Stalin dianggap sebagai sosok yang kejam, gila kekuasaan, maniak, tidak berperikemanusiaan, dan semacamnya. Tapi siapakah sosok Stalin sebenarnya?
Halo ketemu lagi sama gua, Marcel. Pada artikel-artikel sebelumnya Zenius sering mengulas kisah hidup dari tokoh nasional maupun tokoh dunia yang dikenal karena kontribusi yang positif terhadap sejarah peradaban seperti Gandhi, Sukarno, Hatta, Tesla, Bill Gates, dan lain-lain. Nah kali ini, gua ingin mengulas seorang tokoh yang justru banyak dianggap sebagai sosok “antagonis” dalam sejarah peradaban manusia. Yak, sebagaimana bisa lo tebak dari judulnya, tokoh tersebut dikenal dunia dengan nama Joseph Stalin.
Sama seperti sosok Hitler yang udah pernah gua ulas di artikel lain, Josef Stalin seringkali dianggap dengan manifestasi dari segala hal yang buruk. Sosok yang kejam, gila kekuasaan, maniak, tidak berperikemanusiaan, dan semacamnya. Tapi siapakah sosok Stalin sebenarnya? Apa yang menjadi tujuannya? Bagaimana orang seperti dia bisa menjadi pemimpin tertinggi Uni Soviet yang merupakan negara terbesar di masanya? Apa saja sih serpak terjangnya sehingga banyak orang berkesimpulan bahwa Stalin adalah sosok yang kejam? Lantas apa yang dilakukan Stalin sehingga bisa mempertahankan kekuasaannya di Uni Soviet sampai begitu lama?
Oke, langsung aja yuk kita telusuri latar belakang hidup dari seorang Josef Stalin.
Masa kecil-remaja: Tumbuh dengan rasa takut dan benci pada otoritas (1878-1899)
Stalin lahir di kota Gori, Georgia pada 18 Desember 1878 (6 Desember menurut kalender Julian) dengan nama Iosif Vissarionovich Jugashvili. Kota Gori adalah sebuah daerah terpencil yang sangaat jauuuh dari pusat kekaisaran Rusia di Moscow (waktu itu belum jadi Uni Soviet, masih kekaisaran Rusia).
Kondisi latar belakang keluarga Stalin kecil sangat jauh dari kata harmonis. Ayahnya adalah seorang pemabuk yang sangat sering melakukan kekerasan fisik terhadap anak-anak dan istrinya sendiri. Penganiayaan fisik serta mental yang dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri terhadap dirinya dan ibunya begitu membekas secara psikologis pada diri Stalin kecil.
Tidak jauh dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolahnya Stalin juga juga turut membentuk perilakunya. Stalin yang sejak kecil masuk ke sekolah Teologi/Seminari (keagamaan) Kristen Ortodoks tumbuh dengan perasaan benci terhadap sosok otoritas sekolah yang sangat mengekang, kaku, otoritatif, super-disiplin, dan sangat keras dalam menghukum siswa.
Dengan latar belakang keluarga dan lingkungan sekolah yang seperti itu, Stalin tumbuh menjadi individu yang sangat tertutup, jarang berbicara, serta terbiasa menyembunyikan niat dan perasaannya. Banyak para ahli sejarah yang memiliki dugaan kuat bahwa pemicu setiap keputusan Stalin ketika nanti dia berkuasa hampir selalu didasari oleh perasaan ketakutan atau paranoia, yang diakibatkan oleh tekanan psikologis di masa kecil. Dugaan para ahli sejarah ini nanti akan gua bahas lebih detil, bahwa semua rencananya, semua aksinya, semua tindakan dari Stalin di masa hidupnya bisa dijelaskan dengan dasar paranoia.
Terlepas dari pribadi yang sangat tertutup, tersembunyi perasaan benci dan pemberontakan yang luar biasa terhadap sosok otoritas, baik terhadap sosok ayahnya sendiri, maupun para tetua agama di sekolah Teologinya. Rasa pemberontakan itu juga yang memicu Stalin muda untuk secara diam-diam membaca buku-buku dan artikel yang dilarang oleh pihak sekolah pada masa kekaisaran Rusia, yaitu buku-buku berhaluan kiri atau komunisme.
Singkat cerita, Stalin muda jatuh cinta terhadap gagasan komunisme yang kerap mengkritik secara tegas bahwa kelas sosial atas (kaya) selalu memeras kelas bawah (miskin), sangat sejalan dengan kebencian Iosif muda ini terhadap pihak-pihak otoritas yang selama ini mengekang dan mengatur hidupnya.
Makin lama, kecintaan Stalin terhadap gagasan komunisme tidak hanya sebatas pada buku-buku bacaan, tapi juga dia praktikkan dengan aktif terlibat dalam gerakan revolusi komunis di Rusia. Karena semakin terlihat aktif dengan komunis, Stalin dikeluarkan dari sekolah Teologi ini di bulan Mei 1899 (21 tahun). Sejak saat itu, Komunisme menjadi “agama baru” bagi Stalin.
Stalin muda berkenalan dengan Komunisme
Sebelum gua lanjut dengan kisah Stalin dan komunisme, gua mau memastikan dulu lo memahami latar belakang persebaran faham komunisme pada awal abad 20 di Eropa. Apa sih sebetulnya faham komunisme yang dilarang di Rusia tapi justru sangat menarik bagi seorang Stalin?
Komunisme adalah sebuah gerakan perjuangan sosial yang dirumuskan oleh Karl Marx & Friedrich Engels sebagai perlawanan oleh kaum pekerja terhadap kepemilikan privat atas alat-alat produksi. Adanya gerakan sosial di Eropa ini dilatarbelakangi oleh maraknya gerakan industrialisasi sejak revolusi industri di Eropa pada abad 19 yang dianggap mengarah pada “penindasan/eksploitasi” bagi kaum pekerja. Dari mulai jam kerja yang tidak manusiawi, upah yang sangat murah, tidak adanya standard keamanan kerja, serta berbagai pemerasan yang dilakukan oleh tuan tanah, rentenir, dan cukong-cukong terhadap para pekerja lapangan (buruh, nelayan, petani, dan lain-lain).
Singkat cerita, gagasan Karl Marx menawarkan solusi bagi masalah ketimpangan sosial ini. Solusinya gimana? Pemersatuan kaum buruh/pekerja untuk melakukan aksi revolusi dan mengambil alih alat-alat produksi dari para pemilik modal (kaum kapitalis) untuk mengubah negara tersebut dengan sistem ekonomi-politik yang baru bernama Sosialisme. Pada fase sosialisme, para pekerja akan mengambil alih kepemilikan alat-alat produksi yang kemudian akan digunakan oleh pemerintah (sebagai representasi dari kaum pekerja) untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat secara merata.
Nah, ketika sebuah negara menganut sosialisme versi Marx, maka pemerintah akan mengambil alih segala bentuk perputaran ekonomi. Tidak ada lagi yang namanya kapitalisme, tidak ada pemilik modal, tidak ada pemilik alat produksi, tidak ada kepemilikan pribadi, tidak ada tuan tanah, tidak ada pengusaha, tidak ada perdagangan, tidak ada pasar. Segala bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat merupakan tanggung jawab tunggal dari pemerintah pusat.
Namun sebetulnya, kondisi negara sosialis ini belum mencapai tahap akhir yang ideal dalam gagasan Marx. Terus tahap akhirnya gimana? Menurut Marx, setelah sebuah negara menjadi sosialis, nanti lama-kelamaan konsep negara itu sendiri tidak lagi dibutuhkan. Fase sosialisme akan berubah menjadi fase komunisme dimana akan terbentuk suatu masyarakat ideal (komunal) yang setara, tidak ada lagi kelas sosial, tidak ada lagi kepemilikan pribadi, tidak ada sektor swasta, tidak ada negara, tidak ada konsep uang, tidak ada pasar, tidak ada perdagangan. Semua orang akan mengerjakan apa yang mereka inginkan, serta saling memenuhi kebutuhan satu sama lain.
Itulah gagasan yang menarik perhatian Stalin pada masa remaja. Di Kekaisaran Rusia sendiri, sebetulnya gerakan komunis terpecah menjadi beberapa kubu, namun ada seorang tokoh komunis yang akhirnya menarik perhatian Stalin, yaitu Vladimir Lenin. Gua sendiri ga heran kenapa Iosef mengagumi Lenin, pada era itu Lenin memang dikenal sebagai sosok yang sangat cerdas, karismatik, berpengetahuan luas, jago debat, dan sangat vokal dalam perjuangannya untuk merebut hak-hak kaum pekerja dan mendirikan negara sosialis. Terbius dengan karisma seorang Lenin, akhirnya Stalin menjadi salah seorang pengikut Lenin yang paling setia dalam memperjuangkan revolusi.
Stalin dalam perjuangan revolusi mendirikan Negara Uni Soviet (1899-1917)
Stalin muda yang kini menjadi pengikut setia Lenin memiliki satu fokus tujuan yang jelas: Persatuan kaum pekerja dan melakukan revolusi (pemberontakan) terhadap Kerajaan Rusia, untuk kemudian mendirikan negara berbasis sosialisme Marx dengan nama Uni Soviet.
Dalam gerakan revolusi ini, Stalin muda lebih banyak berperan di lapangan, khususnya dalam penggalangan simpatisan. Sementara Lenin, Trotsky, dan kawan-kawan yang berlatar belakang akademis lebih banyak berjuang di belakang meja. Bagi Stalin muda yang jago dalam urusan lapangan, segala hal perlu dilakukan untuk mewujudkan revolusi, termasuk merampok bank dan kantor pos di daerah Kaukasus untuk menggalang dana.
Dalam menarik simpatisan, Stalin memanfaatkan sentimen SARA di berbagai daerah, salah satunya di Kota Baku yang kebanyakan dari suku Azerbaijan yang Muslim untuk melakukan revolusi terhadap “kaum pribumi Rusia” yang beragama Kristen Orthodox. Pada tahun 1907, Stalin berhasil menguasai serikat buruh di Kota Baku sebagai pimpinan partai Komunis Baku, untuk mengirimkan orang-orang berhaluan komunis untuk menjadi anggota Legislatif (DPR-nya Rusia) ke Kota Duma.
Di sisi lain, Stalin juga banyak menulis artikel tentang gagasan revolusi dengan gaya bahasa yang mudah dicerna dibaca oleh kalangan rakyat jelata non-intelektual. Pengaruh Stalin sangat kuat di kalangan rakyat jelata hingga pada tahun 1912, Lenin mengangkat Stalin menjadi anggota “Komisi Empat” yang mengepalai partai Komunis Uni Soviet. Ini merupakan langkah besar bagi Stalin yang tadinya hanya pejuang lapangan, kini bisa disejajarkan dengan Trotsky, Kornilov, dan Zinoviev sebagai orang-orang kepercayaan Lenin yang paling dekat. Dalam perannya sebagai anggota komisi, Stalin mendirikan koran resmi partai komunis “Pravda” (Kebenaran) yang membuat pengaruhnya semakin besar.
Singkat cerita, Perang Dunia 1 meletus di Eropa tahun 1914 dan secara signifikan membuat Kerajaan Rusia menjadi begitu ringkih dan rentan untuk dikudeta. Dalam kondisi tersebut, terjadi dua kali revolusi di Rusia pada tahun 1917, pertama kali pada bulan Februari oleh para tokoh pro-demokrasi, yang kemudian direvolusi kembali pada bulan Oktober 1917 oleh Lenin, Trotsky, Stalin, dan kawan-kawan… dan sekaligus secara resmi mendirikan negara sosialis-komunis pertama di dunia: Uni Soviet.
Akhirnya setelah perjuangan panjang, impian Lenin, Trotsky, Stalin, dan kawan-kawan terealisasi! Praktis Lenin menjadi pemimpin tertinggi Uni Soviet, kemudian Trotsky sebagai tangan kanan Lenin ditugaskan sebagai menteri pertahanan (menhankam) dan Stalin sebagai sekjen partai komunis (ketua pengurus partai).
Nah revolusi telah berhasil, jabatan sudah mantap. Namun apakah mimpi negara sosialis yang ideal yang makmur dan sejahtera itu terjadi? Apakah negara impian dimana segala bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat merupakan tanggung jawab tunggal dari pemerintah pusat bisa dilakukan secara efektif? Apakah kondisi dimana tidak ada pemilik modal, tidak ada kepemilikan pribadi, tidak ada perdagangan, tidak ada pasar, menjadi format yang ideal untuk memberikan kesejahteraan yang merata? Ternyata kenyataannya tidak semudah itu…
Peran awal Stalin dalam “membangun” Uni Soviet (1918-1924)
Tentu tidak mudah untuk mem-format ulang dasar prinsip ekonomi sebuah negara, apalagi negara dengan area geografis yang super luas seperti Uni Soviet. Perubahan sistem ekonomi yang tadinya berdasarkan perdagangan antar masyarakat (kapitalis), kini harus menerima kenyataan bahwa tidak ada lagi kepemilikan pribadi, semua alat produksi milik negara, dan semua perputaran ekonomi kini diatur oleh negara. Pastinya tidak semua rakyat Uni Soviet bisa menerima kenyataan ini dengan begitu cepat. Nyatanya, masih ada banyak pihak internal dalam pemerintahan Uni Soviet maupun rakyat jelata yang ogah-ogahan terhadap gagasan sosialis-komunis yang diusung oleh negara baru mereka ini.
Nah, pada masa transisi inilah, Lenin melihat banyak “sisi lain” dari seorang Stalin. Salah satu contohnya pada Juni 1918, dimana Stalin ditugaskan ke Kota Tsaritsyn untuk memastikan pasokan makanan dan minyak ke 2 kota terbesar Rusia: Leningrad dan Moskow. Itu artinya, Stalin harus menegaskan kebijakan pemerintah terhadap masyarakat Kota Tsaritsyn, bahwa makanan dan minyak yang ada di kota itu bukan lagi milik mereka tapi milik negara, dan dalam waktu dekat harus dikirim ke Leningrad & Moscow. Cuma 24 jam setelah dia tiba, dia langsung melaporkan
“Masalah selesai, harga sudah saya tetapkan, makanan untuk penduduk lokal sudah saya jatahi!” – Stalin
Buset cepet amat kerjanya Stalin ya? Hebat amat dalam waktu 24 jam bisa meyakinkan masyarakat bahwa pasokan makanan dan minyak itu milik negara & harus segera dikirim ke kota lain. Nyatanya di kota Tsaritsyn inilah Stalin memahami bahwa kematian adalah cara tercepat menyelesaikan masalah. Ada ketakutan/paranoid dalam diri Stalin jika tidak sanggup melaksanakan perintah ini. Maka dari itu, semua yang tidak setuju, protes, atau dianggap mengganggu pasokan makanan & minyak langsung dieksekusi di tempat oleh tentara Soviet.
Di kota ini juga Stalin mulai berkonflik dengan Trotsky, yang saat itu berstatus sebagai menhankam. Stalin nggak setuju dengan kebijakan Trotsky menggunakan mantan perwira kekaisaran Rusia untuk memimpin Tentara Merah (Tentara Uni Soviet). Stalin juga menuntut untuk mendapatkan kekuasaan istimewa untuk mengatur semua tentara di wilayahnya, yang berarti melangkahi status Trotsky sebagai menhankam. Perpecahan dalam kubu militer pun terjadi, dan tidak sedikit anggota militer yang tidak mau mematuhi Trotsky yang notabene adalah pemimpin tertinggi militer.
Stalin dalam kekuasaan awalnya selalu melihat masalah dalam sudut pandang paranoid, selalu curiga, menganggap segala bentuk protes adalah pengkhianatan. Puncaknya ketika Stalin dalam kekuasaan militer “istimewanya” secara brutal menahan tentara suruhan Trotsky yang datang dari pusat, kemudian menenggelamkan mereka sampai mati di sungai. Konflik antara kedua tokoh revolusi ini kian memanas hingga masalah di antara keduanya baru “selesai” ketika Lenin turun tangan untuk mendamaikan mereka.
Di tahun 1920, Stalin juga berulah kembali ketika tentara Polandia menyerbu wilayah Rusia. Pasukan Rusia di bawah pimpinan letnan muda bernama Mikhail Tukhacevsky, berhasil mengimbangi serangan tersebut. Stalin ditugaskan untuk mengirim pasukan untuk melindungi sayap kiri pasukan Tukhachevsky. Namun entah mengapa Stalin ogah-ogahan mengirim pasukan pembantu, yang akhirnya berujung pada kekalahan pasukan Tukhachevsky. Akhirnya Stalin dipanggil pulang ke Moskow dan tidak diberikan jabatan yg berhubungan dengan perang melawan Polandia lagi. Stalin memang terlalu penting karena punya pengaruh besar di lapangan, sehingga Lenin tidak secara langsung menghukumnya, namun secara perlahan Lenin mencatat semua kebrutalan dan pembangkangan Stalin di dalam pikirannya.
Kematian Lenin & Perebutan tahta kekuasaan
Di masa-masa akhir hidupnya, Lenin semakin merasa cara kerja Stalin di lapangan terlalu brutal dan berbahaya. Sementara Lenin jauh lebih menyukai Trotsky yang bijak, rasional, cerdas, dan visioner. Dalam kondisi sakit, Lenin sempat menulis surat wasiat pada akhir tahun 1922 yang dia serahkan pada istrinya (Krupskaya). Lenin berpesan agar surat wasiatnya itu dibacakan secara terbuka di hadapan banyak orang, bukan secara tertutup. Apa isi surat wasiat itu? Secara garis besar adalah kritik Lenin terhadap anak buahnya, khususnya terhadap Stalin – yang artinya surat wasiat itu adalah kunci untuk memecat Stalin dari kekuasaannya. Tidak lama setelah surat wasiat itu ditulis, Lenin kena stroke (Maret 1923), lalu meninggal setelah serangan stroke berikutnya (Januari 1924).
Ketika Lenin akhirnya meninggal (Senin 21 Januari 1924), Stalin sumringah. Selama ini, hal yang paling dia takutkan adalah Lenin kembali sehat dan menjatuhkannya. Kini ancaman itu lenyap seketika. Trotsky waktu itu sedang kurang sehat, dan berada di daerah Georgia sangat terkejut mendengar kabar duka ini. Stalin kurang lebih bilang begini:
“Hei Trotsky, lo gak usah repot-repot pulang deh, pemakamannya kan hari Sabtu, lo gak bakalan keburu pulang ke Moskow. Mending lo fokus pulihkan kesehatan dulu di sana.”
Stalin berbohong. Pemakamannya itu hari Minggu. Trotsky yang saat itu sangat berduka, bahkan tak bisa menulis pernyataan eulogi untuk dibacakan di upacara pemakaman. Padahal, kalau saja waktu itu Trotsky ngotot ke Moskow & membacakan eulogi, dia akan disambut sebagai sang putra mahkota Lenin! Namun, Trotsky yang berduka memilih untuk mengurung diri. Sementara itu, Stalin malah “mencuri panggung utama”, di tengah-tengah pemakaman Lenin yang dramatis, Stalin berpidato dengan menjunjung Lenin setinggi langit sebagai Bapak Bangsa, sekaligus secara tidak langsung mendeklarasikan bahwa dirinyalah orang yang paling mampu menginterpretasikan cita-cita Lenin bagi Negara Uni Soviet.
Setelah berhasil “mencuri panggung” di pemakaman Lenin, kini Stalin tinggal khawatir tentang surat wasiat Lenin. Adanya surat wasiat itu tentu amat membahayakan Stalin. Maka dari itu, pada 22 Mei 1924, sesaat sebelum Kongres Partai Komunis ke-13, Krupskaya (istri Lenin) yang memegang surat wasiat, dipertemukan dengan para elit partai komunis. Tentu saja Krupskaya awalnya ngotot untuk membacakan testamen Lenin dalam kongres partai. Namun dalam pertemuan tertutup ini, Zinoviev dan Kamenev membela Stalin mati-matian, bahwa Stalin adalah pengikut Lenin yang paling setia, bahwa Stalin sangat berjasa bagi Soviet, bahwa ketakutan Lenin terhadap Stalin ternyata tidak beralasan, dan sebagainya. Akhirnya, Krupskaya pun menyerah, surat wasiat itu tidak dibacakan secara terbuka dan tidak menjadi dasar pengambilan keputusan apapun. Tak ada yang menyadari bahwa ini adalah saat terbaik untuk menyingkirkan Stalin, bahwa mendepak Stalin dari kekuasaan di masa depan akan semakin sulit!
Gaya Berpolitik Stalin: Diam-diam menghanyutkan
Setelah mengamankan posisinya sebagai sekjen, Stalin semakin berambisi untuk menegaskan dirinya sebagai pengganti Lenin untuk memimpin Soviet. Diapun makin gencar menjatuhkan pesaing utamanya, Trotsky. Salah satu jurus politik andalan Stalin adalah melabelkan lawan politiknya sebagai dalang dari “faksionalisme” atau “pemecah persatuan”. Semua orang yang bertentangan dengan Stalin (sasaran utama: Trotsky) dicap berusaha membangun faksi sendiri di dalam Partai Komunis, berusaha merusak persatuan-kesatuan partai.
Dari perspektif itu, setiap perdebatan dan protes, akan dicap “merusak persatuan”. Sampai akhirnya Kamenev yang mulai khawatir dengan gerak-gerik Stalin, menuduh Stalin mencoba mengkonsentrasikan kekuatan, menciptakan “one-man-rule” dalam Kongres Partai Komunis ke-14 tahun 1925. Jawaban Stalin kurang lebih begini:
“Sebuah partai harus dipimpin bersama. Mustahil menciptakan kepemimpinan satu orang. Setelah Lenin wafat, ini semakin gak mungkin, bodoh memimpikan hal itu. (Tepuk tangan) Bodoh bicara tentang ini. Kerja bersama. Kepemimpinan bersama. Kesatuan di seluruh lapisan, dengan minoritas mengikuti mayoritas, itu yang kita butuhkan saat ini!”
Jelas banget Stalin menginginkan persamaan pendapat, pembungkaman semua yang berbeda pendapat dengannya, tetapi dengan memakai kemasan “persatuan”, “kesatuan”, “mayoritas”, dan juga “Lenin”. Zinoviev, yang amat dekat dengan Kamenev, kini sadar Stalin mengincar mereka berdua sekaligus. Mereka sadar perlu secepatnya menggalang persekutuan dengan Trotsky untuk menjatuhkan Stalin.
Namun, persekutuan Trotsky dengan Zinoviev dan Kamenev sudah terlambat. Saat itu Stalin sudah mendapatkan sekutu baru: kepala koran Pravda, ekonom terkemuka Nikolai Bukharin, dan Perdana Menteri Uni Soviet waktu itu Aleksei Rykov. Trotsky-Kamenev-Zinoviev kini kalah suara di partai Komunis. Setelah Kongres ke-15 Partai Komunis (Desember 1927), ketiganya praktis tersingkir dari Partai Komunis, tanpa jabatan yang berarti.
Nah, di sini gua mau cerita lebih banyak soal gaya kepemimpinan Stalin: tak seperti Hitler yang menggebu-gebu & berapi-api, Stalin itu tipe pendiam dalam rapat. Saat yang lain teriak-teriak, Stalin cuma diam dan mencatat. Dia lebih suka bicara sedikit, dan bekerja di belakang meja untuk menghasut beberapa tokoh kunci untuk mendukung dirinya. Ini balik lagi ke kondisi psikologi Stalin yang paranoid: dia tak mau orang lain tahu apa yang ada di benaknya. Dia takut salah bicara dan kata-katanya dipolitisasi untuk melawan dirinya. Tidak seperti Hitler yang bernapsu untuk menguasai parlemen dan kabinet Jerman, Stalin juga jauh lebih pasif. Dia lebih suka menunggu, membiarkan lawan-lawannya membuat blunder yang bisa dia manfaatkan. Tidak seperti Hitler yang mendeklarasikan diri sebagai juru selamat atau “The Chosen One” yang ditakdirkan untuk mengembalikan kejayaan Jerman, Stalin selalu menekankan bahwa dirinya “cuma” penerus Lenin, yang paling dekat dengan almarhum, sekaligus paling mengerti cita-cita dan gagasan Lenin yang sebenarnya.
Gaya kepemimpinan ini adalah mimpi buruk bagi semua lawan politik Stalin, tidak terlepas bagi Kamenev dan Zinoviev yang sudah tak memiliki jabatan berarti. Pada tahun 1934, ketika terjadi pembunuhan kepala partai Komunis di St. Petersburg (Sergei Kirov) yang begitu menghebohkan. Tanpa proses hukum dan bukti, tiba-tiba Kamenev & Zinoviev dituduh terlibat dalam pembunuhan Kirov. Mereka berdua ditangkap, dipenjara, dan dieksekusi.
Trotsky yang terus melawan Stalin, tinggal menunggu giliran saja. Trotsky yang bisa disebut sebagai salah satu Bapak Bangsa Uni Soviet (mungkin seperti Moh.Hatta bagi Indonesia) sampai harus terusir dari negaranya sendiri di tahun 1929 hingga akhirnya dibunuh oleh pembunuh suruhan Stalin (Ramon Mercader) di Mexico tahun 1940. Tragis banget ya akhir kehidupan Trotsky.
Setelah Lenin wafat, Trotsky, Zinoviev, dan Kamenev tersingkir, Stalin semakin dekat untuk menjadi penguasa tunggal Uni Soviet, seorang Tsar (Kaisar)! Selanjutnya, Stalin ingin merealisasi ambisinya untuk menjadikan Uni Soviet sebagai negara yang kuat. Dalam cara pikir paranoid, mewujudkan negara yang kuat berarti mewujudkan negara yang bisa bertahan dari ancaman negara-negara lain, khususnya negara yang anti komunis seperti Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat. Maka dari itu, Stalin menciptakan “Rencana Pembangunan Lima Tahun” atau “Repelita”. Repelita terbagi menjadi 2, fase pertama fokus pada distribusi hasil pertanian berlangsung dari tahun 1929 – 1933. Sementara fase kedua fokus pada industri militer. Kita mulai bahas fase yang pertama dulu.
Repelita 1: Kolektivisasi Pertanian
Repelita pertama memiliki tujuan untuk memusatkan pengaturan ekonomi kepada negara, dari mulai produksi, distribusi, hingga pembagian jatah per wilayah. Artinya, semua warga harus menanggalkan kepemilikan pribadinya dan menyerahkannya kepada negara. Wah, terus kalau hak kepemilikan pribadi disita lalu bagaimana rakyat bisa hidup? Kurang lebih argumentasi pemerintah (teorinya) sih seperti ini:
“Pokoknya masyarakat silakan berkarya dan produktif sesuai dengan kemampuannya masing-masing, nanti hasil produksinya negara yang akan tampung. Dari hasil penampungan tersebut, negara akan mengelola dan mendistribusikan kembali pada setiap masyarakat dengan porsi yang adil dan merata.”
Jadi dalam teorinya: seluruh proses produksi dimiliki dan dikendalikan negara, distribusi diatur oleh negara, dan semua rakyat akan mendapatkan barang kebutuhan pokok dengan jatah dan porsi yang adil setiap bulan. Jika ada kebutuhan khusus (misalnya kacamata, kursi roda, dan lain-lain) silakan request sesuai prosedur yang berlaku.
Oke, itulah gagasan awal (teori) dalam praktik sosialisme dan ekonomi terpusat. Oleh karena itu, kepemilikan pribadi harus dihapuskan dulu. Lalu siapakah yang perlu diwaspadai & menentang rencana ini? Tentu saja para petani! Lho kenapa petani? Karena 80% rakyat Soviet adalah para petani yang hidup di pedesaan, dan mereka bisa dibilang sangat mandiri secara ekonomi. Tentu saja para petani sangat independen, mereka mampu hidup dari hasil pengelolaan tanah pertaniannya sendiri tanpa perlu tergantung kepada “distribusi yang adil dan merata” oleh negara. Maka dari itu, tentu tidak mudah meyakinkan para petani bahwa semua tanah, ladang, sawah, beserta semua hasil pertaniannya adalah milik negara (baca: disita negara) untuk didistribusikan ke daerah lain.
Di sisi lain, para petani ini juga dipandang “orang kampungan yang bodoh” dan keras kepala dalam menyerahkan kepemilikan pribadinya. Oleh karena itulah ada sebutan khas dari kaum pro sosialis-komunis kepada para petani ini sebagai “Kulak” atau “Kapitalis kampung”. Mungkin lo pikir kalo para petani ini kaya-kaya makanya disebut sebagai kapitalis. Sebetulnya yang dimaksud dengan petani ini terdiri dari beberapa golongan, memang ada petani yang punya ladang (cukup kaya), tapi ada juga petani yang menyewa ladang ke tuan tanah, bahkan tidak sedikit juga buruh tani yang disewa untuk kegiatan pertanian. Masalahnya, walaupun petani itu mencakup tuan tanah atau cuma buruh tani yang miskin, begitu pemerintahan Soviet menggolongkanmu sebagai “kulak” atau “antek kapitalis”, artinya nasib buruk sedang mendekatimu.
Dalam program repelita ini, terjadi kolektivisasi (penyitaan) terhadap semua petani di Uni Soviet. Para petani yang tadinya memiliki tanah/ladang, kini cuma menjadi buruh tani. Ribuan pemilik tanah yang kehilangan tanahnya tersebut juga direlokasi ke tanah-tanah yg masih “membutuhkan petani”. Para petani yang menolak dihajar di tengah jalan oleh massa yang digerakkan oleh pemerintah dan partai. “Kulak” atau “si kapitalis” kini menjadi cap negatif dan senjata andalan pemerintah untuk menyingkirkan siapa saja yang menentang kolektivisasi pemerintah.
Semua orang yang dicap “Kulak” dipropagandakan sebagai musuh negara, musuh perjuangan revolusi, bahkan sebagai “separuh binatang” (dehumanisasi) yang layak untuk disiksa dan dibunuh. Akibatnya bisa ditebak: tidak sedikit para petani yang tidak terima, mereka menolak kehilangan tanah dan ternak mereka. Banyak petani yang lebih memilih membantai ternaknya sendiri daripada menyerahkannya kepada Kolkhoz atau Sovkhoz (pemerintah daerah). Jutaan petani memilih pindah ke kota untuk menjadi buruh daripada menjadi petani yang diperbudak pemerintah. Hasilnya? Pasokan pangan malah turun drastis dan tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dari semua wilayah Uni Soviet, Ukrainalah yang paling menderita akibat kolektivisasi ini. Kolektivisasi menghancurkan pertanian Ukraina yang sebelumnya dikenal sebagai “lumbung gandum kekaisaran Rusia”. Akibat dari penyitaan hasil panen dan distribusi kebutuhan yang tidak efektif, rakyat di daerah Ukraina menderita bala kelaparan yang sangat hebat dan terkenal dengan nama “Holodomor”. Di seluruh penjuru Ukraina, dalam waktu 18 bulan, rakyat Ukraina menderita busung lapar. Begitu laparnya orang-orang Ukraina, sampai-sampai kanibalisme terjadi di mana-mana. Nggak tanggung-tanggung, tragedi “Holodomor” ini membunuh lebih dari 7 juta orang Ukraina! Gila banget ya, 7 juta manusia (setara dengan total penduduk Surabaya+Semarang) mati kelaparan di musim dingin karena kekurangan jatah makanan dan sengaja dibiarin aja oleh pemerintah!
Pada saat itu, pemberitaan soal “Holodomor” dilarang oleh Stalin. Betapa ironisnya, sebuah daerah yang tadinya dianggap sebagai lumbung gandum, menjadi neraka kelaparan di musim dingin. Ketika para pejabat daerah Ukraina benar-benar berlutut dan memohon bantuan makanan kepada pemerintah pusat, Stalin malah menyalahkan mereka karena tidak patuh pada jatah makanan dan menuduh mereka hendak mensabotase negara Uni Soviet karena meminta jatah makanan lebih dari yang seharusnya. Pada dasarnya, Stalin memang takut kepada para petani Ukraina yang mandiri secara ekonomi. Cara Stalin menghadapi ketakutannya sederhana: biarkan saja mereka mati. “Orang mati tak bisa menakutiku lagi,” pikir Stalin. Sampai ketika gunungan jenazah tidak terhitung lagi jumlahnya, Stalin tetap tidak tersentuh sama sekali dengan penderitaan rakyatnya sendiri yang mengalami tragedi kelaparan terhebat sepanjang sejarah ini.
Repelita 2: Industrialisasi besar-besaran
Menurut Stalin, industrialisasi sangatlah penting untuk memperkuat militer Soviet yang rentan akan ancaman dari negara lain. Karena itulah bagian kedua dari repelita Stalin fokus pada titik kelemahan dalam ekonomi Uni Soviet: industrinya. Di akhir abad 19, Uni Soviet adalah negara petani yang maha luas namun miskin industri, terutama industri berat seperti baja dan peralatan militer. Maka dari itulah, Stalin mulai pada fokus pada industri alat berat.
Untuk menambang barang-barang tambang yang amat dibutuhkan sebagai bahan dasar industri (besi, mangan, nikel, tembaga, alumunium, dan lain-lain), Stalin menggunakan ratusan ribu buruh pekerja paksa. Loh, dapat dari mana? Tentu saja dapat dari para petani yang ditahan atas tuduhan sebagai “kulak”. Maka dibuatlah ribuan kamp kerja paksa ini dengan sebutan “Gulag” untuk menambang bahan dasar industri berat. Begitu banyaknya kamp kerja paksa “gulag” ini di Uni Soviet, sampai-sampai muncullah istilah “Gulag Archipelago” (Kepulauan Gulag). Petanya bisa dilihat di bawah:
Gulag memiliki “turnover rate” yang tinggi. “Turnover” yang dimaksud bukan orangnya dipecat atau mengundurkan diri, tapi karena begitu banyak pekerja yang mati karena tenaganya diperas sampai mati kehabisan nafas. Menurut perkiraan jurnal sejarah, jumlah manusia yang menjadi korban kerja paksa ini berfluktuasi antara 2-4 juta jiwa. Mirip-mirip seperti romusha di Indonesia ya, cuma bedanya kalo Jepang memperbudak negara-negara lain, kalo Stalin memperbudak jutaan rakyatnya sendiri!
Ngerinya lagi, Stalin juga tipe yang ngotot untuk melakukan pembangunan besar-besaran dalam waktu yang tidak realisitis. Ketika para insinyurnya memperhitungkan untuk membangun 1 atau 2 pabrik, Stalin bisa seenaknya saja memberi target untuk membangun 10! Konyolnya lagi Stalin juga seringkali memberikan deadline durasi waktu yang mustahil, sampai-sampai banyak insinyurnya yang kalang-kabut. Segala kemustahilan itu ditebus dengan memeras nyawa jutaan para “kulak” yang sudah dianggap bukan manusia seutuhnya (dehumanisasi). Selama ada yang protes, jurus Stalin sederhana saja, tinggal berikan saja mereka label mata-mata kapitalis, tukang sabotase, atau penghianat revolusi komunis. Selesai sudah, para tukang protes itu esok tinggal nama.
Namun, terlepas dari semua kekejaman, kemustahilan, kekacauan, dan jutaan nyawa rakyatnya sendiri yang dikorbankan, repelita di bidang industri berhasil membangun industri di Uni Soviet.
Stalin dalam “Pembangunan” Militer Soviet
Sebagai seorang paranoid, Stalin selalu takut pada militernya sendiri. Ingat, militer adalah organisasi resmi yg memegang senjata, artinya militerlah yang paling rentan untuk menggulingkan pemerintah! Paranoidnya Stalin ini makin bertambah karena pemimpin militer terbaik Uni Soviet saat itu adalah Mikhail Tukhachevsky, orang yang punya dendam lama dengan Stalin ketika Stalin dulu menolak pengiriman tentara bantuan kepada tentara Tukhachevsky saat perang melawan Polandia (1920).
Karena itu, Stalin selalu mengawasi militernya, mencopot para jendral yang berkualitas dan mengisi kembali dengan dengan yang setia terhadap Stalin. Hingga akhirnya hanya tinggal Tukhachevsky saja yang belum tersingkir karena memang kualitas dirinya sebagai seorang ahli strategi militer sangat baik & dibutuhkan. Sampai ada saat dimana, Jerman yang semakin takut dengan kekuatan militer Soviet di bawah ahli strategi Tukhachevsky membuat propaganda bahwa Tukhachevsky adalah mata-mata Jerman yang menyusup ke Soviet.
Melihat ada propaganda dari musuh Soviet, bukannya Stalin membela jendral terbaiknya (Tukhachevsky), alih-alih Stalin malah ikut memperkuat propaganda tersebut. Stalin malah ikut-ikutan menuduh Tukhachevsky! Bahkan ada gosip kuat di kalangan ahli sejarah militer yang mencurigai bahwa Stalin sendirilah yang memberikan beberapa dokumen rahasia negara kepada pihak Jerman untuk memperkuat propaganda tersebut.
“Tuh kan beneran si Tukhachevsky penghianat Soviet, nih buktinya dokumen rahasia kalian ada pada kami” – intel Jerman
Akhirnya pada tahun 1937, Tukhachevsky ditangkap, disiksa, dipaksa meneken pengakuan, lalu dihukum mati karena “berkhianat”. Setelah Tukhachevsky, para perwira bawahannya menyusul: Marsekal Yegerov, Blyukher, dan lain-lain, semuanya ditangkap dan mengalami apa yang Tukhachevsky alami. Dalam paranoidnya terhadap militernya sendiri, Stalin membantai jendral-jendral terbaiknya sendiri yang telah begitu banyak berjasa bertahun-tahun memperkuat militer Uni Soviet.
Lebih lanjut lagi, Stalin mengangkat opsir-opsir muda yang tidak berpengalaman untuk menggantikan para jendral tersebut. Namun setiap jendral muda ini juga harus ditemani oleh seorang komisaris politik dari partai komunis yang bisa melaporkan setiap ada tindakan yang mengacu pada “pengkhianatan militer” kepada Stalin. Artinya, orang-orang yang tak mengerti militer dijadikan inspektur, pengawas para jendral muda yang tidak berpengalaman. Militer Uni Soviet berubah dari militer yang kritis, logis, rasional, menjadi militer yang ketakutan, amatir, dan cuma bisa menurut.
****
Demikianlah sepenggal cerita sejarah gua, tentang seorang paranoid yang memimpin sebuah negara terbesar di dunia. Sampai akhir hidupnya, Stalin dianggap bertanggung jawab atas kematian lebih dari 20 juta rakyatnya sendiri. Baik dari kebijakan kolektivisasi pangan yang menyebabkan kelaparan hebat di berbagai daerah (terutama Ukraina), korban kerja paksa di gulag, pembersihan orang-orang militernya sendiri, hingga pembunuhan para lawan politiknya. Terlepas dari itu, tentu mustahil bagi gua untuk merangkum seluruh kehidupan Stalin dalam satu artikel. Oleh karena itu, mohon maklum jika ada banyak cerita yang terlewatkan. Namun demikian moga-moga artikel ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan baru buat lo, khususnya para penikmat topik sejarah dan politik. Sampai jumpa lagi di artikel berikutnya!
Sumber:
Alan Bullock: Hitler & Stalin: Parallel Lives
Norman M. Naimark: Stalin’s Genocide
Richard Overy: Russia’s War: A History of the Soviet War Effort 1941-1945
Simon Sebag Montefiore: Stalin: The Court of the Red Tsar
Josef Stalin ‘had degenerative brain condition’
Rationale for Examining the Psychopathology of Joseph Stalin | http://file.scirp.org/pdf/PSYCH_2013091614084923.pdf
http://gulaghistory.org/nps/downloads/gulag-curriculum.pdf
https://www.ausa.org/sites/default/files/LWP-56-Mikhail-Nikolayevich-Tukhachevsky-1893-1937-Practitioner-and-Theorist-of-War.pdf
http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/russia/8466880/Josef-Stalin-had-degenerative-brain-condition.html
—————————CATATAN EDITOR—————————
Kalo ada di antara lo yang mau ngobrol atau diskusi dengan Marcel seputar topik sejarah, khususnya tentang Stalin, Uni Soviet, atau tentang sejarah politik & perang dunia abad 20 secara umum, bisa langsung aja kasih comment di bawah artikel ini.
kak, trus gimana akhir hidupnya stalin?
Wah, akhirnya tragis banget.
Ringkasnya aja yah: kebrutalan Stalin membuat semua anak buahnya takut padanya. Jadinya, waktu dia kena stroke di kamarnya, dan gak muncul di kantor, gak ada yg berani ngeganggu. Bahkan setelah anak² buahnya membranikan diri masuk kamarnya, gak ada yg berani memanggil dokter! Soalnya, baru tahun lalu Stalin menghukum dokter²nya yang menyarankan dia istirahat untuk menurunkan tekanan darah dan kadar kolestrolnya! “Dokter ini pasti mata² Amerika yg dikirim buat bikin gw jadi santai², merusak negara Uni Soviet!” pikir Stalin yg paranoid!
Selain itu, anak buahnya juga mungkin GIRANG, senang, sang tiran kini tergolek tak berdaya karena stroke! Takut bercampur girang melihat sang tiran kena stroke, akhirnya perawatan baru diberikan ketika sudah amat terlambat. Sang tiranpun mati tanpa bisa mengucapkan pesan terakhir, dg tak berdaya.
Kalau mau lebih detil, tunggu aja! Tahun ini akan ada film “The Death of Stalin” yg menceritakan kejadiannya dg lebih rinci!
http://www.imdb.com/title/tt4686844/
Itu kapan rilisnya mas?!
kak, mungkin bisa diterusin sampe ke masalah Great Patriotic War, terutama dasar munculnya slogan ”Ni Shagu Nazad (No One Step Backwards)” di order 227? aku rasa itu akan tambah menarik ?
Sabar yah, kakak juga mau banget ngelanjutin. Banyak yg kakak mau ceritain, bukan cuma <> tapi juga soal pemindahan pabrik secara besar²an, soal pembangunan ulang militer Rusia, soal kejamnya perang partisan, dll! Tungguin aja artikel berikutnya!
sipp kak ?
Yang pemindahan industri itu yang di Ural itu ya?? Oh ya. Kalo mau liat lanjutannya dimana ya? Semisal nanti dibuat. Penasaran. Baru nemu artikel Indo bagus gini. Hehe
bener bener orang gila, moga aja indonesia jangan sampe hahaha
Indo dah pernah di jaman orba haba
Demokrasi itu sulit. Kebebasan itu sulit. Kita cuma 1 generasi saja jauhnya dari punahnya kebebasan karena orang2 yg menyalahgunakannya.
Dibalik kemegahan tirai Tirai besi 🙂
Akhir pemerintahan Stallin gimana Kak?
Dia berkuasa sampai dia mati karena stroke. Lihat jawaban saya buat komentar paling pertama.
Syukur ngga paranoid sama kematiannya sendiri, ntar nyuruh tentaranya buat ngebunuh malaikat maut lagi kak haha XD
Mantep banget kak artikelnya, seru sejarah2 jaman perang dunia dulu ya.
Ditunggu artikel lainnya kak.
Nah INI artikel yg gw tunggu berbulan bulan akhirnya update juga. Seperti biasa puas Dan nambah pengetahuan pastinya. Tapi gw mau nanya nih bang, gerakan komunisme kan kebagi beberapa kubu tuh, nah yg kubu lain tuh siapa ? Klo gak salah stalin tuh bukannya luar biasa benci sama lenin ya ? Dia selalu gak suka sama cara & kebijakan Lenin mimpin US. Kalo iya, itu kenapa ya bang?
BTW makasih buat artikel nya yg keren INI. Emg gak kira kira seorang pemuda tampan mirip reza rahardian INI paling paranoid dah.
Di tunggu artikel tentang Mao Zedong nya ya.
LOL, “mirip Reza Rahardian”!! 🙂
Kubu Komunis yg laen misalnya ada Trotskyisme, yang menitik beratkan revolusi Komunis internasional, bukannya revolusi nasional kayak Stalin.
Komunis versi lain adalah Maoisme yang menitik beratkan revolusi dari desa, bukan dari kota seperti revolusi Rusia.
Stalin sebetulnya kagum sama Lenin. Gak kayak Stalin yg “udik” Lenin itu intelektual dg pengetahuan luas. Namun, Stalin takut banget sama Lenin, soalnya dia tahu beberapa pandangannya berseberangan dengan Lenin, dan Lenin “Sang pendiri Uni Soviet” lebih disegani dari dia. Begitu Lenin kena stroke, Stalin seenaknya menerjemahkan kehendak Lenin. Begitu Lenin wafat, legalah Stalin.
Thanks bang.
Gw mau nambahin satu lagi kegilaan Stalin nih Kalo dia juga tega biarin anaknya tewas di kamp konsentrasi jerman , padahal dia bisa nolongin kan. Nah gw may nanya lagi nih , pemimpin tertinggi us tuh sekjen atau APA sih ? Trus gw pernah baca berita di Reuters katanya Gorbachev president pertama Dan terakhir us, tuh maksudnya gimana dah
Kalo soal anaknya itu, Yakov, itu beda lagi.
Dia gak pernah deket sama Yakov, soalnya Yakov mengingatkan dia sama almarhumah istri pertamanya, satu²nya manusia yg bisa menyentuh sisi kemanusiaan Stalin. Makanya dia meninggalkan Yakov di kampung, dan baru ketemu lagi waktu Yakov udah dewasa. Stalin yg bener² tak mau berurusan dg perasaan sedih teringat pada ibunya Yakov akhirnya ribut terus dg Yakov, yg berujung pada penolakan Stalin untuk menukar Yakov dg jendral Jerman yg tertangkap.
Kata² Stalin waktu mendengar Yakov yg ditembak mati setelah sengaja mencoba kabur supaya ditembak tentara Jerman penjaga kamp kurang lebih “Oh, ternyata punya nyali juga dia.” Itu adalah satu²nya kata² positif Stalin tentang Yakov ini.
Kalo soal pemimpin tertinggi Uni Soviet, memang SEKJEN. Jabatan Presiden sbg kepala negara memang cuma ada di era Gorbachyov. Sebelumnya cuma ada “Presidium” yang fungsinya mirip dg presiden jerman atau ratu Inggris: cuma simbolik.
Kok bisa uni soviet setelah itu jadi negara maju? Sampe perang dingin sama amerika
Uni Soviet jadi negara maju karena:
1) Sbg pemenang Perang Dunia 2, Uni Soviet mendapatkan begitu banyak tehnologi maju dari Jepang, dan terlebih lagi dari Jerman. (Tehnologi roket misalnya.)
2) Rakyat Uni Soviet yg buanyak itu memungkinkan Uni Soviet bersaing dg Amerika Serikat.
3) Banyaknya barang tambang langka di daerah Uni Soviet mendukung industrialisasi negara tsb.
Itu dulu awalnya, tambahin aja kalo terasa kurang.
Lalu kenapa Uni Soviet akhirnya runtuh?
Itu karena kelemahan fundamental dalam Komunisme. Kalo mau diringkas dg 1 kalimat: “Komunisme tak paham hakikat dasar manusia, sifat dasar manusia”. Kalo mau lebih detil:
1) Rasa Malas
Komunisme yg ingin menciptakan masyarakat sama rata sama rasa lupa bahwa salah 1 sifat dasar manusia adalah MALAS. Kalau semua sama rata sama rasa, ngapain kerja?
2) Mentalitas PNS
Masih berhubungan dengan rasa malas. Komunisme terapan Uni Soviet adalah Komunisme dimana pemerintah mengurus semua segi ekonomi rakyat. Bayangkan semua yang kita mau beli (internet, kursi, mobil, SEMUANYA) ditangani oleh PNS semacam petugas kelurahan. Di mana², stereotip PNS adalah malas, inefisien, ber-belit², dst.
3) Anti Kritik
Semua yang mengritik pemerintah Uni Soviet (partai Komunis) langsung dibungkam. Di jaman Stalin dg amat brutal, di jaman setelah Stalin gak gitu brutal lagi, tapi tetap aja dibungkam. Pemerintah maupun partai BUKAN Tuhan yg mahasempurna. Tiadanya kritik luar, menyebabkan makin parahnya inefisiensi dan kemalasan.
4) Anti agama
Sistem Komunisme juga menganggap remeh dorongan spiritual-religius manusia untuk beribadah. Mereka melarang semua bentuk agama, tentu saja ini membuat banyak rakyat Uni Soviet mendongkol.
Dan ideologi komunisme sebenarnya terlalu naif, karena tidak semua manusia memiliki pemikiran keadililan seperti yang disuarakan oleh Karl Marx biarpun Marx merlihat keadaan nyatanya dilapangan tentang relasi pekerja dan tuan (pemilik), tapi tidak semua relasi pekerja dan tuan selalu bersifat apa yang dilihat marx, ada beberapa relasi yang baik dan relasi yang buruk tinggal bagaimana kita yang sadar berusaha ikut dalam penyimpangan hak tuan terhadap pekerjanya.
peralihan dari sektor pertanian ke sektor industri di sovet memang sukses besar dengan penerapan kerja paksa. tapi ya itu, harga yg harus “dibayar” adalah jutaan nyawa rakyatnya sendiri.
Jarang buka artikel zenius, sekali buka tentang Stalin. Kece beudh dah zenius!
Walaupun gw udh bkn pejuang sbmptn lg (thanks bgt zenius !) ..
Gw ttp mantengin blog2 zenius smpe kuliah skrg 😀 , ngebikin pola pikir gw berubah drastis ! Sukses terus zenius ! Artikel nya keren gilaaa
Makasih!
Ga kerasa baca artikel panjang, bahasanya asik, artikelnya mantep kak!! ??
Sumpahh. Biasanya aku males banget baca artikel yg panjang2. Tapi hari ini ku coba karna judulnya yg menarik. Ga nyesel dah baca panjang2 justru malah tertarik dengan kelanjutan ceritanya gimana. Best dah zenius inii❤❤❤❤
Great post!Young Stalin looks like Sergio Ramos and that hairstyle tho.He had all the swags :))
Kak, tapi kok militer soviet yang “amatiran, cuma bisa nurut, ga berpengalaman” bisa menang lawan Jerman tahun 1941, itu kronologisnya gimana? Makasih
sejarah singkatnya yg gua tau sih, sebetulnya Soviet hampir banget kalah. Moscow dikit lagi dikuasai, cuma “untungnya” Soviet tertolong karena datanya musim dingin yg sangat hebat (suhu bisa sampai -30’C). Jadinya persenjataan Jerman macet, tank pada mogok, mobilitas jadi terhambat, persediaan makanan bagi tentara Jerman juga semakin menipis.
cuma untuk lebih lengkapnya, biar Kak Marcel yang bahas lebih detil.
Beruntung juga uni soviet ya hahaha, tapi di sisi lain yang saya tau, ada pidato stalin yang sangat membangkitkan semangat tentara merah dan waktu itu juga saya download videonya dan itu musim dingin btw hahaha
bantu jawab hehe
sebenernya yg buat jerman kalah pas mau ambil alih moskow iya karna:
1.iklim musim dingin yg super extreme dimana war machine(alat perang) jerman jadi mandek, dan juga perlengkapan perang seperti pakaian musim dingin tidak dimiliki oleh jerman, jadi gagal ambil alih target city moskow. panzer yg jadi ujung tombak wehrmacht dan blitzkrignya jadi bulan2an, artillery dan infratry tentara merah karna mogok saat menyerang, kebanyakan track roda nya membeku karna es dan lumpur.
2.taktik perang yang sangat briliant yg dipakai jerman yaitu blitzkrieg (lightning war) untuk merebut prancis, polandia, belanda dan beberapa negara eropa ternyata memiliki bebrapa kekurangan, perang kilat yg di cetuskan oleh jendral hebat Erwin rommel saat itu kurang efektif, balik lagi karna musim dingin hebat tahun 1941 dimana taktik ini dikhususkan untuk perang cepat di gurun (musim panas). pasukan yg tertahan karna musim dingin mambuat gerak wehrmacht(AD jerman) jadi lamban, alhasil pasokan yg tadinya di perkirakan perang untuk seminggu malah berlarut2 jadi berbulan2 membuat pasukan di garis depan kekurangan pangan dan amunisi.
3.hadirnya jendral briliant di pihak rusia yaitu jendral georgi zhukov, jendral yang nantinya membawa tentara merah sebagai pemenang WW2. dengan taktik nya berhasil memukul mundur wehrmacht yg hampir sampe ke moskow
4.diketahuinya intelegent soviet bahwa jepang gak bakal nyerang soviet karna musuh bebuyutannya amerika, jadi zhukof secara rahasia menarik pasukan khusus yg ada di timur, yaitu pasukan siberia yg terkenal akan ketahanan nya di musim dingin dan skill perang individunya.
dengan begitu pasukan wehrmacht jerman yg terhambat karna musim dingin kalah sama pasukan soviet siberia yg handal di musim dingin, jadi bukan jg karna pure hoki si menurut ane, antara hoki+taktik+informasi+pasukan khusus. hihi
Kalau gak salah ini operasinya namanya Barbarossa ya kak Glenn?
Kalau ingat Uni Soviet selamat gara-gara iklim, sukak ketawa sendiri 🙂 Bad luck for Germany and France (di Era Napoleon, Perancis juga sempet nginvasi Rusia, and lagi, iklim yang membantu tuan rumah menggagalkan rencana Napoleon)
Uni Soviet bisa membalikan keadaan dan akhirnya merebut Berlin di awal Mei 1945 karena banyak hal:
1) Musim dingin dikombinasikan dengan ketidak siapan tentara Jerman.
2) Jumlah penduduk Uni Soviet yang banyak memungkinkan mereka mengganti tentara yg terbunuh maupun tertangkap.
3) Luas wilayah Uni Soviet memungkinkan mereka menukar “tanah” dengan “waktu”, memberikan mereka kesempatan untuk mundur, regroup, dan bertempur lagi.
4) Stalin akhirnya menyadari militer yg dikendalikan partai itu militer lemah. Dia akhirnya pelan² menghentikan ikut campur dirinya dan partai komunis di militer Uni Soviet, mengijinkan murid² dan junior² Tukhachevsky memimpin.
5) Daya tahan rakyat Rusia yg tak kehilangan harapan bahkan saat pasukan Jerman tinggal 20 km lagi dari Moskow.
6) Bala bantuan makanan kaleng, kawat duri, radio, kabel, dll dari Amerika Serikat memungkinkan industri Soviet konsentrasi menciptakan tank, kapal terbang, dan senjata² lainnya.
7) Blunder pihak Jerman sendiri, yaitu Hitler mengambil alih kepemimpinan militer Jerman, padahal biarpun dia memiliki bakat militer, dia tak pernah mendapatkan pendidikan keperwiraan.
8) Murid² dan junior² Tukhachevsky (Zhukov, Konyev, Rokossovsky, dll) adalah pemimpin² yg memang berkemampuan. Mereka berhasil mewujudkan mimpi Tukhachevsky: menciptakan militer Uni Soviet yg bukan cuma modern perlengkapannya, tapi juga administrasinya, cara berpikirnya.
Itu aja kasarnya, detilnya di artikel berikutnya yah!
Bang nih si stalin kan komunis tingkat berat ya. Apa dia juga punya andil dalam perkembangan komunisme dunia dan pandangannya tersendiri gitu ? Apa dia cuma menjalankan yang sesuai dengan pikirannya tanpa mengubah teori komunisme itu sendiri ? Makasih bang. Btw saya salah satu pecinta paham komunisme juga. Jangan cyduk saya ya pak presiden cuma suka tapi tetep cinta pancasila sih
Stalin tak mau disebut punya sumbangsih dalam perkembangan Komunisme sbg filosofi, sbg ideologi.
Betulan. Stalin sendiri terus menerus mengingatkan “Saya ini cuma penerus Lenin.” Soalnya, gak kayak Lenin yg berpendidikan, yg tahu betul kelemahan filosofis-fundamental dalam Komunisme sehingga bisa menyesuaikan diri, Stalin itu orang lapangan yg “street-smart” tapi pengetahuannya kurang. (Sampai mati dia tak tahu “Netherland” dan “Holland” itu negara yang sama!)
Selain karena Stalin “tahu diri,” dia juga bermain aman. Dengan mengkultuskan Lenin, lalu meminjam namanya, dia bisa mencap semua yang melawannya “Membangkang, melawan Lenin” makanya semua pendapat dia soal Komunisme itu selalu dia nyatakan sbg “interpretasi dia thd ajaran Lenin.”
Cuma ada 1 perbedaan fundamental antara Stalin dengan Lenin: soal asimilasi budaya. Lenin merasa, Uni Soviet adalah persatuan berbagai suku dan budaya. Semua bahasa dan budaya lokal adalah bagian penting dari Uni Soviet! Semua negara bagian Soviet berhak menggunakan bahasa lokal mereka di sekolah! Semua budaya itu akan memperkaya Komunisme Uni Soviet! Stalin yg lahir di Georgia, dan sudah “terasimilasi” ke budaya Rusia sangat tak setuju. Menurutnya, semua budaya lokal itu adalah “akar kapitalisme lokal” yg harus diberantas. Semua sekolah di Uni Soviet cuma boleh mengajarkan bahasa Rusia! Ini adalah satu²nya bentrok yg terbantahkan antara keduanya. Namun, setelah Lenin meninggal, Stalin tentu saja memlintir kata² Lenin, membuatnya se-akan² Lenin sejalan dengannya.
Makanya Stalin sendiri yg meminimalisir, bahkan menghilangkan “sumbangsih”nya thd Komunisme.
Makanya, sumbangsih Stalin kepada komunisme adalah kultus individu! Setelah mengkultuskan Lenin, dia pelan² mengkultuskan dirinya, menaruh dirinya sbg “penerus Lenin”.
Selain itu yah, andil Stalin dalam Komunisme adalah membuat nama Komunisme identik dg Holodomor, Gulag, dan pembantaian besar²an.
Lalu, yang disebut “stalinisme” apa ka?
Stalinisme adalah kombinasi hal2 yg saya sebutkan di atas: Kolektivisasi pertanian, industrialisasi besar2an, kultus individu, dan supremasi partai Komunis.
Namun, Stalin sendiri gak mau menggunakan istilah ini, sebab balik lagi, dia itukan “cuma penerjemah keinginan Lenin.” Lagipula, semua hal di atas juga diterapkan oleh Lenin, dan industrialisasi besar2an malahan awalnya adalah idenya Trotsky.
Jadi, saya sih merasa sumbangsih Stalin yg paling utama yah kultus individu, dan identifikasi Komunisme dg pembantaian jutaan orang.
Munculnya tokoh revolusioner komunis selalu disebabkan satu hal: Kapitalis, dimana rakyat tertindas dan hanya dijadikan robot pekerja sejak era revolusi industri dari Iggris. Pada kenyataannya banyak negara dengan paham komunis-sosialis runtuh (seperti Uni Soviet) meski China dengan paham komunis-sosialis ternyata bisa maju dan menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Indonesia sendiri dengan sistem kapitalis kini terseok-seok karena faktanya hampir seluruh kekayaan alam yang seharusnya di gunakan sebesar-besarnya untuk rakyat sekarang dikelola investor asing dengan dalih percepatan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi bukanlah obat ajaib yg menghilangkan semua penyakit masyarakat.
Sayangnya, ketiadaan pertumbuhan ekonomi adalah racun kuat yg membunuh masyarakat.
Kalo menurut profesor Ekonomi dari MIT, pertumbuhan ekonomi dibawah institusi ekstraktif (tidak melindungi hak rakyat) hanya bersifat sementara, krna rakyat ga bebas berkreasi dan merasa percuma kalo bekerja keras, akhirnya gadak perkembangan teknologi. Sama halnya dengan Uni Soviet, yg mengalami pertumbuhan ekonomi yg pesat, namun rakyatnya merasa terkekang dan teknologi di uni Soviet cenderung stagnan. Mgkn itu juga yg terjadi di China.
Bener juga sih sepertinya nya itu terjadi juga di China. Pembangunan ekonomi mau itu dari sistem kapitalis maupun sosialis pada kenyataannya memang ga memberikan kemakmuran yang menyeluruh, menurut ku kombinasi ideal dari kedua sistem itu dan intervensi proaktif dari legislatif dan eksekutif pemerintahan bisa berbuat banyak untuk kemakmuran rakyat.
Kapitalisme maupun Sosialisme itu sama² racun kalau diterapkan secara “murni dan konsekuen”. Masalahnya cuma dosisnya saja. Dan intervensi legislatif dan eksekutif itu memang terkadang diperlukan.
Kak,beda nya apasih komunis international sama komunis national,trus bener ga klok komunis itu anti agama?
“Komunis Internasional” atau sering disingkat jadi “Komintern” adalah forum pertemuan partai2 Komunis dari seluruh dunia. Forum ini dibubarkan oleh Stalin, karena Stalin lebih suka berurusan dg partai2 itu secara sendiri2, di blakang layar.
Karl Marx menganggap agama itu adalah salah 1 alat orang kaya untuk menindas orang miskin, memabukkan orang miskin bahwa penderitaan mereka di dunia akan diganjar surga setelah mati, makanya Karl Marx bilang “agama itu candu”! Jadi, YA, Komunis itu anti agama.
Namun kalo di Indo agak beda. Pendiri PKI itu adalah mantan anggota Sarekat Islam, jelas2 penganut agama Islam. Tan Malaka mengagetkan anggota2 Komuni Internasional ketika dia bilang mustahil menjual Komunisme di Indonesia kalo dijual sbg paham anti agama. Tan Malaka bilang, Komunisme cuma laku di Indonesia kalo dijual sbg versi modernnya agama, yg mendorong, mengusahakan keadilan dan kesejahteraan sosial.
Jadi, bedakan yah, secara fundamental Komunis itu anti agama, tapi orang2 Komunis Indonesia menitik beratkan persamaan Komunisme dg agama mayoritas di Indonesia di bidang keadilan dan kesejahteraan sosial.
another perspective dari gua. Kalo yg kamu maksud “komunis internasional” itu penerapan komunisme di mancanegara. Maka negara-negara dengan haluan komunis itu sebetulnya punya coraknya masing2. Dari uni soviet, korea utara, vietnam, tiongkok, kuba, venezuela, semua punya coraknya sendiri-sendiri.
Namun pada akarnya, komunisme itu ya gagasan sosial-ekonomi dari Karl Marx ttg perjuangan kaum pekerja untuk melawan kapitalisme & eksploitasi pekerja oleh kaum pemilik modal. Nah, pada era ketika Karl Marx merumuskan komunisme (abad 19), salah satu “senjata” kaum pemilik modal untuk mengontrol kesenjangan ekonomi para pekerja (agar tetap miskin dan menurut) adalah dengan memakai kemasan agama. Oleh karena itulah, ada satu kata2 Karl Marx yg sangat terkenal “Agama adalah candu masyarakat!”. Nah, statement itu seringkali menjadi acuan bahwa gagasan komunisme itu anti-agama.
Di satu sisi itu betul,Karl Marx memang bilang begitu. Tapi di sisi lain, menurut gua perlu ada penyesuaian konteks, dimana kalimat tsb dikatakan Marx ketika melihat permasalahan kaum pekerja di Eropa abad 19. Sementara gagasan komunisme dalam konteks ekonomi utk mencapai kesejahteraan sosial, sebetulnya tidak banyak menyentuh sisi agama.
Nah, untuk gerakan awal komunisme di Indonesia, justru sebetulnya digagas oleh tokoh-tokoh beragama Islam, seperti Semaun, Tan Malaka, dkk di bawah organisasi Sarekat Islam.
Ngehabisin rakyatnya dan kekuatan militernya itu bagaikan melucuti kekuatannya sendiri. Kayak ngeamputasi tangan dan kakinya sendiri.
Setuju!
Terima kasih artikelnya kak. Boleh request tentang Genghis Khan dan The Mongols?
Boleh saja. Untuk saat ini saya memang belum ada rencana menulis tentang Genghis Khan, tapi mungkin nanti.
Iya kak bisa buat artikel tentang genghis khan atau ga tokoh komunis kaya mao zedong kak
Kak, mau bertanya lalu mengapa pada waktu setelahnya Uni Soviet bisa bersekutu dengan Amerika Serikat pada World War? Dan memang pasca World War II, terjadi konflik beda ideologi antara 2 negara adikuasa ini, which is Cold War. Namun, pada akhirnya kedua negara ini dapat merealisasikan perdamaian di Konferensi Yalta yang dimana disitu melibatkan Stalin yang menyetujui perdamaian tersebut. Padahal Stalin sendiri mendukung Komunisme yang pasti anti-Kapitalisme. Namun, Amerika Serikat menjadi sekutunya yang notabene Liberalisme yang tidak sejalan dengan Komunisme. Kenapa hal tersebut bisa terjadi ya?
1) Uni Soviet bersekutu dengan Amerika Serikat dan Inggris saat PD2 karena dipaksa oleh Jerman. Sebelumnya, Uni Soviet yang tak menginginkan perang malah bersekutu dengan Nazi Jerman (Molotov-Ribbentrop Pact) dengan cara menyediakan bahan baku yg dibutuhkan industri militer Jerman. Namun, ketika akhirnya Hitler mengkhianati Stalin, Uni Soviet tak punya pilihan. Terpaksa bersekutu dg Inggris yg saat itu sudah berperang melawan Jerman. Amerika Serikat menjadi sekutu resmi Uni Soviet di akhir 1941 setelah Hitler menyatakan perang melawan Amerika Serikat beberapa hari setelah serangan Pearl Harbor.
2) Soal Teheran, Yalta, dan konfrensi2 lainnya, Stalin memandang ini sbg “Para pemenang berkumpul dan memutuskan nasib yang kalah, nasib dunia.” Jadi dia gak masalah. Apalagi presiden Roosevelt memprioritaskan berdirinya PBB dan perdamaian dunia pasca PD2, sehingga dia tidak berpikir Stalin akan menjadi lawan setelah PD 2 selesai. Dia malah berpikir Stalin bisa, jadi harus, diajak kerjasama untuk mewujudkan perdamaian dunia! Winston Churchill, PM Inggris, lah yg memandang Uni Soviet sbg pihak anti demokrasi. Stalin yg teliti melihat hal ini dan langsung membela Roosevelt setiap kali ada perbedaan antara Roosevelt dg Churchill! Akhirnya, Churchill bisa dibilang dibully oleh mereka berdua.
Di Potsdam, situasinya berubah. Roosevelt wafat, digantikan oleh Truman. Truman gak seperti Roosevelt, Truman sadar betul betapa berbahayanya Stalin ini sehingga dia jauh lebih tegas thd Stalin. Ketegasan Truman ini yg akhirnya menjadi Perang Dingin.
mantap…..sangat perlu untuk mengetahui tokohnya sebelum mengikuti jejaknya
oiya kak ada yang mau saya tanyain terkait stalin dan uni sovyet
1. saya pernah mendengar kisah tentang kepentingan tentara sovyet, yang lebih menanyakan keberadaan vodka daripada persenjataan. bagaimana kisahnya?
2. stalin kalo gasalah pernah berpendapat. “kematian seseorang adalah tragedi, kematian banyak orang adalah statistik”. kira kira apa yang membuat stalin berkata demikian. apa ada hubungan dengan sifat paranoidnya?
3. buku2 pelajaran IPS seringkali mendokumentasikan stalin sebagai sosok diktator kejam, seperti hitler. namun, keberhasilannya dalam membangun uni sovyet dan “ikut” memenangkan perang dunia kedua, terutama dalam merebut berlin, tidak bisa dihilangkan begitu saja. menurut kakak, sosok seperti apakah stalin ini, apakah berjasa atau justru destruktif terhadap pembangunan negara?
terima kasih
1) Saya blom pernah dengar soal ini.
2) Kalo interpretasi dari kata² itu adalah, ketika kematian sudah terjadi begitu banyak, begitu umum, kita jadi cuma memikirkan angkanya saja, statistiknya saja. Jadi, kalo mau bunuh orang, SEKALIAN BUNUH YANG BANYAK.
3) Banyak kegagalan dan kekalahan tentara Uni Soviet di tahun 1941, bahkan 1942, disebabkan oleh Stalin. Menurut saya, Stalin adalah seorang monster yg, sesuai kata Lenin, terlalu brutal, terlalu berbahaya kalau diberikan kekuasaan. Apalagi diberikan sebuah negara.
Saya lebih suka dengan pemimpin “uni soviet” yang sekarang. si pak Vladimir Putin.
Vladimir Putin gak pernah ngebantai jutaan orang karena paranoia!
dan putin bukan presiden uni soviet tapi russia..
Boleh nanya gak, siapa yang menggantikan si Stalin setelah meninggal ?
Terjadi perebutan kekuasaan antara kepala polisi rahasia, kepala birokrasi, dan kepala partai Komunis.
Kepala polisi rahasia Uni Soviet yg terkenal sadis, Lavrentiy Beria, akhirnya menjadi orang terakhir yang terbunuh dalam perebutan kekuasaan di Uni Soviet. Akhirnya yg menjadi “penerus Lenin dan Stalin” adalah Nikita Khruschyov, sang kepala partai.
makasi kak atas informasinya 😀
Sisi positifnya, kalo bukan karena stalin, mungkin unisoviet masih akan tetap menjadi Negara yg tertinggal dibidang industri (senjata). Dan kalo itu terjadi, kemungkinan besar nazi akan kehilangan salah satu musuh besarnya dan dapat mengambil alih unisoviet, dan itu dapat mengubah Hasil akhir PD2 …
“Ein Volk, ein Reich, ein Führer!”
Enggak juga.
Industrialisasi itu adalah idenya Trotsky. Dan Trotsky jauh lebih tak percaya pada kaum Fasis seperti Hitler dibandingkan Stalin. Perang Uni Soviet vs Jerman akan tetap terjadi, tetapi mungkin pihak uni Soviet yg menyerang duluan.
Kak mau tanya nih, dari dulu kepo sama wiliayah rusia yg seabreg luasnya itu ceritanya bisa seluas itu gimana ya kak?? Sebelum US pecah kan negara2 di Asia tengah & sebagian eropa timur milik US + Alaska dulunya milik US.
Gila mantap abis nih zenius!! Makin cinta hahaha.
Kak mau tanya nih, dari dulu kepo sama wiliayah rusia yg seabreg luasnya itu ceritanya bisa seluas itu gimana ya kak?? Sebelum US pecah kan negara2 di Asia tengah & sebagian eropa timur milik US + Alaska dulunya milik US.
Rusia itu sebetulnya expansi dari Moskow, yg muncul setelah Moskow mendominasi area tsb di era Mongol.
Setelah orang² Mongol berhasil dikalahkan, orang² Moskow, Novgorod, dan kota² laen itu bernapsu memburu orang² Mongol ke kota² mereka yg ada di Timurnya Moskow, bahkan Timurnya pegunungan Ural. Di saat yg sama, orang² ini di Barat tak bisa merebut lahan lebih banyak karena ada Polandia, Turki, dan kekuatan² Eropa lainnya. Jadinya, selama ratusan tahun, expansi Rusia itu ke arah Timur yg dihuni orang² Mongol dan suku² lokal, yg tehnologinya tertinggal jauh dari orang² Rusia. Daerah yang disebut Siberia. Expansi berlanjut sampai mencapai ujung Timurnya: Selat Bering. Para penjlajah dan petualang Rusiapun menyebrangi Selat Bering dan merebut Alaska.
Namun, wilayah ini “bermasalah”. Letaknya jauh sekali dari Moskow, Rostov, dan kota² Rusia lainnya. Tidak seperti org² Cina yg bisa menggunakan sungai untuk melintasi ribuan kilometer wilayahnya yg sulit dilalui kuda, sungai² di daerah Siberia ini mengalir dari Selatan ke Utara. Makanya kirim surat dari Alaska ke Moskow itu butuh waktu sekitar 6 bulan, jadi butuh sekitar 1 tahun untuk menerima jawabannya.Lebih celaka lagi, kapal² perang Inggris, Perancis, dan Amerika mulai “gentayangan” di daerah itu di abad 19. Maka akhirnya Tsar Alexander II memutuskan untuk menjual Alaska ke Amerika Serikat.
Expansi ke Siberia juga membawa masalah lain: minimnya tanah subur yg bisa diolah. Makanya expansi Rusia berikutnya adalah ke Selatan Sungai Amur. Di abad 17, expansi ini terhalang oleh Kekaisaran Manchu. Namun, melemahnya kekaisaran Manchu di abad 19, dikombinasikan dg kelihaian jendral² Rusia, akhirnya membuat Rusia menerima tanah gratis dari Cina, tanah yg kini menjadi “Propinsi Maritim” (Vladivostok dan sekitarnya.)
Demikian sekilas sejarah expansi Rusia.
Mantap abis. Thanks kak buat penjelasannya 🙂
Ditunggu artikel² keren selanjutnya kak!
Nah, ini saya baru ketemu video yg menjelaskan asal mula Rusia, sebelum invasi Mongol:
https://www.facebook.com/TEDEducation/videos/1386636988016170/?hc_ref=NEWSFEED
Sumpah keren ??
Bang, kalau dilihat dari definisinya, kyaknya pandangan sosialis-komunis gak jelek2 amat, dia mengutamakan kesetaraan. Tapi mungkin cara dari Stalin ajak yang kurang pas untuk menerapkannya.
Yg mau saya tanyakan, apakah memang sosialis-komunis itu adalah ideologi yg salah dan tidak boleh digunakan?
Lalu mengapa pandangan sosialis-komunis itu seolah olah sangat “dibenci” di Indonesia?
Hehehe, maaf banyak tanya. Tolong dikoreksi kalau ada yg salah bang.
Apakah sosialis-komunis adalah ideologi yang salah & tidak boleh digunakan? Menurut gua cara menanggapi sebuah gagasan/ideologi itu jangan langsung terburu-buru memberi cap, misalnya ideologi A itu pasti benar! Ideologi B itu pasti salah! dan seterusnya. Jangan seperti itu.
Mari kita pahami dulu secara perlahan, baik dari sisi gagasannya, maupun penerapannya. Nah, pada artikel ini kan kamu sudah mendapatkan informasi bagaimana penerapannya di Soviet era Stalin. Coba deh kamu telusuri bagaimana penerapan ideologi ini ketika dijalankan oleh negara-negara lain, misalnya di Tiongkok era Mao Dezong, Korea Utara pada dinasti Kim, di Kamboja di era Pol Pot, dan di Cuba pada era Fidel Castro. Pelajari bagaimana penerapannya, apakah sesuai dengan gagasannya? Apa saja kesulitan yg dihadapi dalam merealisasikannya? Apa hal baik/buruk yang terjadi pada rakyat dalam rezim sosialis-komunis?
Kemudian, untuk menjawab mengapa pandangan sosialis-komunis tidak bisa diterima di Indonesia, kamu bisa baca 1 artikel zenius yang pernah ditulis sebelumnya di sini >> https://www.zenius.net/blog/5405/catatan-sejarah-g30s-pki
Sudah dijawab oleh Glenn, tapi saya mau nambahin satu hal aja:
“kyaknya pandangan sosialis-komunis gak jelek2 amat, dia mengutamakan kesetaraan.”
-> Kesetaraan memang baik. Namun, niat baik saja tidak cukup. Kita musti ingat “Jalan ke neraka diaspali oleh niat baik.” Sebab, niatnya sih baik tapi seringkali hasilnya mengerikan.
Kak, Istrinya Stalin ada berapa ?
Dominoqq
Kak saya mau nanya. Dulu saya pernah baca di sebuah buku pelajaran PPKN, bahwa sistem ekonomi Pancasila merupakan gabungan dari sistem ekonomi komunis dan sistem ekonomi kapitalis/liberal. Nah menurut Kk Marcel gimana? Setuju atau Tidak?
Setuju, sistem ekonomi Pancasila itu sebetulnya memang gabungan. Maunya sih seperti negara² Eropa, memiliki jiwa kapitalis dan jiwa sosialis secara bersamaan. Sayangnya, pada prakteknya Indonesia tidak seperti negara² Eropa, belum sanggup (Atau belum berniat?) membrantas korupsi.
Terima Kasih atas penjelasannya.
Sumpahhh… Seru bgt kak artikelnya…
01:40 am
Makasih banyak!
Kak, request artikel buat Mao Zedong juga dong hehe
Sabar yah, artikel2 soal sejarah Cina lagi dalam pembuatan nih.
kenapa trotsky dianggap “jahat” ketimbang stalin ??
Trotsky gak dianggap sejahat Stalin, sebab Trotsky tidak membantai jutaan rakyat Rusia seperti Stalin. Dia cuma membantai ribuan kok.
apa karna ini juga ada pernyataan “komunis itu ideologi pembantai.” ??
Sebagian.
Stalin adalah salah 1 pembantai yg berideologi Komunis. Salah satu yang paling terkenal, yg paling banyak membantai. Namun, Stalin bukan satu²nya pembantai berideologi Komunis.
Selain Stalin, masih ada Mao, Pol Pot, Kim Jong Il, dll. Mereka membantai ratusan juta nyawa demi “Kemajuan”, demi “Revolusi”, demi “Kesejahteraan” dan 1001 jargon Komunisme yang lain. Secara konsisten, para pemimpin berideologi Komunis membantai rakyatnya secara langsung maupun tak langsung (melalui kelaparan dan kemiskinan). Mereka be-ramai² menciptakan fakta bahwa Komunisme memang adalah ideologi para pembantai.
Sampai sekarang, kalau orang² “kiri” mendengar hal ini, pasti langsung tersulut. Mereka akan langsung bilang “jutaan mati karena kelaparan dan kemiskinan karena kapitalisme!” Perhatikan, mereka tak membantah fakta bahwa Komunis punya hobi membantai. Mereka cuma bilang “KAMU JUGA” persis kayak anak kecil. Mereka lupa, (atau menolak tahu?) banyak penguasa non-Komunis berhasil memakmurkan banyak rakyatnya. Mereka gak nyadar ini juga masalah konsistensi. Soal membantai, memiskinkan, dan membuat rakyat kelaparan, Komunisme jauh lebih konsisten daripada kebanyakan paham lain.
Jurus lainnya: “Para pembantai itu bukan penganut Komunisme asli!” Kalo begitu, saya mau tanya, sudah 100 tahun nih sejak “orang yg ngaku Komunis” pertama mendapat kekuasaan. Dan sampai sekarang gak ada yg bisa jadi “Komunis tulen” kalo begitu jangan² masalah Komunisme adalah pengikutnya gak akan bisa menjadi “Komunis tulen” atau dg kata lain, Komunisme memang mimpi doang, mimpi yg tak bisa diwujudkan …
Jadi komunis idaman nya Marx dan Engels untuk mensejahterakan kaum buruh dan proletar masih jauh dari harapannya ??
Bukan cuma jauh dari harapan, pada kenyataannya negara2 Komunis malah memiskinkan semua orang termasuk kaum buruh-proletar.
Duh kesian juga ya Marx disana
ngomong-ngomong tentang sekulerisme. Itu jalan yang bagus memisahkan agama dalam pemerintahan dan politik ?? soalnya kedua ideologi (komunis dan liberalis) sekuler kan.
Mau tny, jika seandainya, kempempimpinan diserahkan kepada trotsky, apakah soviet akan mengalami masa ke emasan, dibanding pd masa stalin (masa keterpurukan)
Cuma spekulasi sih, tapi rasanya sih ENGGAK. Minimal 2 sebabnya:
1) Ideologi Komunisme sendiri punya kelemahan fundamental: gak paham bahwa manusia itu pada dasarnya malas! Cuma dg membelokkan total ideologi Komunis, seperti yg Deng Xiaoping lakukan, kelemahan ini bisa ditutupi. Trotsky itu tidak seperti Deng. Saya gak bisa membayangkan dia melakukan liberalisasi besar²an seperti yg Deng lakukan.
2) Trotsky yg jauh lebih mementingkan “Mengkomuniskan dunia” daripada Stalin. Artinya, bisa jadi dia memulai PD 2 secara prematur dg menyerang Nazi Jerman. Kalau sudah begitu, Uni Soviet akan berperang melawan Jerman tanpa bantuan Inggris apalagi Amerika Serikat.
Stalin sama saddam hussein memiliki latar belakang yang sama ya ?!
Sikap mereka juga hampir sama, tapi bagaimana pun mereka menjadi seperti itu karena keadaan keluarga dan lingkungan yang selalu mengekang hidupnya, sehingga kebebasan mereka terenggut dan menjadi individu yang bingas ?!
Sedih saya ???
Banyak psikopat memiliki latar belakang serupa: kurang atau bahkan tak menerima kasih sayang di masa kecilnya.
Mau nanya apa komunis selalu melibatkan atau identik dengan pembantaian, pembunuhan dan pemimpin yang kejam?
terus kenapa?
Karena pada dasarnya Komunisme mau mengatur segalanya. Pemimpin yg mengimplementasikannya jadi terlihat kejam, dan yg menolak diatur yah dibantai.
Itu yg 3 org bukan Trotskytapi Kalinin
BARU NEMU ASLI ARTIKEL KEREN RINGKAS BAHASA LUWES,ASOY DAH MAS BRO
Mau nanya kak, saya pernah nonton video berdirinya komunis di US yang dipelopori sama lenin dan pada waktu itu lenin juga sama kejamnya dengan stalin apakah itu benar? Soalnya kata dosen saya kematian lenin seperti kena azab ketika stroke
Betul, Lenin juga kejam. Dia tak segan² membantai musuh Komunisme. Namun, dia tak sebrutal Stalin.
Waduh, kalo ngomong soal “Azab” itu susah. Bagaimana membuktikan itu azab? Bagaimana membuktikan itu bukan azab?
Kalo Trotsky jadi pemimpin Uni Soviet kayaknya ga bakal jatuh yak Uni Soviet
Tak seperti Stalin yg mau mengkonsolidasi Komunisme di Uni Soviet, Trotsky mau secepatnya mengkomuniskan negara² lain. Kalau Trotsky yg berkuasa, bisa jadi Uni Soviet malah dikroyok Jerman, Italia, Inggris, Amerika, Jepang, dll.
Yg aku pengen tau penyebab jerman kalah dari uni soviet itu apa ya?