Emas dan perak dianggap sangat berharga. Apakah penyebabnya? Pertanyaan ini dijawab lengkap dengan penjelasan dari segi Sejarah, Ekonomi, dan Kimia.
Hey, Guys.. Ketemu lagi nih sama gue, si ganteng Ivan! 😛
Kalo sebelumnya, kita udah pernah cerita tentang Matematika yang dikawinin sama Biologi, sekarang gue akan ceritain satu hal yang umum di kehidupan sehari-hari, tapi bisa dipandang dari segi Kimia, Ekonomi, sampe Sejarah. Wah, apaan tuh? Penasaran kan..
Btw, sebelum masuk ke topik bahasan, gue mau tanya dulu nih, di antara lo (terutama yang cewek) ada yang hobi koleksi aksesoris ngga? Atau mungkin ada yang dari kecil udah “diwarisin” perhiasan (kalung atau gelang gitu deh) oleh ortunya yang biasanya berupa logam mulia seperti emas atau perak. Yup, emas dan perak itu dikategorikan sebagai logam-logam mulia yang dianggap sebagai barang berharga, bahkan gak jarang yang menjadikan itu sebagai bentuk investasi yang bisa dijual dengan harga lebih mahal di masa depan. Nah sekarang, lo pernah kepikiran gak sih kalo emas/perak itu kan cuma sepotong material senyawa kimia padat ya, sama seperti besi, aluminium, tembaga, timbal, seng, dan lain-lain, tapi kok bisa sih emas/perak dihargai lebih mahal daripada materi yang lain?
Emang apa istimewanya sih emas, perak? kok harganya bisa sampai muahal sedangkan bentuk senyawa padat lain harganya lebih murah? Padahal emas nggak bisa dimakan juga, nggak efisien itu dipake sebagai bahan bangunan, kurang begitu esensial buat kehidupan sehari-hari, masa cuma gara-gara buat hiasan doang karena warnanya bagus dan mengkilat. Terus, kok tiba-tiba bisa sih semua orang di seluruh dunia kompak bikin harga logam atau mineral tertentu bisa lebih mahal daripada yang lain?
Eit… tapi sebelum gua jawab pertanyaan itu, mau nggak mau kita harus mulai dulu dari pertanyaan dari nilai kebehargaan barang itu dilihat dari apa, yang dalam hal ini indikatornya adalah uang. Dari uang sebagai nilai tukar, kita juga harus paham konsep ekonomi dan sejarah seru. Okay, di Zenius Blog kali ini gue akan bahas hal-hal di atas sekaligus share cerita tentang peran emas dan perak sebagai salah satu bentuk nilai tukar (mata uang) yang pertama di dunia. Okay, langsung aja yuk kita mulai ceritanya.
Sejarah Uang Emas/Perak dan Inflasi
Pernah nggak sih lo kepikiran dari sebuah ungkapan “in the end, money is only paper“. Secara materialis, uang yang kita kenal sekarang itu emang sebetulnya cuma sekadar kertas yang ada gambarnya terus dikasih nilai bahwa kalo yang gambarnya anu nilainya sekian, gambarnya lain nilainya lain lagi. Tapi kertas-kertas ini bisa jadi mewakili bentuk transaksi nilai, barang, dan jasa. Bayangin aja, lo ngasih kertas bergambar dapet satu mangkok bakso yang enak. Lo ngasih kertas bergambar tertentu dapet gadget keren, tapi kalo lo gambar sendiri kertasnya, paling lo ditabok atau masuk penjara karena dianggap bikin uang palsu, hehe..
Berarti dalam konteks ini kita mengenal beberapa fungsi uang yang kita pegang sehari-hari, yaitu sebagai alat tukar, alat pengukur nilai, dan alat simpan nilai. Sampai abad ke-18, sebagian besar uang yang beredar di dunia berbentuk komoditas, berupa koin emas dan perak. Waktu itu, belum ada tuh mesin cetak kertas yang bisa mencetak kertas dengan gambar tertentu dengan seragam dan tersebar luas secara geografis. Ya, mau gak mau harus pake mesin cetak yah, masa uang mau digambar satu per satu? Berarti nanti semua orang bakal bikin uangnya sendiri-sendiri dong. Maka dari itu, emas dan perak lah yang memiliki peran penyimpan nilai. Sehingga, setiap pertukaran transaksi barang dan jasa, diukur dengan sejumlah emas atau perak.
Tetapi bukan berarti nilai setiap barang penyimpan nilai itu stabil lho, pasti lo pernah denger kan kalo “harga emas lagi naik/turun nih”. Nah, lo tau gak itu kenapa alasannya dibalik hal itu? Dalam barang pembentuk uang (dalam hal ini emas/perak), berlaku hukum pasar yang disebut juga hukum penawaran dan permintaan.
Nah, hukum permintaan dan penawaran ini pun berlaku untuk barang pembentuk uang, alias emas dan perak. Setiap kali ada emas atau perak yang masuk ke suatu ekonomi (misalnya melalui penemuan tambang emas atau perak baru) nilai emas atau perak tersebut akan berkurang. Kenapa? Karena muncul supply baru yang beredar di pasar, tapi pertumbuhan produksi jumlah barang dan jasa kurang cenderung stabil segitu-segitu aja. Keadaan ini menyebabkan nilai uang menurun, dan berdampak terjadinya inflasi.
Ada dua contoh terkenal dalam sejarah mengenai inflasi, gini nih cerita sejarahnya…
Cerita 1: Musa I – Mansa Mali
Contoh yang pertama adalah cerita Musa I, “Mansa” (gelar raja) Mali. Doi menguasai kekaisaran Mali di Afrika Barat dari tahun 1312–1337. Mali memiliki tiga tambang emas yang besar. Hukum Mali waktu itu melarang perdagangan dengan emas. Semua emas adalah milik Mansa dan dapat ditukar dengan uang komoditas lain yang digunakan di Mali, yaitu garam dan tembaga. Karena hukum ini, para Mansa yang memerintah punya emas yang banyak banget. Kejadian ini adalah satu-satunya dalam sejarah di mana nilai emas di wilayah Laut Tengah dikendalikan hanya oleh satu orang.
Nah, sebagai seorang Muslim yang taat, Mansa Musa pergi naik haji pada tahun 1324. Total rombongannya mencapai 70,000 orang, membawa banyak harta termasuk hampir 20 ton emas. Sepanjang jalan, Musa menyumbang emas kepada orang miskin di kota-kota besar yang dia lewati, termasuk Kairo, Mekkah, dan Madinah. Selain itu, dia juga membeli banyak suvenir dengan harga yang lebih tinggi dari seharusnya (mungkin agak ditipu pedagang setempat, hehehe). Bahkan, konon dia membayar orang untuk membangun masjid baru di tempat manapun yang dia lewati setiap hari Jumat! Karena begitu banyaknya emas Afrika yang mengalir ke pasar kota-kota tersebut, semua orang jadi punya banyak emas.
Secara semua orang tiba-tiba “kaya” dan berlimpah emas. Jadinya, nilai emas gak begitu berharga (soalnya semua orang jadi punya emas). Hal ini mengakibatkan nilai tukar emas menurun drastis dan bahkan tidak kembali ke tingkat yang sama sampai seenggaknya satu dekade. Akibatnya, harga barang-barang melangit, daya beli masyarakat menurun, dan sektor ekonomi rill jadi terhambat. Kacaulah kondisi ekonomi di jazirah Timur Tengah dan sebagian Afrika pada masa itu.
Nah, jadi sekarang lo paham yah, bahwa hukum ekonomi itu terjadi dalam ruang lingkup masyarakat di jaman kapan pun selama manusia punya kebutuhan dan saling berinteraksi untuk memenuhi itu. Coba sekarang lo bayangin kalo misalnya tiba-tiba semua orang di Indonesia punya uang yang banyak, itu bukan berarti semua orang langsung jadi sejahtera yah. Malah sebaliknya, kalo semua orang dibagi-bagiin uang dalam jumlah banyak, sementara sektor produksi riil tetap, bisa-bisa kacau balau perekonomian negara kita.
Cerita 2: Spain Colonial Exploitation
Contoh yang kedua adalah eksploitasi emas dan perak Amerika Latin yang mengubah ekonomi dunia. Di tengah abad ke-16, penakluk Spanyol “mengambil” (baca: merampok) emas dalam jumlah masif dari bangsa Inca dan juga menemukan tambang perak yang menggunung di Potosi, Peru. Walaupun nilai perak sekarang jauh lebih rendah dari emas, pada jaman itu perak masih banyak dicari terutama di Timur Tengah dan Timur Jauh (China), dan harganya bisa dua kali lipat harga perak di Eropa. Karena itu, tambang perak itu dieksploitasi secara massal selama satu abad berikutnya. Akibatnya, koin perak Spanyol jadi mata uang internasional dan banyak beredar di Eropa.
Naah… gara-gara eksploitasi besar-besaran itu, Eropa kebanjiran perak dari Amerika latin dan mengalami inflasi yang cukup tinggi karena uang tiba-tiba jadi berlimpah sementara produktivitasnya kurang-lebih ya segitu-segitu aja. Sementara itu di Tiongkok, perak (uang) yang mengalir ke sana nggak dateng begitu cepatnya (ya kali Tiongkok kan jauh bro!) sehingga ekonomi mereka tumbuh dengan lebih stabil.
Kalo lo penasaran, nama koin Spanyol ini real de a ocho atau disebut juga peso de ocho, asal usul kata nama mata uang peso. Dalam bahasa Inggris, peso de ocho artinya “piece of eight” karena nilai satu koin tersebut adalah 8 real (mata uang Spanyol sebenarnya). Oiya, lo mungkin pernah lihat koin Spanyol yang jadi mata uang internasional itu, menggantung di bandana-nya kapten Jack Sparrow. Koin itu adalah “piece of eight” kesembilan di cerita Pirates of the Caribbean.
PS. peristiwa ini juga yang mendasari era awal bajak laut. itu karena hasil eksploitasi tambang dari Amerika Selatan (dan barang dagangan) harus didistribusi ke daratan Eropa melalui perairan Atlantik (yang salah satunya adalah perairan Karibia).
Lha, Terus Kenapa Emas dan Perak Dibuat dan Dipakai Jadi Uang dari Jaman Dulu?
Okay sekarang lo udah paham tentang fungsi nilai mata uang dan sedikit penjelasan tentang pengaruhnya dalam ekonomi. Nah sekarang kita balik haluan dari ekonomi dan sejarah ke ilmu Kimia. Kita balik lagi ke pertanyaan kenapa logam berharga, harganya relatif lebih tinggi dari unsur-unsur lain di muka bumi ini. Yang paling terkenal adalah tiga logam yang biasanya dibuat menjadi koin sejak jaman dulu, yaitu emas, perak, dan tembaga. Eh kok tembaga, bukannya perunggu ya? Perunggu itu sebenarnya campuran dan bukan logam murni, berbahan dasar tembaga (~90%) ditambah timah (~10%). Campuran perunggu ini sifatnya lebih keras dan tahan banting daripada tembaga murni sehingga selain bisa dibuat menjadi koin yang tahan lama, perunggu juga banyak dipakai untuk benda lain, seperti senjata tajam dan baju pelindung.
Untuk menjawab pertanyaan mengapa harga logam berharga itu tinggi, gue akan sedikit menyentuh segi Ekonomi dari pertanyaan ini, sebelum gue masuk ke Kimia. Nah pertama-tama, pastinya, sebuah logam akan dianggap berharga jika logam itu langka. Kelangkaan adalah masalah utama dalam ekonomi, dimana kita sebagai manusia punya keinginan yang tak terbatas sementara sumber daya kita terbatas untuk memuaskan keinginan tersebut. Konsep kelangkaan ini sering keliru dimengerti oleh orang-orang. Sebuah benda bisa saja langka, tapi bukan berarti benda itu penting lho. Agar sebuah benda menjadi langka, benda itu harus sulit didapatkan, sulit dibuat, atau keduanya. Karena itu, biaya produksi kita untuk mendapatkan benda itu akan menentukan kelangkaan benda tersebut. Contohnya, udara. Meskipun penting banget untuk kehidupan manusia, kita ga perlu biaya untuk produksi udara. Makanya, udara itu tidak langka, gratis, dan yang jelas tidak berharga sebagai nilai tukar barang/jasa.
Di sisi yang lain, berlian itu nggak bisa dimakan kalau lo laper, tapi untuk mendapatkan berlian orang harus mencari dan memprosesnya, dengan biaya produksi yang tidak kecil. Nggak sembarangan orang bisa menciptakan maupun mendapatkan berlian. Makanya, berlian itu langka dan harganya tinggi sebagai nilai tukar barang/jasa. Sementara kalo semua orang bisa dengan mudah menciptakan alat nilai tukar, yang terjadi adalah sama persis dengan dua cerita inflasi yang gua ulas sedikit di atas. Semua orang langsung “kaya”, dan nilai tukar malah merosot dan roda perekonomian gak berputar dengan lancar.
Ketiga logam tadi (emas, perak, tembaga) itu cukup langka di dunia klasik. Makanya, ketiga bahan tadi menjadi bahan pembuat koin dalam jangka waktu yang cukup panjang dalam sejarah. Tapi selain langka, ada syarat lain agar bahan-bahan tersebut cocok untuk dijadikan uang. Di sini baru sifat-sifat kimia suatu bahan jadi “persyaratan” yang membuat bahan itu berharga. Pertama, nilai tukar tersebut (dalam hal ini koin) harus bisa bertahan lama agar bisa terus beredar sebagai nilai alat tukar. Oleh karena itu, logam yang dipakai harus tahan terhadap korosi atau oksidasi di udara yang lembap.
Nah, ketiga logam ini (emas, perak, tembaga) dianggap sebagai logam mulia karena tidak mudah berkarat. Sebetulnya kalo definisi dari logam mulai itu adalah logam yang tidak mudah berkarat, berarti logam mulia sebenarnya gak cuma tiga itu. Ruthenium, rhodium, palladium, osmium, iridium dan platinum juga sebenarnya termasuk logam mulia, tetapi mereka ditemukan pada abad ke-18 ke atas, jauh setelah koin emas, perak dan perunggu dipakai secara umum. Merkuri atau raksa juga termasuk logam mulia sih, tapi wujudnya yang cair dalam suhu ruangan bikin dia jadi gak bisa dipake.
Keliatan kan beda jauh harganya? Timah (tin) harganya 9 dolar per lb (kurang setengah kilogram) dan ruthenium harganya 60 dolar per ozt (31 gram)
Logam-logam mulia disusun berdasarkan posisinya di tabel periodik. Tembaga (Cu), Perak (Ag) dan Emas (Au) ada dalam satu golongan.
Nilai emas yang tinggi sebagai uang ini juga penting dalam ilmu cikal bakal kimia, al-kimia (alchemy). Pada abad ke-8, seorang ilmuwan al-kimia Arab, Jābir ibn Hayyān, dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kimia” oleh banyak orang karena memperkenalkan konsep yang belum digunakan dalam al-kimia sebelumnya. Konsep ini menekankan metode saintifik dan eksperimen di laboratorium untuk mempelajari unsur-unsur. Jābir juga tercatat sebagai orang pertama yang menggunakan aqua regia, atau air raja, campuran HNO3 dan HCl dengan rasio 1:3. Aqua regia ini dapat melarutkan logam mulia yang paling mulia jaman itu, alias emas.
Namun, metode saintifik yang dibawa oleh Jābir alias Geber ini belum banyak digunakan oleh pelaku al-kimia lain. Tujuan dari para pelaku al-kimia (yang masih ngawur) secara umum cuma dua:
- menemukan zat yang bisa mengubah logam lain menjadi emas atau perak;
- menemukan zat yang bisa menyembuhkan semua penyakit dan bisa memberikan hidup panjang bahkan hidup abadi.
Kok jadi kayak di dongeng-dongeng yah? Ya emang beneran ada kok periode di mana orang-orang nyari obat awet muda, ramuan buat ngubah benda jadi emas, berlian, ruby, sapphire, dan sebagainya. Kalo kita yang denger di jaman sekarang mungkin terdengar konyol, tapi emang itulah proses tahapan belajar dari yang ngaco jadi makin bener, dan makin bener terus.
Ilmu al-kimia (yang masih rada ngaco) inilah yang akhirnya berkembang menjadi ilmu kimia (yang udah bener saintifik) pada era enlightenment abad ke-16 di mana metode saintifik mulai digunakan lebih luas. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat, akhirnya kita tahu sekarang bahwa al-kimia itu ngawur, karena identitas unsur ditentukan oleh inti atomnya dan tidak bisa berubah, kecuali oleh reaksi inti – fusi dan fisi.
Kenapa ya, Sekarang Kita Nggak Lihat Emas dan Perak Lagi Sebagai Bentuk Nilai Mata Uang Kita?
Dalam sejarah, penggunaan uang komoditas semakin berkurang ketika banyak negara berpindah ke sistem uang fiat pada abad ke-18. Apa itu sistem fiat? Sistem fiat adalah sistem, di mana uang yang beredar hampir nggak mempunyai nilai nyata atau intrinsik, tapi karena pemerintah bilang itu ada nilainya jadinya bernilai deh. Maksudnya, kertas yang dicetak dengan gambar dan tulisan Rp. 100.000 itu bernilai 100.000 rupiah karena mempunyai tanda legal oleh hukum dari pemerintah Indonesia. Apa alesannya nilai mata uang berpindah dari koin jadi kertas? Yang pasti adalah nilai kepraktisan, dari mulai kepraktisan mencetak, sampai kepraktisan dalam penyimpanan, dan kepraktisan dalam transportasi. Peralihan uang koin ke kertas sendiri terjadi tidak serempak di seluruh dunia, dari mulai yang pertama China (abad ke-7), Italia (abad ke-14), Amerika Serikat (abad ke-17). Kebayang yah lo gimana ribetnya transisi nilai tukar dari logam mulai ke kertas (abis belum ada internet, Twitter dan Facebook jadi seluruh dunia gak bisa langsung kompak).
Tadinya, semua uang kertas dan koin yang dicetak itu di-“patok” ke komoditas tertentu, biasanya emas atau perak, terutama dolar Amerika sebagai mata uang internasional. Pada tahun 1944, dolar Amerika dipatok pertukarannya, yaitu 35 dolar untuk satu troy ounce (31.103 gram) emas. Jadi semua mata uang negara lain dapat ditukar dengan dolar Amerika sehingga semua pertukaran uang jelas rasionya terhadap emas.
Awalnya sistem ini oke-oke aja, karena satu negara Amerika ekonominya lebih besar dari sepertiga dunia. Tetapi memasuki tahun 1970, porsi ekonomi Amerika dibanding dunia turun cukup drastis sehingga kekayaan riil (emas) Amerika nggak cukup lagi buat menjamin nilai uang mereka. Akhirnya patokan riil uang terhadap emas dihapus oleh Amerika dan semua nilai mata uang dibiarkan “mengambang” tanpa benda nyata yang terjamin bisa ditukarkan. Tapi tanpa patokan tersebut pun, uang kita masih berfungsi sebagai uang karena sifat yang diperlukan adalah sebagai alat penyimpan nilai, alias uangnya sendiri gapapa kalau nggak bernilai. Nilai emas dan perak sendiri sekarang “mengambang” mengikuti penawaran dan permintaan pasar.
****
Nah, sekarang lo coba kilas balik deh artikel ini, dari yang tadinya kita cuma mau ngejawab pertanyaan sesederhana “kenapa emas/perak dihargai lebih mahal daripada senyawa padat kimia lain?” itu ternyata perlu pemahaman dari berbagai disiplin ilmu yang terintegrasi dari mulai ekonomi, sejarah, sampai kimia. Mungkin sebelumnya lo nggak nyangka kalo rasa penasaran terhadap duit, bisa diceritain panjang lebar dari segala sudut pandang ilmu pengetahuan. Jadi, satu hal yang perlu lo inget, kalo lo penasaran terhadap suatu hal, jangan ragu untuk memenuhin dahaga lo dengan langsung obok-obok Google, baca buku, atau tanya sama orang yang lo nilai berkompeten. Ketika lo terbiasa untuk curious, lo akan nabung pengetahuan dari waktu ke waktu. Dengan waktu yang mumpuni, lo akan punya tabungan wawasan yang terintegrasi ke segala ilmu. Modal yang oke banget, ngga hanya di bidang akademis, tapi di kehidupan sehari-hari lo. Okay, sekian dulu cerita gue soal emas, perak dan perannya sebagai uang sepanjang sejarah.
Sumber:
http://www.thatswhatsgoodmedia.com/mansa-musa-richest-human-world/
http://en.wikipedia.org/wiki/Musa_I_of_Mali
http://en.wikipedia.org/wiki/Potos%C3%AD#Colonial_silver_exploitation
—————————CATATAN EDITOR—————————
Kalo ada pertanyaan lebih lanjut soal topik ini atau kimia in general ke Ivan, silakan comment di bawah ya. Kalo lo mau baca lagi koleksi cerita Zenius tentang Kimia, lo bisa lanjut baca tulisan ini:
kalo kita bagi2in uang atau emas bisa bikin perekonomian jadi terhambat, lalu solusi bwt bikin manusia sejahtera gmn ?
Ini pertanyaan yang besar banget, dan mencakup ranah ekonomi, sosial dan politik, yang harusnya kamu tanya ke orang-orang baik di cabang legislatif dan eksekutif negara 😀
Pendapat tentang ini macem-macem banget, dan kurang lebih punya spektrum ‘kiri-kanan’ dengan kiri identik dengan ide-ide sosialisme, sekularisme, environmentalisme dan anarkisme sedangkan kanan identik dengan konservatisme, kapitalisme, nasionalisme dan fasisme.
(Jadi inget kemaren ada yang bilang Jokowi antek kapitalis, nasionalis tapi sekaligus komunis, gak masuk di akal banget. Dimaafkan sih yang ngomong begitu model kurang belajar gak kayak anak Zenius)
Yang pasti uang mengikuti hukum pasar. Kalau dari gue pribadi, yang meningkatkan kesejahteraan manusia itu bukan uang (perantara pertukaran) tapi peningkatan produktivitas manusia itu sendiri. Makanya, kita mengenal sistem redistribusi pengambilan pajak oleh negara (orang kaya akan bayar lebih banyak pajak) untuk digunakan membangun kesempatan berkompetisi yang sama, seperti pembangunan pendidikan dan kota-kota kecil di pelosok.
hmm lalu menurut ka ivan sistem pemerintahan yang membawa rakyatnya untuk sejahtera harus kyk gmn sih?
dan pernah ada gak sih sebuah sistem pemerintahan yang buat rakyat jadi sejahtera pada abad2 masehi yang lalu ? kalo saya rasa demokrasi ini malah bikin bnyk masalah deh.
Demokrasi itu lebih ke penempatan kekuasaan dan memang semestinya ditaruh di semua orang yang kesejahteraannya bersangkutan. Dan sistem yang bisa membuat rakyat sejahtera itu bukan pembahasan politik, tapi ekonomi. Masalahnya adalah ketika:
1. Penduduknya banyak, jadi gak praktis buat demokrasi total kaya Yunani kuno (abad 3 sebelum masehi, semua penduduk bener-bener ikutan rapat, walaupun cowok doang jadi diskriminasi terhadap perempuan). Di sini jadi pakai perwakilan alias DPR.
2. Penduduk atau penguasanya gak siap, dalam artian gak punya kemampuan dan pengetahuan yang cukup. Ini lebih parah lagi. Coba itu petinggi-petinggi di DPR bisa diajak ngomong tentang konsep makroekonomi dasar nggak? Gue sih khawatirnya nggak, ini malah bikin orang-orang mikir “oh demokrasi itu bikin rakyat gak sejahtera” padahal penguasanya aja yang gak becus.
Kalopun Indonesia mau dibikin autokrasi, kalo yang megang kuasa dableg juga sama aja malah bisa lebih parah. Justru demokrasi bisa dengan perlahan update sama kebutuhan jaman kecuali rakyat dibodohi jadi milihnya buta dan gak rasional.
Coba lihat model ekonomi negara-negara Eropa Utara yang oke banget:
http://en.wikipedia.org/wiki/Nordic_model
Semoga menjelaskan 🙂
bukannya politik juga berpengaruh ya ka sama keadaan ekonomi suatu negara, trus gw jg pernah baca2 sejarah pas dunia hanya mengenal barat dan timur ada sebuah sistem pemerintahan bernama khilafah yang wilayahnya sampe 2/3 dunia. di situ di ceritain pada sistem itu rakyatnya pada sejahtera dan banyak melahirkan ilmuwan2 seperti al khawarismi, ibnu sina, dll.
menurut ka ivan kalo jaman itu kita kembalikan gmn ?
maaf ka kalo kebanyakn nanyanya hehe 😀
Menurut gue politik dan keadaan ekonomi itu punya hubungan, tapi tidak langsung. Contohnya? Struktur politik Yunani sekarang itu mirip dengan Perancis dan Jerman. Ekonominya? Jerman masih kuat banget, sementara Yunani kena krisis ekonomi yang malah mengimbas satu Eropa. Kenapa?
Ini poin penting yang harus gue ulang, yang gue tulis tadi di poin nomer 2. Kalau penguasa nggak mampu atau nggak berniat mengerjakan kesejahteraan rakyat, sistem apapun gak guna. Banyak monarki dan tipe autokrat (satu orang penguasa) lainnya sepanjang sejarah yang keadaannya sejahtera (karena pemimpinnya mampu) dan yang melarat (karena sebaliknya). Sepanjang sejarah Khilafah pun ada pemimpin baik (misal Umar II, Umayyad) dan kurang baik (Ibrahim Abu Bakr, ISIS).
Untuk khilafah, gue punya beberapa poin yang seringkali orang (terutama di Indo) yang gak lihat (lebih parah lagi, mungkin gak tau) dan main sesumbar ngomong Khilafah.
1. Legitimasi legislasi atau pembuatan hukum. Dalam Khilafah, acuannya adalah Qur’an dan Sunnah. Penduduk dunia – atau Indonesia, zoom in lagi bahkan Jakarta aja – itu kemungkinan nggak semuanya setuju dengan sumber hukum ini. Cukup jelas, karena nggak semuanya Muslim. Legitimasi hukum harus datang dari orang-orang yang akan mematuhi hukum tersebut, dan adalah diskriminasi apabila hukum itu dipaksakan tanpa persetujuan.
2. Pemilihan penguasa. Dalam demokrasi, walaupun dengan perwakilan, setiap penduduk punya kekuasaan yang ditransfer ke wakilnya. Dengan kata lain, rakyat punya hak untuk mencopot dan memasang pemimpin yang mereka inginkan. Ini tentunya kontras dengan sistem Khilafah.
3. Kebesaran kemajuan peradaban Khilafah dalam sejarah bukan disebabkan langsung karena sistem politik atau ekonomi mereka, tetapi karena tingginya tingkat kebebasan orang untuk berpikir saat itu. Ini poin penting banget. Sekarang, dengan terkurungnya kebebasan orang untuk berpikir terutama saat bergesekan dengan agama, membuat kemajuan sains abad-20 didominasi oleh ilmuwan sekuler yang nggak nyampur-nyampur input dari agama. Mereka beragama, sure, tapi mereka gak nyampur agama itu ke dalam eksperimen dan melaporkan hasil percobaan mereka.
Ini terlihat dari jumlah published research yang minim sekali dari negara-negara yang cenderung teokratis. Di Nigeria bahkan penduduk Muslim di sana nggak percaya vaksinasi Polio karena mereka pikir penyakit itu ‘ulah orang Barat’. Yang bener aja.
kalo semua sistem sama aja, berarti supaya rakyatnya sejahtera yang harus di introspeksi pertama pemimpinnya ya
Seperti kata salah satu dosen idola gue dulu di pembukaan kelas pertama beliau, “I may be your professor in physical chemistry, but my love has always been for history.” <3 <3 <3
Selain pemimpin yang benar tentunya harus ada masyarakat yang terdidik. Kalau masyarakat belum terdidik, menurut gue pemerintahan searah yang memang mampu tapi agak memaksa masih boleh lah. Contohnya pemerintahan satu partai Singapura dari merdeka sampai sekarang, bayangin Singapura itu gak punya kekayaan alam sama sekali loh. Merdekanya juga tahun 1965, telat 20 tahun dari kita. Tapi lihat proses pembangunan riil secara infrastruktur dan budaya secara manusianya, jauh berbeda. Ini juga karena adanya perencanaan pendidikan yang baik di samping pembangunan.
Di Indonesia sendiri menurut gue fokus beratnya adalah di pemerataan daerah dan pendidikan umum. Perkotaan sudah cukup mandiri dengan pemda yang kuat hasil pilkada (Ridwan Kamil, Ahok, dll udah top) sekarang harus diimbangi sama daerah rural.
Gue menerima banget pertanyaan-pertanyaan dari semua orang, dan akan gue coba jawab dengan pengetahuan gue yang terbatas. Dengan kekuatan Google, akan membantumu 😉
trus pola pikir yang gk terkurung itu gmn ? apa kyk yang di blognya ka sabda yang ngebahas ttg SBMPTN foundation intellectual??
iya daerah rural, pedesaan, dsb itu selalu terbelakang. apa sesulit itukah pemerataan daerah.
ok thx ka atas jawaban lu (Y)
Menurut gue terkurung adalah ketika kita menemukan sesuatu yang kita nggak tahu tentang dunia, kita hanya berasumsi. Asumsi adalah cuma tahap pertama dari metode sains, setelahnya ada hipotesis, eksperimen dan membuat kesimpulan. Kebiasaan orang yang paling fatal adalah tidak berhipotesis dan bereksperimen dan langsung loncat dari asumsi ke kesimpulan. Ini kalau dari kecil diterapkan akan jadi pola pikir yang berakar.
Contohnya ada di blog post gue sebelumnya, bisa lo baca di sini:
https://www.zenius.net/blog/bahan-kimia-buatan-bahaya-alami-sehat
Dari kecil kalau cuma denger-denger bahwa “Bahan kimia itu berbahaya loh, jangan makan banyak-banyak”, kita jadi terkondisi untuk melakukan itu. Banyak loh orang-orang pinter yang gue kenal, lulusan jurusan sains atau teknik, tapi begitu masuk ke kehidupan praktis gak nerapin pemikiran saintifik.
Dua aturan yang simpel untuk pemikiran terbuka.
“Question everything.”
dan
“Think again.”
intinya tiap orang boleh punya asumsi tapi butuh riset bwt membuktikan ya.
iya sering bgt gw denger kata gtu, katanya banyak kimianya padahal kan kimia itu dimana-mana.
gw juga masih binggung emg yang bikin msg sama aspartam bisa berbahaya itu gmn ka ?
Monggo dilihat di artikel yang gue copas link nya di atas tadi 🙂
berarti semua unsur itu aman ya yang penting dosisnya tepat, tapi gw pernah pas lagi ngantuk trus minum kopi kenapa masih ngantuk ya padahal kan dya mengandung unsur kafein yang bisa meningkatkan konsentrasi, apa satu bungkus kopi masih belum cukup ??
Coba dibaca lagi artikel yang tadi.
“Bahaya terletak pada dosis”
Gue ga bilang semua itu aman, tapi tergantung dosis. Secara umum, kalau dosis kecil saja sudah membentuk banyak efek negatif, kita ||sebut|| itu bahaya. Bisa dibilang, semua itu aman sampai dosis tertentu, atau semua itu bahaya setelah mencapai dosis tertentu. Sama aja.
Perihal pertanyaan-pertanyaan kasus yang spesifik (pengalaman ini, pengalaman itu) biasakan mengambil data. Kasus lo dengan segelas kopi harus lo lihat beberapa faktor, misalnya: kopi yang lo minum satu sachet berapa dosisnya (beda merk beda jumlah)? Jam berapa minum kopinya (pengaruh dari ritme circadian atau siklus tidur lo) waktu itu?
Kalau ternyata kopi lo kafeinnya dikit (kebanyakan kopi sachet memang medium-low), atau lo minumnya pas lagi lo memang fatigued/lelah atau pas jam 2 pagi lo belom tidur, ya nggak efek. Efek psikologis placebo dan nocebo yang mungkin ada juga perlu diconsider.
Entah kenapa gue malah lebih suka baca komen ini daripada artikelnya…
Entah mengapa Yaaa gua baca komen ini pusing … Pemerataan Kota di Indonesia Ya menurut gw Kalah Jauh dibanding (Kalau Singapur Tadi Ngomongnya Kita bawa Singapur) Itu Lumayan Jauh ,Karena Pak Eksekutif pada bngung Mau bikin lahan dimana Jadi asal bangun Yg Penting duit jalan Dompet keIsi bisa Liburan …. dan Kalau bsa W sampein Koment w buat orang” besar sekali-kali liat kalau liburan knapa dia bisa pengen Kesana kgk di bangun aja di deket Tempat Tinggalnya Yakan Serupa tapi Tak sama … dan Lagi itu bsa nguntungin dia Juga …. Kalau bang Ivan tadi bilang Pemikiran Masyarakat yg terkurung … Gua Sependapat ama itu Mereka hanya menyaksikan gaya hidup mereka masing” itu mungkin ya yg error menurut Gua .. Kalau misal ada pemimpin bgini , Kalau gua pngn nya Ilmu biologi dan fisika di perbagus kasih LAB di setiap Sekola mau jelek atau bagus skola nya gpp :v (Ada mau nya) , Okey Skip tdi basa basi v: , Menurut gw Pemimpin Yang bagus Ya bisa memperindah hubungan Terutama dgn Negara besar …. Soalnya dari hubungan Cnth Temen Lu baikkin pasti dia bakal baik … Tapi jgn pernah simpen negatif tuhan tau , Maka dari tuhan tahu Mereka di beri Sifat hati-hati melalui perantara Yaitu hati demikian mereka jadi bisa berkhianat sebab salah mengartikan … Trus Tntng Emas Tadi gua bener” penasaran bagimana tapi sempet w tebak dalam hati lumyan bener tpi kgk rugi baca nya malah Love bngt karena w tau sejarah Tntng per ekonomian 🙂 ….
Bagus banget nih artikelnya. cuman penasaran nih, emas, perak, dan tembaga itu adalah logam mulia. Trus gimana ceritanya dgn mineral-mineral yang dianggap berharga seperti berlian, ruby. sapphire, dlsb? Rasa2nya sampai sekarang mereka cuma identik sebagai perhiasan, bukan alat tukar yang bernilai. Kenapa bukan mineral aja yang jadi alat tukar, tapi justru malah logam? kan bebatuan seperti itu beratnya lebih ringan, trus lebih praktis dibawa2. mohon penjelasannya
Mineral-mineral seperti contoh di atas tidak termasuk logam, melainkan kristal dari senyawa yang unsur dasarnya logam seperti aluminium oksida (Al2O3), penyusun sapphire dan ruby; kecuali berlian, yang penyusunnya karbon.
Mineral-mineral tersebut pertama lebih jarang lagi ada daripada emas dan perak, dan untuk menjadi uang, lebih sulit distandarisasi. Emas dan perak (dan tembaga/perunggu) tinggal dilebur massal, ditimbang, dicap dengan simbol, jadi deh koin yang sama. Mineral atau batu berharga sulit distandarisasi dengan berat yang sama, susah dilebur seperti logam soalnya.
Emas atau perak kan gak ditemukan ada di semua belahan dunia yah kak? Terus gimana nasibnya utk daerah yang gak menghasilkan emas? apa masih pakai sistem barter? atau ada alat tukar lain?
Pertanyaan yang bagus! Untuk jaman sekarang, sistem fiat sudah tidak memerlukan patokan cadangan emas pemerintah untuk bikin mata uang kita bernilai. Uang itu sebenarnya alat untuk mempermudah exchange saja sekarang, tapi berdampak besar ke sistem ekonomi makro.
Buat jaman dulu, daerah yang nggak menghasilkan emas atau perak tetap punya uang komoditas lain, terutama koin tembaga di era Romawi. Di cerita Mali di atas alat tukarnya juga mencakup garam dan serbuk emas (bukan koin atau batangan).
keren kak, artikelnya. Bikin lebih banyak lagi ya, artikel model beginian 🙂
Thanks ya! Sepertinya akan menulis sekitar sebulanan sekali 🙂
“Pendapat tentang ini macem-macem banget, dan kurang lebih punya spektrum
‘kiri-kanan’ dengan kiri identik dengan ide-ide sosialisme,
sekularisme, environmentalisme dan anarkisme sedangkan kanan identik
dengan konservatisme, kapitalisme, nasionalisme dan fasisme.”
kak, tolong jelasin dong, isme-isme yg diatas. penasaran hehe…
Topik ini panjang banget dan sepertinya satu artikel penuh aja mungkin ngga cukup. Mungkin akan gue bahas di post-post berikutnya, soo stay tuned di zenius blog 😀
kerja bagus anastasia, dengan begini kak ivan ada bahan tagihan untuk blog berikutnya *jempol
kak glenn buat yang seri cosmos itu kalo beli mnding beli yg bahasa inggris atau yg udah diadaptasi ke bhs indo ya? mohon dibales 🙂
Sebetulnya baca buku apapun, sebetulnya jauh lebih baik kalo kita bisa baca dari bahasa asli yang pertama kali ditulis sama pengarangnya 🙂
keren, konsep diskusinya menjawab tantangan jaman bgt! interaktif dan solutif!
Thanks buat commentnya Alfa, stay tuned buat artikel berikutnya sekitar bulan depan 🙂
mau nanyaa, emas sama perak mana logam yang paling utama beserta alasannya. makasih
Keren kak artikelnya,dr pertama gw baca artikel zenius tentang g30spki sampai yang ini sangat komperhensif..dan gw jadi tau sekarang dunia ini arahnya kemana,dimana emas sekarang tdk jadi standar nilai pencetakan uang stlh konfrensi bretton wood. Nilai uang sekarang yg cuma didasarkan kebijakan moneter bank sentral dan tidak bergantung kepada apapun makanya nilai mata uang diseluruh negara di dunia pasti mengalami inflasi.
Seperti yg lo bilang di artikel ka,permintaan manusia itu gada batasnya..salahnya sistem ekonomi sekarang ini justru akibat sifat kepraktisan dan likuiditasnya yg tinggi uang fiat malah jadi alat perusak alam yg hebat(karena permintaan manusia yg tinggi sumber2 alam dan lingkungan dikeruk terus sampai ga bersisa) dan tinggal tunggu saja daya dukung bumi akan hancur dan lama2 kiamat..hehe
Pdhl dalam islam allah sdh mengatur emas dan perak jd alat tukar yang justru karna nilai kelangkaannya bs menjadi pembatas hawa nafsu manusia 🙂
gak semua orang didunia ini islam hehe
1. Kalo emas masih jadi alat tukar, daerah yg gak punya emas dijamin bakal susah kalo berdagang dengan negara lain.
2. Nambang emas jauh lebih sulit dibanding cetak duit.
3. Emas lebih susah dikontrol peredarannya. Kalo nemu tambang emas baru, ya siap2 aja itu inflasi.
alasan kenapa kita harus menggunakan uang emas dan perak apa ?
buat mas kawin :p
bagus.. cuman kata” tambahanya di kurangin atau di tiadakan
Gila.. Mantep min..
Setelah sekian tahun akhirnya nemu lagi nih artikel yang luwar biasa menarik.. Bahkan sampai komentarnya pun luwar biasa..
Jadi setuju dengan perkataan dosen saya tadi.. “Pada akhir zaman nanti uang hanya lah mainan.. Jadi jangan menyimpan kekayaan mu dalam bentuk uang.. Karena nilai uang itu bisa naik turun, bisa berharga bahkan bisa jadi tidak berharga/bernilai.. Lebih investasi cocok ke barang berharga kaya emas karena sampai kapan pun harga emas bakalan naik..”
Pertama kali aku denger masih bingung tentang perkataannya.. Tp setelah baca tuh komentar para orang” cerdas ini, mungkin emang bisa terjadi..
Ketika kendali mata uang dipegang oleh segelintir orang.. Dan sektor ekonomi juga dikendalikan.. Maka dengan mudah segelintir orang itu menghancurkan suatu daerah bahkan negara.. Apa lagi dikalau SDM nya dengan kualitas rendah.. Ketika mereka tidak bisa menjadi produsen baik cuman bisa menjadi konsumen.. Tidak ada perkembangan ekonomi..
Nilai tukar mata uang disuatu negara itu bisa dengan mudahnya turun bahkan sampai titik tidak ada harganya.. Dan ketika nilai tukar mata uang disuatu negara tidak memilihi harga.. Maka hancurlah..
Thanks min.. Lanjutkan.. Saya senantiasa menyimak.. Haha
Emas dan perak lebih cocok disebut tabungan yg stabil, bukan investasi, karena nilainya yg cenderung stagnan tapi stabil. Lebih cocok investasi saham karena kemungkinan naik lebih tinggi.
percayalah. kalau zaman kejayaan islam saja diraih dengan sistem mata uang emas dan perak, maka mustahil ada sistem lain yang mampu meraih kejayaan seperti itu (uang kertas dll.)
gila ane seneng nih blog ….ane bakal stay…. nambah wawasan banget walopun cuma sekedar nyimak …. :v
dari artikel ini saya mendapat statement jika sifat manusia tak pernah puas dan tak terbatas muncul dari sikap inovasi, dan kreativitas manusia yang terus berkembang.