Hai hai, Sobat Zenius! Udah ancang-ancang buat SNMPTN belum, nih? Kalau mau lolos SNMPTN, kamu memang harus persiapin diri dari sedini mungkin. Tapi kalau kamu belum ada bayangan soal SNMPTN itu kayak gimana, Zenius udah nyiapin berbagai cerita dari para pejuang SNMPTN nih.
Kali ini Zenius mau sharing tentang pengalaman alumni Zenius bernama Muhammad Syafil al Afdad. Di SNMPTN 2022, lulusan SMAN 2 Kota Serang ini diterima di Universitas Diponegoro jurusan Teknik Kimia. Keren banget, ya!
Yuk, kita simak perjuangan sosok yang akrab dipanggil Afil ini untuk lolos SNMPTN 2022.
Coba dong, ceritain pengalaman kamu waktu ikut Olimpiade Kimia waktu SMA.
Jadi yang dipelajari tuh aku lomba kimia (OSK). Nah, seleksinya dari kelas 10, guru menilai aku dan dua temanku bisa. Setelah itu kelas 11 aku ikut lomba itu. Sebelumnya aku belajar dari jam 7 malam sampai 1 malam, prepare agar bisa lolos olimpiade tingkat kota. Akhirnya pas olimpiade sayangnya aku tidak lolos.
Namun walau tidak lolos, yang aku rasakan manfaatnya adalah semangat berjuang, belajar, jadi hal itulah prioritas utama bagi aku ke masa depan. Bukan pas SMA-nya, tapi semangat itu yang bikin aku ingin tambah kuliah jauh.
Karena fokus belajar buat lomba, aku sempat jadi kehilangan teman. Aku enggak bisa ketemuan sama teman-teman karena aku kayak udah diamanatkan guru buat lomba, jadi mau enggak mau harus totalitas.
Hasilnya mah masalah nanti, yang penting aku sudah ikhtiar, udah totalitas agar bisa membanggakan nama sekolah, walaupun tidak menang ya. Jadi ya sampai sekarang mindset bahwa harus tetap semangat belajar dan itu masih tertanam dalam diri aku.
Gimana ceritanya waktu kamu nyaris gagal SNMPTN?
Jadi aku sempat merasa gagal, soalnya awalnya mau masuk kayak jurusan kimia murni atau teknik kimia terdekat tapi ternyata udah ada temen di situ. Aku merasa enggak enakan gitu, tapi harusnya mah aku memprioritaskan diri sendiri. Merasa gak benar-benar totalitas nyaris jadi penyebab gagal SNMPTN.
Apa yang membuat kamu sulit fokus untuk SNMPTN?
Pas mau SNMPTN itu aku ter-distract, kayak main terus pas kelas 11 itu. Tapi pas kelas 12 itu terdistraksi karena temen banyak ajak main, nongkrong. Tapi ya aku mikir ini masalah masa depan, itu yang bikin aku mikir, “ah main mah bisa nanti-nanti”. Ternyata ya benar. Sekarang aku merasa bangga sama diri sendiri.
Afil berusaha sangat fokus untuk ikut SNMPTN, apa dampaknya?
Aku jadi merasa kehilangan, ada penyesalan juga, soalnya kan temen-temen aku itu dari MTS. Aku sering main tiap minggu, tiap bulan sering jalan, tapi karena SMA ini aku fokus belajar, jadi aku kehilangan banyak temen.
Waktu aku benar-benar fokus sama SNMPTN, tapi harusnya mah aku bisa bagi waktu, bisa manajemen waktu. Itu penyesalan aku, terlalu fokus belajar sampai aku lupa ada soft skill yang harus dimiliki mahasiswa, kayak belajar public speaking. Itu juga menurut aku di perkuliahan itu penting, bukan hanya belajar, tapi untuk punya link nanti buat bersosialisasi dibutuhkan.
Apa momen ketika Afil merasa sangat putus asa?
Momen menurut aku putus asa itu pas kelas 1 SMA. Aku merasa aku nggak tau mau ke mana. Aku tersadarkan masa depan apakah cerah atau gelap, aku itu sering tidur malem mikir hal nggak jelas, soalnya aku galau aku bakal jadi apa, aku nggak ngerti, apa tujuan hidup aku selanjutnya.
Gimana cara bangkit dari keterpurukan menurut Afil?
Masuk SMA itu aku jadi terpuruk karena aku jadi introvert. Aku belajar materinya dikit doang. Terus merasa, “apa sih tujuan aku”. Aku nggak tau tutor yang tepat, nggak ada arah, jadi aku takutnya di masa depan karena nggak ada arahan aku jadi bingung, terus aku ketemu sama Zenius.
Di Zenius tuh awalnya bukan masalah pendidikan dulu, tapi live class gratis yang tentang kayak ngebahas masa depan. Pas nentuin jurusan juga aku pas topiknya itu apa sih perbedaan kimia murni, teknik kimia, sama pendidikan kimia. Awalnya aku bingung trus di situ aku merasa terbantu, “oh ini loh bedanya tiga jurusan itu”. Jadi karena Zenius itu aku bisa paham sendiri dan aku bisa jelasin ke temen-aku bahwa Zenius itu bagus, jadi kita bisa paham walau bukan tentang pelajaran tapi ada hal lain yang menunjang kehidupan kita.
Di masa keterpurukan itu, siapa sih yang bantuin Afil?
Yang ngebantu aku dalam keterpurukan itu adalah orang tua, soalnya orang tua aku tuh mereka menasehati aku tapi tak membebani. Soalnya pas jurusan itu aku bebas milih, nggak dipaksakan, yang penting orang tua tau aku mau ke mana, yang penting nggak jauh dari kemampuan aku. Temen-temen juga support, soalnya di lingkungan tuh nggak ada yang toxic, nggak ada yang berdampak negatif, aku jadi lega, aku punya pilihan. Yang penting pilihan yang aku ambil ini harus yang aku pikir matang dan aku bisa jelasin ke orang tua apa sih jurusan yang aku pilih itu.
Apa motto hidup Afil dan apa pesan untuk teman-teman yang masih berjuang?
Jadi motto hidup aku tuh, “Keep learning to make dreams come true”. Kenapa aku pake kata learning, karena aku merasa itu hal umum, bukan masalah belajar doang. Aku merasa makna belajar itu bisa public speaking, masalah soft skill, itu yang ternyata harus dikombinasikan dengan belajar.
Aku merasa kalau belajar doang, tidak bisa menyampaikan ke temen-temen, tidak bisa bermanfaat ke sekitar kita. Aku juga merasa aku masih muda, aku punya impian banyak, aku harus totalitas, aku harus siap untuk menghadapi masa depan. Quotes itu yang bikin aku semangat untuk menuju masa depan nanti.
Gimana menurut kamu soal cara belajar Yang Penting-Penting Aja?
Jadi pas aku pake Zenius pas kelas 11, aku tuh merasa ada hal yang salah saat belajar itu. Soalnya aku belajar banyak banget tuh sampe keteteran. Aku merasa semuanya harus dipelajari dan dihafalin. Tapi pas pakai Zenius, aku merasakan belajar itu harusnya konsepnya yang dikuatin, baru hal lain. Belajar itu nggak semuanya harus dikuasain, karena pas UTBK aku juga merasa nggak semuanya keluar. Cara belajar efektif dan efisien itu yang penting kita tau konsep-konsep dan paham intinya.
Aku merasa Zenius tuh ngebantu banget, ngebuat aku belajar lebih efektif. Soalnya dulu pas aku belajar tuh semua pelajaran aku pelajarin, semuanya mau nggak mau harus paham, seluk beluknya. Terus pas aku pake Zenius, ketemu tutor-tutor yang hebat, ternyata belajar tuh harusnya yang penting-penting aja. Soalnya belajar itu, konsepnya kuat dulu, baru kita belajar yang lain.
Siapa Zen Tutor favorit kamu?
Dari sejak pakai Zenius, tutor favoritku tuh Kak Joshua. Itu aku iseng buka Zenius sore-sore lagi live Kak Joshua. Aku merasa live class Zenius tuh kondusif. Terus juga pas aku nanya di live chat ternyata Kak Joshua tuh aktif, dia langsung bales pertanyaan aku.
Aku juga mikir dia kompatibel dan dia punya kompetensi buat ngejawab pertanyaan aku. Jadi di situlah aku merasa wah ini tutor favorit aku, dia asik. Walaupun materinya susah menurut aku, tapi setelah ketemu Kak Joshua, dia ngejelasin inti-intinya, di situ aku jadi bisa, aku jadi yakin dan semangat di biologi itu.
Jadi buat kalian, aku rasa nggak salah kalian memilih Zenius, harusnya kalian coba sendiri karena ini hal yang efektif daripada membuang waktu, belajar 10-20 menit itu hal yang berguna.
Goals apa yang ingin Afil capai?
Aku pengen aku gede pas ngambil jurusan Teknik Kimia aku berkecimpung bekerja di energi terbarukan. Soalnya menurut aku kita tuh nggak bisa terus bergantung ke batubara atau minyak bumi. Aku merasa harus ada inovasi, harus ada gebrakan untuk energi terbarukan. Jadi di situ aku pengen ngerasain berkecimpung di dunia itu untuk membuat Indonesia lebih baik dan bebas polusi.
Bagaimana cara Afil menyikapi kegagalan dan pesan untuk teman-teman yang sedang menemui kegagalan?
Pas aku merasa gagal, aku di situ merasa kayak depresi, ada di titik bawah. Waktu itu aku nggak bisa gitu bersosialisasi sama temen-temen. Menurut aku kegagalan itu jangan dijadikan titik akhir. Di situ aku belajar saat aku tidur malam, itu aku bertanya-tanya apa sih makna kegagalan.
Dan yang aku pikir sekarang itu adalah kegagalan itu bukan akhir dari segalanya, karena yang jadi akhir itu adalah menyerah. Jadi pada saat kita bertemu dengan kegagalan, kita tuh harus mikir apa sih solusi dari kegagalan itu, apa sih yang membuat semangat lagi.
Aku merasa saat aku merasa gagal, aku nggak boleh menyerah, aku nggak boleh berhenti di situ. Dan aku harus cari cara bagaimana aku nggak jatoh di lubang yang sama. Jadi aku tetap harus semangat dan optimistis.
Nah Sobat Zenius, itu dia pengalaman dari Afil yang kini diterima di Universitas Diponegoro. Semoga menginspirasi kamu, ya. Oya, kalau kamu mau ikut program belajar seperti Afil, kamu bisa coba langganan paket Zenius Aktiva Sekolah. Di situ kamu bisa tanya jawab langsung sama Zen Tutor yang asik, dapet akses ke ribuan video premium, tryout, rangkuman soal dan keuntungan menarik lainnya. Caranya tinggal klik button di bawah ini, ya!
“Keep learning to make dreams come true.”
Muhammad Syafil al Afdad, Alumni Zenius
Leave a Comment