Ika
Jadi penasaran kak semua “pendatang” di negara negara itu awal mula dasarnya banget tuh dari mana?
Kalau asal muasal manusia modern (Homo sapiens) sendiri sangat hampir pasti bisa dipastikan dari Afrika
MEMANG SEMUA PENDUDUK NUSANTARA ADALAH PENDATANG, HANYA YG MEMBEDAKAN ADALAH GELOMBANG KEDATANGANNYA , SEBELUM SUKU MELAYU ( PROTO & DEUTRO ) TELAH ADA SUKU PAPUA DI PAPUA DAN SUKU KUBU DI SUMATERA.
Untuk Suku Kubu kemungkinan besar merupakan bagian dari Proto Melayu
I Love this article a lot `(*∩_∩*)′
Hope there will be hundreds.. Or thousands people like you who have this beautiful knowledge and share it to us…`(*∩_∩*)′
Makasih banyak udah baca, Vera
Terima kasih, sangat bermanfaat. Bagi saya yang disebut orang asli Indonesia itu adalah bangsa-bangsa yang ada di tanah air kita ketika negara Indonesia terbentuk. Nah kalau ada orang-orang yang ngaku-ngaku pribumi, kayanya mereka tidak merasa sebagai orang Indonesia.
Setuju mas Rendz, saya kira semenjak Indonesia udah jadi sebuah entitas politik sejak tahun 1945, peraturan kewarganegaraannya sudah tidak bisa lagi menganut sistem lama (baik kesukuan maupun warisan kolonial Belanda/Inggris).
Terima kasih banyak
Menarik artikel anda. Saya org Indonesia dari (menurut artikel ini) golongan Sino-Tibetan yang tinggal di Perancis hampir 30 tahun sampai sekarang. Artikel ini lebih menarik lagi dengan kedatangan migran-migran dari Syria dsb. ke Eropa dan menjadi bahan diskusi serta masalah yang sangat sulit bagi negara-negara Eropa tempat tujuan migran-migran. Apa pendapat Anda tentang masalah ini Faisal Salim ? ditinjau dari sudut keahlian anda tentunya.
Keahlian saya maksud anda dalam hal ini mungkin maksudnya sejarah ya. Karena saya menulis ini dalam rangka kapasitas saya sebagai guru sejarah Zenius Education. Jika ditilik dari kacamata sejarah, gelombang migrasi dari timur tengah ke Eropa bekembang pesat semenjak Kekaisaran Usmani runtuh dan banyak pergantian politik terjadi di Timur Tengah karena itu. Saya rasa, jika mengacu kepada makin menguatnya sikap kaum muslim terhadap sebuah entitas politik sendiri (baik hukum syariah eksklusif maupun keinginan mendirikan negara Islam), saya rasa hal ini akan terus menjadi masalah pro-kontra di kalangan sosialis Eropa yang mementingkan multikulturalisme dengan kalangan nasionalis Eropa yang mementingkan pengadaptasian budaya Barat untuk kalangan imigran).
Terdapat hipotesis pada jaman neolitikum, petani2 dari daerah bulan sabit subur bermigrasi ke Eropa, sehingga teknologi bercocok tanam juga tersebar ke penduduk Eropa. Bagaimana pendapat mas Faisal mengenai hipotesis ini?
Betul mas Luthfi. Pusat kemunculan pola perilaku agraria hanya bertempat di tiga tempat di seluruh dunia (Mesopotamia atau Bulan Sabit Subur, Lembah Sungai Kuning, dan Mesoamerika). Trend yang terjadi di tiga tempat secara independen ini kemudian diadaptasi oleh kebudayaan sekitar dan akhirnya pertanian/peternakan menyebar luas hingga hampir di seluruh muka Bumi.
Ngeliat fakta bahwa alat-alat pendukung pertanian di Eropa merupakan “bawaan” dari Bulan Sabit Subur, sepertinya hipotesis ini sangat kuat deh
Auk ah…yg penting bagi semua yg cinta Indonesia jgn pernah bikin malu Indonesia…jaga kerukunan antar suku..antar agama…antar etnis…hakikatnya…semua manusia mahluk Tuhan dan jgn membuat kerusakan di muka bumi..belahan manapun…khususnya di Indonesia…marilah hidup secara damai…saling membantu..gotong royong..dan menghormati hak asasi sesama…semoga perbedaan tak di jadikan alasan untuk saling menyerang dan menjatuhkan….marilah hidup secara damai tanpa memandang rendah yg lain…
Setuju banget sama semua pernyataan positif kamu, kecuali kata “auk ah…”. karena setiap pendapat dan tindakan kita, sebaiknya didasari oleh kesadaran, fakta, dan alasan yang konkrit. 🙂
ini science mbak, yang ada teori konsep dan data secara fakta. bukan masalah moril.
Kalau Sitor Situmorang bilang, “Dasar Inlander!” 🙂
Jadi begini ya awal mula peradapan manusia di bumi indonesia. Bersejarah sekali hehe
ini pembohongan atau kebohongan yg kita tidak trau pasti yg jelas masih banyak sumber yg memiliki pandangan berbeda tentang penduduk yg pertama tinggal di nusantara. salah satu conto ada para ahli yg mengatakan bahwa penduduk asli kalimantan (dayak) berasal dari dataran hindia belakang.
Biasakan berargumen berdasarkan sumber yang jelas. Coba dong kamu sebutkan, bagian mana yang menurut kamu merupakan kebohongan? Lalu siapakah “para ahli” yang kamu maksud itu? 🙂
Kalo tentang nabi Adam sendiri…, kira-kira ada di bumi berapa ribu/juta tahun yang lalu ya Mas?
kalo kita berbicara nabi (religious perspective) adam, berarti nabi adam orang pertama yang muncul di dunia, lalu dengan adanya (science perspective) nah kalo kita menggabungkan keduanya bisa jadi adalah homo erectus
Kalau menurut perhitungan sejarah, manusia purba itu muncul jutaan tahun yang lalu, sedangkan Nabi Adam turun ke bumi sekitar 6 – 8 ribu tahun yang lalu.
Saya juga lagi mencari-cari informasi tentang korelasi antara manusia purba dan Nabi Adam.
saya sarankan jangan, mas… 🙂
ada beberapa hal yang memang nggak akan cocok antara agama dan sains/sejarah. nanti malah bisa-bisa murtad kayak saya 🙁
Saintifik Adam hadir di Planet Bumi kurang lebih sekitar 580.000 -350.000 tahun lalu BP dan Saintifik Hawa / Eva hadir di Planet Bumi sekitar 250.000 tahun lalu BP. Kemunculan Hominid Manusia di Bumi diperkirakan sekitar 1.000.000 – 3.000.000 tahun BP ( Before Present ) bukan BC ( Before Christ ) atau sebelum Masehi.
Mau tanya dong, apa hubungannya nama.suku sunda dengan paparan sunda?
Pendatang adalah orang yang datang kemudian. Maka jelaslah kalau orang Arab, Cina dan India itu pendatang di bumi Nusantara ini.
pasti ga dibaca artikelnya.
Justru krn membaca makanya tau menyebutkan Arab, Cina dan India sebagai pendatang. Logikanya begini, ANU tiba di daerah kosong mengusahakan tanahnya dan beranak pinak disana (ratusan tahun), kemudian BNU datang ke tanah ANU dan bekerja dengan sangat giat dan rajin melebihi keturunan ANU di sana dan secara perlahan menguasai tanah ANU yg dijual/dilepas oleh keturunan ANU (hitungan ratusan tahun). Sampai tiba saatnya keturunan BNU menguasai hampir semua tanah ANU, keturunan ANU tersingkir di pinggiran. Kemudian datang CNU, DNU dan ENU dalam puluhan tahun terakhir bekerja di tanah BNU (yg dulunya adalah tanah ANU). Siapa pendatang pada kasus ini?
BNU, CNU, DNU, dan ENU.
ANU BNU CNU DNU ENU
Shi shi shi
Sebenarnya secara teknis semua orang di Indonesia adalah pendatang dari Afrika dan menetap di Asia Tenggara. Orang Arab, Cina, India dan beberapa orang Eropa dikatakan pendatang karena jumlah mereka jauh lebih sedikit dan relatif baru dari orang Melayu yang tinggal di Nusantara selama 1000 tahun lebih lama dibandingkan orang Arab, Cina dan India. Walaupun leluhur orang Melayu bukan manusia pertama yang mencapai Nusantara tetapi karena keberhasilan mereka mengelola alam Nusantara yang ditinggalkan oleh orang Melanesia “Australoid” maka orang Melayu menjadi “pewaris” sah kepulauan Nusantara.
Pertanyaan saya Austronesia itu datang dr mana? Apakah sesuai dgn teori Yunnan? Krn muka orang2 dan baju orang dayak percis sekali dgn orang asli TaiwanFormosa, Hainan dan Yunnan…
Di artikel ada video yang bisa ditonton mas, monggo..
Jelas Melayu yang dianggap pribumi sebab Melayu ini lah yang pada akhirnya bener2 “nginjek” tanah Indonesia dengan cara mereka membuat Kerajaan, sampe Kerajaan yang luar biasa hebat (tau gak lo apa?) Yap Majapahit! Dan yang disisksa penjajah dan dilawan penjajah siapa? Melayu.. bukan papua,india,arab,dan cina kan?????!!! Jadilah dgn kesusah payahan bangsa Melayu mereka pantas disebut pribumi.
Orang Melayu adalah kelompok etnis dari anak benua India dan Semenanjung Indocina yang paling berhasil mengelola kepulauan Nusantara jadi aku rasa ada benarnya juga sih. Walaupun ada kelompok manusia2 lain yang lebih dahulu menempati Indonesia tetapi mereka kalah bersaing atau jumlah penduduk mereka dari awal memang tidak banyak sehingga mereka menyingkir ke bagian dari dataran rendah Sahul seperti Papua, Benua Australia dan kepulauan2 Pasifik.
Ga dibaca ya artikelnya? Hehehe
Sudah kubaca semua kok, informasi yang bagus sekali. Jarang ada orang Indonesia yang membahas hal seperti ini.
Gini, nenek moyang kita bangsa Melayu dlm sejarah yaitu mereka in search of their mainland. Jadi cocok aja kalo bangsa Melayu Indonesia disebut pribumi dan harus punya pegangan sebutan pribumi kalo kagak lo mau tinggal dimana?? Orang cina diusir dari Indo balik ke mainland Cina, India bisa balik ke India, Arab bisa balik ke Saudi/Emirat/Palestin/etc, kalo Melayu diusir lo mau kemana?? Thats why cap ‘pribumi’ pada diri bangsa Melayu itu super penting!!!
Taiwan mas
Dan, coba kalian pikiiiiiiir lagi secara mendalam, orang bule tempatnya dimana? Yap walaupun mereka di USA,Australia,Canada mereka pendatang tapi tenaaang si bule itu mainland nya Eropa. Cina, migrasi ke Asia Tenggara, mereka bisa balik ke RRC lagi yang lahannya luaaas bgt. Arab mainland nya banyak Saudi,Emirat,Yaman,Iran,Iraq,Palestin dll. India mainlandnya India,Pakistan,dll. Amerika Latin mainland nya Mexico,Peru,Brazil,dll. Nah Melayu? Mainlandnya apa? Kalo kita diusir sama asing bangsa Melayu mau kemana?
THAT’S WHY NUSANTARA MUTLAK MILIK BANGSA MELAYU!! KARENA BANGSA MELAYU SUDAH SUSAH PAYAH MEMBUAT KERAJAAN DISINI DAN DISIKSA DAN MELAWAN PENJAJAH. DAN JANGAN BERANI KALIAN UNTUK MENGHAPUSKAN SEBUTAN PRIBUMI KPD BANGSA MELAYU SEBAB SEBUTAN ‘PRIBUMI’ ADALAH PEGANGAN YANG PENTING UNTUK BANGSA MELAYU.
Kalau mengacu pada narasi diatas, bangsa melayu tidak diberi tahukan datang dari mana tiba-tiba saja mendarat di sini.
Beberapa ahli mengatakan bangsa melayu merupakan pelaut ulung, dilihat dari beberapa unsur budaya dan peninggalannya, bangsa melayu melintasi Sungai Mekong yakni wilayah Tibet, Yunnan, China, Myanmar, Thailand, Laos, Kemboja dan Vietnam (sering disebut dengan nama Indo Cina) karena ada kemiripan dengan budaya dan peninggalan suku-suku di pesisir Sungai Mekong.
Jadi untuk kang dindin, bila suatu saat nanti diusir, bisa pulang ke wilayah yang dilewati oleh Sungai Mekong tersebut.
Keren nih.. jadi mas Dindin bisa pulang ke daerah sana. Hahaha..
Padahal, kalau mas Dindin baca artikelnya, dia seharusnya tau bahwa sebelum bangsa Melayu, sudah ada bangsa lain yang tinggal di Indonesia.
comment of the years.
Yuk temani mas Dindin balik keasalnya melewati sungai mekong.
Bukannya ras melayu itu nyebar di seluruh Asia Tenggara, trmsk Malaysia, Thailand, Myanmar, Brunei, Singapura? Jd ras melayu itu bkn cm punya Indonesia saja, tapi trsebar dimana-mana. Rasanya kalo ditanya mainland orang Melayu, pilihannya bukan cuma Indonesia saja. Orang Melayu juga klo ga salah, bikin kerajaan di Thailand dan Myanmar, melawan “penjajah” juga di negara mereka masing-masing.
Bahkan dikabarkan orang Melayu juga menyebar sampai Filipina, perbatasan Vietnam dan Cina, lebih jauh lagi kata nya orang Melayu juga pernah menetap di Cina Selatan seperti Guangxi, Hong Kong, Makao, Hainan dan Fujian.
abang dindin skrng ginih aja siapa juga yg mau usir kita. klau misalnya kita harus pulang ya paling ke alam baka toh itu tujuan terakhir selama kita hidup. so menurut w gak penting siapa itu pribumi ataupun pendatang yg penting I LOVE INDONESIA. dan syukurin aja yg kita punya sekarang.
Silahkan dibaca artikelnya!
TAIWAN!
sepertinya sejarah mu gak tertolong lagi???uda di kasi artikel yang sangat jelas masi saja gak paham.kasihan kamu.
Taiwan mas, baca artikel
Ni wis salah, ngeyel mulu, ra mandeg2. Emg dasar bebal! Kirimen ae ke bulan, beres.
bang, saya pernah denger tentang beberapa fakta kalo homo erectus ama homo sapien itu sebetulnya bukan tulang nenek moyang tapi ada yang tulang monyet kena kanker atau apa gitu dan sejenisnya. jadi perihal sejarah dengan konsep darwin yang menganggap lama manusia di bumi jutaan taon dengan segala evolusinya itu sangat meragukan.
Coba baca deh artikel zenius sebelumnya tentang gimana para ilmuwan meneliti fosil, yang jelas para ilmuwan gak sembarangan untuk mengambil kesimpulan terkait dengan fosil makhluk hidup, termasuk hipotesa apakah fosil tersebut merupakan nenek moyang manusia atau bukan. Bisa baca di sini:
https://www.zenius.net/blog/metode-carbon-dating-stratigrafi-fosil
Dulu memang pernah ada kasus tentang Fosil “manusia” Piltdown yang menggemparkan karena ternyata merupakan fosil palsu. Fosil palsu ini menggabungkan tengkorak manusia dengan rahang kera. Pada tahun 1953, para ilmuwan dan palenteolog sudah mengakui bahwa fosil tersebut palsu dan para ilmuwan situ sendiri yang mengungkapnya. Terungkapnya fosil palsu ini membuat ilmuwan dan palenteolog lebih berhati-hati dalam memeriksa fosil di massa setelahnya, untuk menghindari kesalahan yang sama. Dengan metode pemeriksaan fosil zaman ini (radio carbondating dll) Semua fosil dari manusia purba yang sekarang, keasliannya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
nice one, thank you very much
Gila keren banget bro artikelnya, gw baca seakan dibawa adventure dari jaman es sampe sekarang, btw suka deh saya sama istilah “Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing”, sepertinya emang negara kita harus mencanangkan Istilah ini, Hanya ada dua tipe orang di Indonesia WNA atau WNI. That’s it, ngga usah lah di tekankan ras nya apa..
SETOEDJOE masbro! 😀
To… Saudaraku Faisal Aslim ; saya cm mo koreksi sedikit bahwa suku kubu atau suku anak dalam (SAD) atau Komunitas adat terpenci (KAT) sama sekali gk ada hubungannya sama artikel sejarah yang saudara ipaparkan ini, memang banyak sekali penelitian tentang suku anak dalam ini, namun bisa saya pastikan bahwa suku kubu berada pada sejarah penjajahan kolonial belanda yang mana mereka tidak mau berbaur dengan kolonial belanda sehingga mereka mengungsi ke daerah pedalamam, tradisi mereka tersebut dinamakan dengan Melangun ( berpindah-pindah) Tradisi ini masih tetap eksis sampai sekarang dengan keadaan yang berbeda dimana apabila ada salah satu keluarga yang meninggal mereka akan melangun ke daerah yang lain karena menganggap daerah/tempat mereka saat ini merupakan tanah yang sial bagi mereka….; (penelitian S1 saya tentang suku kubu) yang ada di kepulauan Sumatera.
Salam Veritas, Probitas, Justitia ( Program Pasca FKM)
Salam Veritas, Probitas, Justitia
Tepat sekali apa yang saudara kemukakan di atas mengenai tradisi Melangun. Selamat atas penelitian yang saudara lakukan di/untuk masyarakat Suku Anak Dalam, semoga menjadi manfaat untuk suku tersebut pada khususnya, dan masyarakat pedalaman lain pada umumnya.
Yang menjadi pokok dari artikel saya adalah mengenai gelombang-gelombang kedatangan “jenis” manusia yang pernah datang di Nusantara. Mengenai suku Anak Dalam memang saya tidak membahas sama sekali karena lupa bahwa suku itu merupakan bagian dari kelompok Proto-Melayu yang saya sebutkan di artikel
Vivat Academia!
menarik…
Keren banget artikelnya. Terima kasih telah menambah wawasan dalam rangkuman yang cukup menginspirasi ini. Semoga bermanfaat bagi semua. Salam
bagus bgt gan, secara pribadi pgn buat graphic info kek di youtube. coba cek channel TED-ED di youtube. ide buat faisal ke depan nya, semoga sukses !
Makasiiihh… Sedang dipertimbangkan sarannya! Hehehe
Dan kembali lagi semua ini hanya konsep Dan takkan pernah menjadi fakta.
mengarang cerita fiksi panjang2 buat apa? bikin sinetron? Asal muasal manusia jelas dari Adam dan Hawa gak ada homo-homoan, homo mana bisa berbuah….
Kalo ngomong “pribumi” ya gak ada bahkan Adam dan Hawa pun pendatang dari Surga.
Pribumi hanya istilah, istilah untuk apa dan siapa tergantung situasi dan kondisi.
Bukan saya anti sejarah, tapi teori evolusi jelas2 terbantahkan jadi sudah tidak relevan lagi digunakan. biarlah semua jadi misteri ilahi, daripada sotoy malah keliatan bloon dihadapan sang pencipta.
btapa ironisnya komentar ini. ngaca mas!! orang laen sekolah tinggi capek2, baca byk buku2, jungkir balik neliti sejarah, eksperimen trus2an.. eh org kayak kamu tgl gampang bangeett bilang fakta jadi fiksi, fiksi jadi fakta. orang yg berilmu coba bagikan ilmunya, eh orang mcm kamu tinggal gampang aja nuduh orang lain sotoy & bloon.
kasihan manusia satu ini,sepertinya penyakitnya kambuh.pasti dia gak tamat SD,guru jelaskan A dia bercerita Z.
Skeptis.
Penelitian yang sudah dilakukan dengan science method lantas terpatahkan oleh doktrin kitab suci, betapa naifnya dirimu
Sang pencipta menginginkan kita untut terus belajar
Lebih baik kelihatan bloon daripada bloon beneran
Ngapain malu sama sang pencipta
1 lagi tambahan buat anda sekalian semuanya.
Utk penjelasan awal terbentuknya suku dan ras di manapun anda berada dan di dunia adalah hasil dari studi penelitian yg rumit,panjang,dan kompleks. Dan itu hanya berupa hasil penelitian dan tidak 100 persen benar. Karena tidak ada yg tau pasti tahun dan berapa lama. Hanya perkiraan dari hasil tes.
Yg jelas di sini adalah semuanya adalah pribumi asli di dunia.
Dan kita semua adalah manusia.
Jadi tolong jangan ada diskriminasi.
Tuhan menciptakan manusia adalah sama derajatnya.
Mau agama apapun anda sekarang itu tidak masalah selagi anda adalah manusia,saya hormati.
Agama terbentuk karena adanya suatu kepercayaan setiap pribadi manusia. Bukan karena ras dan suku anda.
Siapa saja bole kristen,islam,budha,hindu dll. Bukan karena anda suku melayu harus islam,tionghoa budha,india hindu. Ttp yg membuat anda menjadi islam adalah karena pribadi anda, kepercayaan anda. Yg tionghoa saja ada banyak muslim. Cth pelaku sejarah saja udah jelas chengho adalah jendral dari tiongkok yg memeluk dan menyebarkan islam di beberapa daerah di indonesia. Itu karena kepercayaannya. Bukan karena suku dan rasnya.
Suku batak di sumatera utara mayoritas kristen. Bukan karena sukunya,tpi karena kepercayaannya. Karena asal usul mereka bukan kristen. Ttpi bisa jadi kristen,karena kepercayaan dan pribadi mereka. Orang arab di timur tengah dan di dunia sebelum masehi dan awal masehi sebelum Nabi Muhamad apakah muslim dan islam?
Nah itulah kenapa kita itu harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain walaupun berbeda suku,ras dan agama.
Karena kita itu adalah manusia. Dan kita semua adalah pribumi di bumi. Kecuali alien itu baru bukan pribumi karna bukan dari bumi.haha
Manusia itu sama,hanya karna oleh ruang dan waktu serta lingkungan,dan lain-lain terpisahkan 1 sama lain. Sehingga terbentuklah suku,ras,dan peradaban di dunia ini.
Jadi kita semua adalah bersaudara.
1 lagi dari saya yang sangat penting bagi saya dan anda semua.
Saya dan anda lahir di keluarga yang tidak bisa saya dan anda-anda tentukan dan pilih. Saya terlahir di keluarga campuran bapak jepang dan mama saya tionghoa. Bukan saya yg memilih. Tetapi Tuhan.
Anda terlahir di keluarga tamil dan hindu bukan karena anda yg memilih,anda terlahir di keluarga melayu dan muslim juga bukan anda yg memilih dan lain sebagainya.itu semua karena Tuhan.
Yg jelas kita terlahir sebagai manusia,bukan binatang.
Syukurilah itu. Karena anda masih dikasihi Tuhan. Haha
Sekian dari saya. Thanks. Gbu all.
Toleransi antar umat manusia memang baik dan penting dalam kehudupan bermasyarakat dan lebih bagus lagi jika ditambah dengan bukti2 ilmiah yang otentik dengan tes DNA yang tingkat akurasi luar biasa tinggi, bisa mencapai 99,99999999999999999999……% dengan kemungkinan kesalahan kira kira 1 : 100.000.000 atau lebih banyak lagi. Pendekatan Sains melalui Tes DNA dari perspektif Antropologi dapat digunakan sebagai ” Kartu Truff ” / “Kartu AS” untuk menghadapi orang2 yang tukang ngotot dan cenderung rasial. Iptek harus berkembang terus untuk kedamaian peradaban manusia ke masa depannya.
ternyata artikel ini hanya menyatakan apa yg gw udah tau…. kirain ada yg baru
Komen anda sungguh tak perlu jika hanya sekedar ingin mengatakan bahwa anda sudah tau. Lewati aja tanpa perlu nimbrung gak jelas pamer gt.
komen anda jg sungguh tak perlu, toh saya komen bukan kepada karya tulis anda, lewati saja komen saya, tidak kelihatan jutek ga jelas begitu
Hi mas Faisal, terimakasih sudah bersusah payah menulis artikel ini. Dari artikel ini baru gw tau kalo asal muasal manusia Indonesia dari Taiwan bukan Yunan. Gw semasa masih bersekolah dulu paling suka bahasan tentang kerajaan- kerajaan Indonesia dan tentang abad kegelapan di daratan Eropa.
Tentang pendapat Dindin kalo pendatang itu diusir balik ke tempat mereka berasal, ya boleh aza yah tapi kalo mereka lahir di Indonesia seperti gw, gw ga merasa sebagai pendatang meskipun orang seperti lo beranggapan begitu. Terpaksa mesti setuju dengan pendapat Syamsudin Id, kalo pulang yah ke alam baka hihihi
Dalam artikel Uda Faisal Aslim, pembahasan dalam artikel sudah melampaui istilah “Pribumi” yang jadi pokok bahasan itu sendiri. Akhirnya kesimpulan yang diperoleh tidak tepat untuk menjawab judul artikel diatas. Membahas Pribumi Indonesia sampai pada kedatangan Homo Erectus sudah terlalu jauh, bahkan kalau mau dikejar terus, manusia pun adalah pendatang di bumi ini. Untuk menjawab judul diatas kita harus melihatnya dari eksistensi subyek yang mengklaim istilah “Pribumi” ini. Dan hal itu tak perlu jauh-jauh membahasnya hingga Homo Erectus.
Pada masa pergerakan, ditahun 1925, Hatta mempunyai pemikiran mengganti istilah “Bangsa Hindia” menjadi “Bangsa Indonesia”, yang merujuk pada identitas pribumi (inlander) yang hendak merdeka dari kolonis Belanda. Perumusan ini semakin matang dan diwujudkan pada Kongres Pemuda II di tahun 1928, yang akhirnya menghasilkan Sumpah Pemuda. Salah satu butir dari Sumpah Pemuda itu adalah “Bangsa Indonesia”.
Lalu siapa Bangsa Indonesia itu?
Lihatlah para peserta kongres tersebut: Semuanya adalah Ras Melayu (sekali lagi, Ras Melayu bukan Etnis Melayu). Sedangkan 4 orang Peranakan Cina yang hadir hanya sebagai pengamat (observer), yang bertujuan menentukan langkah politik selanjutnya bagi kelompok mereka sendiri. Mereka yang menyatakan sebagai diri sebagai Bangsa Indonesia adalah Bangsa (ras) Melayu yang menjadi pribumi di Nusantara, sebagaimana pemikiran Hatta pada 1925.
Sehingga jawaban dari judul diatas “Siapakah orang asli pribumi Indonesia?” adalah Ras Melayu atau Ras Kulit Sawo-Matang atau bahasa inggrisnya Tan Race atau nama ilmiahnya Ras Austronesia.
Kemudian dalam salah satu pendapat Uda Faisal, menyatakan bahwa istilah pribumi sudah usang dan harus ditinggalkan. Itu sama saja menghapus eksistensi Bangsa Indonesia yang dibangun dari sentimen Kepribumian. Menggantinya dengan konsep pembagian WNI-WNA, yang sebenarnya hanya berlaku untuk kehidupan bernegara bukan kehidupan berbangsa.
Saya mengapresiasi upaya Uda Faisal Aslim dalam memperkenalkan asal-usul bangsa kita kepada generasi muda, namun sudah selayaknya untuk membangun kesadaran ras sebagai bagian dari pengetahuan dan identitas bangsa kita sendiri.
Komentar ini adalah komentar terbaik yang mengkounter pendapat Mas Penulis.
Oke saya setuju dengan penjabaran anda bahwa pribumi adalah Ras Melayu atau Ras Kulit Sawo-Matang dengan kerangka berpikir yang sudah dijabarkan.
Tabi saya dengan rendah hati lebih menyukai kerangka berpikir sang penulis.
Dapat dimengerti mas Lanjar. Mengenai persepsi suka atau tidak suka itu merupakan pilihan masing-masing. Tapi yang jelas, istilah “pribumi” menjadi dasar untuk memperkuat identitas ras kita sendiri dan bukan untuk menganiaya ras lain.
Halo Mas Isa,
Makasih komennya, maaf baru sempat ngecek tulisan ini lagi. Dulu ketika bangsa kita dirundung krisis identitas karena terlalu lama berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda, sangat wajar jika romantisme Melayu tersebut digaungkan. Tapi itu kan 1920 an. Jika permasalahan sekarang adalah isu sektarian yang malah membuat bangsa ini ribut2 ga jelas mengenai siapa yang jadi “pribumi”, ada baiknya kita menganggap romantika 1920 an itu sudah usang (dan memang sudah 90 tahun yang lalu juga sih)
Jadi tertarik untuk memberi komen… Tanpa peran Sumpah Pemuda Ngga akan terbentuk NKRI seperti sekarang. didalam tulisan anda mengulas tentang 1 atau 2 juta tahun kebelakang, tapi yg baru 90 tahun saudara bilang usang. berarti buah pemikiran socrates (469 – 399 SM) atau Rene Descartes (1596 -1650) usang juga?
Iya, siapa sih yg sekarang masih 100% dengerin Socrates dan Descartes? Kan udah ada pembuktiannya semua.
Mengenai ulasan 1-2 juta tahun, hubungannya apa?
Jadi orang Melanesia di kemanakan? Bukan pribumi? Mengapa tidak sawo matang… Lalu apa definisi bangsa? Mengapa orang Dayak di Kalimantan sebagian menjadi bangsa Malaysia? Orang Papua sebagian menjadi bangsa Papua Nugini? Atau mungkin orang Dayak di Malaysia bukan bangsa Malaysia tapi warganegara Malaysia. Bagaimana dengan saya yg ada keturunan Nias dari nenek saya. Anak saya dari istri saya orang Batak. Anak saya 1/2 bangsa Indonesia yah?
Saya suka artikel ini, Good Job Uda Faisal.. 🙂
Di tunggu artikel selanjutnya.. 🙂
Makasih Kak Ronceeeeeeee
ntar klo ada yg bilang lagi “kamu itu cina cuma numpang”, aku tunjukin aja ini artikel. :p
Benar katamu, Josher. Leluhur orang Cina Sino Tibet Selatan seperti orang Guangdong, Guangxi, Hong Kong, Makao, Hainan, Yunnan, Fujian, Taiwan, Hainan dan Burma / Myanmar berasal dari Asia Tenggara sama seperti leluhur orang Austroasiatik / Indocina dan Austronesia yaitu etnis Baiyue yang tinggal di Semenanjung Indocina, pesisir pantai timur Cina, mungkin juga ada di Semenanjung Malaya dan Filipina. Secara DNA Orang Indonesia keturunan Cina Peranakan ( Baba nyonya ) pada dasarnya hanya pulang ke kampung halamannya, di Asia Tenggara. Tapi hal ini tidak berlaku untuk orang Cina Totok yang sudah banyak kawin campur dengan bangsa2 utara Altai, Mongol, Kazakhstan dan orang Tungus ( Utara Manchuria ).
Ya. Masalahnya ada yg ‘numpang’ beribu-ribu tahun lalu, zaman kuda makan beling. Ada yg ‘numpang’ kemarin sore bareng penjajah.
Yeah, kalo dirunut asal usuknya memang tdk ada manusia asli suatu tempat lokasi. Karena cerita penyebaran organisme berperilaku “mirip manusia” (manusia awal) berasal dari pantai Timur Afrika menyusur ke Utara hingga Eropah-Asia-dst bla bla..(Geno-graphic Project). Apakah benar, bahwa lokasi awalnya hanya dari pantai Timur Afrika tsb? Tidakah di lain tempat juga terjadi evolusi primata serupa.??
menarik sekali artikel diatas dan jadi belajar banyak. Bung Faisal, apakah ada alasan tertentu kenapa homo sapiens pertama kali ada di afrika sebelum menyebar ? kemudian apakah sino-tibetian, dravidian adalah evolusi dari melayo austronesia juga?
busett….detail banget,sekarang gua gak rasis lagi deh.TQ sejarahnya.
tulisan yang sangat bagus, membuka wawasan manusia Indonesia…
Thanks Mas,sy senang artikelnya bagus dan mencerahkan! bisa saran buku mengenai perkembangan suku2 diIndonesia dan kebudayaannya serta peninggalan arkeolognya?sukses ya,thanks.
Trims min. Sangat bermanfaat.
Keren banget. Tapi saya masih bertanya-tanya apakah selain warisan Melanesian dan Austronesian tidak ada warisan Austrasiatic di Nusantara? Contohnya, di semenanjung Malaka terdapat suku2 Semang dan Senoi yang tergolong Austroasiatic. Saya juga pernah baca [sudah lupa dimana] bahwa suku Karo dan Batak memiliki ciri khas yang lebih mirip orang Khmer daripada orang Melayu. Jadi, menurut saya tidak masuk akal kalau kawasan Nusantara selama puluhan ribu tahun tidak ditempati oleh suku2 Austroasiatic juga, mengingat Paparan Sunda dulu menyatu dengan wilayah Thailand, Cambodia dan Vietnam yang sekarang.
Orang Khmer itu ya juga termasuk etnis Melayu dengan campuran orang Austroasiatik / Indocina. Orang Austronesia, Austroasiatik / Indocina, bahkan Sino Tibet Cina Selatan mempunyai kadar DNA Autosomal yang mirip dan mereka mempunyai leluhur kuno bersama, Kromosom Y Hg O* M175 dan DNA Mitokondria Hg R11 B4’5 dan R9 F. Semua orang Asia Tenggara dan Timur di sebelah selatan Sungai Yangtze adalah keturunan orang Baiyue. Tetapi leluhur orang Asia Timur Laut lainnya seperti orang Mongolia dan Altai Kazakhstan sama sekali bukan keturunan orang Baiyue. Mereka keturunan Bangsa Altai / Pribumi Siberia Timur Laut. DNA Autosomal dan Parental Haplogroup Orang Cina Utara, Jepang dan Korea sudah banyak bercampur dari ayah orang Cina Sino Tibet dengan Ibu orang Mongolia ( Altai Siberia ). Tidak heran kebanyakan orang Indonesia mengira Orang Cina dan WNI Keturunan Cina dianggap serumpun dengan orang Jepang dan Korea.
Menurut saya, orang asli nusantara masih ada. Jenis homo sapien atau homo erectus, mereka berubah menjadi hobit ( kerdil) . Tinggal dihutan lebat. Walau sudah sangat sulit dijumpai. saksi mata ada yang melihat. Namanya macam macam, disumatera ada yang bilang ” orang pentul”. sejauh ini belum ada penelitian dilakukan
penelitian untuk mengungkap keberadaan ‘orang pendek’ di Pengunungan Kerinci, Jambi sudah dilakukan puluhan tahun. http://www.orangpendek.org/
hacep nih artikel,dibahas singkat jelas dan padat . 😀
mengapa kita harus belajar sejarah ???
karena manusia yang tidak tau sejarah nenek moyangnya, ia akan bingung untuk menjalani kehidupan.
hanya presiden soekarno yang mengerti akan sejarah bangsa indonesia
makanya dibuatnya semboyan BHINEKA TUNGGAL IKA.
skali-skali kalian harus main ke jayapura ( PAPUA ).
orang indonesia asli hanya berada di kota jayapura.
dimana mereka mempunyai keturunan,sumatera,kalimantan,jawa,Ntt,sulawesi,maluku,Papua.
PEACE………………….PEACE……………………..JAYAPURA KOTA MULTICULTURE.
Bukankah fosil Homo Erectus hanya pernah ditemukan di Jawa dan tidak pernah ditemukan di Afrika?
Homo erectus banyak ditemukan di berbagai belahan bumi, Afrika, Cina, termasuk Eropa. Hanya varian penyebutannya beda. Bahkan di Jawa ada bbrp Homo Eretus; Wajakensis, Sangiran, Mojokertoensis, dan yg paling terkenal (Karena ditemukan pertama kali) dari Trinil, Ngawi, disebut Homo Pitecantheropus Erectus. semoga membantu.
1,7 juta tahun yg lalu indonesia sudah punya penduduk. 6rb tahun yg lalu alloh membuat bumi. hahahahah… alloh sempak!
??????
komentar anda gak bermutu, bung. tidak ada ruang bagi para rasisme bin fasis disini.
Menarik sekali artikel ini, untuk gegeran cina atau peristiwa chinese opstand 1740 di Batavia bisa lihat di arsip VOC, disana ada banyak catatan mengenai peristiwa ini. Saya pernah menstranskrip arsip VOC di periode ini, sangat menarik memang. Lalu pembagian stratifikasi sosial yang dari zaman VOC juga sudah ada, sangat lengkap dicatat dalam arsip.
Bujanginamu
pribumi/pri·bu·mi/ n penghuni asli; yg berasal dr tempat yg bersangkutan;
gw baru yakin bhw di dunia ini, gw adlh pribumi dr rahim seorang ibu yg hebat 🙂 nice article kak Faisal, cant wait for your next
salam…yth rekan2 semua, sebelumnya sy ucapkan salam dn rasa hormat yg mendalam untk dpt bergabung diskusi terkait subject matters above..Pertama sy brharap dpt trjadi diskusi yg sehat, rasional dn dgn tetap mnjaga etika (tdk sombong/sok tahu), shg dpt ditemukan sistesis dari tesis dn antitesisnya..pertama sy akan ajukan prtanyaan langsung kpd Sdr. faisal dari beberapa perspektif, krn Sdr. mendeclaire sbg guru sejarah dn tentunya expert, juga sdr. telah menyatakan hendak meluruskan dan/atau bertanggung jawab atas kebenaran sejarah tersebut.. Kedua, Dari mana data yg anda miliki dan seberapa benar anda meyakini kebenarannya, shg seolah-olah merupakan kebenaran absolute, yg menurut hemat sy hanya sepersekian persen (minim) kebenaran faktualnya, dn tidak semua dipaparkan secara ilmiah, krn pendekatan sy adalah jelas2 akademik dlm beberapa disiplin ilmu jd sgt dpt dipertanggung jawabkan, tdk hnya baca literatur buku sj kita sdh “over confident” apalagi tdk melakukan telaah kritis, transendental-material, fisika maupun metafisika..spiritualism dll…bnyk sy temukan orang2 skrg hnya copy paste baru kemudian ceramah-ceramah di publik tanpa filter data2 kebenarannya, shg bnyk menyesatkan bagi masyrakat, tak ubahnya ustad-ustad/rohaniawan celeb, yg sejati tentu tdk menonjolkan diri (krn itu bagian dr riya/show up/sombong…etc), Ketiga, jika Sdr. bisa menjawab beberapa pertanyaan sy, maka sy akan menganggap expert sbgmana kompetensinya….tp kl tdk ya dgn segala hormat, hrs banyak-banyak belajar lagi dn bnyak2 rendah hati…sbb Allah tdk suka orang yg membanggakan diri…serta postingnya harap diteliti dulu, hal ini sy terpanggil krn bnyak pembelokan sejarah yg dilakukan pihak-2tertentu dgn brbagai kepentingan, srta mmbuat gaduh publik, sy sgt prihatin shg hrs ikut partisipasi setidak-tidaknya itu bagian ibadah untk mngatakan yg sesunggunya..that’s all…i would be very grateful for our discussing….would you mind please..you can answer right now..thank’s a lot…
best regards
mungkin bisa tolong lebih konkrit lagi, pada bagian mana dlm artikel di atas yang ingin dikritisi atau didiskusikan?
Serasa dengerin Vicky Prasetyo?! Hahahahaha..
ngomong muter-muter eee lupa pertanyaannya apa
bravo my friend (y)
Menarik! Dari kecil gue selalu penasaran tentang asal usul ancestry, soalnya pengen banget tau ada campuran apa aja. Gue suka banget ikutin Human Genome Project di Nat Geo, seru! Moga-moga sejarah seperti ini semakin banyak diajarkan secara luas di sekolah, supaya rakyat kita tambah pinter yak! Gue tunggu artikel-artikel menarik selanjutnya 🙂
Apa kamu sudah pernah ikut dan membeli Tes DNA Kit dari Genographic Project? Bulan Oktober – November 2015 mereka meluncurkan Geno 2,0 NG untuk mengetahui leluhur kuno mu ( Parental Haplogroups ), 6 – 10 generasi diatas mu, DNA Autosomal Regional dan mereka menghitung ulang kandungan Gen Homo Neandherthal pada manusia Non Afrika, biasanya kandungannya sekitar 1 – 4% DNA Neandherthal. Sayang, mereka menjual tes DNA Kit nya per 1 item seharga 199 $ US + Ongkos kirim 40 $ US, belum lagi ditambah ongkos kirim balik ke Laboratorium FTDNA di Huston – Texas – USA via Fedex seharga 40 $ US dengan kurs rupiah sekarang ini tgl 4 November 2015 1 $ US = Rp 14.000 an. Tapi coba pakai jasa kurir lain seperti Express Mail Service milik PT Pos Indonesia, mungkin ongkos nya lebih murah.
menurut pendapat saya, penelitian ini kurang melihat konteks, perlu dijelaskan dahulu definisi pribumi yang sebenarnya apa, asal muasalnya kata itu dari mana? kalau saya membaca. jelas sekali seluruh dunia itu “tanah tak bertuan”, hal ini dikarenakan anda menelusurinya dari asal mula perkembangan peradaban manusia purba mungkin kl diteruskan lagi bisa sampai ke nabi adam, perlu diingat juga bahwa saat itu, daratan banyak yang masih menjadi satu. tapi mungkin hasilnya akan beda jika ditelusuri dari definisi pribumi itu sendiri. jika itu dilakukan saya yakin, penelitian anda akan mengarah ke pertanyaan “kebudayaan asli indonesia itu apa?” dari proses mencari jawaban tersebut. mungkin anda bisa menemukan siapakah pribumi yang dimaksud.
kalau begitu penelitian ini akan jelas, dan mengkerucut tidak semakin meluas dan menimbulkan pertanyaan yang baru. mungkin itu saja pendapat saya. terimakasih.
Istilah pribumi berasal dari pemberian bangsa kolonial Belanda yang menyebutnya sebagai inlander.
Raden Ali, kalau mau bicara soal ke “Pribumi”an orang Indonesia sebenarnya leluhur kita, Kependudukan Orang Melayu Austronesia & Austroasiatik dan Orang Cina (Y DNA Hg O*-M175, mtDNA Hg M7, N9, R9, F, R11, B) adalah pendatang terakhir ke Asia Tenggara Kepulauan dan Daratan. Manusia Pribumi Asia Tenggara dan Asia Timur yang sebenarnya adalah Homo Erectus seperti Manusia Wajak dan Sinanthropus Pekingensis. Lalu disusul dengan kedatangan Homo Sapiens2 seperti Orang Indonesia Timur (Maluku, Papua, Timor Leste), setelah itu leluhur kita datang ke Asia Tenggara (Gelombang ke 2 untuk Homo Sapiens2) dengan budidaya Pertanian dan Nasi adalah makanan pokok kita yang mungkin bisa sedikit menjelaskan kalau Manusia golongan Melayu Tua, Muda, dll ada yang menetap di kaki Pegunungan Himalaya mungkin di daerah India Timur Laut, Bhutan, Burma (Myanmar).
Coba kamu cari data lebih detail di website yang mendalami tentang migrasi Manusia (leluhur kita semua) seperti di Genographic Project, FTDNA, Ancestry, 23andme,….
Halo, sekedar mau nanya.
Adam adalah manusia pertama di muka bumi ini. Apakah bentuk adam seperti Manusia Purba?
Tidak, Kemungkinan bentuk fisik dan wajah “Scientific” Adam lebih mirip orang Khoisan seperti Bushmen, Hottentot atau orang Hadzabe di Tanzania dan “Adam” bukan satu satu nya manusia laki laki di kelompok etnis nya. Begitu juga dengan “Scientific” Hawa / Eva, bukan satu satu nya manusia perempuan di kelompok etnis nya. Bertentangan dari ajaran agama, Adam dan Hawa yang asli tidak hidup bersama dan saling kenal 1 sama lain walaupun sama sama tinggal di Benua Afrika Timur atau Afrika Sub Sahara. Bahkan menurut DNA, Hawa / Eva yang asli hidup di jaman yang berbeda dengan Adam. Hawa / Eva Mitokondria Hg L* yang asli hidup lebih tua sekitar 150.000 tahun BP dan Adam Kromosom Y Hg A* M91 hidup sekitar 100.000 tahun lalu BP. Tapi belakangan ini ditemukan Kromosom Y yang sangat sangat langka dan sangat tua, kromosom Y Haplogroup A00 atau disebut ” Perry’s Y Chromosome ” yang diperkirakan berusia 580.000 – 270.000 Tahun BP di mana pembawa Kromosom Y Perry’s A00, anatomi manusia modern belum terbentuk. Sekarang ini si pembawa Kromosom Y Perry’s A00 ditemukan di orang Mbo di Kamerun Barat dan paling paling cuma belasan orang saja yang membawa Kromosom Y ini.
jawaban Anda selalu bermutu… ilmiah…cocok utk zaman sekarang di mana semua kemajuan karena ilmu pengetahuan…
iman gw bisa sedikit tergoncang kalau lihat pembahasan loe bro… 😀
tapi gw salut karena loe menjelaskan-nya dari sisi ilmu pengetahuan…
fyo, ternyata para Ilmuwan Antropologi dan Ahli Genetika juga belum tahu persis rupa dan bentuk fisik Manusia Modern a.k.a Homo Sapiens2 waktu mereka keluar dari Benua Afrika sekitar 60.000 tahun lalu dari sekarang. Kita, umat Manusia, sebetulnya tidak tahu pada apa yang kita kira kita tahu 🙂
kalo mau merunut lebih jauh lagi,manusia itu sendiri adalah pendatang di planet bumi ini,kita cuma dititipi planet bumi ini supaya dijaga dan dimakmurkan,kalau udah bisa meredam ego,bukan tidak mungkin manusia bisa menghijaukan dan memakmurkan planet mars juga,dan planet2 lain di sistem tata surya lainnya!
Andaikan disertakan referensi tulisan2 di blog ini bakalan lebih bagus.
mantap bro! tulisan lu keren! tapi mau tanya, orang Austronesia kan katanya asalnya dari Taiwan tho.. nah sebelum menempati Taiwan itu mereka datang dari mana?
Mereka datang dari Timur Tengah lewat pedalaman Anak Benua India bagian Utara di sebelah selatan pegunungan Himalaya lalu masuk ke daratan Asia Tenggara dan Timur lewat Burma / Myannmar kemudian menetap di Semenanjung Indocina, Pulau Formosa ( Taiwan ) dan Pulau Hainan.
Penanda Genetik Kromosom Y / Ayah = Y Hg BT* M42 di Afrika Tengah – Y Hg CT* M168 Eurasian Adam di Afrika Timur – Y Hg F* M89 di Timur Tengah ( Mesopotamia ) – Y Hg K* M9 di Asia Tengah Selatan – Y Hg K2* M526 di India / Asia Tenggara – Y Hg NO* M214 di Nepal, India Timur Laut / Bhutan – Y Hg O* M175 di Asia Tenggara Semenanjung Indocina – Y Hg O1* M119 juga di Semenanjung Indocina, Pulau Formosa / Taiwan dan Pulau Hainan.
Penanda Genetik DNA Mitokondria / Ibu = mtDNA Hg L3* di Afrika Timur – Hg N* di Timur Dekat, juga di Mesopotamia – Hg R* di antara Asia Barat dan Asia Tengah sekitar Laut Kaspia – Hg R11 B4 dan R9 F di Asia Selatan / Tenggara – Hg R11 B4 ke Asia Tenggara dan Timur – Hg B4b / B2 ke Asia Timur Laut dan Benua Amerika – Hg B4a, B4C…,B5 ke Asia Tenggara ( Indonesia ) – Pulau Madagaskar di Afrika dan Kepulauan Pasifik Selandia Baru dan Hawaii dan Hg R9 F di Asia Tenggara Indonesia Barat, Asia Timur Cina Selatan dan sedikit di Asia Timur Laut ( Cina Utara, Mongolia dan Buriat ).
Sudah dijelaskan dengan sangat baik oleh Mas Adrian. Makasih mas
Indonesia itu negara bangsa, hadir dari bangunan suku bangsa. Diperjuangkan oleh banyak suku dan (bahkan) ras. Kemudian diterjemahkan sebagai negara ‘kesatuan, karena Indonesia bukan negara yg lahir dalam kondisi nasionalisme romantis, yg segalanya sudah tersaji homogen.
Memahami Indonesia hanya diperjuangkan oleh ‘pribumi’, justru melecehkan martabat bangsa besar ini. Menciutkan kehebatan bangsa ini.
Pekok boleh, main kuasa jangan.
Bung Bintang Sabit, logika yang anda bangun memang benar, tapi premisnya yang keliru.
Indonesia memang negara bangsa, yaitu Bangsa Indonesia. Dan konsepsi Bangsa Indonesia baru terbentuk pada saat Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda adalah bentuk ikrar persatuan suku-suku (etnis) pribumi Nusantara yang pada dasarnya satu bangsa, yaitu ras Melayu atau ras Austronesia, menjadi Bangsa Indonesia. Jadi Bangsa Indonesia adalah homogen, satu ras yang tunggal.
Kita lihat lagi perjuangan Bangsa Indonesia. Para founding fathers kita kesemuanya pribumi, Revolusi Indonesia diperjuangkan oleh pribumi. Jadi Negara Indonesia adalah negara bangsa pribumi yang merdeka.
Faktanya adalah minoritas ras lain yang ikut dalam revolusi kita (Revolusi Indonesia), merupakan “sukarelawan” ras lain sebagai bentuk harmoni dengan pribumi. Dan kita selalu berterimakasih atas hal itu. Terbukti Negara Indonesia berdiri tidak seperti Hindia-Belanda yang membagi kelas warga berdasarkan ras.
Premis bung Bintang Sabit keliru, karena anda tergoda untuk “mencocokkan” konsepsi Bangsa Indonesia ke dalam wacana multikulturalisme yang sekarang beredar, sebagaimana seperti tulisan uda Faisal Aslim di atas. Memaksakannya hanya akan menghasilkan kesimpulan yang ahistoris dan tidak sesuai realita.
Terakhir. Jangan menggunakan kata kasar seperti “pekok” (bhs jawa:bodoh) dalam forum ini. Karena kurangnya kadar intelektual seseorang adalah fakta netral yang tidak perlu dihina. Dan setiap orang berhak meningkatkan kadar intelektualnya di forum belajar bersama yang kita hormati ini (zenius.net). Kalau memang perlu sindiran, gunakanlah peribahasa/pantun sebagai bentuk kehalusan budi pekerti ras kita. Jangan sampai kita seperti “menepuk air didulang, terpercik muka sendiri”.
Isa Jawi: “Terakhir. Jangan menggunakan kata kasar seperti “pekok” (bhs jawa:bodoh) dalam forum ini. Karena kurangnya kadar intelektual seseorang adalah fakta netral yang tidak perlu dihina”.
Saya bilang “pekok boleh saja”, itu artinya menyadari memang fakta netral, ga ada yg menghina di sini. Saya hanya menyarankan agar jangan main kuasa.
Main kuasa inilah yg menjadi dasar saya berkomentar. Terbaca niatan beberapa pengomentar ingin mengarahkan bahwa Indonesia milik pribumi (sementara arti pribumi masih dan makin sumir) dan mereka yg paling berhak atas tanah-air ini.
Indonesia disajikan kepada generasi kekinian ini tidak oleh koki pribumi semata. Melecehkan kalau mereka hanya dianggap tenaga sukarela, dan merendahkan daya nalar kita sendiri bahwa hitungan perjuangan hanyalah dari kuantitas, sedikit-banyaknya ‘jenis’ pejuang.
Menapaktilas berdirinya republik dari ‘sekadar’ Sumpah Pemuda? Itu tak tega saya haru bilang bagaimana. Atau maksudnya mau bicarain soal keterwakilan pemuda? Hmm.. Kalau dari situ arahnya ingin memberi referensi Papua Merdeka sebuah legalitas sejarah, saya sepakat dengan Anda.
Saya tak perlu meyakinkan Anda bahwa kenyataannya Indonesia ini bukan bangunan sebuah Nasionalisme Romantis, sebagaimana paparan Anda tak akan menggugurkan keyakinan akan fakta itu.
Itu saja dulu.
Satu hal bung Bintang Sabit, kita bisa sepakat mengenai etika berforum. Selain menghormati tuan rumah (penulis dan moderator), kita juga mengajak pembaca lainnya untuk diskusi beretika sebagai bentuk tanggung jawab sosial dalam forum belajar bersama ini.
Soal main kuasa yang anda maksud, kami juga melihat adanya main kuasa dari wacana sebaliknya. Bangsa Indonesia mulai di dekonstruksi secara paksa dengan multikulturalisme, bahkan adanya upaya penghapusan istilah pribumi yang notabene identitas bangsa kita. Ini yang menjadi pertanyaan besar: Mengapa identitas bangsa kita hendak dilucuti?
Kami ajak saudara untuk menyelam kembali suasana pada periode pergerakan nasional (1905 sampai pra-17 Agustus 1945). Penggunaan istilah Pribumi masa itu bukan hal tabu, bahkan sudah menjelma seperti trending topic diantara pemuda kita yang terpelajar. Kita dapat temukan sendiri bahwa Tjokroaminoto sudah menggunakan istilah ‘ekonomi pribumi’. Kita dapat temukan perubahan ‘Bangsa Hindia’ menjadi ‘Bangsa Indonesia’ dalam artikel Hatta di Hindia Poetra tahun 1925. Kita dapat menemukan sindiran Ki Hajar Dewantara tentang ‘pribumi terjajah’ di artikel “Als ik eens Nederlander was”. Hingga ‘hak bumiputra untuk merdeka’ di dalam pledoi Soekarno tahun 1930 berjudul “Indonesia Menggugat” yang terkenal itu.
Apakah kita akan mendakwa nama-nama besar tersebut telah melakukan pelecehan terhadap keseluruhan bangsa Indonesia karena mewacanakan “Pribumi/Bumiputra” yang amat ditabukan di jaman sekarang? Fakta menunjukkan sebaliknya. Nama Pribumi terserap ke dalam konstruksi Bangsa Indonesia dengan amat apiknya.
Mengenai arti Pribumi yang masih dan senantiasa makin sumir, kami tegaskan arti Pribumi sangat definitif dan jelas. Pribumi sendiri adalah subyek yang selalu merujuk pada entitas bangsa (ras) Melayu, yang berkulit sawo-matang, penghuni asli nusantara. Maka sudah sangat terang, bahwa Pribumi atau Bumiputra adalah ras Austronesia. Klaim itu pun nyata ada dalam masyarakat kita.
Soal benang merah “berdirinya republik ini dengan Sumpah Pemuda” seperti yang anda maksud, mungkin perlu kita sepakati dulu hal yang lebih mendasar. Ada dua pengertian yang kini seringkali tercampur-aduk: “Berbangsa” dan “Bernegara”. Berbangsa dan Bernegara adalah dua entitas yang samasekali berbeda. Berbangsa adalah hal-hal yang berkaitan dengan realita sosial, maka kehidupan berbangsa kita adalah segala hal yang berkaitan dengan relasi sosial antar komponen bangsa berupa etnis, ras, dan hal lainnya. Sedangkan bernegara adalah hal-hal yang berkaitan dengan formalitas dan legalitas, maka kehidupan bernegara kita adalah segala hal yang berkaitan dengan hukum dan administrasi negara, termasuk urusan kewarganegaraan. Itulah mengapa dalam setiap dokumen resmi kenegaraan, kedua hal ini selalu disebut secara terpisah. Sampai disini kita sepakati dulu hal yang mendasar ini.
Lalu kita perhatikan lagi frasa “Berbangsa dan Bernegara” yang selalu berurutan seperti itu, karena memang merupakan pernyataan kronologis. Bangsa lebih dulu ada daripada negara. Setelah bangsa itu terdefinisi dan terbentuk, maka bangsa itu akan mendirikan negara bangsa(nya). Negara yang dibentuk selalu mencerminkan bangsa yang membentuknya. Sehingga kehidupan bernegara akan selalu dipengaruhi kehidupan berbangsanya, akan tetapi tidak bisa berlaku sebaliknya. Dari sini kita akan bisa melihat hubungan bangsa dan negara.
Berarti urutan logikanya sudah jelas. Bangsa Indonesia lebih dulu lahir daripada Negara Indonesia. Bangsa Indonesia yang berjuang mendirikan Negara Indonesia. Negara Indonesia berdiri pada tahun 1945 dengan konstitusi sebagai dasar yuridisnya. Tapi Bangsa Indonesia terdefinisi pada 1928 dengan Sumpah Pemuda sebagai dasar perjanjiannya. Lalu siapa Bangsa Indonesia itu? Seperti argumen kami pada komentar sebelumnya, Bangsa Indonesia itu Pribumi.
Masih dari komentar yang sama. “Negara Indonesia didirikan oleh Pribumi”, sebab Pribumi (Bangsa Indonesia) adalah kausa utama Negara Indonesia. Hadirnya faktor-faktor pendukung yang berasal dari luar kausa utama tidak bisa menghapus atau mengganti kausa utamanya itu sendiri. Ada (atau tidak ada) kontribusi ras minoritas dalam Revolusi Indonesia, tetap saja Negara Indonesia adalah negara pribumi yang merdeka. Dan tentang sukarelawan ras lain dalam Revolusi Indonesia, sudah jelas merupakan bentuk penghormatan terhadap mereka, karena mengakui kontribusinya yang terjadi atas dasar kesadaran pihak-pihak dalam Revolusi Indonesia itu sendiri. Menyangkal kontribusi mereka itu yang malah menjadikan kita ahistoris. Itu realitanya.
Kemudian mengenai cara berpikir kami yg melibatkan aspek kuantitas (mayoritas-minoritas) dianggap sebagai “merendahkan nalar”. Bahwa menilai suatu wacana bukan hanya dengan melihat variabel di dalamnya tetapi juga menakar komposisi kuantitas di dalamnya, adalah bentuk “menalar lebih lanjut” yang memperhatikan detil secara mendalam, daripada sekedar menilai wacana hanya dengan memasukkan unsur yang diam dan mengabaikan komposisi yang terjadi. Karena suatu wacana tidak hanya ditentukan oleh faktor relasi variabelnya yang terlibat tapi juga relevansinya terhadap komposisi kuantitas masing-masing variabel.
Kami sendiri secara institusional bukan penganut teori Nasionalisme Romantis. Namun apabila konstruksi kebangsaan kita yang dibangun dengan proses organik atas entitas ras pribumi sawo-matang ini anda golongkan sebagai Nasionalisme Romantis, maka kami dengan jujur menyetujuinya: Kebangsaan Indonesia adalah Nasionalisme Romantis.
Justru sekarang kami hendak bertanya. Apa argumen yang melatari keteguhan pernyataan anda, bahwa kebangsaan Indonesia bukan Nasionalisme Romantis?
He he… terlalu pagi untuk bertanya ‘keteguhan saya’, kita baru bermain dua-tiga obrolan, tak perlu Anda memosisikan diri sebagai pengukur keeguhan lawan diskusi.
Tapi baiklah saya katakan saja belum mau bersepakat dengan etika forum yang tampak coba Anda mainkan dalam meraih simpati forum. Soal etika, boleh Anda ambil citra di sini, tapi saya tetap pakai ‘Pekok’ sebilamana perlu, kecuali ada kata pengganti yg pas, dan atau mendapat sensor atas nama etik dari penulis ataupun moderator forum ini. Bukan oleh Anda. Sebab ukuran etik saya dan Anda beda, Seperti apa etika forum, juga perlu dibincang sendiri. Perlunya etika dlm diskusi semacam ini juga layak dibicarakan lebih khusus. Tapi menurut saya, itu di luar topik, kecuali emang mau dilanjut.
Soal pejuang bangsa yg Anda bilang sekadar sukarelawan karena kuantitas yg minor, tetep itu merendahkan nilai pentingnya pejuang dari etnis ataupun ras lain, sekaligus merendahkan cara berpikir Anda sendiri. Anda boleh, bahkan harus menghitung kuantitas, kalau Anda menghadapi soal biologi atau matematika. Tapi ini urusan sosial, ada manusia dengan bermacam keberagaman yg tak bijak untuk tak dianggap, atau sekadar dianggap pelengkap perjuangan/ sukarelawan. Cara berpikir yg ‘golek menange’, mayoritas adalah menangan.
Dari situ, tak susah ditebak bahwa Anda sulit mengakui Indonesia dibentangkan oleh beragam etnis dan ras, kemerdekaan ini dikibarkan tak hanya oleh pribumi. Nasionalisme Indonesia bukanlah romantik.
Kalau saya boleh ikutan nanya ala Anda, gerangan apa yg membuat Anda bersikukuh dengan mempribumikan Indonesia?
Bung Bintang Sabit, kita memang sudah sepakat tentang etika berforum. Anda sendiri menyatakan “ga ada yang menghina di sini”, artinya kita sudah sepaham tidak ada maksud menghina dalam forum ini. Maksud itu yang kita garis bawahi, dan itu sudah cukup. Berbedanya nilai yang anda pegang tidak perlu diperdebatkan saat kesepahaman yang dimaksud telah tercapai. Selain juga sudah di luar konteks, kami masih menghormati perbedaan nilai.
Mengenai “apa yg membuat Anda bersikukuh dengan mempribumikan Indonesia?” Bukankah sudah terjawab pada komentar kami sebelumnya?
Anda bung, memang susah paham rangkaian pernyataan saya, “ga ada yang menghina di sini”. Tapi ya apa boleh buat. Paling saya coba sebaik-hati mungkin untuk bisa mengerti Anda. Itu saya bisa banget, hanya jangan asal buru2 bilang kita sudah sepakat untuk ini.
Sedang, “apa yg membuat Anda bersikukuh dengan mempribumikan Indonesia?”, itu semacam pertanyaan retorik untuk mengingatkan Anda yg tampak bermain gur pembimbing. Lucunya Anda jawab. Ya ga papa juga sih, sekali lagi saya juga bisa mengerti.
😉
indonesia hanyalah konstruksi kolonial, kita bersatu karena kita dijajah. andai tidak peta politik asia tenggara akan jauh berbeda dari sekarang.
sebagai contoh lihatlah bangsa asia timur, korea yang merujuk pendirian negaranya dari kekaisaran goryeo, jepang yang merujuk pada lembaga shogun, china dengan kekaisaran zhongguonya. malah tak perlu jauh-jauh lihatlah negara thailand yang berasal dari kekaisaran sukhotai dan malaysia yang merupakan persatuan 9 kesultanan melayu.
seluruh bangsa ini terbangun secara natural, dibanding indonesia yang yang bisa dibilang merupakan konstruksi politik artifisial layaknya kebanyakan negara ex colonial. ini juga merupakan akar masalah konflik etnis, agama, dan politik di indonesia, mengapa kita sulit bersatu? karena kita tak pernah bersatu.
sebelum dijajah indonesia terdiri dari banyak kerajaan, yang paling terkenal sebagai contoh orang melayu dengan kerajaan sriwijaya dan orang jawa dengan kerajaan majapahit yang terkenal sering saling perang.
andai tak dijajah, suku akan menjadi bangsa. konstruksi kolonial akan menghilang.
malaya, singapura, sumatera, brunei dan pesisir kalimantan akan bersatu menjadi negara bangsa melayu. situasi yang sama akan berlaku di daerah lain, akan terbentuk negeri bangsa jawa, bangsa sulawesi, bangsa papua yang secara idealnya bersatu dengan saudara aborigin mereka di nugini. dsb. mungkin suku-suku tribal layaknya batak akan terintegrasi ke bangsa yang lebih besar layaknya suku tribal ryukyu di jepang.
andai tak dijajah, kita akan menjadi negara bangsa, sebagai contoh orang jawa tak akan berbahasa (melayu) indonesia tapi berbahasa jawa, mereka tak akan menulis latin tapi menulis hanacara, mereka tak akan berpeci tapi akan berblangkon. mereka akan merujuk pada raja dan sultan di tanah jawa sebagai asas kenegaraan negeri mereka berbanding proklamasi republik indonesia.
kepribumian dan akar sejarah dan budaya adalah hal yang tak boleh diremehkan. kita orang timur, kita bukan bangsa instan layaknya amerika, kita mempunyai akar yang dalam, jangan menyamakan negara (sistem) dengan bangsa (kaum). tentu terdapat minoritas di negara kita namun itu bukan berarti kita harus melepas akar sosio budaya negeri kita, minoritas pendatang layaknya cina peranakan dan india keling pun sebenarnya telah terintegrasi dan ternusantarakan, mereka telah mengembangkan diri ratusan tahun di tanah nusantara dan pun telah berbudaya nusantara, menjadi bagian dari nusantara dan tak bisa disamakan dengan pendatang atau ekspatriat baru.
komentar Anda bagus. setidaknya pemahaman demikian masih membantu kita melihat negara Indonesia akan eksis minimal 1000 thn lagi…
memang benar di Indonesia semua pribumi asli tidak ada campuran darah dengan ras lain… tidak ada percampuran dengan Melanesia, Mongoloid, Arab, dll… semua penelitian DNA itu salah hanya rekayasa asing. bahkan istilah Indonesia pun rekayasa asing, bahasa Indonesia pun rekayasa asing….
Apa teori darwin juga di pergunakan dalam penelitian antropologi seperti ini?
Teori Darwin aslinya sih nggak terlalu mas, tapi pola pikir gradual development ala Darwin dan para ahli evolusi lainnya yang sangat relevan untuk berbagai bidang ilmu seperti Antrop
istilah pribumi itu banyak definisinya dan berdasarkan zaman selalu berubah. tapi jika mau akurat bisa disimpulkan bahwa tak ada istilah “etnis indonesia” karena indonesia sendiri merupakan konstruksi politik post-kolonial belanda. sebelumnya kolonialisme, yang ada adalah bangsa melayu, bangsa jawa, bangsa bugis, bangsa siam, bangsa papua, dll masing2 mempunyai daerah dan budaya sendiri.
tapi bagaimanapun istilah pribumi tetap relevan dipakai, kita mempunyai budaya dan keluhuran yang selayaknya kita anut dengan bangga layaknya bangsa-bangsa timur lain, Indonesia memang multicultural, tapi indonesia juga bukan “mish-mash of everything thats fit” ala negara2 barat, mereka mendefinisikan bangsa sebagai sebuah sistem, “if you live in america, you’re american”, contohnya.
Orang timur punya definisi tersendiri, untuk menjadi sebuah bangsa, berarti menjadi bagian dari kesatuan masyarakat yang berakar dari sumber yang sama, menganut pemikiran dan pola hidup yang sama.
sebagai contoh, kebanggaan orang jepang akan keturunan dan budaya mereka, mereka sendiri merupakan bangsa campuran asia tenggara – asia timur, tapi mereka mempunyai kesatuan pandangan yang membuat mereka “bangsa jepang” untuk menjadi orang jepang berarti mempraktikan nilai spiritual dan kultural masyarakat jepang. yang jarang bisa diadopsi langsung oleh pendatang. coba lihat konsep “yamato damashii”.
Implikasinya, orang jepang cenderung lebih menerima rumpun asia yang dianggap lebih “cocok” dengan budaya jepang.hal yang sama bisa dilihat dinegara2 arab yang walaupun terdiri dari banyak negara, tapi secara koleltif mendefinisikan diri sebagai bangsa arab. juga di malaysia dimana selain orang melayu, menerima orang indonesia, brunei, thai, dan filipina sebagai kesatuan kolektif “rumpun melayu”. tentunya ini tak cocok dengan nilai globalisasi modern ala barat.
walaupun menyebabkan berbagai masalah, dan cenderung rasialis, definisi pribumi dan bumiputera perlu dipakai sebagai mekanisme pelestarian bangsa dan budaya yang tumbuh “from the soil” dari tanah nusantara sebagai lawan dari “budaya impor”. Walau pun budaya indonesia sendiri merupakan budaya campuran hindu-budha-islam, budaya dan bangsa tersebut telah terbentuk mejadi sesuatu yang “uniquely” indonesian. contoh orang minang dari sumatera, orang dayak dari kalimantan, dsb.
Budaya dan bangsa merupakan akar dari sebuah negara dan tanpa ini Indonesia akan menjadi sebuah “peradaban dangkal” tanpa moral dan nilai kecuali “kebebasan” layaknya amerika. bisa kita lihat juga singapura dan israel, keduanya 60 tahun lalu mempunyai komposisi etnik dan budaya yang jauh berbeda dari sekarang, namun karena imigrasi, bangsa mereka menjadi minoritas di tanah mereka sendiri. sesuatu yang bagi saya pribadi, mesti kita hindari.
btw terdapat penemuan menarik, walaupun secara tradisional orang jawa merupakan rumpun austronesia, dari tes genetik orang jawa mempunyai lebih banyak gen austroasia dibanding austronesia. jika ini benar, berarti orang jawa lebih serumpun dengan orang thai dan myanmar berbanding orang melayu, mungkinkah ini sebab orang jawa punya tradisi membangun candi-candi besar layaknya di indo-cina? wallahualam.
Penentuan kelompok etnis manusia bukan hanya dari DNA Somantik saja, tetapi harus dengan ” Haplogroup ” DNA kuno yang diturunkan dari orangtua kita dengan mutasi yang lambat sehingga para ahli genetika antropologi dapat menelusuri migrasi leluhur kuno manusia yang ujung ujungnya berasal dari suatu tempat di Benua Afrika bagian Timur di Lembah Rift sebelah utara Danau Victoria. Lembah Rift ini terkenal mempunyai banyak Gunung Berapi di Benua Afrika salah 1 nya Gunung Kilimanjaro, gunung tertinggi di Benua Afrika.
DNA Haplogrup adalah bagian DNA yang tidak bercampur dengan DNA lain walaupun sudah banyak perkawinan antar suku bangsa. Haplogrup Kromosom Y untuk menelusuri garis keturunan leluhur kuno Ayah murni yang diturunkan dari Ayah ke anak Laki laki nya saja dan seterusnya sayangnya, anak Perempuan tidak bisa mengambil Tes DNA Kromosom Y karena Manusia Perempuan tidak punya Kromosom Seks Y. Dan Haplogrup DNA Mitokondria ( berada di luar inti sel dan bukan DNA Kromosom Seks ) untuk menelusuri garis keturunan leluhur kuno Ibu murni yang diturunkan dari Ibu kepada anak Laki laki dan anak Perempuan nya tetapi cuma Manusia Perempuan yang dapat menurunkan DNA Mitokondria kepada anak anak nya. DNA Mitokondria terdapat di bagian ekor sel sperma tetapi waktu pembuahan sel telur, kepala sel sperma yang berisi Kromosom Somantik dan Kromosom Seks X dan Y berhasil masuk ke dalam inti sel telur Ibu tetapi DNA Mitokondria di bagian ekor sel sperma tersingkir dari sel telur Ibu sehingga Manusia Laki laki tidak bisa menurunkan DNA Mitokondria nya ke anak anak nya.
Bang faisal, klo asal penduduk di Pulau Sulawesi dari mana?
Kemungkinan asal penduduk Sulawesi golongan Melayu, terutama bagian utara ( orang Minahasa ) berasal dari Filipina dan pulau Formosa / Taiwan. Untuk orang Sulawesi Selatan ( orang Bugis ) Makassar kemungkinan dari Pulau Jawa atau Kalimantan / Borneo.
Seperti yang gue jelasin di artikel, kemungkinan besar merupakan campuran dari berbagai macam suku-suku protomelayu yang saling beranak pinak dan akhirnya berpisah satu sama lain jadi berbagai suku-suku baru
Nice article,bang. Ijin saya copas sebagian untuk bahan pembuatan modul pengetahuan lintas budaya yg saya buat.
Setelah saya baca artikel anda, saya akan makin menertawai orang2 yang hingga saat ini masih memiliki pandangan primordial sempit. Hari gini masih ada orang Indonesia yang pake cara2 kolonial Belanda utk memecah belah dg fanatisme kedaerahan sempit…..kayanya orang2 kaya gitu harus diajarin sejarah asal usul bangsa lagi ya…hahahahaa
Iya mas Arnold, makasih banyak ya udah sudi mampir, baca, dan komen.. Hehehe
Aku sependapat denganmu! Homo Sapiens Sapiens datang ke Asia Tenggara dan Asia Timur dalam 2 gelombang besar: Rute Pantai ( Coastal Route ) dan Rute Pedalaman ( Inland Route )
– Rute Pantai / Gelombang Pertama:
Sekitar 60.000 – 70.000 tahun lalu BP mereka keluar dari Benua Afrika lewat Selat Bab El Mandeb ke Semenanjung Arab, mereka mengambil rute pesisir pantai di Semenanjung Arab – Pantai Iran – Anak Benua India – “Srilanka?” – Asia Tenggara. Di Asia Tenggara beberapa dari mereka mungkin berkawin campur dengan Manusia Denisova yang menempati Dataran Sunda dan Asia Timur. Mereka ini membawa Kromosom Y Haplogrup C* M130, Y Hg D* M174, DNA Mitokondria Haplogrup M* dan subhaplogroup nya. Kemudian Manusia2 ini pindah ke Selatan dan Timur menjadi leluhur Orang Melanesia sekarang ini seperti orang Papua, orang Australia dan kepulauan Pasifik, sedangkan yang pindah ke Utara menjadi leluhur orang Ainu Jepang Jomon ( Y Hg D2* M55, mtDNA Hg M7, N9a, Y, dll ), Orang Mongol dan penduduk “asli” Siberia Timur Laut ( Y Hg C3 M217, mtDNA Hg M*, M7 – M12, CZ, C, Z, D dan G ).
– Rute Pedalaman / Gelombang kedua:
Sebagian kelompok manusia langsung mengambil rute pesisir pantai ke Asia dan yang lainnya masih menetap di Timur Tengah, mungkin di Mesopotamia. Setelah 10.000 tahun mereka berpisah dengan ” Coastal Clan”, mereka ada yang menetap di Timur Tengah ( Y Hg F* M85 dan keturunannya : Y Hg GHIJK* M578 – Hg J* P209 , mtDNA Hg N* dan R* ) dan yang lainnya pindah ke Benua Eropa lewat Turki dan pegunungan Kaukasus ( Y Hg I* M170, mtDNA Hg N*, R* ) dan Selatan Asia Tengah ( Y HG K* M9, mtDNA Hg N* dan R* ). Dari Selatan Asia Tengah ini mereka pindah ke India ( Y Hg H* M2939 – Y Hg L* M20, mtDNA Hg M2 – M6, N* dan R* ), Ke Siberia ( Y Hg P* M45 dan keturunannya: Y Hg Q* M242 dan Hg R* M207, mtDNA Hg HV, H, V, JT, J, T, B2 { Tipe R } – mtDNA Hg A, I, W, dan X { Tipe N } ), dan ke Asia Tenggara dan Asia Timur yang menjadi leluhur orang Austronesia, Austroasiatik dan Sino Tibet / Cina ( Y Hg MS* M* M256 – S* M230 dan Y Hg NO* M214, N* M231 dan O* M175, mtDNA Hg R9, F, R11 B4’5 dan P { Tipe R }). Leluhur mereka inilah adalah Manusia Modern Homo Sapiens Sapiens, pendatang ke 2 ke Asia Tenggara yang pindah ke Semenanjung Indocina dan Malaya atau orang Baiyue, leluhur orang Asia “Baru”. yang dibagi lagi menjadi orang Austronesia dan Indocina ( Y Hg O1* M119 – O2* P31 – O2a M95 dan O3* M122 , mtDNA Hg R9, F dan R11 B4’5) contohnya orang Vietnam, Kamboja, Pribumi Taiwan dan orang Sino Tibet / Cina Selatan dari Asia Tenggara Vietnam Utara ke pesisir pantai Cina ( Y Hg O2a M95 – O3* M122 dan keturunannya: Y Hg O3a3b M7 – Hg O3a3c M134 – Hg O3a3c1 M117, dll , mtDNA Hg F1, F2,… dan B4a, B4c…..).
Kesimpulan singkat:
– Orang Asia Lama ( Coastal Clan) menurunkan orang Papua, Melanesia, Pribumi Australia Y Hg C4* M347, “asli” Polinesia Y Hg C2* M38 ( Selatan ) dan orang Ainu Jomon, asli Mongolia dan Pribumi Siberia Timur Laut ( Utara ) seperti Jenghis Khan, dia ber Y Hg C3* M217.
– Orang Asia Baru ( Inland Clan ) menurunkan orang Cina Selatan seperti orang Hokkian, Guangdong, Guangxi, Yunnan,dll ditandai dengan Y Hg O3* M122 – Hg O3a3b M7 – Hg O3a3c M134 dan Hg O3a3c1 M117 dan Y Hg O1a MSY2,2*, mtDNA Hg B4’5, F1, F2,…. Beberapa orang mengatakan orang Melayu dibagi menjadi 2 kelompok: Proto Melayu dan Deutero Melayu tetapi variasi DNA nya tidak berbeda jauh.
– Orang Cina “Totok” adalah percampuran antara orang Cina Sino Tibet terutama dari sisi Ayah ( Y Hg O3* M122, O3a3b M7 dan O3a3c M134 ) dan orang Mongol Altai ( Pribumi Siberia Timur Laut ) dari sisi Ibu ( mtDNA Hg M7a, CZ, C, Z, D, G ( Tipe M ) dan N9a, A dan Y ( Tipe N ) dan Orang Cina Peranakan “Babah” adalah orang asli Cina Selatan yang berkerabat dengan orang Indocina dan Austronesia ( Y Hg O2a M95 – O3* M122 – O3a3b M7 – O3a3c M134, mtDNA Hg B4’5 dan F ).
– Di samping orang Papua, dll, Orang Pribumi Siberia / Altai ( Mongolia, Manchuria ) dan Orang Ainu Jomon juga mempunyai leluhur yang sama dengan orang Australia dan Oseania tetapi karena usia yang tua menyebabkan penampilan fisik mereka yang sangat berlainan walaupun berasal dari Y DNA Hg C* M130 dan D* M174, mtDNA Hg M*. Jarak genetik mereka lebih berjauhan 1 sama lain dibandingkan orang “Asia Baru” seperti orang Melayu dan orang Cina Selatan / Sino Tibet.
– Orang Indonesia Timur seperti Papua, Melanesia, Mikronesia mempunyai sedikit DNA Denisovan di sel tunuh mereka, sekitar 2 – 5% tetapi tidak ada / sedikit sekali orang Melayu dan Cina Selatan membawa DNA Denisovan.
– Seperti hal nya Orang Eropa dan Timur Tengah, Orang India baik golongan Dravida Y Hg H dan L, mtDNA Hg M*,M2 – M6 dan N* dan IndoAria Y Hg R* M207, mtDNA Hg R*,JT, J, T, dll, Orang Cina dan Melayu membagi garis keturunan kuno di Asia Barat dan Asia Tengah ( Y Hg F* M89 – K* M9 dan K2* / MNOPS* M526 dan sama sama membawa 1 – 4 % DNA Neanderthal.
Untuk keterangan lebih lengkap, lihat di Webside: Forgotten Motherland, The Human Family Tree, The Genographic Project, 23andMe, ISOGG ( International Society Of Human Genetic Genealogy ),dll dan Film Dokumentasi: NatGeo Journey Of Man, Searching For Adam, The Real Eve, Family Tree DNA, China’s Mystery Mummies, Quest for the Phoenician dan BBC The Incredible Human Jorneys Out Of Africa.
WOW! Genographic project emang cool! Makasih mas mau ngeshare dan bagi ilmu di sini
Sebenarnya saya sudah ikut Tes DNA Antropologi di Genographic Project baik Geno 1 dan Geno 2,0. Hasilnya menunjukkan saya memang keturunan Orang Asia Tenggara dan Asia Timur, tidak begitu mengejutkanku. Saya membawa sekitar 1,2% DNA Neandhertal dan 0,6% DNA Denisovans ( Eksperimental ) terus leluhur kuno Ayah saya Y DNA Haplogrup O* M175 , lebih rinci Hg O3a3c M134, penanda orang Sino Tibet Selatan dan leluhur kuno Ibu saya DNA Mitokondria Haplogrup B4’5, lebih rinci Hg B4c2, penanda orang Asia Tenggara di Indonesia dan sekitarnya. Komposisi Etnis DNA Autosomal saya paling mirip dengan Orang Cina, yang ke dua dengan Etnis Kinh di Vietnam. Semua garis leluhur kuno Parental saya menunjukkan asal leluhur saya dari Afrika ke Eurasia Tengah, dari sisi Ayah berasal dari Y Hg K2* M526 yang menurunkan Y Hg K2a ( Y Hg X, NO* M214, N* M231 dan O* M175 ), Hg K2b1 ( Y Hg M* P256 dan S* M230 ) dan K2b2 ( Y Hg P* M45, Q* M242 dan R* M207 ), dan dari sisi Ibu berasal dari mtDNA Hg L3 – N – R ( asal mutasi ini mirip dengan Y Hg K* M9 – K2* M526, Asia Tengah dekat Iran dan Laut Kaspia ) yang menurunkan mtDNA Hg R0, HV, H (Helena), V (Velda), JT, J (Jasmine), T (Tara), R9, F (Fong), R11, B (Ina), U (Ursula), K (Katherine) dan P. Penamaan DNA Mitokondia oleh Bryan Sykes.
Berarti leluhur mas Adrian (mungkin juga leluhur saya) ketemu Neanderthal nya di Eurasia Tengah kali ya. MENARIK BANGET!!! Klo mau ikut gmn mas?
Kemungkinan kita mempunyai komposisi DNA baik leluhur Hominid kuno seperti Neandherthal dan Denisovan, akar keturunan Kromosom Y dan DNA Mitokondria dan Persentase Etnis kita akan cukup mirip 1 sama lain, Terutama untuk garis keturunan orangtua kita yaitu Haplogroup Kromosom Y tapi sayangnya cuma laki laki yang bisa ikut tes ini karena Kromosom Y itu sendiri adalah “Kromosom kelelakian” yang membentuk Penis pada mahkluk Mamalia seperti kita2 ini dan Haplogroup DNA Mitokondria, baik laki laki maupun perempuan bisa ikut tes ini karena Sel Mitokondria diluar nukleus / inti sel yang mengandung 22 pasang Kromosom Somatik dan sepasang Kromosom Seks tetapi cuma anak perempuan yang bisa menurunkan DNA Mitokondria ini karena DNA Mitokondria tertanam dengan baik di dalam sel telur perempuan sementara DNA Mitokondria pada sel sperma terdapat di antara kepala dan ekor sperma yang waktu pembuahan, bagian ekor sel sperma yang mengandung DNA Mitokondria tersingkir oleh sel telur Ibu.
Saya sangat menyarankan anda dan semua komentator di web ini untuk ikut serta dalam tes DNA Antropologi, bukan medis. Sekarang ini, tahun 2015 pihak Genographic Project meluncurkan produk terbaru nya yaitu Geno 2,0 Next Generation. Tes yang mutakhir ini akan membaca 750.000 penanda SNP DNA Somantik kita, sebelumnya “cuma” 150.000 SNP DNA Somatik kita ditambah dengan pembacaan SNP Kromosom Y dari sebelumnya “cuma” 12.000 SNP sekarang 20.000 SNP akan dibaca dan sekitar 3.000, – sebelumnya aku agak lupa tapi mungkin sekitar 1.200 – 1.500 SNP pada DNA Mitokondria. Juga ada perusahaan lainnya untuk tes DNA keturunan kita seperti : Family Tree DNA (Tes Geno1 dan 2,0 saya dikerjakan di Lab ini di Houston, Texas, USA), lalu 23andMe, tapi mereka tidak mengirimkan DNA Kit mereka ke Indonesia dan negara2 Asia lainnya kecuali Singapura. Bersambung…….,saya akan kirim sisa komentar saya kepada anda beberapa menti lagi……
AYO KITA BUKTIKAN BAHWA TIDAK ADA PENDUDUK PRIBUMI / NATIVE / ABORIGIN DI PLANET BUMI INI MELALUI TES DNA ANTROPOLOGI YANG TINGKAT KEAKURATAN TES DNA PADA MAHKLUK HIDUP INI LUAR BIASA TINGGI, MENCAPAI 99,99999999999999……% DENGAN KEMUNGKINAN “SALAH” 1 : 1.000.000.000 SUPAYA ORANG ORANG YANG SOK TAHU TENTANG DIRI NYA MENJADI BUNGKAM !
apa maksudnya ini? tak bolehkah sebuah bangsa berbangga dengan kebangsaan dan akar keturunan dan negerinya?
salahkah orang eropa berbangga dengan keeropaannya, jepang dengan kejepangannya, indonesia dengan keindonesiaannya.
tentunya semua orang mengerti kita semua berasal dari leluhur yang sama, namun anda mengabaikan faktor historis dan sosiobudaya yang kritikal dalam pendirian sebuah bangsa.
memaksakan multikulturalisme akan menghancurkan kedigdayaan dan persatuan sebuah bangsa. lebih parah akan menghancurkan akar bangsa. lihatlah eropa, dimana multikulturalisme totalitarian diterapkan. mereka telah kehilangan keeropaan mereka, bahkan negara jerman dan swedia pun telah menjadi lelucon, swedenistan dan jermanistan. karena telah kehilangan akar kebangsaan dan kebudayaan mereka, dan diprediksi dalam 20 tahun depan menjadi “timur tengah baru”, maukah anda hal ini terulang di indonesia? dimana pendatang mendesak penduduk asli?
maukah anda kita sebagai orang timur, yang harusnya berbangga dalam kebudayaannya. jatuh menjadi apologis multikulturalis tak bermoral layaknya orang barat? saya tinggal di inggris, saya harap kejatuhan peradaban barat tak terulang di asia.
Ramzi su, tentu saja kita harus punya jiwa nasionalisme, cinta negara dengan mempertahankan bahasa kita, ideologi kita, dll tentu saja hal2 yang baik saja yang dipertahankan. Memang mudah ber teori tapi pelaksanaanya yang sulit. Kita tak perlu meniru gaya hidup orang asing tetapi kita juga harus mengakui bahwa ada hal dan ide yang universal dan dapat diterima oleh akal sehat. Saya tidak setuju Indonesia menjadi negara yang multikultur tanpa ada unggah ungguh dan tidak sopan. Tetapi orang yang terlalu nasionalis tidak akan mampu mengikuti perkembangan teknologi, peradaban modern yang akhirnya dapat merugikan kita sendiri. Lebih parah lagi jika orang2 nasionalis menjadi seseorang yang fanatik dengan suku bangsa nya, menjadi pribadi yang Chauvinistik. Walaupun dalan kehidupan bermasyarakat masih ada pembagian penduduk pribumi dan non pribumi di suatu daerah / negara, tetapi secara genetik dan akal sehat sebenarnya tidak ada orang pribumi murni karena kita semua dapat menelusuri garis leluhur kuno sampai ke Afrika Timur. Kampung halaman umat manusia di Planet Bumi.
iya, gimana dengan saya, yang campuran Tionghoa dan sedikit Nias? anak saya yg campuran saya dan orang Batak? anakku bukan pribumi? teman2 sayayang banyak blasteran suku pendatang dan “pribumi”.
Perkawinan, percampuran gen orang Tionghoa Selatan dengan orang Nias yang dikelompokkan ke dalam orang Austronesia tidak bisa disebut perkawinan dan keturunan Blasteran. Dengan patokan Sungai Yangtze ke Selatan orang Tionghoa Selatan dan disebelah Utara Sungai Yangtze dianggap orang Tiongkok Utara. Kalau anda melihat data genetik orang Tionghoa Selatan dan Asia Tenggara di ISOGG, Family Tree DNA, 23andMe, The Genographic Project, dll hasilnya akan sangat mirip 1 sama lain baik dari DNA Kromosom Y, DNA Mitokondria dan DNA Autosomal. Lagian anda masih mengatakan istilah “pribumi” pada teman dari anak anda, sebetulnya anda ini masih bingung atau tidak dengan istilah Pribumi / Non Pribumi? Dan siapa orang yang anda maksud dengan “Pribumi”? Tapi coba saja anda cari peta persebaran Haplogroup Kromosom Y dan DNA Mitokondria di Google Image. Semoga bisa membantu anda.
saya hanya mengutip istilah pribumi dari orang2 yg menganggap dirinya pribumi dan orang lain bukan. yg menganggap dirinya bangsa Indonesia yg lain bukan… yah, begitulah indonesia, masih banayk org berpikiran primitif…
Kamu sudah lihat heatmap Y Hg N, O, Q, R, I, J, H, L, C2* (dulu disebut C3) dan G + mtDNA Hg L0, L1, L2, L3, M, N, R, dll? Menarik juga lho gambarnya dan beberapa peta juga menunjukkan persebaran migrasi dari para leluhur Manusia Modern seperti kita2 ini.
bingung melihatnya…sebenarnya guru2 sejrah perlu memberi pencerahan kpd generasi penerus tentang asal muasal nenk moyang bsngsa Indonesia, apa itu kebangsaan, nasioanlisme, sejarah berdirinya Indonesia, sumbangsih semua komponen bangsa dalam Kemerdekaan, agar rasa kebangsaan kita melekat dalam diri semua warga negara. skrg bnayak yg masih merasa eksklusif…. dirinya yg bangsa Indonesia yg lain bukan krn pendatang….sy sangat mengerti ulasan Anda dan Bp Faisal Aslim. terima kasih
mantap… jawaban dan komentar selalu saya salut. pemikiran demikian yang bisa menyatukan dan memajukan Indonesia….
Terus Nabi Adam itu orang semitik kah? Jadi sebelum Adam dideklarasi jadi ‘kalifah’ di dunia ini sebagai manusia ‘cerdas’, spesies-spesies manusia yang lain gimana dong? Kan katanya Adam yang pertama kali ada di dunia ini? Apa jangan-jangan Taurat itu salah? Hingga diperbarui jd Alquran? Sorry, gue gak mau nentang agama, tapi agama, sains, dan sejarah itu sejalan harusnya…
Kepada para Netizen di forum ini, sebenarnya masih ada kesalahan pahaman tentang persoalan Orang Asia baik di Indonesia sampai dengan Siberia Timur Laut (Chukotska). Masih banyak yang bingung menemukan suatu kelompok etnis pada seseorang / individu tertentu di Indonesia dan Negara2 Asia Timur Jauh / Asia Pasifik. Tapi saya akan mencoba menjelaskan akar permasalahannya:
– Sebenarnya ada 2 kelompok besar manusia modern Homo Sapiens Sapiens ke Eurasia Timur, termasuk Dataran Sunda yang sekarang sudah terendam Air Laut contohnya Laut Jawa, Selat Madura, Selat Karimata dan Selat Malaka.
– Gelombang pertama (migrasi pantai selatan) adalah leluhur orang Papua, Pribumi Australia, Melanesia, Mikronesia, Polinesia di Asia Tenggara dan leluhur orang Tibet, Ainu Jomon Jepang, Pribumi Siberia, Mongolia, Altaian, Tunguska (disebelah utara Manchuria) dan Kazakhstan di Asia Timur Laut.
– Gelombang kedua (migrasi pedalaman India dan Pegunungan Himalaya) adalah leluhur orang Asia Tenggara seperti orang Austronesia, Austroasiatik dan orang Asia Timur seperti orang Tibeto Burmese, Hmong Mien dan Sino Tibet.
– 2 kelompok besar leluhur orang Asia Lama mempunyai bentuk fisik yang saling berlainan 1 sama lain dibandingkan orang Asia Baru yang lebih homogen.
– Oleh karena itu, penanda orang Asia Lama, Y Hg C*-M130 dan D*-M174 + MtDNA Hg M dan N lebih banyak dijumpai di antara Asia Tenggara dan kepulauan Pasifik / Oseania dan di pedalaman Asia Timur Laut di Siberia, Mongolia, Kazakhstan, pulau Sakhalin dan Semenanjung Kamchatka.
– Leluhur orang Asia Baru, Y Hg NO*-M214, N*-M…dan O*-M175 + mtDNA Hg R, B, F dan subgroup nya banyak ditemukan di Indonesia Bagian Barat, Semenanjung Indocina dan di dataran dan pesisir pantai Cina Selatan di sebelah selatan Sungai Yangtze.
– Walaupun sekarang ini orang Asia Tenggara dianggap sangat berlainan dengan orang Asia Timur, tetapi hal ini disebabkan perkawinan campuran dari Orang Asia Baru dengan Orang Asia Lama di sebelah Selatan di Maluku, Indonesia Timur dan di sebelah Utara di perbatasan negara Cina dengan Asia Tengah dan Utara di Mongolia Dalam, Uyghur, Manchuria dan Semenanjung Korea.
– Penampilan fisik “asli” dari orang Asia Baru mungkin banyak dijumpai di negara2 Asia seperti: Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam dan provinsi2 di Cina Selatan seperti Yunnan, Pulau Hainan, Guangzhou, Guangxi, Fujian dan orang Cina Taiwan dan penduduk berbahasa Austronesia di Taiwan / Pulau Formosa.
Sudah jelas kan? Kalau kurang jelas bisa di cari di Wikipedia tentang orang Sino – Austronesian, Y Hg NO, N dan O + mtDNA Hg R, B dan F.
Anda orang baik dan banyak memberi pencerahan, tapi masih banyak yg hasil didikan orde baru di Indonesia…
Tapi pelan pelan kita semua akan mengerti tentang hubungan antar manusia dengan perbedaan / persamaan leluhur kuno kita. Kalau anda tertarik dengan Antropologi dari perspektif DNA, saya menyarankan anda untuk lihat laporan penelitian DNA Genealogi Manusia di: The Genographic Project, Family Tree DNA, 23andMe dll. Bahakan kalau anda tetarik tentang asal usul, migrasi, dan grup etnis leluhur kuno anda, anda bisa ikut tes DNA di The Genographic Project Geno 2,0 NG dan berbagai jenis tes di FTDNA. Tapi saya tidak bisa merekomendasikan tes2 DNA ini pada anda karena anda harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, belum lagi dengan ongkos kirim dan ongkos kirim balik yang sama sekali tidak murah.
actually you did a great job, I highly appreciate it. sebenarnya sy masuk ke situs ini krn asal searching asal usul nenek moyang Indonesia. dan ada bbrp ide yg menurutku kurang tepat utk menambah pemahaman kita tentang kebangsaan… well, you know what I’m trying to express. Anda org baik dan thanks a lot, sy banyak belajar dari semua ulasan Anda di artikel ini….
btw sebenarnya sy ada comment atas comment org lain tapi sudah kuhapus. istri,u kurang suka kalau sy debat “mencari masalah” di forum social media… tahulah bagaimana tingkat dan kualitas pendidikan di Indonesia tercinta ini….
Kepada para Netizen di forum ini,
DNA Manusia adalah pendekatan dan pembelajaran Sains Antropologi dan Biologi yang paling canggih untuk saat ini dan dikatakan mempunyai tingkat akurasi yang luar biasa tinggi, mencapai 99,999999999999999…….% atau bahkan sudah bisa dibilang Pasti Akurat!
Ini Sains! Bukan paham / ideologi / agama, dll! Bukan masalah anda setuju tak setuju, percaya tak percaya, suka tak suka, mau tidak mau, dan berbagai hal2 keberatan lainnya, hasil penelitian para Ilmuwan Genetik Biologi Antropologi adalah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Seperti juga dengan ilmu pasti seperti Sains dan Matematika!
Teori Darwin = Homo Erectus
Baru berupa TEORI ? BUKAN FAKTA ? Subhanallah….
Buktinya Adam as dan Hawa adalah manusia pertama dengan bentuk yang sempurna.
Situs Gunung Padang Cianjur
http://ghobro.com/info/lima-negara-mengklaim-situs-gunung-padang
Dahulu kala Indonesia dinamakan Sunda,
di jawa barat ada kerajaan Sunda
http://www.kompasiana.com/gustaafkusno/dahulu-kala-indonesia-dinamakan-sunda_55108873a33311c739ba86fc
Bangsa kulit putih gak masuk hitungan sebagai pendatang ya? Kan mereka juga ada yang masih menetap di Indonesia dan beranak pinak.
hahaha bang faisal sampe beri keterangan kalau istilah “arab” nggak merujuk ke KSA. emang di indonesia banyak yang salah paham dengan istilah “arab” ini
Indonesia merdeka 17 agustus 1945, pada saat itulah disahkan lahirnya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat, negara yang keabsahannya tercatat. Letak geografisnya, luas wilayahnya, adat istiadat yang terbentuk, kebudayaannya, hak kekayaan intelektualnya, perjalanan sejarahnya semuanya telah ditetapkan sebagai bagian dari jati diri bangsa yang wajib kudu dipertahanin. emang betul jati diri bangsa tersebut dalam perjalanan pembentukannye ada campuran dari beberapa negara luar namun apa yang telah mengkristal pada saat kemerdekaan RI diselenggarakan maka itulah jati diri bangsa Indonesia. Jadi kalo aja ada negare lain yang ngaku-ngaku “reog” atau “batik” itu berasal dari negara tersebut maka siapapun yang berdiri di bumi nusantara ini wajib angkat suara protes ke PBB. Beda halnye sama misalnya Barongsai atau Yoga, kalo ada negara laen yang ngaku bahwa budaya tersebut berasal dari negaranya itu ya sok mangga emang gue pikirin.
Siapapun itu, etnis manapun yang tinggal menetap di NKRI ini maka wajib menanggalkan semua atributnya dan menggantinya dengan gaun Indonesia. Yang tinggal di Jawa Barat maka ybs wajib menjaga dan melestarikan adat istiadat dan budaya setempat, begitu juga yang tinggal di madura, kal teng, irian, sul-sel dsb. wajib menjalankan hal yang sama
Sok atuh yuk kita liat Jepang, India, China, Korea, Iran, Arab Saudi, Rusia semuanya ntu negara-negara yang masih kentel abis mempertahanin kultur budayanya dan hal itu ngga ngebuat negara-negara tersebut menjadi terbelakang, justru menjadikan mereka sebagai bangsa yang maju,kuat dan disegani. Beda ama Amerika dengan kebebasannya, justru ngebuat Amerika makin ga jelas kehidupannya dan gampang banget rahasia-rahasia negaranya bisa keluar dan diketahui sama negara laen, untung aja penduduknya terlahir moncer otaknya tapi makin kliatan kok kedigdayaan amerika sama eropa kian menurun. Jadi udah pasti jati diri bangsa berpengaruh besar banget sama keutuhan, kemandirian dan kemajuan bangsa itu sendiri.
So…elu keturunan China? India? homo erectus, homo sapien, alien, austronesia? kaga masalah tapi tinggalin semua atribut nenek moyang lo yang berasal dari negeri sebrang sono. Lu kudu wajib menjadi Indonesia sepenuhnya. Jadi Batakian yang tinggal dimedan, jadi sundanees yang di bandung, jadi jawanees yang tinggal di jogja, jadi betawian yang tinggal di kelapa gading, kampung melayu ataupun glodok. Dan elu yang suku padang jangan bawa-bawa kepadangan lu kalo lu tinggal di Bali, begitu juga yang Bali jangan bawa kebalian lu kalo lu menetap di monokwari meski ga perlu juga yang biasa pake celana trus berganti koteka…yah you know lah what i mean…. jadilah suku bangsa yang baik ditempat lu masing-masing tinggal. Semua wajib menjaga dan ikut ngelestariin ke Bhineka tunggal Ikaan beserta adat istiadat dan budaya Bumi Nusantara ini. Dengan begitu Insa Alloh ga akan kejadian lagi tragedi sampit ke 2 atau mei kelabu kaya 1998 dulu dan dijamin pasti laju perkembangan negara ini bisa melesat jauh kedepan dengan mempertahankan warna Indonesianya
waw. pengetahuan saudara tentang sejarah Indonesia sangat mengagumkan. Boleh saran nggak? jika sudah anda runut secara ilmu logika? apaka sejarah Nusantara sudah pasti seperti itu? Yuk gali lagi kebesaran bangsa misterius yang ada di dataran sunda. Coba pelajari dengan porsi seimbang , ilmiah dan spiritual . kemudian bandingkan dengan yg dari buku sejarah saja. tara….. apakah masih seperti yang tertulis di atas? 🙂
Cerdas, lugas dan bisa dipertanggungjawabkan. Ini tulisan anak bangsa yang sangat faham. Pembelajaran buat anak2 Bangssa, dan sebagain elite politik yang kurang pengetahuannya sehingga dalam setiap pembicaraanya selalu mendiskreditkan anak bangsa tertentu. Indonesia hebat karena Indonesia itu tahu sejarah dan menghargai anugerah Tuhan yang maha luhur yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Secara keseluruhan hal yang di alami suku di papua yang tergeser dengan pendatang adalah kejadian yang serupa tapi tak sama dengan yang di alami bangsa eropa ketika menginvasia benua australia pada suku aborigin
mantap sekali artikelnya abang faisal ini.. cuma masih rada2 bingung.. hahaha saya keturunan tionghoa tp klo dilihat dari silsilah nenek moyang,saya ada darah jawa n batak nya.. tp ttp aja dilebel tionghoa.. hahaha
saya akui sumatra paling byk warga yg sudah blasteran,termasuk saya sendiri..
Pelabelan itu banyak faktornya. Kalau nama aja sudah mirip tokoh di film kungfu/shaolin, ya jangan heran. Selain itu ada faktor logat bahasa, budaya, maupun fisik.
Oom. Kebetulan. Gue bikin grup publik di Telegram Messenger yang khusus ngebahas sejarah. Gue berharap banget oom bisa gabung sama kami untuk saling tukar ilmu dan informasi bersama para history enthusiasts.
Untuk linknya, tinggal klik http://tinyurl.com/GrupTeleSejarah
Sejauh ini udah membahas banyak hal. Berikut screenshoot arsip bahasan kami. Semoga berkenan gabung. Terimakasih, Oom.
Homo sapiens adalah inseminasi antara aliens dari sirius dan homo erectus. jadi kita semua adalah aliens.
Teori tsb menyatakan bahwa berasal (bersumber) dari satu titik tempat dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Gue pengen tau, ada gak teori lainnya yang tidak berasal dari satu titik, tapi secara seporadis kejadian manusia terjadi di banyak titik secara bersamaan ?
Jelas sudah bahwa semua yang ada di Bumi Nusantara ini adalah pendatang, bahkan kala joni tercetus * sudah tergantikan* dengan ras melanesia.
maaf mas,arti nya argumentasi ras melanesia (papua) yang merasa saudara dengan pasifik bisa terbantahkan ya?
Penelitian terbaru menyebutkan bahwa warga tionghoa asal sebenarx adlh dari nusantara.. jadi ketika datang lagi ke Indonesia.. mereka diibaratkan “pulang kampung”.
Saya nt cari linkx buat dishare ya
Mana linknya? ditunggu mbak Maria Theresia, menarik juga ini.
Yang minat sejarah asli ttg Indoensia, Benny G. Setiono membahas dalam bukunya “Tionghoa dalam Pusaran Politik”. Selain itu juga beberapa buku tulisan orang luar masih banyak.
saran saya jangan membangun wawasan dari tulisan tanpa referensi, apalagi dari komen2.
Itulah INDONESIA,,penuh sejarah,,terima kasih artikelnya,,menambah wawasan kita,,semoga bisa memuat artikel2 yang lain yg bisa memberikan info menarik bagi banyak orang,,sukses selalu admin
Interaktif dan konstektual dengan kondisi anak zaman sekarang yang males baca buku dengan bahasa baku yang bikin akselarasi mata meredup meningkat dengan sendirinya. Hahahahahha
bagus nih misal digabung ato diteliti lagi dengan teori ATLANTIK KOTA YANG HILANG…
tulisan keren..
Sejarah memang keren!
Agak melenceng mas faisal dkk, saya pernah denger klo yg menjajah indonesia 350thn bukanlah negara belanda tp sebuah perusahaan dagang dari belanda namanya VOC (C terakhir adalah compagnie yg artinya perusahaan).
Bisa tolong konfirmasinya mas?
Saya penasaran hehehehe
Bagus banget artikelnya broo. Gua sendiri keturunan Cina. Setuju banget dgn cerita orang Belanda yang mengkotak2an etnis Cina dengan etnis lainnya berdasarkan kelas sehingga terjadi permusuhan sampai saat ini. Kakek nenek gua cerita hal yg sama. Belanda sengaja mengkotak2an etnis sperti itu supaya kita tidak bersatu melawan Belanda. BTW, lu pantas lah buat buku mengenai sejarah Indonesia dari zaman purba, sepertinya pengetahuan lu sudah dalam banget, ha..ha.., sukses terus ya broo……
Saya tertarik dengan informasi diatas. Sangat menarik dan dapat menambah wawasan saya mengenai kebudayaan di lndonesia. Saya juga mempunyai tulisan yang sejenis mengenai Explore Indonesia yang bisa anda kunjungi di Explore Indonesia
Teruskan pengembangan/penelitian nya.
Artikel yg bagus sekali bung, kalo boleh tanya ada penjelasan juga ga mengenai karakter dari bangsa Indonesia? Seperti kita tau masing2 etnik punya karakteristik unik. Apa itu pengaruh dari kebudayaan masing2? Atau pengaruh dari keturunan & genetik? Atau lingkungan? Tapi persamaan dari semua sulit sekali untuk tertib & berfikir maju. Tidak menyalahkan pendidikan karena bangsa kaukasian tidak perlu berpendidikan untuk hidup tertib, logis. Saya sangat penasaran sama hal ini
Bagus artikelnya mas, sangat memberikan tambahan pengetahuan. Terima kasih ya.
Dwi Putrohari, Rovicky., seorang ahli geologi sumber daya alam. apa bisa menilai sebagai ahli sejarah masa lalu ? Dahlan, Ahmad Phd. thesisnya : “Peranan Cendekiawan Kerajaan Melayu Riau-Lingga Dalam Menentang Politik Kolonial Belanda Tahun (1896-1913) dan ahli hukum, apa layak sebagai narasumber ? Steinhauer, Hein, Ahli sejarah bahasa, ini apa jg layak ? Simanjuntak, Truman, Ahli Arkeologi, kalo ini cukup layak. Tapi kalo sumber arkeologi 1 org saja info di atas belum valid dong. jadi itu ilmunya katanya saja yaa ???
Bos bagaimana dengan teori out of sundaland menurut stephen oppenheimer..?
Konsep pribumi itu masih relevan selama pasal Pasal 26 UUD 1945 tidak diamandemen. Kalau kita mensimplifikasi istilah pribumi dengan pendekatan sejarah mengenai asal-usul, maka kita kan berakhir dengan argumentasi; “kita semua berasal dari afrika” “kita semua keturunan adam dan hawa” kalau istilah pribumi ini dihapuskan maka masyarakat hukum adat akan kehilangan haknya /previlege contohnya hak ulayat atas tanah. Jadi istilah pribumi jangan disederhanakan hanya dengan pendekatan asal-usul sejarah, antropologi tapi juga dengan sosiologi, budaya dan hukum.
Pribumi itu bisa saja pendatang. Pendatang itu mendiami suatu wilayah tsb selama berabad-abad, membentuk kebudayaan, peradaban, adat-istiadat dan memberi tempat tersebut identitas maka jadilah mereka pribumi. Nah pribumi ini akan tersingkir ketika mereka didesak oleh pendatang. Setelah pribumi tersingkir pendatanglah yg menjadi pribumi selanjutnya. Begitulah siklusnya.
Kesimpulannya: semua adalah pendatang. Tapi ada yg datang beribu-ribu tahun lalu sehingga membentuk berbagai macam suku, budaya, bahasa. Ada juga yg baru datang 2-3 abad lalu. Budaya, bahasa, serta fisiknya pun masih sama dengan tanah leluhurnya.
Andai para pendiri bangsa mengacu pada teori migrasi / DNA dan berkata bijak “semua manusia adalah pendatang”, mungkin mereka ga akan capek2 dirikan Sarekat Islam, Budi Utomo, Sumatranen Bond, Jong Ambon, dll. Dan ga akan ada Sumpah Pemuda ataupun capek2 taruhin nyawa demi merdeka. Ga akan ada penerapan Ius Sanguinis dan istilah Asli pada UUD, langsung aja terapkan dwikenegaraan dari awal. Lebih jauh lagi semua akan jadi seragam, ga ada budaya, ga ada jati diri bangsa, bahkan borderless nation.
Wis baca sebelum ulangan sejarah tentang mnusia purba, thanks banget!!
Mungkin video ini bisa menyimpulkan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. https://www.youtube.com/watch?v=Y0-cpKBx8fk
Hanya satu manusia itu berawal dan berasal yaitu ADAM dan HAWA yang diciptakan ALLAH SWT bukan manusia -manusia yang ditulis oleh sejarawan dunia, mereka menulis untuk membuat politik peng-ingkaran supaya ummat Islam tidak percaya dengan Al Qur’an, manusia diciptakan sesempurnanya makhluk hidup ada akal dan nafsu bukan manusia berasal dari Kera atau sejenisnya, manusia adalah sejatinya manusia tidak seperti yang tergambar seperti tulisan tsb diatas,
Bagaimana dengan ras Eropa yang datang bersamaan dengan proses kolonialisme dan penyebaran Agama Kristen? Bagaimana pun juga banyak pengaruh Eropa di Nusantara ini dan juga kita menemui perkawinan campur antara etnik Eropa dengan penduduk lokal. Terima kasih
Kayaknya seru nih artikel, saya mau tanya seputar manusia purba nih. manusia modern itu asalnya bukan dari manusia purba juga gak? berarti dari homo erectus juga dong?
bagaimana bisa homo sapiens itu tiba2 nongol?
Disebut kalau homo erectus berasal dari afrika, jadi saat itu didaratan lain gak ada manusia sama sekali yah?
Jadi gue berpendapat kalau suku nias, dayak dsb yg disebut malas gerak juga ada di Bali didaerah songan, tenganan, dan kecamatan banjar… Hahahaha yaitu proto melayu..
itu tidaklah penting karena asal muasal manusia ya adam dan hawa dan berkembang semakin banyak ke seluruh dunia, jika ingin mengetahui faktanya ya nanti waktu di akhirat mungkin diberitahukan semua, bahkan semenja ruh kita diciptakan
Asal.manusia dr Adam AS, anak keturunan adam menyebar keseluruhan dunia, hanya yg d pertanyakan kapan mulainya pembagian ras tas, ada apa yg menyebabkan berbeda nya ras yg nota bene nya berasal dr satu yaitu Adam, bisa d bantu om ??
wow….hebat kak
tapi kenapa kadang2 (di indonesia) masih ada diskriminasi antar suku bangsa ?
waw keren juga. nih ada ulasan lengkap tentang perfilman luar negeri dan tanah air, baca kelengkapannya disini : http://www.sinopsisfilm.club
izin comot kang, utk dishare. 🙂
Klo bicara soal pendatang dan pribumi semua nya benar. Artikel sangat bagus.
Tapi dewasa ini yg dikatakan pribumi indonesia adalah orang asli indonesia, knp dikatakan pribumi indonesia adalah orang indonesia, karena SUMPAH PEMUDA, pemuda indonesia berikrar Sumpah Pemuda, bahkan keturunan arab indonesia pun berikrar pada waktu itu , jadi yg dikatakan pribumi atau pendatang akan dikatakan indonesia jika berikrar, walaupun dia org pertama kali menginjak kaki di bumi indonesia, jika pada hari sumpah pemuda 1928 atapun tidak mengucapkan ikrar sumpah pemuda, dia bukan pribumi di bumi INDONESIA.
Terima kasih.
Lalu gimana dengan teori terbaru ter-up to date yang setinggi langit klo manusia berasal dari Luar Bumi atau pendatang dari planet lain, seperti penampakan ufo yg didalamnya alien sperti wujud manusia kayak tuyul naik kubah mesjid ?!?!?!?
Halo Bang, tengkyu banget artikelnya ntaps. Gue mau nanya nih Bang soal Geger Pecinan. Di link wikipedia yang ada di artikel, Geger Pecinan lebih nyeritain pembantaian orang-orang peranakan oleh Belanda dan pribumi. Nah, kalau cerita pribumi dan peranakan saling bantu buat melawan penjajah bisa gue baca lebih lanjut di mana / di buku apa ya? Makasih Bang!
makasih,sepertinya artikel ini juga bisa membantu saya.Saya seorang dari suku turunan Deutro-Melayu yang sedang berusaha menjalin hubungan asmara dengan seorang gadis Hokkien.Sepertinya keluarganya tak menyetujui kalau kami jadian.
Mungkin kalau saya bisa memberitahu mereka bahwa kita semua sama2 pendatang dan pengembara di bumi ini(bahkan mungkin berasal dari ‘kampung halaman’ yang sama) mereka tak akan menolak saya atau memanggil dengan sebutan fankui/tiko & semacamnya
Artikel yg bagus, runtut dan bisa dipertanggung jawabkan. Semoga warga bumi datar ada juga yg membaca artikel ini.
Yg jadi pikiran gue selama ini adalah kok bisa bahasa di nusantara ini sangat beragam dan berbeda2.
Katakanlah bahasa jawa dgn bahasa batak, bagai bumi dan langit perbedaannya.
Apakah nenek moyang kita yg “menciptakan” bahasa tsb plus dengan dialek dan intonasinya padahal mereka toh asalnya juga dari rumpun yg sama. Belum lagi kl budayanya ikut dikulik, gimana lemah gemulainya kultur jawa tengah misalnya dibandingkan (sekali lagi) dengan suku batak yg tegas dan blak2an…padahal sekali lagi mereka berasal dari nenek moyang yg sama.
Itu baru 2 bahasa padahal nusantara sangat banyak bahasa daerah.
Untuk sejarah bahasanya udah dibahas disini >> https://www.zenius.net/blog/sejarah-bahasa-melayu-indonesia
This article is absolutely wonderful….
Inilah pentingnya belajar sejarah dan melihat sejarah… artikel ini hebat banget, asli hebat banget… Loe, Faisal, dengan pendekatan secara historis dan scientist, bisa menjelaskan secara rinci asal muasal ke-Bhinneka-an yg ada di Negara Indonesia ini… mohon izin untuk share artikel ini supaya banyak orang bisa belajar dan mengerti, supaya segala tindakan anarkis akibat SARA yg sudah cukup menyedot energi kita dan menghambat pembangunan bangsa ini bisa segera terselesaikan ketika setiap orang mau mengambil waktu untuk belajar kebenaran ini…
Wonderful Indonesia… 😀
Seberapa yakin anda bahwa teori ini benar findingnya?
Maaf, saya dari mahasiswa jurusan biologi universitas Andalas. Berdasarkan literatur resmi Proto Melayu itu : Suku Batak, Nias dan Toraja. Suku lainnya adalah deutro, termasuk kita Suku minangkabau itu deutro.
indonesia diakui ada stelah 17-8-45
anggap saja, siapa2 yg ikut serta dlm perang kemerdekaan adl Pribumi.
tolok ukurY adl Sumpah Pemuda
dimana semuaY mengaku jadi 1 Nusa Bangsa Dan Bahasa
*) etnis China dan Arab g ikutan, jd anggap saja mereka Pelancong.
tak benar, mana ada manusia berasal dari kera..
yang buat artikel ni islam atau bukan??
biarin lah,gak usah bawa2 agama… ini forum umum,nggak cuma islam yang di sini
lakum dinukum waliyadin,yang percaya ya biarin,nggak percaya ya biarin
ini saya ngutip dari Wikipedia:
“Dengan bukti-bukti ilmiah baru yang ditonjolkan Hugo (Human Genome Organization) melalui penelitian genetik atas sejulah bangsa Asia, kenyataan menunjuk bahwa yang pernah terjadi adalah satu migrasi tunggal Asia Tenggara (yang kebanyakan dihuni oleh penutur bahasa Austronesia) ke arah utara, dengan secara berangsur menduduki Asia Timur (Tiongkok, Korea dan Jepang), bukannya sebaliknya seperti biasanya digambarkan.”
ada tanggapan, gan?
kalau berbicara mengenai perbedaan , indonesia paling ribut mengkotak2 kan suku dan ras padahal indonesia itu unik karena kemajemukannya seharusnya malah kompak …btw love this article ! thanks for sharing
bangsa manapon yg tinggal di nkri harus mengikuti, membaur dengan adat istiadat yg dimana tinggal
itu baru nasionalisme tdk diragukan lagi, bila mengusulasi diri dengan suku lain lebih baik hengkang dari indonesia,etnis rakus china yg paling rakus dan kebanyakan perampok, pembohong, pribuminya pantas di bilang bodoh bodoh.
istilah “pribumi” ato “inlander” muncul pada jaman kolonial,istilah ini sengaja diciptakan buat menglompokkan kelas ras yang tinggal di indonesia,yang mana pada masa itu berhasil menimbulkan konflik antar ras,bahkan sensinya masih terjadi sampe sekarang,istilah ciptaan kolonialis ini sekarang jadi alat buat menyerang orang lain yang dianggap bukan penduduk asli…
dulu indonesia jadi rumah buat berbagai ras yang hidup dengan damai,seketika kedamaian hancur gara2 kolonialisasi yang mencari keuntungan dan bikin aturan seenak jidat
kalau Homo sapiens gelombang pertama itu ras melanesia.Lalu,kalo Homo erectus termasuk ras apa?
Saya antara percaya dan tidak. Realitanya bahasa daerah berbeda beda. Begitu juga logatnya. Patokan Saya sih ilmu agama. Tersirat bahwa ada malaikat yg bisa berbicara beribu bahasa ubtuk setiap doa. Artinya manusia memang sudah tercipta berbangsa2 dan negara. Asal usul dan persamaan yg ada dari ilmu manusia adalah karena keingintahuan awal. Sedang Allah SWT mencipta segala sesuatunya dengan sifat bertahap, gradasi dan manusia menetapkan sebagai evolusi. Ilmu Allah memang tinggi dan manusia seperti semut yg tinggal di telinga dan satunya di ekor.kemudian masing2 beranggapan gajah adalah sesuai dg ilmu di area semut tinggal. Kita tidak tahu gajah yg sebenarnya.
Waw.. Saya dari Pedalaman suku Baduy, banten.. Makasih keren banget informasi nya. Sedikit bisa menerka. Dan yang harus kita jaga kebersamaan, damai, bantu sesama dan jaga alam tempat kita tinggal
makasih gan atas artikel nya…moga kedepannya gx ada rasis lagi ya….bs bgn bersama indonesia ini….
pohon muncul dari tanah.pohon makluk hidup, bisa besar dan berbuah.Awal alam semesta adalah dari air.Berubah jadi tanah sebahagia,tanah yag kita pijak, darat, juga darat yang diatas sana, langit.Mulanya tanah yag diatas bayak yag jatuh kebawah, darat, laut.Tanah diatas, langit keras.Lama kelamaan,tanah itu panas.seterusnya jadi matahari,bula, bintang.Air mengalir ketempat yg rendah.Tanah atau pulau, tubuh pohon.Manusia dan binatang terbuat dari tanah, jg yg dilaut, prosesya seperti pohon yang tubuh.Tiori barat bumi berasal dari kabut raksasa, yang berputar, jatuh es,debu, hidrogen.Maka terjadi bumi , matahari dll.Saudara rujukan dari sini.Jadi tidak ada kata neek moyang.Semua pulau sudah ada penghuni aslinya.
cari jodoh disini https://kontakjodohgratis.blogspot.co.id/
Hai Bang Faisal,
Saya Ingin berterimakasih nich atas :
Artikel Yang Sangat Berkualitas & Mencerahkan ini.
Elegan pula Susunan Kata-Katanya….memberikan passion untuk membaca hingga akhir.
Jujur…. Saya sampai berharap lebih panjang lagi ulasannya,, Padahal Dulu saya Rajanya Kabur ketika l Masih di bangku Sekolah SD-SLTA setiap tiba waktunya Mapel Sejarah ..karena Bosan & Selalu Ngantuk Berat.
Hhmmm…jadi, saya tuh Homo Sapiens Melanesoid Yach.
Ha-ha-ha ..baru ngeh…dari dulu saya kira Negrito.
Apalagi ada penjelasan tuh,, awal percikan SARA bukan dimulai oleh Rumpun Melanesoid & Melayu Austronesia…
Tapi dari Europe Sana.
Yach Berharap Sich, Generasi Sekarang & selanjutnya senantiasa Lebih Kedepankan Jati Diri Bangsa Yang Bhinneka tunggal Ika ini.
Thanks,
Donny Mardela
Bg Faisal..
Sekarang lg seru seru nya perdebatan KBB = Karo bukan Batak
MBB= Mandailing bukan Batak
PBB = Pak Pak bukan Batak..
Jd mohon Bagi ilmu dikit dong..
Apa kah Suku karo,Mandailing,Pak Pak,dan Simalungun adalah Batak..
??✌✌??
Tapi menurut agama islam tak seperti itu.
jangan sembarangan,bukan “tak seperti itu”,cuma nggak dijelasin persis gimana persebarannya aja,kalo mau bilang semua turunan nabi adam pun tetep ada prosesnya,nabi adam itu nurunin cikal bakal ras ras utama,yang memulai peradaban di daerah2 dengan kondisi alam yang beda2,kondisi fisik orangnya juga menyesuaikan dengan kondisi geografis tempat dia tinggal,persebaran terjadi,prosesnya lama dari generasi ke generasi sampe populasi manusia mengingkat,seiring waktu juga terjadi percampuran sehingga muncul bermacam sub ras seperti sekarang,semua ada prosesnya,semua ada sistemnya,orang beragama nggak harus bertentangan dengan sains
benda jatuh dari atas ke bawah,planet2 mengelilingi matahari,mukamu dipukul terasa sakit,adanya hujan,adanya gempa bumi,semuanya itu sistem,tuhan yang menciptakan sistem itu,percaya agama bukan berarti segala sesuatu terjadi secara ajaib
bahkan penciptaan langit dan bumi itu memakan waktu,bukan cuma sekejap mata,artinya ada proses di situ
kun faa yakun… terjadi maka jadilah
terjadilah prosesnya
dan 1 lagi,jangan biasain apa2 bawa agamamu di forum umum,yang di sini nggak cuma islam,saya jelasin ini ke kamu karna saya islam dan kamu bawa2 agama islam
BETUL, bHINEKA TUNGGAL IKA
Orang Atheis Anti Tuhan, dari awal ngga percaya kalo manusia itu berasal dari Nabi Adam dan Siti Hawa.
Bagus sekali bro, mantab, 👍👍👍
Halo Kak. Tulisannya bagus sekali. Aku sampai seneng banget bacanya sampai akhir.
juga seneng ternyata kkak jurusan Psikologi Klinis.
aku Lagi Nulis Tugas Akhir ngerancang alat ukur karakter orang Melayu (psikometri)
kakak punya referensi lagi gak kak? buat nambah literatur.
mungkin tentang Orang Melayu. trimakasih kakak. 🙂
pertanyaan bagus yaa, siapa orang pribumi di indonesia
Kak knapa kerajaan tertuan di indonesia bercorak hindu buddha
Mengapaa kerajaan tertua di indonesia bercorak hindu buddha bang
I certainly thank you for writing this article well, hopefully it will become a reference in journals or other scientific writings and can help many people. thanks.
Of course, from the writing you write, there are things that still need to be explained in detail in order to be able to provide enlightenment and become a reference source for all who read.