Apakah elo udah pernah dengan nama Al Capone, gangster terkejam sepanjang sejarah Amerika? Yuk, simak perjalanan hidup Al Capone!
Halo, Sobat Zenius!
Beberapa waktu lalu, gue nemu channel YouTube yang nyeritain film The Untouchables (1987). Film itu nyeritain tentang tim agen federal Amerika Serikat yang berjuang buat nangkap gangster terkenal di Chicago, Al Capone.
So far, ceritanya menarik. Gue suka sama film yang punya tokoh antagonis yang powerful, tetapi ngeselin. Al Capone mewakili semua itu.
Gue pun browsing tentang Al Capone. Keluarlah titel Al Capone sebagai gangster terkenal dan paling kejam sepanjang sejarah Amerika. Coba aja deh elo ketik “the most famous gangster of all time”, nama pertama yang nongol adalah Al Capone.
Jadi, kali ini, gue mau nyeritain Al Capone; bagaimana kisah hidupnya dari nol sampai jadi gangster. Sebrutal apa sih dia, sampai disebut sebagai gangster terkejam sepanjang sejarah?
Perkenalan dengan Dunia Gangster
Al Capone lahir sebagai anak dari pasangan imigran asal Italia, Gabriele dan Teresina Capone. Capone lahir pada 17 Januari 1899, dan tumbuh besar di Brooklyn, New York.
Waktu kelas enam, Capone nggak naik kelas dan pernah memukul guru perempuannya. Dia kemudian dikeluarkan dari sekolah dan nggak lanjut sekolah lagi. Gue waktu kelas 6 SD mah suka minum es Fanta sama beli telur gulung.
Setelah dikeluarkan dari sekolah, Capone kerja jadi pegawai toko, buruh pabrik, sampai pemotong kertas. Sebagai remaja, dia juga nggak lupa buat main sama teman. Mainnya sih enggak mabar, tetapi nongkrong sama gangster.
Capone langsung gabung dua geng sekaligus, yaitu South Brooklyn Rippers dan Five Points Juniors. Keduanya adalah geng remaja yang terkenal suka ngerusak dan ngelakuin tindak kriminal kecil-kecilan di kota.
Baca juga: 10 Film Biografi Sejarah yang Keren Banget
Perkenalan dengan Johnny Torrio
Selain gabung kedua geng itu, Al Capone juga jadi anggota geng James Street Boys, yang dipimpin oleh Johnny Torrio. Torrio adalah salah satu pelaku organized crime (kejahatan terorganisir) top di Amerika.
Torrio tahu kalau Capone adalah anak tahan banting. Dia nawarin teman mafianya, Frankie Yale, buat menjadikan Capone sebagai anak buahnya. Capone kemudian kerja jadi bartender di rumah bordil milik Yale, pada usia 18 tahun.
Btw, Capone terkenal dengan julukan “Scarface”, panggilan yang paling nggak disukai. Suatu hari, ada laki-laki dan perempuan yang duduk di dekat meja bartender. Capone yang waktu itu jadi bartender, nyoba menggoda perempuan tersebut. Namun, Capone gak digubris.
Karena merasa dicuekin, Capone nyoba menggodanya lagi dan membisiki kalimat yang bikin lelaki di sebelah perempuan itu mendengarnya. Dia adalah kakak si perempuan yang juga merupakan penjahat lokal, Frank Galluccio.
Galluccio marah, adiknya digodain dengan kalimat yang nggak senonoh. Dia pun langsung memukul Capone. Capone nggak terima dan mencoba melawan Gallucio.
Gallucio langsung ngeluarin pisau dan melukai pipi kiri Capone. Hasilnya, tiga goresan dari telinga ke mulut Capone. Bekas luka itu yang bikin Capone dijuluki “Scarface.”
Baca juga: Pengadilan Nuremberg: Awal Mula Persidangan Internasional Terhadap Tokoh Nazi
Jadi Tangan Kanan Torrio
Setahun setelah insiden “Scarface”, Al Capone tobat dari dunia gangster. Dia nikah dan punya anak. Capone ingin jadi suami dan ayah yang baik buat keluarganya.
Namun, semesta kayaknya nggak berpihak sama niat baiknya. Baru setahun tobat, ayah Capone meninggal. Dia merasa kehilangan dan stres. Capone pun nyemplung lagi ke dunia gangster.
So, ketika Torrio ngundang dia buat datang ke Chicago, markas barunya, Capone langsung cus aja. Torrio resmi jadi bos baru Capone.
Di Chicago, Capone jadi tangan kanan Torrio. Capone ngebantu menjalankan bisnis perjudian sampai prostitusi milik Torrio. Hidup Capone semakin keras setelah ini.
Jiwa kreatif para mafia diuji ketika era Prohibition. Pada era ini, Kongres Amerika Serikat mengesahkan Amandemen ke-18. Isinya, pemerintah ngelarang untuk membuat, menjual, mengangkut, dan menyelundupkan minuman keras di AS.
Minuman keras yang dilarang adalah alkohol yang memabukkan. Sementara itu, alkohol yang tujuannya buat pengobatan, upacara keagamaan, dan industri, masih boleh diproduksi. Amandemen ini secara resmi berlaku pada 17 Januari 1920.
However, banyak orang Amerika yang masih menginginkan alkohol buat dikonsumsi. Para mafia menggunakan peluang ini buat bikin bisnis baru. Mereka memproduksi dan menjual minuman keras bajakan, serta membuka bar minum ilegal.
Selain itu, mereka mengakali dengan bikin obat palsu, kemudian dijual ke toko obat. Padahal, yang dijual itu adalah minuman keras Para gangster juga nyelundupin alkohol ilegal dari luar negara, seperti Bahama, Kuba, sampai pulau-pulau Prancis.
Bukannya bisa menertibkan warganya, kebijakan Prohibition malah bikin bisnis minuman keras ilegal berkembang pesat. Organisasi kejahatan justru semakin meluas dan kuat di Amerika Serikat.
Torrio jadi gangster yang sukses besar dalam bisnis ilegal ini. Al Capone jadi orang kepercayaan Torrio buat melancarkan bisnis. Dia nyelundupin minuman keras ke toko-toko, klub malam, tempat prostitusi, bahkan keluar negara. Capone berusaha keras buat jadi anak kesayangan Torrio.
Pada akhirnya, Torrio emang luluh sama Capone. Pada 12 Januari 1925, Torrio diserang oleh mafia saingan dan nyaris terbunuh. Dia kemudian mutusin buat pensiun dan balik ke Italia. Torrio menurunkan takhtanya kepada Capone.
Jadi Bos Mafia
Di usianya yang baru 26 tahun, Capone jadi bos mafia besar di Chicago. Dia ngurusin rumah prostitusi, klub malam, tempat perjudian, restoran, sampai pabrik bir. Pokoknya, semua bisnis Torrio diserahkan ke Capone.
Dari bisnis miras bajakan dan penyelundupan, Capone dapat uang 100 juta dolar Amerika per tahun, setara dengan 1.430 triliun rupiah per tahun. Gue nggak bisa bayangin, bentuk uang 1.430 triliun itu kayak gimana.
Capone langsung menjadi celebrity gangster. Dia suka menampilkan kemewahan dan terekspos publik. Pers jadi suka ngikutin dia ke manapun.
Bos mafia Chicago tersebut juga suka menampakkan dirinya orang yang “dermawan”. Dia suka ngasih tip gede ke pelayan, bagi-bagi batu bara dan pakaian kepada yang membutuhkan selama musim dingin, bahkan bikin dapur umum buat para tunawisma yang kesusahan selama krisis ekonomi Depresi Besar pada dekade 1930-an.
Karena dianggap suka berbagi, Capone kemudian dijuluki masyarakat sebagai Robin Hood Modern dan disukai banyak orang. Padahal, mereka belum tahu aja kalau Capone juga pembunuh berdarah dingin.
Dari ratusan pembunuhan yang dilakukan, kasus terbesar yang melibatkan Capone adalah Pembantaian Hari Valentine. Iya, hari yang seharusnya penuh kasih sayang, malah justru penuh darah.
Waktu itu, mafia bernama “Bugs” Moran iri sama kesuksesan bisnis miras Capone. Moran berencana buat membunuhnya. Capone tahu rencana Moran, dan nyusun rencana buat ‘balas dendam’.
Pada 14 Februari 1929, Capone nyuruh temannya yang bernama Jack McGurn buat nyamar jadi polisi. McGurn masuk ke markas Moran dan menembak mati 7 anak buahnya. Namun, Moran lolos dari serangan itu.
Meskipun Capone nggak ikut ke TKP, publik pada curiga kalau Capone terlibat. Nama baik Capone sebagai pengusaha yang dermawan berubah menjadi “Musuh Publik Nomor Satu”.
Capone Masuk Penjara
Pembantaian Hari Valentine benar-benar bikin heboh Amerika Serikat. Presiden AS saat itu, Herbert Hoover, sebel sama Capone.
Pemerintah AS nyari cara buat menjarain Capone. Pemerintah ngumpulin bukti-bukti pelanggaran yang pernah dilakuin Capone. Finally, terkumpulah bukti-bukti kalau Capone nggak pernah bayar pajak dan melanggar Prohibition.
Hingga akhirnya, 16 Juni 1931, Al Capone mengaku bersalah atas 5 dari 22 tuduhan tidak membayar pajak dan pelanggaran Prohibition. Capone dihukum 11 tahun penjara, kena denda 50.000 dolar Amerika, dan biaya pengadilan sebesar 30.000 dolar Amerika.
Kehidupan di Penjara Alcatraz
Setelah bandingnya ditolak, Capon ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Atlanta. Di sana, Capone menerima perlakuan khusus. Dia juga menggunakan cuan dan power buat menyuap penjaga, biar masa tahanannya berkurang.
Aksinya ketahuan deh. Pada 22 Agustus 1934, Capone langsung dikirim ke penjara Alcatraz, di San Fransisco. Dia jadi salah satu narapidana angkatan pertama yang masuk ke sana.
Penjara Alcatraz udah dianggap sebagai penjara terburuk bagi penjahat terburuk. Tempatnya terisolir, super ketat, dan anti suap. Pokoknya, Capone benar-benar nggak bisa berkutik di Alcatraz.
Sejak masuk di penjara Alcatraz, Capone jadi suka baca buku self improvement, musik, sampai berkebun. Capone yang dulunya main pistol, sekarang mainnya sekop.
Capone juga bikin band dengan narapidana lain di penjara. Dia jadi pemain banjo, alat musik petik era Amerika dulu. Capone belajar main banjo secara otodidak. Dia bangga banget bisa mainin sekitar 500 lagu. Saking senangnya, Capone mengirim surat ke anaknya, ngasih tahu kalau dia bisa mainin semua lagu pakai alat musik.
Akhir Hidup Al Capone
Meskipun kehidupannya di penjara kelihatan heartwarming, Capone udah sakit sipilis selama bertahun-tahun dan bikin dia menderita demensia. Capone dibebaskan bersyarat pada 16 November 1939.
Setelah keluar dari Alcatraz, istri Capone fokus buat nyembuhin dia. Namun, kondisi Capone semakin memburuk. Dia meninggal di usianya yang ke-48 tahun, pada 25 Januari 1947.
Al Capone jadi sosok legendaris yang dapat hate and love dari masyarakat. Di satu sisi, dia adalah pebisnis yang suka berbagi. Di sisi lain, dia adalah penjahat terbesar pada eranya, yang enggak hanya bikin rugi negara, tetapi juga ngilangin nyawa orang.
So, menurut elo, apa hal yang bisa elo ambil dari kisah hidupnya? Kasih tahu gue di kolom komentar ya!
Baca Juga Artikel Lainnya
Kim Jong Un, Penguasa Sekaligus ‘Dewa’ bagi Rakyat Korea Utara
Hitler: dari Seniman menjadi Diktator
Benjamin Franklin, Bapak Pendiri Amerika Serikat yang Multitalenta
Referensi
Leave a Comment