Gimana kondisi pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan negara lain? Bagaimana prestasi akademis dan tingkat kebahagiaan siswa Indonesia?
Pernah nggak sih terpikir di benak lo tentang hal ini:
“Sebetulnya siswa-siswi di Indonesia itu pinter atau bodoh sih? Emang kondisi pendidikan di negara ini kayak gimana sih? Udah lumayan bagus atau sebetulnya masih jelek?”
Kalo bicara soal situasi pendidikan, ada banyak tolak ukur yang bisa kita lihat, dari mulai prestasi akademis, fasilitas dan infrastruktur, ketersediaan guru, jumlah sekolah, dlsb.. Pastinya, artikel ini sendiri gak akan mampu memberikan pembahasan yang menyeluruh. Selain cakupannya yang terlalu luas, dibutuhkan research yang mendalam untuk mengetahui kondisi pendidikan di negara ini secara komprehensif. But if I may, gua mau coba kupas sedikit dari sudut pandang akademis untuk memberikan sedikit refleksi dari kondisi pendidikan di Indonesia.
Kira-kira satu tahun yang lalu, media nasional sempat dihebohkan dengan hasil riset berskala internasional yang bernama PISA – Program for International Student Assessment. PISA merupakan salah satu program kerjasama di beberapa negara yang tergabung dengan OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) untuk melihat perbandingan kemampuan akademis siswa berumur 15 tahun di berbagai negara dalam bidang matematika, sains, dan membaca.
Riset yang dilakukan adalah dengan menguji (assessment) kemampuan akademis siswa berumur 15-16 tahun dalam bentuk ujian tertulis setiap 3 tahun sekali untuk kategori mata pelajaran matematika, sains, dan membaca. Nah, Riset terakhir yang dilakukan itu tahun 2012 dengan menyertakan 510.000 orang siswa dari 65 negara, termasuk Indonesia.
Hasil dari ujian tersebut? Rata-rata nilai siswa-siswi Indonesia menempati urutan KEDUA… paling bawah dari total 65 negara.
(klik gambar untuk memperbesar)
Dulu waktu gua lihat hasil ini, hal yang pertama terlintas di kepala gua itu juga “Wah untung negara Peru ikut berpartisipasi dalam PISA!”. Soalnya kalo bukan karena negara itu, Indonesia bisa dinobatkan jadi negara dengan nilai akademis terburuk, hahaha..
Kita tunda dulu sebentar untuk mencerca pihak-pihak yang lo pikir harus bertanggung-jawab tentang prestasi-yang-sama-sekali-tidak-bisa-dibanggakan ini.
Ada satu hal lagi yang menarik dari riset ini. Jadi ternyata selain menguji kemampuan akademis, riset ini juga meneliti beberapa faktor lain, seperti tingkat kebahagiaan para pelajar. Hal itu diukur berdasarkan hasil jawaban dari kuesioner yang pertanyaannya seputar sejauh mana siswa di Indonesia merasa ‘kerasan‘ atau nyaman berada dalam lingkungan sekolah. Hipotesanya sih semakin nyaman seorang pelajar berada dalam lingkungan pendidikan, maka semakin tinggi prestasi akademisnya. Kalo hipotesa ini benar, harusnya para pelajar Indonesia sangat tidak bahagia dong di lingkungan Sekolah?
Nah, setelah diolah datanya, hasilnya cukup mengejutkan. Ternyata Indonesia menempati urutan PERTAMA (kali ini beneran dari atas)… sebagai pelajar yang paling bahagia dengan mengalahkan 64 negara lain-nya!
So kesimpulannya gimana?
” PELAJAR INDONESIA ITU BODOH DAN BAHAGIA “
itulah headline yang marak bermunculan di berbagai media pada lalu. Miris yah ngeliatnya. Tapi tunggu dulu. Emang kita terima-terima aja nih hasil dari survey dari lembaga internasional ini? Emangnya cara mereka mengambil sample udah pasti tepat dan mewakili 80 juta populasi pelajar Indonesia?
APAKAH TINGKAT KEBAHAGIAAN SISWA BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI AKADEMIS?
Hipotesa awal yang dibangun oleh PISA ini.. “Semakin tinggi tingkat kebahagiaan siswa di Sekolahnya, maka semakin tinggi tingkat prestasi akademisnya.”
Dengan hasil yang didapat dari negara Indonesia, apakah itu berarti justru mengindikasikan, “Semakin rendah tingkat pemahaman akademis siswa, berarti semakin tinggi tingkat kebahagiaannya”?
Well kalo kita lihat skema gambar di bawah ini :
Sumber : http://www.buzzfeed.com/jakel11/where-in-the-world-you-can-find-the-best-schools-and-the-hap
Lo bisa lihat sumbu X horizontal menunjukkan tingkat kebahagiaan, sedangkan sumbu Y vertikal menunjukkan tingkat kemampuan akademis. Bisa dilihat bahwa Indonesia ada di sudut kanan bawah, mewakili kategori “bodoh dan bahagia”, sebaliknya Korea di sudut kiri atas mewakili kategori “pintar tapi nggak bahagia.”
Tapi, kalo lo perhatiin baik-baik, ada aja tuh negara yang berprestasi tapi bahagia seperti Singapore di sudut kanan atas, juga sebaliknya ada siswa yang tidak bahagia dan juga tidak berprestasi, seperti Qatar. So, kita bisa melihat bahwa kedua variabel ini tidak memiliki hubungan sebab-akibat, jadi bisa dibilang,
“Tingkat kebahagiaan tidak berkorelasi dengan kemampuan akademis”
Artinya, asumsi dasar dan hipotesa awal itu tidak terbukti. Tingkat kebahagiaan para pelajar sejauh yang gua telusuri ditinjau dengan pertanyaan seperti “Apakah kamu bisa dengan mudah bergaul dengan teman sekelasmu?” atau “Apakah kamu bangga terhadap asal sekolah kamu?”.
Budaya masyarakat di Korea Selatan memang cenderung individualis sampai sepertinya perlu perjuangan ekstra buat dapetin temen dalam satu kelas.. Bandingin aja dengan budaya di Indonesia, baru juga 3-4 hari lo masuk kelas baru, bisa jadi udah kenal semua temen-temen sekelas. So, dengan adanya faktor lain (budaya) tersebut, kita gak bisa bilang bahwa kalo kita enjoy dengan lingkungan sekolah berarti semakin berprestasi. Disini sebenernya point yang mau gua tunjukin adalah : Lo jangan pernah dengan mudah ngeliat hasil survey itu sebagai sesuatu yang pasti benar, walaupun survey tersebut dilakukan oleh lembaga internasional sekalipun. Kita harus bisa berpikir kritis untuk melihat segala hal dan jeli melihat permasalahan dari sudut pandang yang lebih luas.
JADI APAKAH SURVEY DARI PISA INI NGACO DAN GAK BISA KITA PERCAYA?
Pengambilan sampel dari riset PISA ini memang jadi topik panas di berbagai negara. Gua sendiri pun sempat skeptis apakah pengambilan sampel oleh PISA ini bisa mewakili dan menjadi potret kemampuan akademis seluruh pelajar di Indonesia. Lihat saja Negara China, pengambilan sampel yang diambil dari Kota Shanghai, Hong Kong, dan Macao yang sudah maju – kenapa pengambilan sampel-nya gak tersebar sampai tempat terpencil seperti Kashgar atau Xinjiang? Mungkin kalau saja hal yang sama dilakukan untuk Indonesia, misalnya pengambilan sampel diambil dari Jakarta, Jogyakarta, atau Surabaya – hasilnya tidak akan seburuk ini.
Terlepas dari semua itu, survey dari PISA ini patut mendapatkan apresiasi. Dengan upaya mengumpulkan data dari 65 negara dan diolah dengan cara yang tepat, ada banyak hal lain yang bisa kita lihat selain hanya sebatas ranking antar negara – yaitu menjadi refleksi bahwa para siswa yang menjadi sample belum mampu menjawab kualitas PISA dengan baik.
Jadi, kita nggak perlu dulu deh liat perbandingan antarnegara, kita akui saja kalo emang hasilnya jelek. Gak usah nyari siapa yang patut disalahin. Justru nih, gua penasaran sama kualitas soal yang diujikan di PISA itu seperti apa sih? Kok bisa sih siswa-siswi yang jadi sampel survey ini sampai kesulitan buat ngejawab soalnya. Yuk kita sama-sama lihat 2 contoh soal PISA di bawah ini..
CONTOH SOAL PISA
SOAL 1 PISA
Gimana menurut lo 2 soal di atas? Nah disini gua nggak akan langsung bahas soalnya, biar lo pikirin dulu terus coba lo bahas di comment bawah artikel ini. Cuma tebakan gua sih, sebagian besar diantara lo bakal mikir kalo soal ini kegampangan. Iya gak? Kenapa gua bisa nebak gampang?
- Soalnya gue tau kalo sebagian besar pembaca blog ini berumur lebih dari 15 tahun
- Kemungkinan yang bisa akses blog ini bersekolah yang memiliki kualitas di atas rata-rata
- Sebagian besar audience blog ini pake zenius jadi pinter-pinter 😛
Jadi, kalo lo termasuk di antara 3 kategori di atas, jangan sombong dulu kalo cuma bisa menyelesaikan 2 soal di atas. Nah, kenyataannya nih, dari sekitar 7000 — 8000 siswa Indonesia berumur 15 tahun yang mengikuti survey PISA – yang bisa ngejawab dengan bener soal nomer 1 itu kurang dari 1% – berarti kurang dari 80 orang !! Parah banget yak.. Apakah memang rata-rata siswa berumur 15 tahun di Indonesia kaga bisa menyelesaikan soal di atas?
JANGAN-JANGAN SISWA DI INDONESIA MEMANG BODOH DIBANDINGKAN KEBANYAKAN NEGARA LAIN?
Bicara soal tingkat kemampuan akademis siswa di Indonesia memang topik yang agak absurd. Di berbagai media, pemberitaan seputar nasib para pelajar bisa sangat ekstrim. Di satu sisi ada banyak cerita miris tentang kondisi pendidikan yang tidak merata di sudut-sudut terpencil Indonesia. Sampai-sampai anak kelas 12 SMA ada yang masih tidak mengerti konsep aljabar sederhana, gak bisa membaca teks bahasa inggris, bahkan masih buta peta geografis negara sendiri.
Di sisi lain, tidak jarang juga kita dengar semilir “angin segar” tentang berita keberhasilan prestasi anak bangsa yang meraih gelar juara olimpiade matematika, fisika, sains, robotic, dll di ajang olimpiade akademis berkelas dunia..
Tapi kembali lagi, apakah gelar juara olimpiade akademis itu bisa mewakili kondisi pendidikan di Indonesia? Atau mungkin hanya untuk sekadar ‘pembelaan semata’ di tengah carut-marut kondisi pendidikan yang sebetulnya memprihatinkan? “Hei pelajar Indonesia itu ternyata cerdas lho.. bisa ngalahin pelajar-pelajar dari negara lain dalam kompetisi robot. Hebat yaah Indonesia!“
Tanpa mengurangi rasa apresiasi gua pada para siswa berprestasi yang telah mengharumkan nama Indonesia – Tapi apa artinya pembuktian segelintir siswa-siswi kita yang cerdas dan berprestasi ini, padahal sebetulnya pendidikan secara merata masih sangat memprihatinkan.
JADI SEBETULNYA MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA INI APAAN SIH?
Masalah pendidikan di Indonesia itu multidimensional, dari mulai ketersediaan guru berkualitas, ketersediaan buku dan akses informasi, ketersediaan infrastruktur, kurikulum yang tepat, metode belajar-mengajar yang cocok, cara penyampaian yang mudah dicerna, dan masih banyak lagi.
Tapi, gua nggak mau kita coba bahas panjang lebar hal yang terlalu ngawang-ngawang, abstrak, dan di luar jangkauan kita. Kita coba dulu deh liat masalah yang sederhana dari hasil refleksi PISA tahun 2012 lalu.
” Kok bisa yah sebagian besar sampel pelajar berumur 15 tahun di Indonesia itu gak bisa jawab pertanyaan dari PISA??”
Coba deh lo liat lagi 2 soal di atas dengan seksama. Soal itu mungkin bagi sebagian dari kita cenderung mudah, tapi kalo diperhatiin, sebetulnya soal itu “lain dari yang lain” alias sama sekali berbeda dengan soal-soal yang biasa ditemui di buku cetak terbitan lokal atau Ujian Nasional sekalipun..
So, gua punya dugaan kuat.. kalo siswa yang gak paham tentang konsep dasar matematika dan ngeliat 2 soal seperti di atas, hal yang terlintas di benak siswa tersebut adalah :
” Duh, ini soal apaan yah.. gua baru lihat ada soal aneh begini. NGERJAINNYA PAKE RUMUS APA YAH?? Duh gua gak tau rumusnya nih. Gak pernah diajarin di kelas, gak pernah dikasih tau juga rumus dan triknya sama guru matematika di kelas.. “
Sounds familiar sama pikiran di otak lo? Yup, jujur aja gua juga pernah mikir hal konyol kayak di atas. Baru liat soal, belum direnungkan dulu soalnya, langsung mikirnya SOAL INI PAKE RUMUS YANG MANA YAH?
Seolah-olah semua persoalan matematika itu bisa diselesaikan dengan tau rumusnya dan tinggal masuk-masukin ke rumusnya doang. Padahal esensi dari matematika itu sebagai abstract modelling untuk melatih logika berpikir yang tepat.
Bisa dibilang, sistem pendidikan (dari mulai cara mengajar sampai kualitas soal) yang diajarkan di Sekolah pada umumnya – secara gak langsung membuat siswanya dilatih untuk menghafal pola soal dan mengandalkan rumus, bukan memahami konsep yang dipelajari.
So, menurut gua, ITULAH PENYEBAB kenapa sampel pelajar Indonesia (15–16 tahun) itu nyaris membuat Indonesia menjadi juru kunci dalam assessment PISA 2 tahun lalu.. dan menurut gua, Inilah salah satu masalah paling kronis dalam dunia pendidikan kita. Jadi jangan heran kalo sistem pendidikan di Indonesia ini cuma melahirkan manusia-manusia yang hanya mengikuti instruksi, bukan menyelesaikan masalah.
***
Gua tau dengan menulis ini, kita nggak akan bisa menyelesaikan permasalahan ini dalam sekejap. Tapi di mana-mana kunci dari menyelesaikan masalah adalah, identifikasi dulu masalahnya. So disini gua coba untuk membuat langkah awal dari identifikasi masalah itu. Sejauh ini sudah banyak gerakan pendidikan yang patut diapresiasi dengan mencoba untuk menjadi solusi dari permasalahan pendidikan di Indonesia yang pelik ini – termasuk salah satunya juga dengan zenius. Jadi, harapan gua sih.. zenius bisa turut berkontribusi dalam gerakan revolusi pendidikan Indonesia yang lebih baik. Give me your thoughts on comment-box bellow this article !
“If you want to build a ship, don’t teach men to build a boat. Teach them to yearn for the wide and open sea.” – Antoine de Saint-Exupéry
[Catatan Editor : Buat lo yang pengen ngobrol sama Glenn seputar artikel ini, langsung aja tulis komentar di bawah artikel ini. Buat lo yang belum gabung jadi member di zenius.net, lo bisa gabung sama kita secara gratis dengan cara daftar zenius disini.]
Sumber artikel : [1] http://www.oecd.org/pisa/ [2] http://gpseducation.oecd.org/CountryProfile?primaryCountry=IDN&treshold=10&topic=PI [3] http://portraitindonesia.com/indonesian-kids-dont-know-how-stupid-they-are/ [4] http://pisaindonesia.wordpress.com/aktivitas-pisa-indonesia/
nah bener banget nih bang soal permasalahan yg ada di dalam pendidikan di indonesia, tapi untung gue nemuin guru fisika disekolah yg ngajarnya pake logika, beliau jabarin kenapa dapet rumus ini jd gak tergantung rumus. tp sebenarnya, pendidikan di indonesia ini terlalu banyak materi yg harus dikuasai bang alhasil kurang maksimal pada bidang yg disukai/sesuai bakat,minat.
lucky you !
1. 720 orang
2. 9 m,
bener ga ka??
nomor 2 bukannya 10?
tiap hexagonal 2m
tiap persegi 3m
so 2×2 + 3×2 = 10m
masih salah tuh Den..
Soal No. 2
Jawab :
Misal T. Segi 6 = x meter
T. Persegi pjg = y meter
Persamaan :
T. Tower 1 > 3x + 3y = 21 m
T. Tower 2 > 3x + 2y = 19 m
——————————— –
y = 2 m
3x + 2(2) = 19
3x + 4 = 19
3x = 19-4
x = 15/3
x= 5 m
—————————————–
Maka T. Tower 3
= 1x + 2y
=1(5) + 2(2)
=5 + 4
= 9 meter
——————————————
Soal 1
Jawab :
1 menit = 1 x (2 orang x 3 sayap x 4 putaran)
= 1 x 24
= 24 orang
30 menit = 30 x (2 orang x 3 sayap x 4 putaran)
= 720 orang
Kalo saya masih 17 tahun wkwkw, dan insyaallah akan melanjutkan ke Manajemen UI.. Mohon doanya juga yah.. 🙂
Kalo soal gini menurut gue mudah saja dengan dipkir di dlm otak saja tanpa harus menuliskan penjelasan proses pengerjaannya tapi terkadang kita buntu untuk membuat bentuk proses pengerjaannya
Hanya saja bentuk verbal di dalam otak gue gini
Soal no. 1
Jika pintu berputar 4x dalam 1 menit dimana ada 3pintu tiap pintu maksimal 2 org jadi tiap satu menit pintu dapat terisi 24 orang tinggal kita kalikan saja 24org untuk 1menit dikalikan 30 menit hasilnya 720 org.
Soal no. 2
Menara 1 = 3 segi enaam + 3 segi panjang = 21m
Menara 2 = 3 segi enam + 2 segi panjang = 19m
Yang berarti segi panjang berukuran 2 meter dengan begini kita dapat mengetahui bahwa segi enam = 5m
Jadi menara 3 = 1 segi enam + 2 segi panjang = 1(5) + 2(2) = 9m.
Soalnya saya masih bingung bentuk verbal diubah ke bentuk matematika jika soalnya belum pernah terdengar.
haha sama bget gua juga ngerjainnya ga pake rumus tadi cuman coba kerjain pake logika doang apalagi yang nomer dua engga dimasukin ke persamaan trus dapet deh jawaban 😀
no.1 =720 orang
no.2 =9 m
trus pas ngeliat jawaban2nya di komen langsuung ooh iyaa ternyata bisa pake konsep persamaan toh
Setuju Bang, kebanyakan kami nganggep matematika sebagai apa yang diujikan di UTS/UAS/UN dan sebagian besar dari soal-soal itu cuma terdiri dari angka dan tanda matematis, bukan alur cerita dan konflik kayak soal PISA di atas. Banyak dari kami yang bisa menyelesaikan dengan mudah soal matematik yang bejibun tanda dan angkanya tapi gak bergeming pas dikasih soal cerita, meski sederhana. Seakan udah tertanam di pola pikir kami kalo matematika itu adalah pelajaran, tok, udah mutlak begitu, bukan matematika sebagai ilmu buat diterapin di keseharian, buat ngatasin masalah harian, dll.
Terima kasih tulisannya Bang. Oh ya, numpang jawab ya:
1. 6 x 4 x 30 = 720 orang
2. Tiap segi empat itu tingginya 3 m dan tiap heksagonal 5 m, jadinya tinggi total menara ketiga 9 m
untuk no 2 tiap segi empat tuh 2 m kali :p
6 itu dri mna ?
sama kayak gw, kurang teliti. -____-
waktu gue baca “menempati urutan ke 2” dan liat tabel kocak banget dah 😀
hahaha
dan jujur gue salut banget loh sama zenius yang berjuang untuk permasalahan ini 🙂 keliatan banget untuk artikel zenius untuk kali ini keren2 banget 😀
(tahun lalu kan gue gagal) hahaha mungkin karena masih newbie menggunakan zenius kali yah 🙂 btw bang glen gue mau nanya dong..
nanti video di zen net untuk sbmptn tahun ini ada yg update gak nih? hehe
mungkin harus ada soal yang standar internasional?
yup, salah satu alternatif action yang paling efisien dan realistis emang meningkatkan standar kualitas soal dalam skala nasional. Dengan begitu, moga-moga jadi pemicu buat peningkatan di banyak hal lain..
btw gue punya temen dari negara yang ikut survey diatas, dia masih SMA juga. dia cerita kalo sekolah di negaranya itu sekolah mulai sekitar jam setengah 8 pagi pulang jam 10 malem. beda kan sama di indonesia? dan dia juga kalo diajak ngomongin tentang sekolah suka kayak ngehindar gitu. keliyatan enggak bahaya. katanya disana muridnya juga dikasih waktu untuk belajar sendiri disekolah. coba kalo di indonesia, kalo dikasih waktu begituan pasti dipake buat jajan ke kantin.
60 orang
9 m.
Bener gak ?
proses berpikirnya tulis doong ~
kalo yang nomor 2 itu mungkin gini ya?????
jika heksagonal itu (x)
persegi panjang itu (y)
3x + 3y = 21….persamaan 1
3x + 2y = 19….persamaan 2
——————- dikurangi
y = 3
3x + 3(3) = 21 …..postulat 3
3x + 9 = 21
3x = 21 – 9
3x = 12
x = 4
menara paling kecil persamaannya begini
x + 2y = 4 + 6 = 10 meter
bener gak????? hhahaha
caranya udah bener, cuma kurang teliti lo. itu 21-19 berapa hayoo
hhahaha kebiasaan kurang teliti……21-19 = 2
jawabannya 9
iya saya kurang teliti…..hhhahahaha
no 1 dan 2 sebenernya bisa di pikirin doank di kepala. tanpa harus pake cara2 kek gitu. terasa ribet sekali :/
hahah entah kenapa jadi inget di sekolah gw(mungkin sekolah lain juga) ada yg namanya tradisi copas/hafal menghafal, sehari ato seminggu sblum ujian biasanya dikasih soal ujian tahun lalu sama jawabannya yg bener… dan besoknya, soal ujian yg keluar sekarang sama soal ujian tahun lalu yg dikasih itu bener sama persis gk ada bedanya, bahkan soal matematika sm akuntansi yg “biasanya” pelajaran menghitung jadi pelajaran menghapal (CORET INDAH) 😡
iya nih, sayang banget padahal otak kita tuh potensinya banyak banget.. tapi yang diasah cuma di bagian hafalan/recall doang, potensi kecerdasan lain jadinya gak diasah deh..
1.720 0rang
2. 9 m
caranya ditulis juga dong~
120 putaran X 3 X 2 = 720 orang
3x + 3y = 21
3x+2y = 19-
y= 2 m
subtitusi x = 5 m , jdi 2y + x = 9 m
1. 720orang
2. 9m
🙂 Ahh.. Asli enk bgt klo udh ngerti konsep. Thanks zenius..
Is it the fact ? the answer for 1st question is still bad. this info must be teacher’s responbility not only student’s mistake. Probably student can’t understand or can’t accept teacher’s instruction.
no guys, in my mind it’s not about ho to upgrade our teacher skills in teaching, but as a student, we should make ourselves smarter to solve every problems, we can resembling west countries how to develop this 😀
Maybe @your environment. I know that without you say like that but the fact is my words. Teacher’s skill must be high than student. Kalo nggak buat apa sekolah kalo semua muridnya udah lbh pinter. Disini diskriminasi terlihat jelas. Sekolah di Indonesia ada yang kualitasnya diatas rata-rata tidak bisa dibilang ada sekolah kualitas di atas rata-rata kalo masih ada sekolah kualitas di bawah rata-rata
Soal no 1.
1 menit —-> 4 kali putar dan 1 pintu —> 2 orang. (artinya 1 pintu berputar 4 kali)
>>maka dalam 1 menit, satu pintu menampung 2 x 4 orang = 8 orang/menit
>>maka dalam 30 menit, satu pintu menampung 30 x 8 orang = 240 orang
>>maka dalam 30 menit tiga pintu dapat menampung 3 x 240 = 720 orang
Soal no 2.
misalkan tinggi segi enam adalah S, dan tinggi persegi adalah P
bangun satu >> 3S + 3P = 21 Meter
bangun dua >> 3S + 2P = 19 Meter
P = 2 Meter
>> 3S + 3P = 21
3S + 3(2) = 21
3S + 6 = 21
3S = 15
S = 5
>>tinggi bangun ketiga adalah S + 2P = 5 + 2(2) = 5 + 4 = 9 meter
Bener kan kak? hehehe 😀
BTW umur saya 18 tahun wkwkwkwk. Tahun ini udah mau kuliah. Saya ngisi di kedokteran UGM. Doakan kak (y)
Yup udah betul. Gampang kan? Umur 18 tahun harusnya sih sekarang lo udah ngerjain soal level kalkulus dasar :))
1.60org
2.9m
gatau dah bener apa egk wkkwwk
caranya gimana dulu hayo coba dijabarkan 😀
kalo ane:
no.1
3 ruang dalam 1 pintu dan setiap ruang diisi 2 orang
jumlah maksimum dalam 1 putaran = 3 x 2 = 6
berputar 4x dlm 1 menit, brati putar 120x dalam 30 menit
jadi dalam 30 menit, jumlah maksimum nya adalah 6 x 120 = 720 orang//
no.2
3 kotak + 3 hexagon = 21m
1 kotak + 1 hexagon = 21/3 = 7 m
2 kotak + 3 hexagon = 19m = 3 kotak + 3 hexagon – 1 kotak
= 21-x = 19
x = 21-19 = 2 dengan x = kotak
jadi 2 kotak + 1 hexagon = 7+2 = 9
entah bener ato ga, moga2 bisa bermanfaat buat yg umur 15-16 tahun 😀
udah bener yang nomer 1
yang nomer 2 jawabannya bener tapi cara pendekatannya jangan kayak gitu.
2 kotak + 1 hexagon ≠7 + 2
masa 1 kotak berarti nilainya 3,5 ? Coba kalo masukin lagi ke 2 persamaan awal. Hasilnya beda kan? di PISA yang dilihat itu gak cuma jawabannya tapi juga caranya. Hayo coba pikirin cara yang lebih logis lagi
nomor 2 gini boleh gak ya….
misal : segi-6 (x) persegi panjang (y)
tower pertama kan ada 3 pasang segi-6 dan persegi panjang, berarti 3x+3y=21
tower kedua dua segi-6 sama dua persegi panjang berarti 3x+2y=19
Eliminasi deh dapetnya y=2
subtitusi ke salah satu persamaan, dapet x=5
tower paling rendah itu satu segi-6 dan dua persegi panjang
x+2y=….
subtitusi x sama y
(5)+2(2)=9
😀
apapun, intinya y soal no. 2 tu pke spldv gan 😀
Kalo gue ketemunya:
1) 3.2.4.30 = 720 orang
2) 5+2(2) = 9
Tauk bener kagak 😀
betool ~
tebakan ente sama dengan ane gan 😀 *handshake
Soal 2
Tower tertinggi punya sepasang bentuk, segi enam dan persegi panjang.
panjang tower tertinggi adalah 21, sehingga ada 3 pasang segi enam dan persegi panjang, jadi 21/3 = 7. hasilnya 7 m untuk setiap pasang.
Di tower tengah ada dua pasang segi enam dan persegi panjang total keduanya adalah 7+7=14. karena tinggi tower tengah 19 maka 19-14=5. 5 adalah panjang segi enam. ditemukan panjang persegi panjang yaitu 7-5=2.
Tower terkecil terdiri dari persegi panjang + segi enam + persegi panjang = 2 + 5 + 2 = 9. jadi tinggi tower terkecil adalah 9
Kalo gue sih jawab no 2 tuh kayak gini…
3 hexagon + 3 kotak =21 m
3 hexagon + 2 kotak =19 m (1 kotak hilang jd 19 m, jd kotaknya 2m dong )
jd pd gambar ke 2 kotaknya ada 2 jd 4m, jd 3 hexagon 15 m, maka 1 hexagon 3 meter..
y udah deh 1 hexagon 3m + 2 kotak 4 m = 7 m
tp kok beda y ma yg lain pada 9 meter semua???
mungkin bisa liat jawaban ane :p
15 meter 3 hexagon berarti 1 hexagon 5 meter. 15 dibagi 3 kan 5 hehehehe….
Kalo gue sih jawab no 2 tuh kayak gini…
3 hexagon + 3 kotak =21 m
3 hexagon + 2 kotak =19 m (1 kotak hilang 19 m, jd 1 kotak 2m dong )
jd pd gambar ke 2 ,kotaknya ada 2 yg 4m, jd 3 hexagon itu 15 m, maka 1 hexagon 3 meter..
y udah deh 1 hexagon 3m + 2 kotak 4 m = 7 m
tp kok beda y ma yg lain pada 9 meter semua???
Kalo gue sih jawab no 2 tuh kayak gini…
3 hexagon + 3 kotak =21 m
3 hexagon + 2 kotak =19 m (1 kotak hilang 19 m, jd 1 kotak 2m dong )
jd pd gambar ke 2 ,kotaknya ada 2 yg 4m, jd 3 hexagon itu 15 m, maka 1 hexagon 5 meter..
y udah deh 1 hexagon 5m + 2 kotak 4 m = 9 m
Bener gk sih faktor lain dari kacaunya pendidikan di Indonesia itu karena para pelajarnya kebanyakan mencari NILAI bukan ILMU nya? Hehehe…
betul, itu bisa jadi salah satu faktor.. tapi kalo “ditarik lagi ke belakang”, sebetulnya apa sih yang membuat siswa mengejar NILAI dan bukan mengejar ILMU ?
Kalo menurut pandangan gua, yang lebih bertanggung jawab bukan siswanya, tapi sistem pendidikan yang menitik-beratkan pada sistem ‘reward and punishment’.. Coba kalo dari awal nilai itu dibuat jadi gak terlalu penting, mungkin bisa jadi siswa2 kita lebih menikmati proses belajar itu sendiri 🙂
Jawaban No. 1:
3.4.2.30 = 720 Orang
Jawaban No. 2:
Diketahui:
Misal:
Persegi Panjang = p
Hexagonal = h
Maka:
3p + 3h = 21 … (1)
2p + 3h =19 … (2)
Ditanya:
2p + 1h = ? … (3)
Penyelesaian:
3p + 3h = 21
2p + 3h = 19
—————- –
1p = 2
p = 2
Maka tinggi 1 buah Persegi Panjang adalah 2m
Coba substitusikan pada persamaan 1:
3p + 3h = 21
3.2 + 3h = 21
6 + 3h = 21
3h = 15
h = 5
Maka tinggi 1 buah Hexagonal adalah 5m
Maka:
2p + 1h = 2.2 + 1.5
= 4 + 5
= 9
Maka tinggi 2 buah Persegi Panjang dan 1 buah Hexagonal adalah 9m
jadi langkah langkah besar kita gimana nih kak untuk memperbaki buat indonesia?
langkah besar buat lo sih harus lo sendiri yang nentuin, langkah ‘besar’ buat gua pribadi sih jujur aja ya bikin supaya cara pengajaran zenius bisa lebih tersebar lagi ke seluruh Indonesia.. 😀
Bener banget, sebenernya ini yang gue rasain semenjak gue sma, makin kerasa waktu udah lulus sma, gue mikir gtu, apa sih yang gue dapet di sekolah mulai dari sd? apa ada yang bener2 gue paham banget? dan jawabannya gue cuma ngafal rumus, tipe soal, ujung-ujungnya gue ga bener-bener paham. Dan kesimpulannya di sekolah itu gue ga belajar, cuma diajarin. Itu tuh yang harusnya dibenahin ga cuma siswanya tapi gurunya juga, kasian kalo pendidikan kita gtu terus. Ga cuma ngafalin tapi bener2 paham, kita dapet poin utama dari pelajaran itu.
Betul min setuju banget -,- Malah di sekolah saya parah lagi. Guru udah bagiin soal-soal beberapa paket. Terus ntar ujiannya dari salah satu paket itu. Jadi ntar siswanya tinggal hafal jawabnnya. gak semangat belajar jadinya nilai bagus-bagus tapi ilmunya gak ada :/
belajar dengan konsep memang sulit banget pada awlnya, tapi memang yg gue rasain sendiri adalah sistem pendidikan kita y itu td reward & punishment..
tp klo udh pahm konsep enak, nah memahaminya itu perlu wktu merenungkan yg lama. Dan akhirnya klah cepet sma tmn kita yg ngapalin rumus (pengalaman) ,akhirnya ikut2an ngapalin trus dan daya pikir susah berkembang
mantep dapetnya sama kek di bawah gw…
emang sih kalo diliat pertama kali pasti terlintas ini rumusnya apaan ya? padahal kalo kita mau coba analis sedikit dapet (gw sih tadi gitu –a) wahh sayang banget asli kalo soalnya kayak gini tapi kurang dari 1% mungkin faktor sample nya diambil dari murid mana ngaruh juga tuh
The greatest article from zenius so far, keren~
wah, thanks banget lhoo..
Mirip-mirip soal TPA. :))
wah admin dari bandung? saya juga haha *lah emang napa . Wkwkw bener2 salut nih yang peka sama berita ginian. Gua aja merasa jadi pelajar SMA kayak gini ka. Hope we can share anything 🙂
Aku juga berpikir gitu ka dan ada beberapa temuan lain kaya gini :
1. Bagi kebanyakan orang Indonesia, ukuran sukses dalam hidup adalah
banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain).
Passion (rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang
kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, pengacara, dan
sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang untuk
memiliki banyak kekayaan.
2. Bagi orang Indonesia, banyaknya
kekayaan yang dimiliki lebih dihargai daripada cara memperoleh kekayaan
tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai ceritera, novel,
sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena
beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan
sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku korupsi pun
ditolerir/diterima sebagai sesuatu yang wajar.
3. Bagi orang
Indonesia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis “kunci jawaban”,
bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT, dll, semua berbasis
hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus-rumus
ilmu pasti dan ilmu hitung lainnya, bukan diarahkan untuk memahami
kapan dan bagaimana menggunakan rumus-rumus tersebut.
4. Karena
berbasis hafalan, murid-murid di sekolah di Indonesia dijejali sebanyak
mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi “Jack of all trades, but
master of none” (tahu sedikit-sedikit tentang banyak hal tapi tidak
menguasai apapun).
5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar
Indonesia bisa jadi juara dalam Olympiade Fisika dan Matematika. Tapi
hampir tidak pernah ada orang Indonesia yang memenangkan Nobel atau
hadiah internasional lainnya yang berbasis inovasi dan kreativitas.
6. Orang Indonesia takut salah dan takut kalah. Akibatnya, sifat
eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk
mengambil resiko kurang dihargai.
7. Bagi kebanyakan bangsa
Indonesia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat
tempat dalam proses pendidikan di sekolah.
8. Karena takut salah
dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop,
peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir, peserta akan
mengerumuni guru/narasumber untuk meminta penjelasan tambahan.
great point of view !
anyway, sekilas ttg ‘passion’ kalo lo jeli dari etimology dari bahasa latin itu bukan “menyukai sesuatu” tapi justru – to suffer aka rela menderita untuk sesuatu.
makanya kalo lo passion sama sesuatu, artinya lo rela menderita utk mengerjakan sesuatu itu. 😀
Gw rasa yg juara olimpiade fisika dan matematika itu statementnya keliru
kalo lu bilang dengan ngapal tipe soal ama rumus bisa jd juara
Olimpiade.
Kebanyakan isi soalnya menganalisa dan logika semua, bukan yang bisa
diselesaikan sekejap ama hapalan rumus dikepala, soalnya gw juga pernah
ikut kompetisi semacam gituan. Yah pastinya untuk penghapal, say goodbye
~
Gw punya pendapat jawaban lain untuk yang nomer 1. Jawaban gw 718.
Ini cara gw ngerjainnya :
1 menit 4 putaran. 30 menit 120 putaran.
Kalau dikerjain secara manual :
– Pada sebelum berputar 2 orang masuk.
– Pada putaran 120 derajat pertama, 2 orang masuk.
– Pada putaran 120 derajat kedua, 2 orang masuk dan 2 orang yg lain keluar.
– Pada putaran 120 derajat ketiga, 2 orang masuk dan 2 orang yg lain keluar.
“Udah 1 putaran hanya 4 orang yg keluar dan masih ada 4 orang di dalam ”
– Pada putaran 120 derajat keempat, 2 orang masuk dan 2 orang keluar.
– Pada putaran 120 derajat kelima, 2 orang masuk dan 2 orang keluar.
– Pada putaran 120 derajat keenam, 2 orang masuk dan 2 orang keluar.
“Udah 2 putaran hanya 6 orang yang keluar dan masih ada 4 orang didalam.
Dan untuk pola orang yang keluar pada putaran yang kedua akan berlanjut sampai keputaran yang ke-120.
Jadi perhitungannya :
(4 x 1) + (6 x (120-1)) = 4 + 720 – 6 = 718.
Cara yang gw tulis bisa dibuktiin pake gambar, karena gw juga ngerjainnya pake gambar.
ini mah gampang min , tinggal pake logika ahaha . 1. 1menit x 4 putar = 4 . setiap pintu ada 3 dan setiap pintu ada 2 . 3 x 2 = 6 . kalo 1 menit kapasitas orang = 4×6 = 24 . kalo 30menit? 24×30 = 720 .
2. 3segienam 3persegi panjang = 21m .
3 segienam 2 persegi panjang = 19m (berarti 1 persegi panjang = 2m)
1 segienam 2 persegi panjang? = 2×3 = 9 . 21-6 = 15 . 15 : 3 = 5 ( 1 segienam)
jadi tinggal 5+2(2) = 9 m
http://www.bincangedukasi.com/kasmaran-bermatematika/
Saya copas beberapa quote yang menarik
1.Walau hasil siswa RI dalam PISA pertama itu di peringkat ke-39 dari 41
negara peserta – hanya lebih baik dari Peru dan Brazil – namun sama
sekali tak mengejutkan kami.
2. Siswa di negara lain belajar kecakapan bermatematika dengan
mempertimbangkan ketersediaan teknologi dalam kehidupan. Sementara
pendidikan matematika di tanah air ini masih membayangkan kehidupan
sebelum ada kalkulator dan komputer. Di kita masih menekankan pada
ketrampilan rutin berpikir tingkat rendah semata seperti menghafal rumus
dan mematuhi prosedur berhitung yang dirumit-rumitkan.
Selengkapnya baca artikel secara utuh ya. hehe
thanks sharing-nya Egy. Gua sempat beberapa kali ikut binet di @America dan dengerin pandangan dari Pak Iwan. 🙂
oh gitu bang Glenn.
ada komen buat statement nomor 2 kagak?
salah siapa? haha
Pada point ke 2 sebetulnya kamu copas dari artikel Pak Iwan dengan memotong kalimat pertama dan kalimat terakhir. Padahal justru 2 kalimat itu adalah point yang gak boleh diabaikan.
Saya setuju dengan isi paragraf tersebut. Matematika secara esensi adalah abstract modelling dari logika dengan bantuan notasi2 yang disepakati bersama.. Jadi matematika dari segi keilmuan sebetulnya berdiri sendiri di luar science.
Tapi banyak ilmu terapan yang membutuhkan pendekatan matematis utk bisa “meraba” kenyataan yang sesungguhnya.
Sementara itu, aplikasi matematika itu luas banget, dari mulai yg bersifat instruktif sampai analitis. Sedangkan teknologi sudah bisa menggantikan fungsi yang instruktif, jadi seharusnya kita lebih melihat matematika sbg sarana utk belajar menganalisa, bukan mengoperasikan rumus. Gitu lhoo.. 🙂
Kak, izin menggunakan materinya ya buat tugas sekolah hehe
Kak saya berasal dari sekolah yg cukup tertinggal dalam segala hal. Menurut saya, misalnya nih yang lulus di PTN di pulau Jawa jarang Kak, bahkan hampir gak pernah diterima. Saya gak mau gitu dong Kak, tahun depan saya berniat mau lanjut ke UGM Kak. Gimana Kak mengejar ketertinggalan saya? Saya juga pengen dong secerdas kayak Kakak2 zenius disini, kalo bisa lebih cerdas 😀
Makasih 😀
yaduuuu wkwk. semoga suatu saat ada generasi muda yang bisa menata ulang sistem pendidikan nasional biar bisa lebih baik, kan kasian yang lebih muda ngerasain apa yang gua&yanglain rasain hahaha. pelajaran simpang siur, kualitas guru ngalor ngidul, buku dari pemerintah ga samasekali nunjang, sistemnya sih inimah…
Kalo gua no 1 ngitungnya setiap pintu yg berputar hanya dimasuki pada dua bidang/ruang aja. Nah jadi 2ruang×2orang×4putaran×30 menit jadi 480 orang
Jadi HOT THREAD di Kaskus (link : http://www.kaskus.co.id/thread/5336b571fbca17c96c8b46c9 )
tapi ada yang jawab menurut saya Jawaban agan yang sangat bijak
http://www.kaskus.co.id/show…/5336f6713dcb17cc1d8b45ab/11/-
“Qoute Avieb”
jadi outputnya siswa diharapkan
1. beriman dan bertaqwa
2. berahlak mulia
3. sehat
4. berilmu
5. cakap
6. kreatif
7. madiri
8. warga demokratis yang bertanggung jawab
kemungkinan
akan menghasilkan nilai survey lain jika 8 item itu di surveykan di
seluruh dunia oleh PISA karena pada dasarnya pendidikan di indonesia
adalah utuh.
pergantian
kurikulum pun sering dikatakan salah satu penyebab ketertinggalan ini
padahal pergantian kurikulum adalah perbaikan penyempurnaan dari
pendidikan yang ada di indonesia.
pengkritik
tidak pernah berfikir tentang pendidikan di indonesia secara utuh
tentang usaha negara pada pendidikan ini. banyak kendala yang harus
dilalui diantaranya
1.
Letak geografi indonesia. untuk pemerataan pendidikan di indonesia
terkendala oleh lokasi penduduk yang sangat luas mulai sabang hingga
merauke bahkan seharusnya bisa tertanggulangi oleh otoda ternyata itupun
tidak bisa diharapkan secara maksimal
2. Jumlah penduduk yang harus mendapatkan pendidikan selalu tidak sebanding dengan jumlah guru yang tersedia
3.
Program negara sadar pada pendidikan baru muncul sekitar tahun 1975
dengan adanya program SD inpres yang harus ada di seluruh Desa se
indonesia. itupun tidak semua tercapai karena lokasi yang sulit untuk di
tembus. program SMP tiap kecamatan, dan SMA tiap kabupaten itu semua
dilaksanakan dengan cara gedung dan siswa harus ada dulu baru gurunya
dipersiapkan.
4.
Anggaran pendidikan yang tertaih tatih merangkak agar sesuai dengan
kebutuhan adalah kendala utama untuk memenuhi standar pendidikan. APBN
tidak mampu untuk memenuhi 20 % secara utuh
5. Kesadaran masyarakat tentang pendidikan juga menjadi penyumbang ketidak berhasilan dunia pendidikan di indonesia.
6.
Program wajib belajar 9 tahun sepertinya hanya usaha pemerintah saja
dan hasilnya hanya kwantitas karena wajib bejar 9 tahun inilah sebagai
perangkap yang menjadikan sekolah sulit untuk meningkatan kwalitas.
istilah “haram siswa dropout” menjadikan dilema sekolah. sistem
penilaian bukan berpedoman pada target kurikulum tapi menyesuaikan
kemampuan siswa. sistem penilaian inilah yang menjadikan guru makan buah
simalakama. islilah tidak ada siswa bodoh yang ada adalah cara guru
mengajar yang salah selalui menghantui guru dalam menilai siswa. karena
ada deadline yaitu kenaikan kelas tiap tahun sehingga nilailah yang
harus menyesuaikan kemampuan siswa. intinya sementara ini pendidikan di
indonesia masih belum taraf kwalitas karena wajib belajar ini.
7. KKM menjadi bulan bulanan kepentingan pemangku pendidikan
oleh
sebab pendidikan di indonesia tidak usah terpaku pada hasil survey
negara lain karena memang pendidikan di indonesia adalah utuh. yang
jelas upaya untuk memenuhi tuntutan sisdiknas tetap terus di lakukan
termasuk pembenahan kurikulum. cmiiw
buset artikel zenius sering amat yak jadi HT di kaskus, haha..
Saya sebagai murid sma kelas XI, di tempat saya sekolah saya banyak bertemu guru yang sangat hebat tapi saya heran, mereka itu tidak bisa menghargai apa yang bisa muridnya bisa lakukan. Dan apabila murid itu salah mereka menyalahkan kami karena kami tidak bisa . Dan kami pun dibilang murid yang bodoh. Saya pribadi tidak bisa menerima itu. Itu adalah salah mereka karena tidak bisa menyampaikan ilmunya dengan baik dan benar.
selain itu di Indonesia ini banyak sekali orang yang tidak bisa menghargai seseorang yang ada di atasnya. Dan juga sering mengejek orang yang ada dibawah mereka. Saya heran apa yang terjadi di Indonesia ini 🙁
“Bisa dibilang, sistem pendidikan (dari mulai cara mengajar sampai kualitas soal) yang diajarkan di Sekolah pada umumnya – secara gak langsung membuat siswanya dilatih untuk menghafal pola soal dan mengandalkan rumus, bukan memahami konsep yang dipelajari.”
Setuju banget sama kata-kata di atas. Sekolah2 bangga kalau siswanya lulus ujian nasional. Lulus sekolah cuma bisa ngerjain soal ujian nasional sama ujian masuk perguruan tinggi doang. Tapi pelajarannya ga mudeng.
Cuma bisa ngerjain soal doang!
untuk jawaban yang pertama sih sebenernya agak ragu antara dua jawaban..
yang pertama, sama seperti hampir semuanya, jawaban ku 720.. soalnya….
Kemungkinan pertama:
2*3 = 6 *4 = 24 *30 = 720..
kemungkinan kedua:
2*3= 6*4 = 24*30 = 720 – (2*2) = 716
kenapa perlu dikurang 4? karena menurutku diputaran pertama di menit pertama akan ada dua ruang kosong yang hanya memungkinkan 2 orang untuk lewat, nah selebihnya baru deh normal 6 orang perputaran 🙂 tapi ini bisa aja salah sih..
kalau yang nomor dua sih, kan yang pertama sama kedua hexagonal nya sama-sama 3, cuma beda balok yang pertama ada 3 , balok yang kedua ada dua.. jadi tinggal ambil selisihnya (21-19 = 2) itu tinggi balok, berarti tinggi hexagonalnya (19-(2*2 = 4)) : 3 = 5..
jadi 5+2+2 = 9 🙂
hehehehe semoga bener
no 1. 236 orang
no 2. 5 meter
ini jadi HT lho di kaskus hehe
http://www.kaskus.co.id/post/5338bb1c19cb17795f8b4578/1#post5338bb1c19cb17795f8b4578
izin share
sip sip
Ini yang melatar belakangi soal UN SMA Th.2014 terdapat soal Internasional Standard PISA. . .
Coba soal di sekolah gue kaya gini hehehe…….
kalo menurut saya sih yg paling penting itu guru yg berkualitas dan mau berkontribusi untuk memajukan pendidikan indonesia. selain itu banyak dari murid2 di indonesia yg tertanamkan dalam dirinya bahwa mrk itu ga akan bisa lebih hebat dr org2 yg punya andil dlm pelajaran yg ia pelajari itu sendiri. dgn kata lain mrk ga punya kepercayaan diri yg cukup bahwa mrk bisa. dan kebiasaan untuk berfikir kritis itu masih terbilang jarang lah. jadi mereka cuma ngikutin instruksi aja. dan pola pikir itu penting utk diubah kalo mmg pendidikan indonesia mau maju
No 1. Satu kali putaran bisa dilewati 6 orang. Kalo 1 menit ya 6 orang kali 4 putaran sama dengan 24. Ditanya 30 menit. Jadi 24 org kali 30 menit sama dengan 720. No 2 itu persegi pnjang nya 2 meter dan tinggi segi 6 y 5 meter. Jadi 2 + 5+ 2 = 9 meter. Betul ndak?
No 1. Satu kali putaran bisa dilewati 6 orang. Kalo 1 menit ya 6 orang kali 4 putaran sama dengan 24. Ditanya 30 menit. Jadi 24 org kali 30 menit sama dengan 720. No 2 itu persegi pnjang nya 2 meter dan tinggi segi 6 y 5 meter. Jadi 2 + 5+ 2 = 9 meter. Betul ndak?
Kalo aku sih jawabannya (4×3)x4x30 = 1440 dengan pola segitiga. Aku ngitungnya posisi pintu mula-mula asumsinya bisa dimasukkin 6 orang. Pola mirip sayap pintu putar, 4 org masuk pintu masuk dan 2 orang masuk pintu keluar. Misalkan ada 3 rombongan A, B, C. A, B, C masing2 terdiri 2 orang. A masuk pintu masuk sebelah kiri, B masuk pintu masuk sebelah kanan, C masuk pintu keluar total 6 org masuk dalam pintu putar. Pintu diputar ke kanan 1/3 putaran, maka polanya sama seperti awal hanya terjadi perpindahan. Sehingga B dan C bisa keluar sedangkan A tidak karena tujuannya masuk pintu keluar berarti sudah ada 4 orang yang keluar masuk pintu tiap 1/3 putaran. Berarti 1 putaran ada 12 orang yang keluar masuk. Tiap menit = 4 putaran so tiap menit ada 48 org yg sudah melewati pintu. Pola akhirpun sama ada 4 orang yang kelua masuk.. Sehingga 48 x 30 menit = 1440
No 2 yg pasti 9.
persegi ngefek ke tinggi 21-19 = 2
3 heksagonal + 2 persegi = 19, 3 heksagonal = 15
1 heksagonal ngefek 5
1 heksagonal + 2 persegi = 9m
Kok jawabanku nomer 1 beda sendiri yah. Lainnya pada jawab 720, tapi aku 1440. Definisi 1 putaran sendiri itu apa? Posisi awal = Posisi Akhir ataukah ???
Aku nomer 1 jawabnya 1440……
wah bangg.. ane baru engeh sekarang mungkin ini salah satu sebab munculnya kurikulum baru 2013.. kita(siswa) bener2 disuruh pro aktif dan mikir keraas buat ngerjain soal2.. dann kata guru ane soal soal UN 2016 (UN angkatan pertama yg pake kurtilas) nanti model soal2nya kyk gini bang.. disebutnya soal HOT (High-Ordered-Thinking)*CMIIW
Kak mau nanya nih, sebernya sampel yang diambil PISA untuk perwakilan indonesia tuh siapa ajah sih? terus dia cara pengambilan sampelnya gimana?
jadi yang no.1 itu 720 karena punya 3 ruang disitu, kapasitas maksimumnya hanya 2 orang, 1 menit berputar 4x, kalo 30 menit kan jadi 120 (30 dikali 4) dikali 6 (3 dikali 2), jadinya 720
lalu, yang no.2 itu aku sama sekali gapake persamaan karena di otak mikirnya konsep stacking blocks gt :v, kalo yg persegi panjang yang 21cm ada 3, sedangkan yg 19cm ada 2, dan hexagonal jumlahnya sama, jadi tinggal dikurangin aja jadi 2cm(tinggi persegi panjang),
lalu kalo kita lihat yang stacking si 19cm, dia punya 2 persegi panjang sama 3 hexagonal, kalo 2×2 = 4, terus dikurangin 19 jadi 15, karena hexagonalnya ada 3 jadi 15 kubagi 3, jadinya 5cm
jadi yg stacking paling pendek itu 5+2+2 = 9cm
Kak, apakah menjamurnya bisnis bimbel (termasuk zenius kali yah :p) di Indonesia ini mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan kita ini agak…ya…rendah?