Artikel ini membahas Program Bela Negara, sebuah gagasan dari Kementrian Pertahanan. Lengkap dengan argumen pro dan kontra untuk program ini.
Beberapa minggu belakangan ini, Kementerian Pertahanan Republik Indonesia memberi kejutan yang cukup menghebohkan masyarakat dengan membuat perencanaan program raksasa “Bela Negara” yang diberlakukan bagi warga Indonesia dari tingkat TK sampai umur 50 tahun, dengan jumlah peserta 100 juta orang dengan target waktu 10 tahun. Itu artinya, hampir semua pembaca blog ini (kecuali Anda yang sudah berumur di atas 50 tahun) kemungkinan akan dituntut untuk mengikuti realisasi dari program ini, terlepas status lo sebagai siswa, mahasiswa, atau pekerja profesional.
Sampai dengan hari ini (22/10), program baru dari Kemenham ini mengundang banyak perdebatan seru dari berbagai kalangan. Beberapa topik yang cukup kontroversial adalah pengaitan program ‘bela negara’ ini dengan istilah ‘wajib militer’ sebagaimana hal tersebut disampaikan sendiri oleh M.Faisal selaku Direktur Bela Negara Kementerian Pertahanan Laksamana Pertama TNI pada Tempo 13 Oktober lalu:
“Ada pendidikan kewarganegaraan, ada pelatihan dasar militer wajib, menjadi TNI, dan pelatihan sesuai profesi masing-masing,” – M.Faisal
Selain itu, M.Faisal juga menyatakan bahwa peserta bela negara wajib menginap di asrama selama 30 hari, dan program acaranya akan diselenggarakan oleh satuan-satuan pendidikan TNI, seperti resimen induk daerah militer.
“Wah, berarti kalo gitu bela negara itu seperti semacam wajib militer gitu, dong? Kita akan dilatih teori dan teknik-teknik dasar untuk berperang terus digebleng secara fisik dan mental ala militer selama sebulan, gitu?” – masyarakat
eit tunggu dulu kawan, memang pada awalnya bentuk program bela negara ini diisukan sangat terkait erat dengan bentuk program wajib militer. Tapi belakangan, Kementrian Pertahanan kembali mengklarifikasi serta menekankan bahwa program bela negara ini tidak akan mengacu pada pelatihan ala militer, sebagaimana dinyatakan oleh Bapak Ryamizard Ryacudu, selaku Menteri Pertahanan RI pada Kompas, 20 Oktober 2015:
“Enggak ada saya ngomong wajib militer. Wajib militer ngapain? Wajib militer kan latihan militer, ini kan enggak. Mengubah otak supaya bangga kepada negara ini, apa enggak boleh? Kan harus itu!” – Ryamizard Ryacudu
Selain itu, Bapak Timbul Siahaan, selaku Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa:
“Ini sama sekali tidak ada ke arah militerisme, kami tidak terpikir sama sekali. Makanya kita tidak gunakan pemeriksaan kesehatan khusus, itulah bedanya dengan wajib militer,” – Timbul Siahaan.
Menurut Bapak Timbul, materi program bela negara ini dibagi 2, yaitu teori dan praktek lapangan, dimana porsinya akan lebih banyak berupa teori (70% – 80%) daripada praktek lapangan (20% – 30%). Materi teori akan diisi dengan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, sementara materi praktek lapangan adalah kegiatan ruang terbuka (outdoor activity) seperti outbond. Selain itu, instruktur dan tenaga pengajar dari pelatihan bela negara ini juga tidak hanya melibatkan TNI, tapi justru didominasi oleh kalangan warga sipil profesional (80%). Sementara keterlibatan TNI sebagai instruktur (20%), hanya dilakukan jika materi yang dibawakan adalah topik wawasan pertahanan.
Nah lho, berarti yang bener yang mana nih?? Katanya, nanti ada pelatihan fisik ala militer, sekarang jadinya lebih banyak pengajaran teori di dalam kelas sambil ada selingan berupa kegiatan olahraga outbond. Mengingat program ini digagas oleh Kementrian Pertahanan, apakah betul nanti di penerapannya tidak akan ada pelatihan program seperti wajib militer sama sekali? Kalo memang programnya tidak ada pendekatan militeristik seperti itu, apakah tepat jika diselenggarakan oleh Kementrian Pertahanan?
Okay, terlepas dari berbagai pendapat pro-kontra yang ada di masyarakat serta pemberitaan yang masih simpang siur, pada artikel kali ini Zenius Blog akan mengajak lo semua untuk mendiskusikan isu ini di kolom comment section bawah artikel ini. Tapi sebelum mulai diskusi, gua akan coba merangkum bagaimana sih konsep penerapan bela negara dari Kemenham yang akan dijalankan sesuai dengan pemberitaan media hingga saat ini (22/10). Selain itu, gua juga akan memberikan gambaran umum bentuk argumen pro maupun argumen kontra terkait program ini yang gua harapkan bisa jadi membantu lo semua untuk memulai diskusi dengan pemahaman konteks masalah dengan lebih baik.
Bagian 1: Konsep program bela negara menurut pemberitaan hingga saat ini
Nah sebelum kita mulai diskusinya, ada baiknya kita punya sumber yang jelas tentang rencana program ini. Jangan sampai nanti diskusi kita jadi ‘ngalor-ngidul’ gak karuan karena belum mendapatkan informasi terkini terkait rencana program ini. Okay, berdasarkan berita yang beredar sampai saat ini, berikut adalah beberapa point penting yang perlu lo ketahui sebelum mulai diskusi:
Artikel terkait program Bela Negara ini dikumpulkan hingga update terakhir tanggal 22 Oktober 2015. Jika ditemukan data/pemberitaan baru terkait program ini, artikel ini secepatnya akan kami update.
- Dasar hukum program Bela Negara ini adalah UUD 1945 Pasal 27 dan UU Pertahanan No 3 tahun 2002. Antara lain berbunyi:
“(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. (2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui: a. pendidikan kewarganegaraan; b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib; dan d. pengabdian sesuai dengan profesi. (3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.”
- Kementrian Pertahanan menargetkan 100 juta peserta dalam kurun waktu 10 tahun, meliputi rentang umur TK hingga di bawah 50 tahun.
- Dalam proses pelatihan bela negara, peserta wajib tinggal di asrama selama 30 hari.
- Direktur Program Imparsial Al Araf, mengatakan masyarakat dapat mengabaikan kewajiban bela negara jika kedapatan bernuansa wajib militer berdasarkan prinsip conscientious objection yang diakui resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa, dimana prinsip tersebut berbunyi: “Setiap warga negara atas dasar keyakinan dan agamanya berhak menolak wajib militer karena menolak penyelesaian konflik dengan senjata,”
- Warga di perbatasan wilayah RI perlu menerima pendidikan dasar persenjataan pada pelatihan bela negara, sebab daerah perbatasan memiliki tingkat kerawanan militer lebih besar karena berhadapan langsung dengan potensi pelanggaran wilayah negara.
- Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin memprediksikan anggaran program Bela Negara selama 10 tahun bisa mencapai angka Rp 500 triliun.
- Materi dalam program bela negara ini terbagi menjadi 70% — 80% teori, dan 20%–30% praktik di lapangan. Adapun, praktik di lapangan, hanya semacam kegiatan di ruang terbuka (outbond).
- Tujuan dari program ini adalah memupuk rasa nasionalisme, kecintaan terhadap bangsa dan negara, serta memperkuat jati diri sebagai bangsa Indonesia.
- Pemda Jember telah melaksanakan program bela negara dengan jumlah peserta sebanyak 2.300 peserta dari kalangan pelajar dan guru, berikut adalah liputannya:
Bagian 2: Kumpulan argumen pro-kontra program bela negara.
Argumen pro terhadap program bela negara:
- Program bela negara memiliki dasar hukum yang jelas dilindungi oleh Undang-undang. Jadi pada dasarnya pemerintah berhak menjalankan program ini dari segi hukum.
- Dewasa ini, arah pandang politik, ideologi, serta paradigma masyarakat terhadap negara terpecah-belah tanpa arah yang jelas. Oleh karena itu, perlu ada program untuk kembali mengembalikan identitas kewarganegaraan, memupuk rasa nasionalisme, serta rasa kecintaan terhadap tanah air, bangsa, dan negara.
- Program bela negara ini berkali-kali ditegaskan oleh menteri pertahanan sejak (16/10) bahwa tidak akan ada bentuk latihan fisik ala militer serta pelatihan keterampilan militer, kecuali untuk warga yang tinggal di daerah perbatasan. Jadi, kekhawatiran adanya bentuk tekanan fisik/mental maupun pelatihan militer tidak bisa menjadi alasan penolakan program ini.
Argumen kontra terhadap program bela negara:
- Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin beranggapan program Bela Negara tidak realistis, berikut pernyataannya :“Dilihat dari targetnya ini berarti 10 juta orang per tahun atau 833 ribu orang per bulan. Jumlah ini sangat fantastis dibandingkan dengan sarana pelatihan yang dimiliki Badiklat (Badan Pendidikan dan Pelatihan) Kemenhan yang hanya mampu menampung 600 orang saja.” – TB Hasanuddin, melalui keterangan tertulis, Senin (12/10/2015).
- Saat ini TNI masih kekurangan anggaran sebesar Rp 36 triliun untuk pembelian alutsista (peralatan perang). Jika anggaran itu tidak dipenuhi, TB Hasanuddin memprediksi, rencana strategis tahap kedua untuk pembangunan Minimum Essential Force (MEF) pada 2019 mendatang tidak akan tercapai.
- Menurut KontraS, negara masih memiliki kekurangan anggaran dana untuk mendukung persenjataan TNI dan kesejahteraan prajurit TNI sebagai komponen utama sistem pertahanan, lalu untuk apa membangun program baru dengan anggaran besar jika kebutuhan dasar saja belum bisa dipenuhi?
- Jika komposisi program bela negara didominasi komponen teori kewarganegaraan dan pancasila (80%) dan dilengkapi kegiatan lapangan / outbond (20%), rasanya kurang tepat jika diselenggarakan oleh kementrian pertahanan dan TNI.
- Anggaran dana yang sangat besar (menurut prediksi TB Hasanuddin sebesar Rp 500 Triliun dengan asumsi alokasi dana Rp 10 juta per peserta) dikhawatirkan hanya menjadi sarana baru dari penyalahgunaan dan penyelewengan anggaran (baca: lahan baru untuk dikorupsi) terutama jika alokasi dana ini tidak dibuka secara transparan.
Bagian 3: Diskusi program bela negara
Okay, gua udah memaparkan ulasan singkat mengenai rencana pemerintah tentang program bela negara disertai dengan argumennya, baik dari sisi yang pro maupun yang kontra. Sekarang, gua mengundang lo semua untuk berdiskusi di comment section di bawah artikel ini. Lo boleh berpendapat, memberi support, bertanya, maupun memberikan kritik terkait program ini. Jangan lupa untuk tetap berargumen secara sehat, menjunjung tinggi itikad baik, serta menghargai pendapat orang lain. Yuk kita mulai diskusinya!
****
Referensi sumber artikel:
http://nasional.kompas.com/read/2015/10/19/10374131/Kemhan.Bela.Negara.Bukan.Wajib.Militer.Tak.Ada.Angkat.Senjata
http://nasional.kompas.com/read/2015/10/12/22334911/Menko.Polhukam.Akan.Koreksi.Program.Bela.Negara
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/10/14/078709397/apa-beda-bela-negara-dan-wajib-militer
http://nasional.kompas.com/read/2015/10/19/10374131/Kemhan.Bela.Negara.Bukan.Wajib.Militer.Tak.Ada.Angkat.Senjata
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/10/13/078709069/kemenhan-bela-negara-bukan-wajib-militer
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20151012121851-12-84392/kementerian-pertahanan-sebut-bela-negara-bukan-wajib-militer/
http://nasional.kompas.com/read/2015/10/20/05470071/Menhan.Bela.Negara.Bukan.Latihan.Wajib.Militer
—————————CATATAN EDITOR—————————
Kalo ada di antara kamu yang mau ngobrol atau diskusi sama Glenn atau pembaca lain fenomena terkait bela negara sesuai dengan konteks kondisi Indonesia saat ini, langsung aja tinggalin comment di bawah artikel ini. Editor sangat berharap diskusi dapat berjalan dengan sehat, menjunjung itikad baik, serta menggunakan argumen yang rasional. Jika ada yang menggunakan kata-kata kasar, menyerang pribadi (ad hominem), atau mengancam… postingan akan segera dihapus oleh editor.
Gue sebenarnya gak terlalu paham dengan program ini, bang. Kayaknya program ini lebih banyak pihak kontranya deh daripada pihak yang mendukung sejauh yang gue lihat. Soalnya, dana yang dibutuhkan gede, terus pelaksanaannya ke daerah-daerah pesisir juga pasti sulit tuh. Belum lagi tentang masalah kartu tanda kelulusan (?) yang diberikan pada peserta Bela Negara, yang hampir gak ada manfaatnya. ~Just My Own Opinion
Kata orangtua gue sih, program kayak ginian pernah ada pas jamannya Pak Harto, lebih dikenal dengan nama P4 (gue juga bingung apaan tuh). Apapun itu, kita lihat aja perkembangannya
Halo erald, thanks atas opininya. kalo melihat pro-kontra dari isu ini sepertinya sekarang belum bisa dilihat lebih byk yg mana, kalo dari gua sendiri sepertinya pihak yg pro dan kontra masih sama kuat.
Utk pelaksanaannya memang pasti sulit dan butuh dana besar, tapi kemungkinan kemenham akan melakukan secara bertahap sesuai target tiap tahun… dan akan melirik wadah2 yg mudah dijangkau dulu seperti pelajar, mahasiswa, PNS, karyawan BUMN, dan ormas2 yg dekat dgn pemerintah.. dan kemungkinan surat kelulusan bela negara ini direncanakan akan menjadi persyaratan tertentu dlm tahapan akademis, kira2 sistemnya seperti syarat score TOEFL/IELTS bagi kelulusan kuliah di univ2 tertentu.
Gue ga setuju aja sih kalau TNI yang didik,itu lebih mengarah ke paradigma TNI daripada paradikma Bela negara sendiri,ujung”nya jadi kaya Latihan pas baru masuk TNI nantinya daripada bela negara,btw jerman ama prancis aja udah menghapus wajib militer karena di anggap memaksa HAM
halo egi, terima kasih atas pendapatnya. memang betul bahwa konteks “bela negara” mungkin jangan dimaknai sempit dgn bentuk pelatihan program asrama seperti ini, tapi mungkin sampai saat ini belum ada rencana lain yg lebih efisien kalau bukan dijalankan oleh organisasi yg lebih terstruktur seperti TNI. Kamu ada gagasan lain jika asumsinya target dari program ini utk meningkatkan rasa kecintaan terhadap negara? 😀
Ada bang :3 pake zenius biar anak” pada pinter,itu udah membela negara hehehe.
Menurut saya sih bang,daripada kita menyelenggarakan program ini,lebih baik fasilitas publik di baguskan aja.ya jujur aja sih menurut saya kalau negara ngasi rakyatnya pelayanan yang baik dan nyaman,pasti maulah rakyat bela negaranya,maaf OOT hehe.di kalbar aja nih jalan ke daerah” masih pada rusak,perbatasan entikong aja masih minim kemarin fasilitasnya.itu aja sih bang
Menurut gue si dlm rencana program bela negara mungkin pemerintah harus lebih mengedepankan dulu masyarakat perbatasan. Gue juga setuju kalau daerah perbatasan itu rawan, nah drpd bikin target 10 juta per tahun yg cukup fantastis, lebih baik bikin target khusus dulu program bela negara untuk daerah perbatasan. Bila program bela negara di daerah perbatasan berhasil baru boleh tuh d aplikasikan ke daerah lain juga.
terima kasih siti atas pendapatnya. memang di satu sisi daerah perbatasan bisa menjadi prioritas utama dibandingkan daerah lain. tapi sebagaimana yg telah dinyatakan kemenham, seperti memang tujuan dari program ini bukan dititikberatan pada pelatihan militer tapi lebih ke program utk meningkatkan rasa nasionalisme 🙂
Maksud aku si gini ka, kan d indonesia itu sistem2 nya masih pada amburadul dari kayak mau bikin kebijakan-kebijakan bidang pendidikan, ekonomi, dan sebagainya tuh sistemnya bisa dikatakan masih belum bisa bekerja dengan baik. Kebijakan kebijakan yg dibuat pada bagus si tapi di lapangannya kan ga kelaksana semua, sama kayak kurtilas yg jadinya ga jelas *guru dan murid belum bisa mempraktikan nya dengan baik dan menyeluruh sampai kayak kebijakan ekonomi yg masih banyak korupsi dan sebagainya. Dan kalau kita melihat target yg fantastis tadi apa ga salah tuh, kan kelihatannya cuman omong kosong doang kalau nantinya ga kelaksana. Yg ada malah bisa dananya jadi buat para koruptor2 lagi. Menurut aku si, knp kita ga buat prioritas dulu, kita prioritaskan daerah perbatasan dulu yg emang dari dulu juga daerah perbatasan itu udh genting banget bahayanya dan membutuhkan pertahanan lebih. Kalau nih program upaya bela negara ternyata bisa sukses di daerah perbatasan baru deh boleh di aplikasikan ke masyarakat luas selain daerah perbatasan itu. Anggaran juga kan keluar banyak tapi ga sekaligus sehingga menghindari juga penyalahan korupsi. Program juga bisa di analiti secara lebih jelas di lapangan dari kelebihan, kekurangan , dsb untuk di aplikasikan ke daerah yang lebih luas lagi. Mungkin semacam sistim percobaan gitu sebelum di aplikasikan ke seluruh indonesia?
Selama ada manfaatnya mah gw setuju2 aja. Tapi, kalau dibandingin antara manfaat sm anggaran kok kayaknya lebih ke anggarannya yah. Lebih baik itu untuk yg di daerah perbatasan aja. Atau bisa dikit2 dimasukkan di pelajaran sekolah. Toh banyak jalan menuju Roma. Disesuain aja, klau Indo duitnya banyak ya silahkan, klau ga ya ga ush dipaksain.. asal ga ad mksd terselubung wkwk
Kalaupun Indo skrng pnya duit banyak mending Pendidikan wajib 9tahun & skolah2 yg memadai dulu di ratain ke seluruh Indonesia. Program itu cm 1 tp berhasil :>
halo ayuhanas thanks atas pendapatnya. sebagai gambaran, anggaran belanja negara kita thn 2015 ini sekitar 1.793,6 triliun dan kemenham mendapat jatah 97 triliun. Di sisi lain, kementrian pendidikan mendapatkan 88,3 trilliun. mungkin dari situ kita bisa lihat bahwa pemerintah masih lebih mengutamakan pertahanan militer daripada pendidikan. menurut kamu gimana tuh?
http://www.kemenkeu.go.id/wide/apbn2015
Sama kaya di amrik ya bang?orang kayanya masih merasa terancam padahal udah ada PBB
Obviously, i can’t decide what is right. But, hey it cost a huge amount of money…
Jadi keinget sama kata2nya Soe Hok Gie
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
hi Fio, iya betul memang salah satu argumen yang cukup kuat adalah masalah anggaran. btw gua setuju dgn pendapat SHG, utk mencintai sesuatu memang tidak bisa dipaksakan dalam bentuk slogan2 pratriotisme tapi tumbuh secara personal berdasarkan pengalaman pribadi masing2, utk SHG, Herman Lantang, dkk… rasa itu diciptakan dgn cara naik gunung. Pastinya berbeda dgn orang2 lain. Kalo kamu sendiri gimana? 🙂
Saya pikir pemerintah harus lebih peduli dengan sistem pendidikan sekarang, bagaimana caranya untuk meciptakan SDM yang baik. kita tahu bahwa pemegang tonggak dari negara ini adalah generasi-generasi mudanya, kemajuan bangsa kedepan ada ditangan mereka,jadi kita bisa mengukur kemajuan bangsa kita dari generasi mudanya saat ini, kalau memang tujuan diadakannya pendidikan bela negara untuk meningkatkan rasa nasionalisme yang sekarng telah pudar ,mengapa pemerintah tidak memikirkan cara bagaimana untuk menekankan jiwa ini dari setiap sekolah-sekolah,universitas yang ada di Indonesia, soalnya saya pikir untuk meningkatkan rasa nasionalisme itu harus ditanamkan dari pendidikan yang paling dasar. Jadi kurang efektif bila program ini dijalankan, saya yakin pasti akan menimbulkan banyak kontra dari warga negara. Tugas pemerintah harus bisa menekankan kepada setiap sekolah di seluruh indonesia untuk meningkatkan jiwa nasionalisme bangsa bagaimanapun caranya.
Halo Tio, terima kasih atas pendapatnya. Memang ada sebagian kalangan juga yang berpendapat seperti kamu… bahwa jika tujuannya adalah memupuk rasa nasionalisme, apalagi kalo 80% mencakup teori pancasila, kewarganegaraan, dan sejarah indonesia… itu malah lebih cocok jika diselenggarakan program sekolah, kampus, dan lembaga pendidikan lainnya.
Cuma dari situ pertanyaannya, bagaimana dengan mereka yg sudah tdk dlm umur masa sekolah (katakanlah 24thn+)…? dan lagi, penerapan sistem pendidikan utk memupuk rasa kecintaan bagi negara itu (menurut pendapat gw pribadi sih) sulit tumbuhan jika asalnya dari dorongan external, tapi harus tumbuh dari dalam diri masing2. Masalahnya tinggal bagaimana memicu hal itu bisa terjadi secara kolektif. 🙂
Ehhh, kayaknya hal ini akan susah tapi bukan untuk orang normal, kasihan kalau kayak adik saya dia sedang menderita autis dan masih banyak yang memiliki keterbelakangan mental, bagaimana mereka bisa ikut program ini?
Halo Joseph, memang masih ada segudang tantangan bagi kemenham dan TNI utk merealisasikan program ini. Salah satunya adalah mengorganisir bentuk pelatihan berdasarkan umur, ketahanan fisik, mental, pengetahuan, dan juga tentu kaum difabel. 🙂
Jujur saya baru tau kalau program bela negara kontroversinya seserius ini bang. Selama ini emang saya sering dngar, tapi berhubung urusan kuliah yg luar biasa super membahana jadi gak sempat mantau berita :v
Tapi gini ya bang, menurut saya memang kecintaan trhdp tanah air itu susah ditumbuhkan kalau hanya lewat teori. Itu sama seperti di SMA saya dulu. Program sekolah untuk pelajaran PKN dan Agama itu 3 jam mata peljaran tiap minggu, alasannya katena itu adalah mata pelajaran pengembangan karakter jadi harapnnya dengan begitu siswa jadi lebih berkarakter. Tapi ya sama aja tuh, teman2 saya gak beda jauh bandelnya sebelum dam sesudah penerapan kurikulum itu. Yang ada siswa malah bosan dengan pelajaran yg itu2 aja. Tapi terlepas.dari itu, ditinjau dari malsudnya, program itu sangat baik. Bagaimanapun juga, sampai orang jadi sadar itu kan butuh proses. Nah salah satu caranya adalah dengan pendidikan yg intensif. Mungkin kurikulum SMA saya itu akan lebih mengena jika diiringi dengan tindak nyata dari segala elemen sekolah mulai dari guru sampai kesadaran murid2 sendiri. Saya sering mendengar guru yg selalu memgkritik pedas bahkan sampaj menjelek jelekan kebijakam pemerintah tapi dia sendiri selalu gak peduli.sama murid, ngajarnya gitu2 aja, bahkan gak peduli sama kebersihan lingkungan. Lalu ada murid yg selalu dapat nilai diatas 80 di PKN dan Agama tapi kelakuannya tidak pernah peduli pada libgkungan sekitar dan teman2nya.
Emang gak mudah menumbuhkan kesadaran, cara yg paling pas menurut saya yaitu pendidikan intensif yg benar dan karya nyata adalah cara yg bagus. Usaha pemerintah patut dicoba tapi kalau bisa diakali sedemikian rupa biar biayanya gak semahal itu. Karena jika teori dikasi terus tapi gak singkron degn kondisi sehari-hari ya bisa2 org malah stres. Contohnya orang di perbatasan disuruh mencitai megaranya tapi ternyata dia malah dapat banyak.kemudahan dari negara tetangga sepeti toko sembako dari negara tetngga dan infrastruktur negara tetangga yg lebh menjami kesejahteraannya. Atau prakljurit TNI yg disruh mempertaruhkan nyawanta demi negaranya, tapi kesejahteraannya tidak diperhatikan dan keluarganya tidak merasa aman. Yaa susah juga kan.
Jadi jika memang program ini sidah melewati berbagai perimbatngan dan dianggap layak, kita patut mencobanya. Tapi kalau masih banyak gak enaknya ya mending pikir cara lain.
Karena 2 unsur harus terpenuhi, pendidikan yg benar dan intensif ditambah karya nyata.
program ini menurut gua sih ada bagus dan enggaknya yah.
BAGUS => bela negara non fisik berupa rasa cinta tanah air. gua perhatiin orang-orang di sekitar gua memandang ‘Indonesia’ itu remeh, rendah, dsb. giliran ada bule atau media internasional beritain positif tentang Indonesia, baru pada sumringah. at least bela negara untuk cinta tanah air itu perlu, perlu banget.
KAGA BAGUS => bela negara alias wajip militer kayak di Korea Selatan yang durasinya selama dua tahun. gila aja dua tahun digembleng layaknya militer. gua lupa kata siapa, sipil tetaplah sipil, militer tetaplah militer, jangan disatuin. MOS/OSPEK juga mirip kemiliteran, cuma agak ngaco aja mekanismenya. emang sih yah militer fisik itu bikin disiplin. AFAIK contohnya durasi makan, mandi, tidur cenderung sempit banget. then latihan kemiliteran fisik ngbentuk komando satu rasa (korsa); satu sakit maka semua ikut merasakan. korsa ini numbuhin solidaritas menurut gua yah, ada bagusnya juga.
====
tapi ada beberapa hal yang bikin gua bertanya-tanya masalah bela negara yang masih wacana ini:
-> durasinya berapa lama? seminggu? sebulan? setahun? atau dua tahun kayak Wamilnya Korsel?
-> bela negara fisik atau nonfisik? *mudah2an sih nonfisik (kalo jadi), karena gua ga demen kekerasan *peace
-> siapakah target program bela negara ini? anak-anak, remaja, usia kerja, atau kepala tiga kah?
*lain2 akan ditambahkan kalo gua inget*
*maaf verbalnya ngaco*
maaf nih jika tersungging eh tersinggung, baca dulu beritanya, bela negara sangat berbeda dengan wajib militer, pertanyaannya juga sudah terjawab semua di artikel.
eh iya deng bukan wamil. maap hehe.. kalo bela negara kayak pendidikan nasionalisme sih setuju, karena banyak orang Indonesia yang belum ‘Indonesia’ 😀 asal method yang diluncurkan sesuai target aja.
Eh gue mau tanya soal bela negara, apakah pada saat seseorang dari negara A mengharumkan nama negara B dengan prestasi, apakah orang tersebut sudah tergolong membela negara asalnya( negara A) karena berhasil mengharumkan nama negara B? Contohnya seperti Mia Audina yang berhasil mengharumkan nama Belanda di Olimpiade Athena 2004, dan Tony Gunawan yang juga bersama pasangannya berhasil mengharumkan nama amerika serikat di kejuaraan dunia 2005
Untuk sekarang gua ga setuju. Kalo menurut gw sih(dalam sudut pandang pelajar), Untuk anak muda usia pelajar, Yang semangat mudanya lagi menggebu2, yang jiwanya masih labil, yang masih dalam proses mencari misi hidup. Sebaiknya Pemerintah mengedepankan pendidikan. Yahh tujuannya ga muluk2 lah. Biar para generasi penerus bangsanya punya pola pikir yang bener, mental yg bagus buat bersaing daaan berpikiran terbuka. Bela negara kan ga harus pelatihan 1 bulan di asrama dengan kurikulum seperti yg disebutkan di atas. Buat pelajar dan mahasiswa tugas utamanya ya belajar, biar nantinya bisa berguna buat orang lain dan bangsa. Nah kalo pola pikirnya udah bener kan bakal berdampak sama kehidupan sehari-hari (disiplin,cinta tanah air,taat aturan,dsb)
Kayanya bakal susah sih kalo ngebuat cinta tanah air tapi dari orang lain (eksternal). Menurut gue cinta tanah air datengnya dari diri sendiri.
Dari segi anggaran juga udah disebutkan di atas. Apalagi masih banyak pelajar yg ga dapet fasilitas layak di daerah2.
Kalo ngutip dari UUD 1945 Pasal 27 dan UU Pertahanan No 3 tahun 2002 “… d. pengabdian sesuai profesi…”
Dengan belajar yg bener kita juga turut serta dalam bela negara 🙂
Menurut gw lebih baik pemerintah cari cara deh biar pelajarnya suka,cinta,sayang sama mata pelajarannya, jadi belajar emang buat ilmunya. (yah wajib zenius 9 tahun juga boleh :p )
.
.
.
.
Soalnya gini gw pernah ngalamin waktu di SMA. Cerita dikit ya.
Gw pernah ikutan program LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) selama 4 hari di Secapa AD, Bandung waktu kelas 2 SMA. Program wajib dari sekolah gw. Di sono emang diajarin kedisiplinan,kewarganegaraan,baris-berbaris,mental,fisik(dikit) Efeknya… “jreeeeng waktu di sekolah satu angkatan yg abis ikutan LDKS langsung pada disiplin, sopan, dan lebih solid satu angkatannya. Pas upacara pada tertib, rapih, khidmat Tapiii… baru 1 bulan ehhh udah pada balik lagi ke sifat masing2. Bandel lagi, ngelawan guru lagi, males2an lagi. Karena kesehariannya emang biasa gitu
menurut gue ,”kalau tujuannya adalah pendidikan dan pemupukan kembali rasa nasionalisme” kenapa harus di wadahi TNI? oke mngkn sebagian akan berpendapat bahwa TNI lebih berkompeten,tapi kenapa gak di coba melalui instansi pendidikan? selain alokasi dana yg bakal nyerap anggaran bnyk buangett ampe 500T tuh katanya dan banyak kekhawatiran lain,kan tinggal koordinasi dengan kemendikbud untuk merealisasikan programnya lewat sekolah sekolah,entah itu membuat jam lesson about nasionalisme (sejenis pkn lah ya haha),pelatihannya di sekolah sekolah,kan juga udh ada ekskul yg ber orientasi cinta tanah air (pramuka,paskib,dll),atau bisa juga dengan memanfaatkan banyak hal,banyak cara kok buat memupuk rasa nasionalisme,sampai bingung nih kak nyebut yang mana dulu.hehehe menurut gue juga itu program kurang realistis,nunggu segala kebutuhan dasar terpenuhi dulu baru buat program begitu(contoh suksesnya korea utara).
Menurut saya sebenernya esensi dari bela negara ini bagus. Kalo liat kondisi yang ada sih bela negara(bukan wajib militer) ini dibutuhin banget.
Saya termasuk yang pro dengan beberapa catatan.
1. Kalo diterapin buat pelajar dan harus di asrama, gimana kegiatan sekolahnya?
2. Instansi yg cocok ya bener sih dari tni, soalnya bingung nyari instansi yg lain yg sedisiplin tni. Yang ada kegiatan molor terus.
3. Kalo masalah anggaran ya emang harusnya bertahap, dan apa iya harus sebesar itu?
Kalo dengan adanya program ini bisa mengubah mindset pelajar, mahasiswa,ormas dan pegawai pegawai BUMN, kenapa gak kalo menurut saya.
Sekian terima kasih
kalo gue kurang setuju dengan program ini setelah tau kalo biayanya sebanyak itu (walaupun maksudnya baik), sedangkan negara ini masih banyak banget masalah yang belum terselesaikan secara itu semua untuk menyelesaikannya butuh biaya besar.
mending uang sebanyak itu digunakan untuk memperbaiki negara dulu deh. kalo negara udah baik, bagus, rapih, indah, maju dll pasti kita semua bakal cinta deh dengan negara ini 🙂
kan bela negara ga mesti kearah militer
kalo menurut aku, kenapa Indonesia gk menanamkan pendidikan karakter mulai dari dasarnya? (siswa TK, SD). Dengan dasar yang kuat dari awalnya, itu akan menciptakan perkembangan yang kuat pula kan? yang aku tau di negara maju seperti Jepang, mereka menerapkan pendidikan karakter yang kuat kepada adik-adik yang masih unyu2. Entah kemandirian, pendidikan sopan santun, berbahasa, ato tentang pendidikan kebangsaan. Kalo di Indonesia mah masi gitu2 aja, disuruh belajar berhitung, menulis, bahasa inggris pula. Kenapa pendidikan katakter seperti di Jepang itu tdk diterapkan di Indonesia coba?
Gue sih support-support aja ,tapi yg gue ga paham sejauh mana konteks ” bela negara” yang dimaksud, tapi yang gua liat masyarakat perbatasan emg butuh yg seperti ini (latihan militer), kalau kita yg bukan masyarakat perbatasan gak terlalu butuh latihan militer, tetapi menurt gua entah itu 20% atau 50% pun gue yakin sih latihan militer banyak manfaatnya bagi masyarakat perbatasan ataupun sbaliknya, karna gue yakin latihan militer besar kecilnya dapat menghapus sifat2 malas, tidak peduli lingkungan, peduli sesama dll .entah kenapa gue yakin program ini pun dapat dibilang revolusi mental besar2an kalau peserta bela negara terealisasi seperti apa yg direncanakan, tapi gue pun ga terlalu masalah juga jika program ini gagal karna memang terlalu makan banyak anggaran, tapi gue harap jika program ini tidak terlaksana setidaknya masyarakat perbatasan harus mendapatkan sentuhan dri program ini dengan nama yg berbeda mungkin, yang penting mereka harus mendapatkan pelatihan baik militer ataupun pendidikan.. itu point yg gue ambil..
Secara umum, saya setuju dengan diadakannya program ini. Terlepas dari latar belakang adanya ancaman militer, program ini lebik kepada pembentukan karakter masyarakat yang lebih realistis ketimbang program yang lain. Mungkin secara teknis pelaksaannya saja yang perlu disempurnakan lagi sehingga bisa cocok dengan masyarakat sipil.
awalnya setuju sama program baru pemerintah ini. tapi setelah tau angka yang di anggarkan untuk program sangat besar, rasanya kurang sesuai sama kondisi negara saat ini bang
Kalo menururt aku sih sebenernya lumayan bagus program bela negara, ya kan kita nggak tau kedepannya bakalan ada apa yg melibatkan peperangan, selagi emang masih bisa berlatih dan belajar mah nggak ada salahnya, sama sama menuntut ilmu. Tapi harusnya jangan dari segi itu dulu program yg diutamakan, tapi gimana caranya setiap warga negara itu bisa dapet pendidikan dan kehidupan yg layak. Terutama pendidikan, klo semua warga pada cerdas kan kita bisa melawan dunia dengan kecerdasan bukan dengan kekerasan
Halo kak glenn,
wah, kalau bela negara akan dilaksanakan sekitar bulan November 2015 – Juni 2016 saya gak setuju.
Soalnya, saya alumni dan lagi fokus belajar SBMPTN. Saya takut master plan yang sudah saya buat jadi kacau gara-gara ada bela negara selama 30hari.
akhirnya dibahas zenius hahaha mantap
Saya awalnya setuju dan tertarik mengikuti bela negara ini, tp setelah melihat argumen2 dari yg kontra dan dibutuhkan dana yg besar itu saya mulai gak setuju, mending buat bagusin pendidikan kita dulu terus sisanya buat ekonomi dan alutsista. klw hanya untuk membangitkan semangat NKRI saya rasa kegiatan2 kyk Pramuka, PMR dll udah cukup tinggal masukin aja materi2 PKN banyak2 ke situ. yah begitulah pendapat sederhana sy kak Glenn hehehe
Gue enggak setuju…
Proyek yang baru dikasih tau “kemaren” dan bakal diresmiin “besok”, guess what? ancoer. why? belum matang perencanaan dari mulai anggaran sampai tetek bengeknya. ana tau ini bagus buat ningkatin nasionalisme kita kaum muda, tapi lebih mudah wajibkan aja itu pramuka dan masukan dalam kurikulum. Ada proyek, ada dana. Mau berapa banyak dananya?
– 100jt kader dalam 10 taun, 10jt kader pertaun, 800rban per bulan, sedangkan tempat diklatnya cuma bsa nampung 600 orang, sisanya? proyek lagi.
– Tenaga pelatihnya ada berapa banyak biar sanggup melatih 800rban kader sekali sebulan?
– 100jt kader diadu sama 100 tank leopard ato 1 nuclear 10000 degree heat, menang mana hayo? :p
Inti dari tulisan ngawur ana adalah, lebih baik proyek P4 dihidupkan lagi dan wajibkan kembali pramuka, enggak perlu pake proyek bela negara lagi.
……….dibawah ini sangat tidak disarankan untuk dibaca………
Jangan ampe proyek ini buat cuci otak di pemilu mendatang biar milih pangeran kodok. (INI CUMA SAMPAH, GA USAH DITANGGEPIN YAK)
menurut gue lebih baik anggaran itu buat ngelengkapin alutsista TNI yang katanya masi kurang banget. Dan kalo mau menumbuhkan rasa cinta tanah air baiknya dimulai dari pemerintah dengan membenahi sistem pendidikan, mepraktikan good governance, mendukung anak-anak bangsa untuk mengembangkan dirinya, dll. Kalo dalam tubuh pemerintah sendiri masih kacau kayak sekarang udah sibuk mau bikin wajib militer pasti kacau. Ibaratnya lantai yang kotor tidak bisa dibersihkan oleh sapu yang kotor kan. Sesuatu yang baik pasti dihasilkan dari sumber yang baik juga.
bukannya tujuan program ini sudah dimasukkan ke dalam materi pembelajaran kurikulum 2013? cmiiw soalnya baru ngeh sekarang2 ini.
Menurut saya, program bela negara ini diganti sama program yang lain. Kita melihat konteks zaman yang sudah modern, masakah untuk membela negara kita menggunakan fisik kita? Kita berkaca dari negara adikuasa. AS dan negara adikuasa lain menggunakan pemikirannya untuk memajukan negara mereka. Bukan dengan fisik. Jadi menurut saya, mental dan otak kita yang dibina untuk kelangsungan negara ini. Kalau toh mungkin nanti akan terjadi konflik antar negara kita bisa ciptain robot atau senjata canggih biar fisik kita selamat…
Gw sih keberatan sm durasinya (1 bulan). 1 bulan tinggal di asrama TNI dan jauh dari rumah itu menurut gw bukan hal mudah karena banyak yg harus ditinggalkan. Bagi sekolah, pasti pusing juga ngatur waktu penyampaian materi karena terpotong 1 bulan program ini, belum ditambah pemotongan oleh libur lebaran, tahun baru, dan libur ujian praktek, libur UN, dan libur-libur latihan UN bwt kelas 1 dan 2 padahal materi yg harus disampaikan jg tidak sedikit. Belum lagi kebosanan yg melanda peserta (gw pernah ikut program LDKS menginap 3 hari di markas rindam TNI dan di hari ketiga gw udh suntuk banget pengen pulang). Belum lagi para pekerja yg harus meninggalkan pekerjaan dan keluarganya bwt ikut program ginian selama sebulan. Jd menurut gw, kalau program ini mendesak banget diadakan oleh pemerintah, durasinya jangan sebulan banget lah. Seminggu juga cukup kok.
Tapi menurut gw sih program ginian ga terlalu ngaruh banget sih karena kecintaan terhadap tanah air bukan tumbuh karena indoktrinasi pemerintah lewat program kerjanya tapi tumbuh dari hati pribadi masing-masing.
cinta negara seharusnya tidak dipaksakan, tapi harus timbul dari hati masyarakat itu sendiri
Kalo saya sih, mendingan program bela negara ini dijadiin kurikulum wajib, atau mata pelajaran wajib untuk di jenjang pendidikan (eg. TK, SD, SMP, dst.). trus, untuk yang udah ga menempuh pendidikan, (PNS dan Karyawan Swasta Misalnya) diadakan semacam diklat Bela Negara tiap 1 bulan sekali selama 2-3 hari, dilakukan di badan diklat masing2 daerah yang kerjasama dengan TNI/Kemenhan setempat.
Itupun yah, kontennya kalau bisa mendingan lebih titik beratkan pada Pemaparan Teori secara kreatif, interaktif dan interesting aja (Diskusi, adu argumentasi, dll). Kalopun ada pelatihan kedisiplinan atau outbond, dilakukan dengan have fun dan bukannya dengan physically exercises, dan jangan melebihi 10% dari total kurikulum, alias hanya sebagai wahana pengenalan saja.
Ingat!
1. Kita ini bukannya mau jadi anggota militer. prog ini bertujuan supaya kita mampu membela negara kita, bukan untuk angkat senjata. Menurutku, Metode indoor class with interactive and creative udah cukup buat menanamkan nilai dasar Bela Negara, tanpa membuat “masalah” baru dengan latihan fisik.
2. Sekarang jamannya penggemblengan dan persaingan otak, bukan lagi penggemblengan secara fisik. Mengingat jika kita pake fisik, sering disalahgunakan dan berakhir dengan pelanggaran HAM. Makanya skarang itu jamannya persaingan otak.
Trima Kasih, dan salam kenal semuanya 🙂
mantap lah
Mau berpendapat ya
Pelatihan semacam ini mnurut gw bagus sih untuk melatih attitude,tapi yg materi praktek lapangan ya(outbond,kerjasama,survival d hutan,dan latihan militer semacamnya),kalo materi di kelasnya g tau deh,pengalaman pribadi dlu waktu kuliah pernah ikut mapala,setelah ikut masa kaderisasinya,yah sedikit banyak ad jg perubahan sikap dan mental
Tapi kalau hal semacam ini diwajibkan kadang bingung jg sih, kalau bela negara itu didefinisikan sbgai melindungi negara dr ancaman luar,yg paling wajib membela ya pemerintah itu sndiri.Jadi sebenarnya kita,rakyat itu kan “bos” nya pemerintah.
Jadi kita,rakyat bekerja d bidangnya masing2,dari penghasilan tersebut disisihkan sebagai dana pajak untuk “ngebayarin” orang buat ngurus negara ini.dan orang yg kita bayar itu ya pemerintah dgn segala instrumen dan lembaga2nya,kan mereka pakai duit rakyat semuanya, jadi yg paling wajib secara teknis bela negara kalau ad ancaman y pemerintah itu sendiri
Dan setuju sama pendapat yg lain, kalau rasa cinta ya mungkin g bisa dipaksakan,memang tumbuh dgn sndirinya..,jadi mungkin hal ini tdk usah d wajibkan,kecuali mungkin ad urgensi tertentu
Kalo gw pribadi sih ingin ikut (untuk yg materi outbond),tapi niatnya ya dgn harapan supaya sikap dan mntal gw berubah jd lebih baik lg,kalau materi kelasnya masih aga skeptis,
Tapi kalo materi kelasnya belajar seperti gue blajar d zenius dan yg ngajar macam sabda,wisnu,dan tutor2 zenius lainnya,yah mau lah gw ikut program ini hahaha
Kalau Belnag beneran dibungkus kaya Wamil apa pemerintah bisa jamin ilmu dari kegiatan ini digunakan sebagai mana mestinya ?
Yang kita tau, masyarakatnya aja tanpa ada pendidikan kaya gini aja kalau tawuran bisa ekstrem banget.
Nanti gimana kalau beres belnag ilmu dipake buat hal ga terpuji ?
Menurut saya lebih tepat Sasarannya mau kemana… jika dibilang suatu kewajiban dan adA tes terkait kesehatan, notabene tidak semua orang itu sehat dalam artian non sakit jiwa, dan dilihat dari komposisi pendidik yg 80:20, kenapaprogram bela negara tidak dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan yg mempunyai jenjang dasar dan berkelanjutan daripada harus instan hanya sebulan
Kalo saya sendiri sih ngedukung banget program bela negara, JIKA tujuannya untuk kaderisasi, pembangunan karakter, dan penanaman nilai-nilai yang mungkin di sekolah-sekolah masih kurang diperhatikan. Mungkin dibuat modelnya kayak ospek waktu masuk kuliah yang menurut saya 90% nya teori, tapi pake marah-marah ngasitaunya. Keliatannya ospek kayak perploncoan tapi sebenernya punya tujuan buat ngebekalin mahasiswa-mahasiswa baru yang masih lugu (kayak saya hehe), supaya mereka bisa menghadapi dunia baru yang bakalan mereka masukin nantinya sekaligus untuk menanamkan rasa cinta tanah air yang keliatannya gagal ditanemin lewat pelajaran-pelajaran di sekolah. Terus kalo saya sendiri, ngeliat bela negara ini sebagai bentuk investasi negara dimana negara memberikan edukasi kepada masyarakat dengan harapan masyarakat menjadi lebih terbuka mindset nya, makin berpikir kritis, dan lebih cinta terhadap tanah airnya sehingga harapan untuk ke depannya adalah masyarakat dapat mengembalikan modal besar yang sudah dikeluarkan pemerintah tersebut dengan cara berkontribusi lebih untuk membangun tanah air. Karena itu, anggaran yang besar ini mungkin tidak perlu dijadikan masalah, HANYA SAJA jika bela negara ini berjalan dengan baik dan direncanakan secara matang, dan orang-orang di atas sana gaada yang mau korupsi.
Jadi menurut saya, intinya adalah bela negara ini bisa jadi bentuk investasi yang baik dari negara yang dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu masyarakat dan pemerintah jika memang pengeksekusiannya baik, dan biaya besar yang dikeluarkan juga dapat dimanfaatkan dengan baik. Aamiin
Mungkin kalo masalah dana yang terlalu besar, bs dikurangin dengan menurunkan target pencapaian pemerintah. Klo doi tadinya mau 100jt org dalam 10 tahun. Mungkin bisa di pangkas 50jt dalam 10 tahun. Kan katanya juga sarana prasarananya blm memadai untuk menampung peserta sbanyak itu. Overall gw sih stuju, tp mungkin teori agak di kurangin lg toh dr sd kita udh blajar kewarganegaraan. Mungkin lebih di gnti ke program kebugaran sperti joging pagi dan sore. Kan bs menghemat tenaga pengajar tuh, dpt tubuh yg sehat jg. Manusia juga kalo blajar trus dr pagi ampe sore ya pasti ga masuk ke otak.
Gue sebenarnya sih setuju, dan pasti banyak manfaat dari program ini khususnya bagi generasi muda dan umumnya untuk indonesia sendiri. tapi melihat dari beberapa kasus, indonesia sesungguhnya punya banyak program bagus tuh. tapi dalam prakteknya terkadang enggak sesuai dengan rencana. Dan gue rasa ga ada alasan bagi generasi muda buat nolak program beginian. bayangin aja pasti banyak banget ilmu yang kita dapet. Harapan nya program ini bisa terealisasi dengan baik. dan dana yang segitu gedenya bisa tersalurkan dengan baik tanpa tercecer kemana-mana.
Halo Yaksa, thanks atas komentarnya. Gua juga berharap program ini bisa berjalan efisien dan juga tepat sasaran. Untuk bagian yang “tercecer kemana-mana” memang masih jadi tantangan besar utk kemenham agar mengurangi adanya potensi oknum2 yg mau korup dari aliran dana ini. Untuk itu, diharapkan sebetulnya penyaluran anggaran dana ini bisa transparan, sehingga bisa dikontrol dan dievaluasi oleh siapapun 🙂
Jika tujuananya untuk memberikan rasa nJn? Batu liu miasionalisme saya setuju aja.. tapi kita juga harus melihat apa penyebab adanya miskin nasionalisne ini.. banyak anak muda sadar bahwa bapak bapak yang dia atas (mungkin juga pebgas bela negara). Adalh org yang membuat mereka bosan dengan keteguhan mereka pada nasionalismenya.. liat aja, kolusi nyogok biar jadi polisi dan ngelobi biar jadi pejabat tni (rahasia umum yg dimiliki oleh orang yg akan mengajarkan kita bela negara). Itu semua membuat masyrkat terutama anak muda (yang sebenarnya amat bernasionalisme sebelumnya). Merasa nasinalisme adalah ajang pembodohan saja.. belum lagi sejarah yang diputar balikan. Gmna mau jadi nasionalis kalo sejarah yang akan diajarkan saja adalah kebohongan?
Coba deh.. negara ini sudah terlalu lama naif. Gua gak trlalu seneng protes cuman kalo kek gini ya geli juga.
Sebenarnya ya bro
Saya bilang agak setuju. Di satu sisi, kalo dijalaninnya bener, rakyat harusnya bisa lebih bangga ama negaranya timbang sekarang. Sekarang aja nasionalisme masyarakat dah berkurang. Maka perlu adanya program buat membangkitkan rasa cinta negara.
Di sisi lain, kalo dari segi pelaksanaan pasti sulit. Butuh biaya gede banget. Dan kita gatau ini beneran bagus pelaksanaannya atau tidak. Trus buat apa pelatihan militernya? Kalo saya sih biar badan saya terlatih. Pengalaman nambah, skill militer ala MGS bisa didapat hahahaa *ngayal*
Lalu anak TK dapet pelatihan kayak gimana? Kita gatau.Yang saya takutkan adalah pelaksanaannya bener” bagus, bermanfaat atau justru sebaliknya.
ka, mau tanya, tapi OOT nih, gpp ya? kalau movie sama film itu ada bedanya? kalo ada, apa perbedaannya?
Jadi inget sesuatu. waktu kls 12 kemarin, pas jam olahraga kelas saya disamperin sama beberapa orang TNI. Ngobrol sedikit tentang disiplin dan tadinya mau ada latihan PBB tapi ga jadi krn waktu itu jam selnjutnya ada TO buat UN kalo ga salah. saya pikir apa itu salah satu usaha mereka untuk program bela negara ini?
yg saya tangkep Intinya Indonesia ingin melakukan revolusi mental secara besar-besaran pada seluruh masyarakat, tapi mulainya dari mana gitu ya, lalu siapa yang bisa mengendalikannya untuk terjun langsung (‘siapa yg mengendlikannya’ ini, menurut saya bisa jadi penentu berhasil tidaknya rencana ini). dan saya pikir untuk memulainya saya setuju jika pelaksanaanya dilakukan (bareng) bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya kepada anak sekolah dan di lingkungan sekolah saja.
Tapi yang perlu diperhatikan, pertama waktu pelaksaan kegiatannya. menurut saya lebih baik waktunya itu tidak ditumpuk sekali breg tapi bisa dilaksanakan secara rutin dan intensif. kedua bentuk kegiatannya itu sendiri yg harus bisa dinikmati sesuai kalangan-kalangan, dan dalam hal ini pembicara/pendamping sangat menentukan keberhasilan penanaman kembali jiwa-jiwa nasionalisme. Kedua hal ini diracik sedemikian mungkin sehingga mudah-mudahan dana yg dibutuhkan bisa seminimal mungkin.
Dan satu lagi, menurut saya jika hal ini tidak dilakukan sekarang, kankernya itu pasti akan sangat cepat menyebar dan menyentuh bagian tubuh Indonesia yg lain.
kaya negara komunis aja ada wajib militer ?
Gak semua negara yang ada wajib militer itu negara komunis.
Taiwan menerapkan sistem wajib militer padahal sistem pemerintahannya republik-presidensial.
hahaha, jangan dong. biar bangsa lain juga segen liat indonesia gertaknya serem nih
Menurut gue ini buang2 duit doang apalagi kalo ujung2nya ga tepat sasaran. Dan warga indonesia itukan buanyak buanget ditambah sama infrastruktur yang masih kurang memadai, pastika butuh uang yg banyak bgt gitu, ngerinya duitnya dikorupsi sama (ya taulah sama siapa). Gue sih ga setuju.
Setuju banget sih, tapi kalo dilihat dari dana yg segede itu nggak yakin dah kalo pelaksananya bakal jujur. Rencana yang baik tapi bisa saja proses amburadul. Sebenarnya Indonesia harus memupuk kejujuran dulu sebelum memulai sesuatu yg besar . Klo jujur udah tertanam mau apa apa udah enak, masyarakat bisa percaya 100% ke pemerintah
Bismillahirahmanirrahim
Assalamualaikum Wr,wb
Sebelumnya, saya ingin menceritakan terlebih dahulu terkait kondisi generasi muda saat ini, sekarang ini, rata2 pemuda indonesia dari TK,SD,SMP,SMA, dan Mahasiswa tidak ada yang tidak mempunyai gadget. Menurut saya, hal ini merupakan salah satu faktor peneyebab lunturnya rasa nasionalisme ( efek globalisasi) yang menyebabkan ketidakpedulian generasi-generasi penerus bangsa akan nasib bangsa ini kedepannya. Gadget sendiri sebetulnya dapat diambil sisi negatif dan positifnya, tetapi, kita kembali lagi ke masing2 individu, apakah dia mengambil sisi negatif atau positifnya. Untuk memperjelas argumen yang saya berikan, saya terlebih dahulu memberikan contoh mana dampak positif dan mana dampak negatif daripada gadget,menurut saya, dampak positifnya, dengan gadget dan teknologi yang makin lama makin berkembang saat ini, kita dimudahkan dalam berkomunikasi, mencari ilmu, dan yang intinya semakin memudahkan kehidupan manusia saat ini. Tetapi, dampak negatifnya yang menurut saya sangat berbahaya yaitu, gadget yang selama ini memudahkan mereka, membuat mereka semakin malas dalam menjalankan kehidupan, seperti bermain game online berjam2, malas untuk berkomunikasi dengan tetangga, malas untuk bekerjasama, malas untuk aktif dalam berorganisasi, dsb. Hal ini, tanpa kita sadari telah menghapus ciri khas dan karakter bangsa ini, yaitu ramah tamah, gotong royong, saling tolong menolong,dsb. Dengan hadirnya gadget dan teknologi yang makin lama makin berkembang, menurut saya, hal ini haruslah diketahui oleh masing2 individu untuk mengambil dampak positifnya, dan membuang jauh2 dampak negatifnya. Karena memang betul, modernisasi dan globalisasi sangatlah memberi dampak negatif yang sangat besar terhadap suatu individu kepada negaranya. Karena itu, saya sangat setuju dengan hadirnya program bela negara yang diadakan pemerintah ini, untuk mengembalikan rasa cinta tanah air yang sudah lama ini menghilang. Dan diharapkan kedepannya, dengan program ini, maindset generasi penerus bangsa ini dapat diubah kedepannya untuk menjadi individu yang lebih baik, dan cinta tanah air.
Wassalamualaikum Wr.wb
Maaf nih mau tanya, kalo semuanya wajib dan harus ikut bela negara, itu gimana cara alokasikan waktu dan ngedata orngnya yg harus ikut dalam waktu tersebut, dan itu semua bakalan ditanggung semua biaya hidupnya selama mengikuti ituu ? bagaimana misalkan klo para bapa” hehe kan mereka harus menafkahi keluarganya, sedangkan waktu bela negara ga sebentar (30 hari).
yaa kalo menurut ane sih ada bagusnya juga, tp emng pemerintah ga mikirin itu semua, emng pemerintah udh kaya bngt apa, klo biaya itu hampir 50 Triliun, mending dipake buat beasiswa TNI besar”an aja, merekrut banyak orng untuk kaum pemuda, itu kan bermanfaat juga buat negara sendiri, lagian klo misalkan orng” yg umurnya 35-59 thn ga terlalu penting juga, harusnya buat para kaum pemuda buat masa depan negara kita juga kan, bahkan bakalan lebih baik perkembangannya…
om (?) Glenn Ardi bahas soal penguatan pelemahan rupiah akhir akhir ini donk
Jadiii aku setuju setuju aja sih sama program bela negara ini. Emang pada kenyataannya rasa nasionalisme dan identitas bangsa mulai pudar jadi program ini perlu digalangkan. Tapi, apa harus kita tinggal di asrama selama sebulan? Bukannya itu makan anggaran? Mungkin ada alternatif lain seperti pelatihan bela negara lewat program per RT/RW . Menurutku, kebijakan bela negara ini perlu di persiapkan lebih matang lagi, soalnya terkesan mendadak wehehe. Menurut aku, program bela negara juga ga harus dengan pelatihan kayak gini, bisa lewat kesenian, pendidikan atau yang lainnya.
Sebagai pelajar, menurutku pelajaran PKn sebagai salh satu sarana pendidikan bela negara masih dianggap membosankan bagi mayoritas pelajar sehingga kurang optimal. Mungkin yang perlu diubah mengenai pelajaran PKn ini ya.. mindset muridnya sendiri dan mungkin cara penyampaian guru2.
Niatnya sudah bagus, hanya saja pelaksanaannya terlalu terburu-buru, sarana dan prasarana serta sebagian masyarakat sepertinya belum siap. cuman yang jadi pertanyaan saya bagaimana dengan keluarga yang ditinggalkan selama 30 hari?yang menafkahi keluarganya siapa? kalau yang punya pekerjaan tetap dan punya pendapatan tetap tiap bulan mungkin tidak masalah, tapi jangan lupa banyak warga negara kita yang penghasilannya hanya berdasarkan dari upah pekerjaan harian, contoh paling gampang saudara kita yang berprofesi sebagai tukang parkir, satu hari aja tukang parkir tidak bekerja pasti hari itu juga tidak akan bisa menghidupi keluarganya. jika dikatakan asumsi alokasi dana Rp 10 juta per peserta, apakah Rp 10 juta itu dana yang dihabiskan selama mengikuti kegiatan atau dibawa pulang setelah selesai mengikuti kegiatan tsb???? saya sangat sangat sangat bingung..
Bagi gue bela nasionalisme itu delusi, jadi gue gak peduli sama program bela negara.
Eh tapi karena usia gue masuk ke dalam katagori wajib mengikuti program, maka gue memilih untuk menolak program bela negara.
Sebenernya kenapa Indonesia perlu banyak usaha untuk membuat rakyatnya cinta negaranya sedangkan di luar sana banyak negara yang pkn aja gak ada tapi masih maju-maju aja?
butuh dana besar jelaass.. yaah peluang korupsi. hem
gue sih setuju banget sama program ini, tapi untuk kondisi indonesia saat ini kayaknya belum tepat aja kalo diterapin sekarang, tapi disisi lain sih indonesia juga butuh ini, gue sih takutnya ada problem saat program ini berjalan dimana problem tersebut bisa nge-stuck nih program. liat sikon kedepan ajadeh
Apakah saya mendukung program bela negara ini?
Jawaban: Bingung juga sih. Setuju iya, tidak setuju juga iya.
Alasan saya setuju?
Jawaban: Jaman sekarang, kaum muda makin tidak bermoral dan tidak peduli akan bangsa. Narkoba, pergaulan bebas, kriminal, unjuk rasa yang membabi buta, bully-ing, diskriminasi, rasa kecintaan pada tanah air yang makin loyo, dan lupa akan pancasila merupakan hal yang sedang dihadapi oleh negara untuk menyadarkan para kaum muda agar bermoral dan mengajak serta mereka untuk membela negara. Intinya sih, untuk memperbaiki kedisiplinan kaum muda yang makin menikung dari moral. Program ini akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki para kaum muda.
Alasan saya tidak setuju?
Jawaban: Anggaran militer yang belum terpenuhi, tapi sudah ingin membentuk program raksasa yang alokasi dananya raksasa pula. Jika sudah disebutkan anggaran, faktanya sudah ada diatas dan kita pun sudah sangat mengerti akan masalah anggaran. Masalah penyelenggara nya oleh Menteri Pertahanan atau siapapun, menurut saya sih, tidak perlu dipermasalahkan. Toh, mau siapapun itu, semuanya bisa berhubungan mengenai program bela negara, mau menteri pertahananan, menteri pendidikan, itu tidak menjadi masalah.
Condong saya lebih kemana?
Jawaban: Masih sulit memilih sih.
Jadi, lebih baik gimana?
Lebih baik, program bela negara ini diimplementasikan lewat perantara sekolah dibantu oleh personil keprajuritan. Kurikulum bela negara yang 70-80% teori dan 20-30% “praktek” ini bisa dibantu oleh sekolah, misalnya lewat perkemahan sabtu minggu, atau perkemahan 1 minggu bela negara pada minggu-minggu tertentu (misalnya pada minggu ke-3 bulan Agustus selalu bertepatan dengan 17 Agustus, maka perkemahan 1 minggu bela negara ini bisa dilaksanakan pada minggu itu), atau lewat penambahan jam pada pelajaran PKn, pokoknya implementasinya bisa dilakukan lewat sekolah dibantu personil pemerintah dan keprajuritan, dan para peserta (khususnya pelajar) WAJIB mengikutinya.
Saran saya ini sih, masih belum sempurna karena hanya untuk pelajar. Kalau PNS, ORMAS, dan lain-lain saya masih belum menemukan solusi bagusnya. Tapi jika untuk pelajar sih, saran dari saya mungkin cukup setidaknya untuk implementasi program bela negara.
Terima Kasih
Revolusi mental emg perlu di Indonesia, menciptakan rasa
nasionalisme emg perlu buat Indonesia. Tapi, apakah program bakal menjamin? Dengan
anggaran yang… dan actnya yang masih belum kepikiran.
Selama 30 hari itu peserta bakalan seminar terus.. atau turun
langsung ngeliat kondisi negri tercinta ini atau bagaimana? Jangan sampai nanti
kalau program ini dilakukan malah jadi membosankan dan menjenuhkan.
Dan juga memangnya pelajaran PKn nggak cukup? Padahal dari
SD sampe SMA diajarkan terus. Yah entahlah, lebih baik lunasi dulu hutang negara
haha *sok tau*.
Sebenerny, pendidikan bela negara bukannya udh ada di pelajaran PKn SMA? Menurut saya itu udh ngasih cukup pengetahuan tentang apa itu bela negara, mengapa kita wajib ikut bela negara, pentingnya bela negara, manfaatnya bagi kita negara. Kalau masih merasa kurang, cukup tambahkan saja di kurikulum pelajaran PKn atau masukin juga ke pelajaran SMP.
Lgipula, klo memang yg mau lbh diajarkan itu teori, jauh lbh efektif diajarkan guru (yg memang selama ini lebih terbiasa ngajar teori dibanding praktek) dripada TNI yg terbiasa turun di lapangan.
Apalagi masalah pendanaannya. Drpd mendanai penyebaran TNI ke pelosok” buat ngasih pendidikan satu” ketika mereka ada urusan lain yg lebih penting (yaitu mempertahankan negara secara militer).
So far dgn mekanismenya yg terlalu imajinatif, saya kontra.
Dengan sumber-sumber data yang diberikan zenius, sementara saya setuju sama program ini. Dalam bidang olahraga, fasilitas umum, pembangunan, dll Indonesia memang masih jauh dengan apa yang diharapkan oleh warganya, dan akhirnya menimbulkan nasionalisme warganya berkurang, tapi dengan diadakannya program bela negara ini diharapkan bisa meningkatkan kembali rasa nasionalisme warga indonesia dan kita semua bisa terpacu untuk memberikan sesuatu yang baik untuk negeri kita, bukan cuma mencemooh. selain itu, semoga bela negara ini juga bisa mengajarkan bahwa indonesia itu sangat sangat bermacam-macam, bisa saling menghargai antar warga negara itu juga penting, dan tidak ada lagi konflik tentang SARA di Indonesia.
Saya setuju dengan pendidikan seperti ini. Program Bela Negara dipandang sebagai jalan tengah bagi Negara yang belum siap melaksanakan program wamil namun namun sangat perlu diadakan program yang mampu mengkonsolidasikan seluruh lapisan rakyat untuk mencapai tujuan nasional seperti Indonesia. Ditambah lagi Negara kita makin banyak tantangannya kayak ISIS, MEA, DSB sehingga nasionalisme perlu ditingkatkan. Saya juga ingin menyinggung masalah HAM. Menurut saya Program Bela Negara ini tidak ada sangkut pautnya dengan HAM karena ini adalah kewajiban setiap WNI sesuai dengan pasal 27 UUD ’45 ayat 3. Sayangnya saat ini masyarakat terutama kaum muda dididik dengan material Hak/HAM dan kurang menekankan pada Kewajiban Warga Negara sehingga jika ada program seperti ini banyak yang menganggap pelanggaran HAM. Masalah dana, aggaran untuk militer saat ini cukup rendah, menurut Center for Strategic and International Studies Lis Gindarsah setidaknya anggaran untuk militer 1,5% dari GDP namun buat tahun depan aja anggaran sekitar 120 t (http://jakartagreater.com/anggaran-militer-indonesia-2016/) oleh karena itu pemerintah harus meningkatkan anggarannya dan bukan berarti program bela Negara dihapus karena tidak ada yang salah dengan program ini toh ada dana abadi sisa APBN yang belum terserap sembari menunggu anggaran militer diperbesar. jika melihat Negara maju seperti Prancis, Jerman, Belanda dll yang menghapus wamil karena memang tidak diperlukan lagi di Negara mereka. negara jerman, prancis, belanda dll yang sudah memiliki pakta militer, proyeksi militer paling maju di dunia dan kecanggihan teknologi sudah tidak perlu wamil lagi ditambah mereka punya kepentingan dan pendirian bersama. sedangkan Indonesia yang kebalikannya perlu wamil, karena Negara kita punya nilai2 nasionalisme dan kepentingan bangsa yang perlu dipertahankan. #latepost
sebenarnya, penerapan program bela negara ini sudah benar. akan tetapi, sistemnya yang perlu dibenahi. sekarang ini, seperti yang telah diketahui bersama, pendidikan kewarganegraan dan pancasila sebenarnya sudah ada di jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi. Nah, kalau sudah ada program yang “mirip” dengan program yang akan dibangun oleh Kemenham (baca:bela negara), kenapa perlu membangun lagi dari awal?. akan tetapi, menurut pengalaman saya dulu dari SD sampai dengan di perguruan tinggi sekarang ini, pendidikan kewarganegaraan dan pancasila tersebut tidak mendapatkan perhatian yang serius dari siswa ataupun mahasiswa itu sendiri serta kurang memberikan dampak yang tepat. kalau program yang seperti itu dan sudah ada sejak lama saja masih amburadul, ngapain mau buat yang baru. berkaca dari hal ini, alangkah baiknya jika pemerintah perlu membenahi sistem pendidikan yang dalam hal ini dalam konteks bela negara yang ada di jenjang pendidikan SD sampai dengan Perguruan tinggi dahulu sebelum menerapkan program bela negara yang lain. terimakasih.
Kalo menurut gua pribadi sih kak, mendingan uangnya dipake dulu buat memenuhi kebutuhan TNI yang banyak kurangnya. Daripada buat program bela negara. Gapapa sih dilaksanain, tp apa ngga lebih baik kalo kebutuhan pokok di utamain? Kan mereka itu yg berperan besar menjaga keamanan negara. Lagian, kalo semisal programnya ditunda kan bisa juga bela negaranya lewat sekolah, media massa dll. Kan lebih menghemat uang negara, toh sekarang semua udh punya tivi, sosmed juga. Kan lewat kaya gitu juga bisa. Ngga harus terjun langsung. Menurut gua sih gitu :3 Jadi mendingan programnya di pending dulu, kapan-kapanlah kalo perekonomian negara udah stabil.
anggaran nya kebanyakan deh, ya ane setuju sama salah satu argumen yang kontra terhadap program bela negara ini. takutnya ini menjadi sarana baru untuk melakukan korupsi, disitu titik kekhawatiran dalam program ini. opini ane sih ini, mungkin anggaran segitu bisa dipergunakan untuk hal yang lain, seperti mengurangi jumlah hutang negara mungkin, atau jika ingin menciptakan generasi yang mencantai tanah air, bangsa dan negara atau memupuk rasa nasionalisme bisa dilakukan program lain selain Bela negara ini, menurut saya program ini kurang efektif dan terlalu memakan banyak anggaran. sedangkan disatu sisi kita masih memiliki kebutuhan yang lain.
berhubung gw udah pernah jalanin yang namanya bela negara di Pussenif Infantri Cimahi, Bandung so gw setuju setuju aja. let’s try. banyak manfaatnya kok buat diri kalian, apa lagi buat remaja sekarang yang kebanyakan ngalamin degradasi mental dan moral.
>saya sangat setuju dengan diadakannya pelatihan bela negara. Mengetahui latar belakang keadaan sekarang yaitu era globalisasi dan modernisasi, generasi muda kita dijejali doktrin2/pengaruh2 bangsa luar, hal itu mengakibatkan lunturnya jiwa patriotisme dan nasionalisme kita dan jika tidak dibenahi segera tentunya akan berakibat fatal untuk masa depan bangsa. Kemudian faktor semakin lemahnya mental negara kita baik tua maupun muda, yaitu dengan dibuktikannya semakin marak korupsi, kolusi, tawuran antar pelajar, hingga perbuatan kecil seperti kebiasaan mencontek, melanggar aturan, membuang sampah sembarangan, dll. Jika kita melihat masyarakat diluar sana, mereka mematuhi peraturan karena keadaran mereka/mental, bukan karena diperhatikan orang lain. Oleh karena itu kita harus berusaha mengubah mental generasi muda agar kembali pada pendahulu kita (para pahlawan) yang memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme tinggi.
>Kalau kita bicara soal pendidikan indoor mengenai pembekalan teori2, pemecahan masalah yang kita lakukan dari SD-SMA dampaknya dirasa kurang efektif. Jujur saja, hal2 pelatihan kepemimpinan, pelatihan lapang lainnya yang dilakukukan di Organisasi lebih mengena untuk karakter siswa2. Hal itu membuktikan bahwa pengalaman yang menyangkut pendidikan lapang lebih efektif dilakukan.
>Masalah anggaran, mungkin program bisa dilakukan secara bertahap, dan melihat bagian mana yang lebih diprioritaskan seperti daerah perbatasan yang sangat krusial serangan negara tetangga.
kalo saya mendukung program bela negara ini karena melihat kondisi warna negara Indonesia yang sudah kebelinger sifat dan perilakunya. banyak remaja yang sudah tidak memiliki rasa cinta tanah air, hal yang paling gampang kita lihat adalah dari cara mereka berpakaian dan cara mereka berbicara. bela negara perlu dilakukan agar negara ini tidak terpecah belah, akan tetapi dalam pelaksanaannya sayang kurang stuju apabila yang mengadakan adalah dari pihak militer, ditakutkan nanti adalah model pelatihan yang dipakai adalah pelatihan yang dilakukan di militer. salah 1 teman saya sudah pernah mengikuti bela negara ini, beliau bilang selama mengikuti pelatihan bela negara ini mereka digembleng tentang kedisiplinan, dan lain-lain akan tetapi masih terasa aroma-aroma kemiliteran. jadi menurut saya bela negara itu penting karena melihat kondisi bangsa saat ini, akan tetapi dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan apa yang diatur dalam undang-undang.
melihat dari apa yang terjadi pada kita sekarang ini, saya rasa perlu adanya program/kegiatan yang bisa membuat kita berteriak “NKRI HARGA MATI” sekali lagi. Di mana pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika berdiri tegak lagi di Tanah Air ini…