Artikel ini berbicara mengenai bagaimana untuk dapat menjadi psikolog di Indonesia dan juga perbedaan psikolog dan psikiater.
Dalam jurnal berjudul Suicide Risk and Mental Disorders yang diterbitkan oleh International journal of environmental research and public health, Louise Brådvik menyebutkan bahwa sebagian besar kasus bunuh diri yang terjadi di dunia berkaitan dengan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kejiwaan lain. Di samping itu, kecemasan, kepribadian, pola makan, dan trauma juga berkontribusi atas kasus bunuh diri yang terjadi.
Kesehatan mental adalah hal yang tidak dapat disepelekan. Bagaimana tidak, gangguan mental nyatanya menjadi salah satu pemicu terjadinya kasus bunuh diri. Mari lihat data di bawah ini biar kita tahu seberapa banyaknya kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia.
Mereka yang melakukan bunuh diri memiliki alasannya masing-masing. Namun merujuk lagi kepada artikel Louise Brådvik, ada peran gangguan kesehatan mental di situ.
Memiliki gangguan kejiawaan tentunya bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Mencari bantuan pun bukanlah perkara mudah. Ada peran stigma masyarakat di situ yang membikin seolah-olah mereka yang mendatangi ahli kejiwaan adalah orang-orang gila. Okay, let’s say kita mengabaikan stigma tersebut, persoalan berikutnya pun menghadang. Jumlah psikolog yang ada di Indonesia amatlah terbatas jika dibandingkan dengan besarnya populasi kita. Bayangkan saja, hanya ada 1.563 tenaga psikologi klinis di Indonesia. Di samping itu, untuk setiap 1 psikiater yang ada di Indonesia, 1 psikiater tersebut harus melayani antara 300 ribu sampai 400 ribu penduduk. Well, bukan sebuah kabar yang menggembirakan tentunya.
Belakangan memang isu tentang kesehatan mental bisa dibilang makin populer di Indonesia. Kalau kamu pernah mendengar istilah seperti skizofrenia (ini ga ada nama lainnya gitu, btw? suka salah ketik akutu), depresi, bipolar, istilah-istilah tersebut sangat erat kaitannya dengan isu kesehatan mental. Naiknya popularitas isu kesehatan mental semestinya diikuti dengan semakin tingginya kesadaran kita untuk memastikan apakah mental kita sudah benar-benar sehat. Namun balik lagi cuy, keterbatasan tenaga psikolog tak dapat diabaikan.
Keterbatasan jumlah psikolog bisa diatasi salah satunya ya dengan menjadi psikolog itu sendiri. Pertanyaannya, gimana caranya? Kalau kalian pengen jadi psikolog dan belum tahu gimana caranya, kalian sedang menemukan bacaan yang tepat. Kebetulan banget aku punya teman yang sedang berjuang menyelesaikan program studi magister psikologi. Ya udah deh karena aku juga kepo banget akhirnya aku tanya-tanya gimana caranya jadi psikolog di Indonesia. Ya gimana. Kalau lagi sakit pasti kita pengennya ditangani sama tangan yang tepat dong ya. Kalau sakitnya udah menyangkut kesehatan mental ya kita harus datang ke ahlinya.
Langkah yang Bisa Ditempuh Buat Jadi Psikolog di Indonesia
Dibutuhkan ketekunan untuk dapat menjadi psikolog. Ya sebenarnya semua profesi memang membutuhkan ketekunan sih hehe. Maka dari itu janganlah cepat menyerah, hai anak muda Indonesia. Kejarlah mimpimu supaya makin banyak lagi penduduk negeri ini yang bisa mengakses bantuan gangguan kejiwaan. Maka dari itulah, sila ikuti langkah-langkah di bawah ini.
-
Ambil kuliah S1 jurusan psikologi
Langkah pertamanya adalah kamu harus kuliah di jurusan psikologi. Persiapkan diri kamu bareng Zenius. Mau kamu SMA dari jurusan IPA maupun IPS kamu tetap bisa masuk psikologi kok. Hal tersebut menjadi mungkin karena memang ada jurusan psikologi yang masuknya ke rumpun soshum seperti di UI, UGM, Unair, dan USU. Sedangkan untuk psikologi yang masuknya ke rumpun saintek ada di Unpad, UNS, Unhas, dan Unand.
Selama kuliah, cobalah untuk belajar dengan giat baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Di luar kelas gimana contohnya? Misalnya kamu ikut bantu-bantu riset yang dilakukan oleh dosenmu. Kan lumayan tuh kamu jadi bisa menambah pengalaman dan wawasan kamu. Di samping itu, kamu jadi bisa punya waktu bersama dosenmu lebih lama dibanding dengan teman-temanmu yang ga bantu dosenmu. Nah karena banyak waktu bersama kamu bisa manfaatin buat nanya-nanya hal-hal tentang psikologi ke beliau.
Selain jadi asisten peneliti, kamu juga bisa kok ikutan volunteering gitu. Tentunya yang berkaitan sama isu kesehatan mental yak biar linier. Misalkan kamu jadi volunteer buat LSM yang punya fokus ke isu kesehatan mental. Kamu bisa mengaplikasikan ilmu yang selama ini kamu pelajari di kelas langsung di lapangan deh. Seru kali, kan?
-
Lanjut ke S2 Psikologi Profesi
Setelah lulus S1 dan menjadi sarjana psikologi, langkah selanjutnya adalah kuliah lagi. Iya bener kuliah lagi. Kamu ga salah baca kok. Ingat, artikel ini bertujuan buat kasih tahu langkah tuk jadi psikolog ya. Terlepas setelah S1 mau kerja dulu selama beberapa waktu atau langsung kuliah ya suka-suka kau saja laaa.
Di tingkat pendidikan S2, kamu mulai memilih fokus studimu. Entah mau fokus ke psikologi sosial kah, psikologi industri kah, psikologi pendidikan kah, psikologi perkembangan kah, ataupun peminatan psikologi lainnya. Intinya, kamu pilih salah satu fokus studimu. Setiap peminatan tentunya punya fokusnya sendiri-sendiri. Misalnya untuk psikologi pendidikan yang mempelajari fenomena dinamika kejiwaan dan perilaku individu yang ada dalam proses pendidikan. Psikologi pendidikan misalnya mempelajari tentang proses belajar mengajar, motivasi belajar, dan lain sebagainya yang berkenaan dengan dunia pendidikan gitu deh.
-
Ikut ujian dan terdaftar sebagai anggota dari Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI).
Ujian ini sebenarnya bisa jadi bagian dari kuliah S2. Soalnya yang dilakukan temanku sih begitu gaes. Jadi kalau di kuliahnya, kegiatan S2-nya diisi dengan setahun kuliah. Setelahnya, ada masa 6 bulan yang diisi dengan kerja praktik. Beres praktik dilanjut dengan mengikuti ujian dari HIMPSI. Baru deh setelahnya bikin thesis lalu lulus dengan gelar M.Psi. Psikolog. Jadi nama kamu nanti akan makin panjang misalnya Iqbal Nugroho, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Namun balik lagi gaes, setiap kampus memiliki kurikulumnya sendiri-sendiri. Soalnya memang ada program S2 psikologi profesi dan ada yang S2 Psikologi aja. Bedanya apa? Bedanya yang satu pas lulus karena udah lulus juga dari tesnya HIMPSI gelarnya jadi ada tambahan Psikolog-nya dan yang satunya belum ada. Kurang lebih begitu sih.
-
Setelah lulus ujian kamu akan dapat izin praktik dengan masa berlaku 2 tahun (diperpanjang berkala).
Setelah lulus program magister dan lulus ujiannya HIMPSI, kamu sudah resmi menjadi psikolog dengan izin praktik. Izin praktik ini tuh penting banget gaes. Aku tuh takut kalau memeriksakan atau konsultasi perihal kesehatan ke orang yang ga punya latar belakang teruji. Karena sudah punya izin praktik, kamu jadi bisa deh menerima konsultasi orang-orang di sekitarmu dan kamu bisa menolong mereka juga nantinya. Selamat.
Bedanya psikolog sama psikiater
Sederhananya, psikolog adalah lulusan dari program studi psikologi sedangkan psikiater adalah lulusan kedokteran.
Psikolog adalah lulusan psikologi yang sudah lulus ujian dari HIMPSI dan mempunyai izin praktik sebagai psikolog. Nah kalau psikiater tuh lulusan kedokteran yang ambil spesialisasi di bidang kesehatan jiwa dan berhelar Sp.KJ. Psikolog dapat membantu pasiennya dengan melakukan serangkaian tes atau terapi. Hasilnya nanti akan diinterpretasikan untuk kemudian ditarik kesimpulan sebenarnya apa sih masalah yang dialami pasiennya. Psikiater juga dapat mendiagnosis apa yang dialami pasiennya. Satu hal yang paling membedakan keduanya adalah psikiater bisa memberikan resep obat-obatan kepada pasiennya sedangkan psikolog tidak berwenang meresepkan obat-obatan.
Okay sekarang sudah tahu bedanya, lalu kalau merasa ada gangguan kesehatan jiwa sebaiknya ke mana? Ada baiknya kamu pergi dan memeriksakan kondisi kesehatanmu ke dokter umum terlebih dahulu. Biasanya dokter umum akan merekomendasikanmu baik ke psikolog atau psikiater. Yang jelas, jangan melakukan diagnosis secara mandiri. Tanyakan ke orang yang benar-benar paham sehingga pengobatanmu bisa maksimal.
Kalau kamu sudah yakin buat jadi psikolog, kerjar aja terus impianmu itu. Ga kebayang deh berapa orang yang bisa kamu bantu dengan kemampuanmu nantinya saat kamu sudah resmi jadi psikolog. Jangan lupa belajar bareng Zenius ya buat bantu kamu ikutan persiapan ujian masuk perguruan tinggi.
Saya mau menjadi psikologi pendidikan,tapi saya masih dipondok dan menghafal kan Al.qura’an
Kallo kuliah itu misalnya nih, unair. Itu kan shosum ya, berarti ngga ada experimen dan lebih kesosial yaa??…
Eh tetap bisa kok asal lanjut S2 psikologi jugaa
Kalo misalnya saya s1 di luar negri trs s2 nya di Indonesia atau sebaliknya. saya masih bisa buka praktek psikolog ga? kalo saya kuliah psikolog diluar negri