Halo Sobat Zenius! Di artikel kali ini gue bakal menjelaskan alasan mengapa Sejarah itu sangat penting untuk kita pelajari.
Khususnya kalo elo masih punya pemikiran seperti ini:
Apa sih pentingnya belajar Sejarah? Nggak ada gunanya itu menghafal nama-nama tokoh dan tahun. Sejarah itu kan sudah berlalu, lupain saja. Lebih baik kita fokus ke masa depan.
Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, gue minta lo semua lupakan dulu sejarah dalam konteks sebagai mata pelajaran di sekolah, lupakan nilai ulangan sejarah, lupakan dunia akademis.
Mari kita sama-sama mengupas apa pentingnya belajar Sejarah dan manfaatnya dalam kehidupan kita di masa sekarang.
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, gue mau mengajak elo untuk menelusuri dari sisi sebaliknya:
Emang apa jadinya sih kalo kita ga belajar sejarah? Apa sih konsekuensinya kalo masyarakat gak belajar dari sejarah?
Untuk mengulas hal ini, izinkan gue untuk menceritakan 3 pola dalam sejarah peradaban manusia yang terus berulang selama ribuan tahun. Maksudnya pola itu gimana ya?
Jadi begini, selama mendalami sejarah peradaban manusia, para ahli seringkali melihat pola peristiwa yang terus berulang kali muncul karena penyebab yang sama.
Pola semacam ini sudah terjadi selama ribuan tahun bahkan sepanjang riwayat peradaban manusia. Penasaran apa sih pola sejarah yang seringkali muncul? Sebetulnya ada banyak sekali, tapi kali ini gue mau cerita 3 pola yang paling menarik:
Pola Sejarah 1: Penguasa Terkuat Selalu yang Paling Toleran
Dalam sejarah peradaban manusia, kita bisa menelusuri siapa penguasa terkuat pada zamannya. Contohnya adalah sebagai berikut:
- Dinasti Achaemenid (550 SM- 330 SM) di Persia,
- Kekaisaran Romawi (50 SM- 300 M),
- Dinasti Tang (600 – 900 M) di Tiongkok,
- Kekhalifahan Ottoman (abad 16-17) di Turki,
- Kerajaan Inggris pada zaman Ratu Victoria (abad 18-19),
- Dan kini Amerika Serikat di zaman modern (1991-sekarang)
Semua kerajaan/negara/peradaban yang disebut barusan bisa dikatakan sebagai penguasa terkuat pada zamannya.
Kalo kita ngeliat daftar para penguasa terkuat ini, biasanya pertanyaan yang seringkali muncul adalah:
- Apa yang membuat mereka bisa menjadi penguasa terkuat?
- Bagaimana mereka bisa memiliki sistem pertahanan yang kokoh dari serangan musuh?
- Bagaimana caranya mereka bisa menguasai ekonomi dan perdagangan?
- Bagaimana mereka bisa memiliki pengetahuan & teknologi tercanggih di zamannya?
- Mengapa mereka bisa jauh lebih maju dan melampaui peradaban lain pada zamannya?
Jawabannya bisa jadi panjang banget untuk masing-masing kasus, tapi ada satu pola yang selalu ditemukan di antara para penguasa terkuat di zaman mereka masing-masing:
Mereka yang menjadi penguesa terkuat di zamannya, SELALU merupakan peradaban/negara/kerajaan yang paling TOLERAN.
Inilah salah satu pola dalam sejarah yang terus terulang berkali-kali dari zaman ke zaman. Gak percaya? Yuk kita telusuri satu per satu.
1. Kerajaan Persia Dinasti Achaemenid | (550 SM- 330 SM)
Ratusan tahun sebelum masehi, ketika sebagian besar kekuasaan di Timur Tengah memiliki budaya “penaklukan”, Persia di bawah dinasti Achaemenid keluar sebagai penguasa terkuat di zamannya dengan menguasai wilayah seluas kira-kira 8 juta km². Seberapa luas tuh?
Itu bisa dibilang sekitar 4 kali lipat lebih luas dari luas daratan Indonesia saat ini. Luas buanget yak!?
Ketika bangsa-bangsa lain seperti Assyria, Mesir, Babylonia, dan lain-lain membinasakan dan memperbudak semua kota yang mereka taklukkan, Persia melakukan pendekatan yang berbeda. Penaklukan tidak lagi diartikan sebagai memperbudak, tapi perluasan wilayah.
Rakyat jelata dari bangsa-bangsa hasil taklukan Persia tidak dianggap sebagai “orang asing”, tapi sebagai bagian dari kerajaan Persia selama mereka bayar pajak dan menyediakan pasukan untuk kekaisaran Persia.
Dengan pendekatan itu, kekaisaran Persia sukses menguasai daerah Timur Tengah yang jika mengacu pada peta dunia modern, meliputi Turki, Iraq, Iran, Mesir, Israel, Libanon, dan Syria.
2. Republik & Kekaisaran Romawi | 45 SM – 325 M
Sejarah republik & kekaisaran Romawi sebetulnya berumur ribuan tahun. Namun gue coba persempit pada masa puncak kejayaan mereka dari era Julius Caesar sampai Kaisar Konstantin (45 SM – 325 M). Pada linimasa itu, Romawi adalah kekuatan negara/kerajaan terkuat di dunia.
Salah satu yang menjadi corak Romawi dibandingkan suku-suku bar-bar di sekitarnya adalah tingkat TOLERANSI-nya terhadap orang asing. Bagi penguasa daerah-daerah yang ditaklukkan (Baca=orang asing), Romawi menawarkan status sebagai “warga negara Roma”.
Para penguasa lokal hasil taklukan Romawi ini bahkan memiliki kesempatan untuk memiliki karir politik di Roma, dari menjadi senator, jendral, bahkan menjadi Kaisar Romawi.
Kekuatan Roma mulai menurun di tahun 200an Masehi, saat agama Kristen mulai menyebar ke seluruh penjurunya. Mula-mula banyak kaisar Romawi tidak mau mentoleransi lahirnya agama “baru” ini.
Pengikut agama Kristen didiskriminasi secara sosial, bahkan seringkali terjadi kasus penganiayaan. Sampai tiba saat dimana Konstantin Agung menjadi Kaisar Romawi sekaligus Kaisar Romawi pertama yang beragama Kristen.
Setelah menjadi Kaisar, Konstantin membuat gebrakan dengan mengumumkan bahwa agama Kristen menjadi satu-satunya agama yang diakui oleh Romawi! Dengan adanya pengalihan agama yang diakui negara tersebut, pergeseran horizontal antar rakyat Romawi yang menganut Kristen dan Non-Kristen (Pagan) terjadi di mana-mana.
Akibatnya selama puluhan tahun, kekaisaran Romawi tercabik-cabik oleh konflik internal dalam negara antara masyarakat Kristen melawan non-Kristen (Pagan), termasuk juga konflik internal di antara berbagai aliran Kristen sendiri.
Konflik ini memakan korban jiwa dan kemerosotan ekonomi yang sangat tajam. Kekaisaran Romawi yang sudah ringkih akibat konflik internal dalam masyarakatnya, akhirnya mudah sekali dikalahkan oleh diserang oleh suku-suku barbar sampai akhirnya runtuh tahun 476 yang ditandai kekalahan Kaisar Romulus Augustus oleh Goth Odoacer dari Jerman.
3. Tiongkok Dinasti Tang | abad 7-10 Masehi
Berikutnya ada Dinasti Tang. Dari sekian banyak dinasti dari Tiongkok, cuma Dinasti Tang yang bisa dianggap sebagai penguasa terkuat di dunia di zamannya! Keunikan dinasti Tang adalah: penguasanya TIDAK murni orang Han/Tionghoa, tapi memiliki darah Turki.
Sebab pendiri dinasti Tang sebelum menjadi kaisar adalah jendral yang menjaga perbatasan Tiongkok dengan daerah Asia Tengah yang dipenuhi suku-suku keturunan Turki.
Dinasti Tang ini unik sekali, tidak seperti dinasti-dinasti di Tiongkok sebelumnya yang merasa “Pokoknya Tiongkok adalah pusat peradaban dunia, semua bangsa lain adalah orang biadab!”, dinasti Tang sangat terbuka pada lintas budaya & bertukar ilmu pengetahuan dengan orang asing.
Di era dinasti Tang, orang-orang asing memenuhi ibukota, bahkan tidak aneh jika kita melihat warisan sejarah dinasti Tang yang menggambarkan orang-orang lokal Tiongkok yang berdandan seperti orang Arab, Persia, Vietnam, dan lain-lain.
Di sisi lain, pasukan militer dinasti Tang menjadi begitu kuat karena dikombinasikan dengan kavaleri (pasukan berkuda) Turki yang tangguh.
Lalu apa yang menyebabkan ambruknya Kekaisaran Tang? Singkatnya, hal itu dipicu oleh pemberontakan Jenderal An Lushan yang merupakan seorang jendral keturunan Persia. Kendati Dinasti Tang berhasil mengalahkan pemberontak ini, tetapi perang melawan An Lushan membuat persepsi orang-orang Tiongkok berubah dalam memandang orang-orang “asing” yang bukan merupakan keturunan lokal.
Intoleransi merebak di mana-mana, orang-orang yang dinilai keturunan “orang asing” diusir dari kota-kota besar. Terjadi pelarangan terhadap budaya asing seperti baju, kesenian, dan lain-lain. Akibatnya, sektor perdagangan & ekonomi lumpuh. Akhirnya, lagi-lagi pola yang sama terjadi, perang saudara menggerogoti dinasti Tang hingga runtuh di tahun 900-an.
4. Kekhalifahan Ottoman | abad 16-17 Masehi
Kekhalifahan Ottoman pada abad 16-17 juga sempat menjadi penguasa terkuat di dunia. Bisa elo tebak apa yang menjadi ciri khas yang mendasari kekuatan besar negara ini? Yak, lagi-lagi toleransi yang besar.
Pada era kejayaannya, Ottoman berhasil menjadi negara yang menekan tingkat diskriminasi sosial! Praktisnya, tidak ada diskriminasi agama maupun suku dalam tatanan sosial masyarakat Ottoman.
Semua orang dari latar belakang suku atau agama manapun, memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin politik maupun berbisnis dengan siapapun. Di sisi lain, kekhalifahan Ottoman juga membuka pertukaran ilmu pengetahuan dengan peradaban di Eropa yang sudah mulai maju menuju ke tahap Enlightenment era.
Lalu apa dong yang membuat Turki Ottoman mengalami kemunduran hingga akhirnya menjadi runtuh?
Puncak keruntuhannya bisa gue katakan pada saat Perang Dunia 1 yang udah sempat gue bahas di artikel Zenius sebelumnya. Namun jauh sebelum kejatuhannya PD1, Ottoman sempat mengalami stagnasi (absennya pertumbuhan) panjang. Lho kok bisa?
Sedikit banyak stagnasi itu dipengaruhi oleh isu-isu anti-asing yang disuarakan dengan label fatwa-fatwa ulama Ottoman yang melarang masyarakatnya untuk bertukar ilmu pengetahuan dengan pihak asing di luar khalifah/Ottoman. Akibatnya, mempelajari pengetahuan dari non-muslim menjadi hal yang tabu.
Sementara nuansa intoleransi terhadap asing semakin merebak, bangsa-bangsa di Eropa pada abad 17-18 justru sedang mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat.
Contoh-contoh Peradaban/Kerajaan/Negara Terkuat Lainnya
Sebetulnya masih banyak contoh yang bisa dibahas. Contoh lain yang bisa kita lihat dari pola sejarah ini pada zaman Kerajaan Inggris era Victorian (abad 18-19).
Pada zaman ini, Kerajaan Inggris bisa dianggap sebagai kekuatan terbesar di dunia. Relatif terhadap negara-negara lain, Inggris bisa dianggap sebagai negara yang paling menjunjung tinggi kemanusiaan.
Hal ini ditandai dengan kebijakan mereka yang anti-perbudakan. Di saat perbudakan terhadap warna kulit tertentu (orang asing=budak) marak di negara-negara Eropa bahkan Amerika, bangsa Eropa justru membebaskan para budak.
Terlepas dari pandangan bahwa budak-budak ini adalah orang asing, Inggris adalah bangsa modern pertama yang menyatakan dengan tegas bahwa perbudakan adalah hal yang ilegal karena tidak manusiawi.
Contoh lain yang bisa kita lihat adalah Amerika Serikat di zaman modern, tepatnya setelah keruntuhan Uni Soviet tahun 1991-sekarang.
Mungkin ada sebagian kalangan yang memperdebatkan status kekuatan AS saat ini bisa dikatakan terkuat atau tidak. Namun secara umum, elo bisa crosscheck sendiri ranking negara terkuat di dunia selama 20 tahun terakhir hampir selalu dijuarai oleh AS.
Terlepas dari beberapa kasus belakangan ini, sepanjang abad 20 yang lalu, Negara AS bisa dikatakan sebagai salah satu negara yang secara tegas menyatakan perlindungan terhadap hak-hak minoritas, kebebasan beragama, serta kesetaraan hak setiap individu dalam konstitusinya.
Ada begitu banyak progresivitas yang dimulai oleh AS di era modern ini, seperti pemenuhan hak politik kaum pendatang, kesetaraan hak kulit berwarna, kesetaraan hak perempuan, hingga kelahiran agama-agama baru minoritas di era modern ini juga terjadi Amerika Serikat. Kapan kemunduran AS dimulai?
Kita belum bisa memastikan tapi berdasarkan pola-pola yang terjadi sebelumnya, kita bisa menduga hal-hal seperti apa yang bisa jadi pemicu kemunduran sang negara penguasa.
Dari beberapa contoh kasus ini gue harap elo bisa melihat apa yang gue maksud dengan pola dalam sejarah. Sikap toleransi biasanya menciptakan asimilasi yang positif dalam keberagaman. Pelajaran sejarah yang bisa kita tarik dari sini jelas: kalau kau mau negaramu kuat, JADILAH NEGARA TOLERAN.
Sebaliknya, kehancuran dari peradaban yang kuat, seringkali diawali oleh menguatnya isu-isu intoleransi yang menggerogoti bangsa-bangsa itu dari dalam sampai akhirnya melemah dan jatuh dengan sendirinya.
Jadi, sekarang gue harap pertanyaan elo tentang apa pentingnya belajar sejarah bisa cukup terjawab. Begitu juga dengan perspektif sebaliknya: apa jadinya kalo kita tidak belajar dari sejarah?
Pola Sejarah 2: Tidak Ada Harga yang Naik Selamanya
Setelah contoh sejarah politik, berikutnya kita bahas sebuah pola sejarah dalam dunia ekonomi yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui. Apaan tuh? Nama kerennya adalah economic bubble atau gelembung ekonomi.
Economic bubble adalah sebuah fenomena ekonomi di mana harga suatu “barang” yang berangsur-angsur naik terus-terusan dengan sangat cepat sehingga membuat banyak pelaku ekonomi berlomba-lomba untuk membeli barang tersebut, untuk kemudian dijual kembali dengan harapan mendapatkan selisih harga yang besar.
Yak, harga suatu barang bisa tiba-tiba naik dan hal itu membuat banyak orang mencoba mengambil keuntungan ekonomi dengan membeli barang-barang tersebut.
Fenomena kenaikan harga ini disebut “gelembung” untuk satu alasan: yang namanya GELEMBUNG ya akan naik dengan mencolok, dan pasti pecah ketika sudah tinggi.
Yak, seperti yang gue sebut di atas, tidak ada harga yang naik selamanya. Pada suatu titik, gelembung kenaikan harga ini akan pecah, artinya harga yang melambung juga akan merosot tajam seiring dengan kejenuhan pasar.
Masih belum kebayang contoh kasusnya? Biar gue kasih contoh gelembung ekonomi terbaru di Indonesia: fenomena batu akik di tahun 2015 yang lalu. Masih inget ketika tiba-tiba semua orang demam batu akik?
Dari kalangan selebritis, pejabat sampai tukang becak tiba-tiba semua ngurusin batu akik! Harga batu akik sempat melonjak tajam, bahkan mencapai miliaran Rupiah! Namun tidak lama setelah lebaran tahun 2015, mendadak batu akik jadi tidak terlalu banyak diminati lagi, harga batu akik terjun bebas dan membuat para kolektor panik.
Bayangkan betapa ruginya orang yang membeli batu akik sebelum lebaran seharga Rp1 miliar lalu ketika hendak menjualnya setelah lebaran ternyata harganya sudah merosot tajam hingga hanya laku dijual Rp1 juta saja.
Salah satu contoh lain adalah fenomena bunga tulip di Belanda sekitar tahun 1636 – 1637. Harga bibit bunga tulip di Belanda saat itu sempat menyamai 10x lipat gaji tahunan seorang pengrajin professional.
Namun, harga mendadak terjun bebas setelah lelang tulip di Haarlem di Februari 1637 gagal total. Setelah itu, harga tulip terus turun drastis.
Contoh lain yang terjadi di Indonesia terjadi di sekitar tahun 2000an, saat pohon anthurium atau tanaman gelombang cinta sempat melonjak naik hingga mencapai 2 miliar Rupiah.
Sama seperti harga bibit tulip, fenomena ini hanya muncul sesaat hingga akhirnya harga tanaman anthurium terus merosot hingga ke level ratusan ribu Rupiah.
Bagi mereka yang memahami pola sejarah ekonomi, tidak akan larut dengan kehebohan tren sesaat semacam ini. Karena seperti pola sejarah yang lain, fenomena economic bubble ini juga sudah sering terjadi berkali-kali dalam sejarah.
Sebetulnya ada banyak contoh economic bubble lain yang bisa dibahas, seperti bubble ikan Louhan di Indonesia tahun 2002 & juga bubble kenaikan harga properti di Amerika tahun 2006, tapi rasanya ga perlu gue bahas lebih detail lagi karena sudah cukup jelas.
Buat elo yang mau memahami lebih dalam bagaimana bubble kenaikan properti di Amerika menyebabkan krisis ekonomi dunia 2008 bisa lihat di artikel zenius sebelumnya.
Pada prinsipnya, semua gelembung ekonomi melewati 5 tahap sebagai berikut:
- Displacement → munculnya kesempatan/tren baru
- Euphoria → melonjaknya harapan pada tren baru tersebut
- Mania → banyak orang yang membeli dengan harga yang makin tinggi, makin tinggi
- Distress → munculnya kekecewaan saat tren tersebut tampaknya mulai memudar
- Revulsion/discredit → harga terjun bebas, gelembung pecah
Semua gelembung ekonomi, melewati 5 tahapan itu. Dari pola sejarah yang kedua sebenarnya elo udah bisa jawab kalo ada yang nanya elo pertanyaan seperti ini: Mengapa dengan belajar sejarah seseorang bisa bertindak lebih bijaksana?
Karena mereka sudah memiliki informasi dari apa yang terjadi sebelumnya, contohnya tentang fenomena gelembung ekonomi ini. Intinya, kita jangan terbuai oleh tren sesaat, apalagi sampai mengeluarkan seluruh tabungan kita untuk berinvestasi pada barang/komoditas yang harganya terus naik dengan tidak wajar.
Ada begitu banyak orang yang jatuh bangkrut hanya karena tidak mau belajar dari pola sejarah. Sekarang apakah elo masih mempertanyakan apa pentingnya belajar sejarah?
Pola 3: Pemerintahan dengan kontrol ekstrim, berujung pada pelanggaran HAM
Pola ke-3 yang gue ceritakan pada artikel ini terkait dengan sejarah yang lebih dekat dengan masa kini, sejarah HAM. Pada artikel Zenius sebelumnya, Glenn sudah sempat menjelaskan pengertian atau gagasan mendasar dari berbagai pandangan politik-ekonomi seperti kapitalisme, sosialisme, komunisme, demokrasi, liberalisme, dll.
Pada dasarnya, berbagai pandangan politik ini memiliki tujuan untuk menciptakan kondisi masyarakat yang ideal, hanya saja pendekatannya berbeda. Namun jika gue coba sederhanakan lagi, sebetulnya berbagai pandangan politik itu adalah sebuah gambaran kondisi di antara 2 pandangan ekstrim politik, yaitu:
- Full Control (Totaliter)
- No Control
Negara dengan kontrol ekstrim (full control) atau istilah teknisnya disebut Totaliter adalah negara yg mengatur semua segi kehidupan masyarakatnya.
Dari mulai perputaran ekonomi, aliran informasi, sistem pendidikan, pembangunan infrastruktur, bahkan hal-hal paling pribadi seperti opini pribadi terkait hal apapun juga kalo bisa mau dikontrol oleh pemerintah.
Negara totaliter adalah negara yg menginginkan semua warganya tunduk secara mutlak terhadap perintah negara dalam setiap sendi kehidupan mereka. Dalam kondisi seperti itu, otomatis tidak ada kebebasan berekspresi, tidak ada kebebasan berpendapat, bahkan tidak ada privasi individu dalam sebuah negara totaliter.
Nah, pada negara-negara totaliter, atau setidaknya negara yang sedang dalam proses mengarah pada rezim totaliter (full-control), ada 1 pola sejarah yang terus berulang: yaitu terjadinya pelanggaran HAM.
Beberapa contoh negara yang sempat berada dalam kondisi totaliter di era modern adalah Kamboja (rezim Pol Pot), Uni Soviet (rezim Stalin), Jerman (rezim Hitler), Korea Utara (rezim dinasti Kim).
Dari contoh-contoh tersebut, kita bisa melihat bahwa walaupun dari ideologi politik-ekonomi rezim-rezim tersebut sangat berbeda (Hitler itu berideologi fasis sementara Pol Pot & Stalin berideologi sosialis-komunis).
Namun ada 1 kesamaan di antara mereka yaitu sama-sama berupaya mengendalikan semua sendi kehidupan masyarakatnya.
Yuk mari kita kupas contoh-contoh rezim di atas dengan lebih detil:
Rezim Totaliter Stalin di Uni Soviet
Uni Soviet adalah negara pertama yang mengusung gagasan Karl Marx untuk menciptakan masyarakat komunis, dimana (dalam gagasan idealnya) tujuan akhirnya adalah terciptanya masyarakat yang setara, tidak ada lagi kelas sosial, dan tidak ada lagi kepemilikan pribadi.
Semua orang akan mengerjakan apa yang mereka inginkan, serta saling memenuhi kebutuhan satu sama lain.
Nah, untuk menciptakan kondisi masyarakat komunis, dibutuhkan sebuah “fase perantara” yang Marx sebut dengan sosialisme, dimana kaum pekerja akan bersatu dan mengambil alih alat-alat produksi dari para pemilik modal untuk mendayagunakan alat produksi untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya.
Dalam hal ini, revolusi Rusia yang dipimpin oleh Vladimir Lenin pada Oktober 1917, bisa dikatakan sebagai momentum berdirinya negara pertama yang berupaya mendirikan pemerintahan sosialis, yang bertujuan menciptakan masyarakat komunis.
Namun sayangnya, Lenin sang pemimpin revolusi meninggal tahun 1924, tak lama setelah lahirnya Uni Soviet. Akhirnya, kepemimpinan Soviet beralih kepada seorang bernama Joseph Stalin.
Tidak seperti Lenin yang membangun dengan pendekatan intelektual, Stalin itu gaya yang sangat jauh berbeda. Satu hal yang bisa gue identikkan dengan pribadi Stalin adalah sikap paranoid, dia selalu takut dan khawatir akan segala hal. Ada banyak cara menghadapi rasa takut, Stalin memilih cara “Mengontrol segalanya, membunuh semua potensi ancaman, dan memastikan semua rakyat takut dengan dirinya”.
Di tangan Stalin, penerapan sosialisme di Soviet menjadi semakin identik dengan rezim totaliter. Dia tidak segan-segan menyingkirkan pihak-pihak yang dianggap berbahaya bagi stabilitas negara, partai, ataupun dirinya.
Saking paranoid nya, Stalin bahkan mengontrol ranah seni yang boleh dikerjakan oleh para seniman di Soviet, yaitu gaya “realisme sosialis” sebagai satu-satunya corak seni visual yang diperbolehkan.
Apa jadinya jika ada seniman yang tidak menurut? Mereka dianggap membangkang cita-cita revolusi, dipenjara, bahkan dibunuh.
Selain pelanggaran HAM terhadap seniman, Stalin juga menyita hasil panen & mengisolasi seluruh desa-desa petani di Ukraina hanya karena dianggap tidak mau diatur.
Akibatnya sangat mengerikan, 7,5 juta petani mati kelaparan karena musim dingin di tahun 1931-1933. Pembantaian kontrol penuh ini berhasil: tidak ada orang di Uni Soviet yang berani melawan Stalin.
Pada akhirnya, Josef Stalin membunuh sekitar 60 juta manusia selama dia berkuasa. Lebih banyak dari korban jiwa Perang Dunia 2 (Sekitar 50 juta manusia).
Rezim Totaliter Hitler di Jerman
Tidak seperti Stalin, totalitarianisme Hitler bercorak politik sayap kanan fasis. Namun sama seperti Stalin, Hitler juga mengatur semua segi kehidupan rakyatnya.
Semua warga Jerman saat itu dilarang untuk mengkritik kepemimpinan Hitler, bukan cuma secara terbuka (misalnya dengan menulis artikel di koran) tapi juga di perbincangan kehidupan sehari-hari mereka.
Jadi, kalau orang Jerman di tahun 1930-an dan 1940-an bergosip menggunjingkan Hitler atau partai Nazi di warung kopi, mereka bisa terancam dipenjara! Polisi Jerman pada era itu bukan hanya mengejar pelaku kriminal, tapi orang yang kedapatan berbeda pendapat dengan pemerintah, juga harus diadili.
Alhasil, tidak ada lagi privasi pada rezim Hitler di Jerman. Setiap tetangga kita berpotensi melaporkan kita pada polisi, yang membantah pemerintah akan berakhir di penjara atau kuburan.
Pemerintah Nazi jadi identik dengan penjarahan, pemenjaraan, yang diakhiri dengan pemicu pecahnya Perang Dunia 2 hingga pembantaian besar-besaran ras Yahudi secara sistematis dan terstruktur.
Jika ingin menelusuri lebih detil tentang kehidupan Hitler hingga menjadi Fuhrer, bisa baca di sini.
Rezim Totaliter Pol Pot di Kamboja
Sama seperti cita-cita komunisme di Uni Soviet yang ingin mengubah negara mereka, Pol Pot sang pemimpin Khmer Merah juga bermimpi mengubah total masyarakat Kamboja.
Sesuai dengan salah satu ciri totalitarianisme, rezim kediktatoran Pol Pot juga menghapuskan privasi masyarakatnya sampai pada tahap paling pribadi.
Tidak ada barang milik pribadi, semua benda menjadi milik negara. Warga tidak bisa memilih profesi maupun tempat mereka bekerja, semua dipilih oleh pemerintah. Pol Pot yg amat membenci budaya perkotaan (urbanisme) juga memerintahkan seluruh rakyat untuk pindah ke desa.
Hal yang paling mengerikan dari rezim Pol Pot adalah kebenciannya terhadap kaum intelektual. Bagi Pol Pot, orang yang cerdas, terdidik, dan berpendidikan tinggi akan berpotensi membahayakan negara, oleh karena itu harus dibunuh.
Atas dasar kebencian pada kaum intelektual, jika ditemukan seseorang yang berkacamata atau kulit tangannya halus (tanda bukan pekerja kasar), bisa jadi kena hukuman mati atau eksekusi di tempat. Gila banget ya?
Sama seperti Stalin dan Hitler, pelanggaran HAM yang dilakukan rezim Pol Pot di Kamboja juga sangat mengerikan.
Sejak tahun 1975-1979, diperkirakan 1,5 juta manusia atau 7/8 dari total populasi masyarakat Kamboja menjadi korban dari eksekusi, kelaparan, penyakit menular, dan perbudakan di rezim totaliter Pol Pot.
Rezim Totaliter Kim di Korea Utara
Jika semua rezim totaliter di atas adalah sejarah masa lalu, apakah masih ada yang terjadi sampai hari ini? Yak, rezim totaliter masih ada di era modern, tepatnya di Korea Utara.
Jangan dibayangkan kondisi Korut itu sedikit banyak mirip dengan Korea Selatan yang gemerlap dengan fashion, teknologi maju, drama K-Pop, dan semacamnya. Kondisi masyarakat di Korea Utara sangat berbeda dengan saudara serumpun mereka di selatan.
Kontrol di negara Korea Utara begitu ekstrem, sampai-sampai semua rakyatnya diwajibkan menyembah foto pemimpin mereka setiap hari begitu bangun pagi.
Setiap rasa syukur dan pujian, hanya boleh ditujukan pada pemimpin mereka yaitu keluarga garis keturunan keluarga Kim (Kim Il Sung, Kim Jong Il, Kim Jong Un).
Hasil dari rezim totaliter ini serupa dengan pola-pola sebelumnya: pelanggaran HAM berat terjadi di setiap sudut negeri setiap hari, siapapun bisa disiksa dan dibunuh karena dianggap mengancam negara karena alasan-alasan sepele.
Sampai hari ini, rakyat Korea Utara masih tidak punya privasi sama sekali, tidak ada internet, tidak ada jaringan telepon ke luar negeri, tidak ada akses keluar perbatasan tanpa seizin pemerintah, tidak ada informasi, tidak ada sumber hiburan, maupun ilmu pengetahuan dari dunia luar yang bisa dikonsumsi langsung oleh masyarakat Korea Utara.
Buat elo yang penasaran, bisa juga menonton cuplikan video kesaksian dari Yeonmi Park, seorang wanita yang berhasil lolos kabur ke luar perbatasan Korea Utara.
Pelajaran yang bisa diambil dari sini adalah bahwa masyarakat demokratis yang buta sejarah akan dengan mudah disetir oleh media propaganda, fitnah, dan berita palsu untuk membelokkan persepsinya terhadap kepentingan kekuasaan tertentu.
Nah, setelah membaca penjabaran gue di atas, gue harap elo sudah memiliki jawaban kalo ada guru di sekolah nanya kurang lebih kayak gini: Pentingkah kita mempelajari sejarah jelaskan!
Jawabannya simple, sangat penting. Karena berdasarkan 3 pola sejarah di atas, kita bisa mempelajari petunjuk untuk membangun peradaban manusia di masa yang lebih baik lebih bijak, lebih cerdas, & juga agar kejadian buruk di masa lalu bisa dicegah.
Dengan belajar dari masa lalu, dan memahami penderitaan pendahulu-pendahulu kita, kakek-nenek moyang kita, kita tidak perlu mengulang kejadian yang mengenaskan itu lagi.
Oke, segitu dulu penjelasan gue tentang alasan mengapa sejarah itu sangat penting untuk kita pelajari.
Oh iya, selain materi Sejarah, elo juga bisa loh belajar materi pelajaran lainnya bareng Zenius. Dan kalo elo gabung sekarang, elo bakalan dapet diskon hingga 80% dan berbagai fitur eksklusif lainnya. Kalau penasaran, langsung klik banner di bawah ya!
Dan buat yang elo mau belajar materi pelajaran versi video, bisa banget langsung meluncur ke video belajar Zenius yang bisa elo akses secara GRATIS dengan klik banner di bawah ini!
Sumber:
- Amy Chua: Day of Empire
- Niall Ferguson: The Ascent of Money
- Samuel P. Huntington: The Political Orders in Changing Societies
- https://en.wikipedia.org/wiki/Tulip_mania
- https://en.wikipedia.org/wiki/Mississippi_Company
- http://www.investopedia.com/ask/answers/06/debtequityswap.asp
- https://en.wikipedia.org/wiki/Failed_state
Originally Published: January 31, 2017
Update by: Sabrina Mulia Rhamadanty
Tapi aku ngantuk trs klo belajar sejarah :((
Itu mah tergantung cara belajarnya aja hafiz, belajar di z.net dijamin gak ngantuk.
ada lagi, buat gw (atau gw pikir) belajar sejarah itu pelajaran yang bantu connecting “the dot” dari banyak pelajaran (sains, agama, ekonomi, etc.) , jadi kita bisa punya pemahaman yang lebih comprehensive/mendasar. kaya apa? banyak, satu contohnya simbol angka yang kita gunain. kalo gw ga pernah pahamin, mungkin gw ga akan pernah tau siapa yang nyiptain angka 1-9 itu orang arab – 0 india.
seakan simpel dan sepele, tapi sebenernya kalo gw tau itu dari dulu, gw bakal mudah ngerti apa makna bahasa mesin (0-1) buat belajar TI yang sederhana, dan celetus2 ilmuwan soal gimana kalo pake bilangan basis lain….
well, lo penasaran ga sih, gimana jadinya peradaban kita kalo masih pake bilangan basis romawi.. atau malah simbol babilon…?? gimana jadinya dunia sains dan enginer yang bikin peradaban sekarang?
hahhahahah :v CMIIW — sedikit banyaknya gw bisa mikir gini karena suka video crashcourse nya bang jon green wkwkwk
“belajar sejarah itu pelajaran yang bantu connecting “the dot” dari banyak pelajaran”
Ini bener banget. Sejarah itu pada dasarnya adalah cerita kisah nyata, dan sebuah cerita memang menghubungkan fakta2 yg laen, menghubungkan ilmu2 yg laen. Hal2 yg kelihatannya simpel, remeh, dan sepele seringkali sebetulnya penting. Cuma orang2 gak tahu aja.
Dan sepakat juga soal Crash Course-nya John Green! Emang bagus2 kok! Kelemahannya cuma 1 (buat saya) dia kurang mendalami sejarah militer.
Kak Marcel, saya kira kakak guru sejarah dan memiliki title Pendidikan Sejarah.. ternyata tidak. Mendapatkan ilmu kayak gini gimana ya kak :v kadang baca yg formal2 gitu ngebosenin bahasanya
Baca, baca, baca.
Bukan baca majalah gosip, bukan baca berita berantai, tapi baca buku2 yg emang berkualitas:
novel klasik, non-fiksi legendaris, dan sejenisnya.
Kalo cuma mengandalkan buku text dari diknas yg sesuai kurikulum, terlalu sempit, terlalu sedikit.
Kalo bingung mau mulai dari mana, ini buat starter:
– “100 Manusia Paling Berpengaruh di Dunia” karangan Michael Hart. (Terjemahan Mahbub Djunaidi lebih bagus daripada cetakan terbaru.)
– “The Ascend of Money” karangan Niall Ferguson
– “Bottom Billion” karangan Paul Collier
– “Sam Kok” (Romance of Three Kingdoms) karangan Lo Kuan Chung
Selain itu, baca juga buku2 yg disarankan oleh Zenius:
https://www.zenius.net/blog/rekomendasi-buku-bagus-wajib-dibaca
https://www.zenius.net/blog/rekomendasi-buku-sastra-klasik-dunia
Kak Marcel, tolong bikinin sejarah indonesia kusus dari 1945 secara runut yg asiik. Atau ada saran untuk “bacaan” untuk dibaca. Makasih
kebetulan utk sejarah kemerdekaan sampai orde lama sempat diulas beberapa kali di artikel blog zenius dalam format biografi beberapa tokoh nasional. kamu bisa baca di sini:
https://www.zenius.net/blog/biografi-sukarno-soekarno
https://www.zenius.net/blog/biografi-sutan-syahrir
https://www.zenius.net/blog/biografi-mohammad-hatta
https://www.zenius.net/blog/biografi-tan-malaka
https://www.zenius.net/blog/biografi-soe-hok-gie
Pas SMA gue belajar sejarah itu bosen banget, tapi pas gue kuliah sejarah di depok, gue jadi ketagihan belajar sejarah. Sejarah itu penting banget, dengan sejarah lu bisa tau kenapa dunia ini bisaa berjalan seperti sekarang ini. Justru kata dosen gue sejarah itu rajanya ilmu sosial. Bahkan dengan sejarah sendiri gue lebih muda mengerti tentang pandangan-pandangan para ekonom dari adam smith sampe keynes. Sejarah banyak banget ngajarin tentang perpolitikan dari kuno sampai modern. Sejarah ngebosenin pas SMA menurut gue karena gurunya yg ngebawa kurang asik dan jelasinnya tidak secara menyeluruh. Udah gitu buku pelajaran SMA itu jujur bikin ngantuk. Pemahaman yang dangkal. Buku pelajaran sejarah ngga ada bedanya kaya buku lain yg cuma suruh ngapalin. padahal gue tau metode terbodoh dalam pembelajaran adalah dengan cara hanya menghapalkan.
“Justru kata dosen gue sejarah itu rajanya ilmu sosial.”
-> Kalo mau ngerti sejarah, musti ngerti sosiologi, geografi, ekonomi, dan ilmu² sosial lainnya.
“Udah gitu buku pelajaran SMA itu jujur bikin ngantuk.”
-> Saya baca buku text sejarah dari SD-SMA itu kayak baca tabel. Gak ada jiwanya. Gak ada warnanya. Cuma ada data² yg musti dihafal. Gak heran org² jadi ngantuk dan males baca sejarah!
Seru banget baca artikel sejarah di zenius. Kaya lagi didongengin, nggak kaya belajar. Btw aku jadi penasaran sm sejarah kenapa korea pecah, boleh dong kak diceritain hehehe. Sering2 dong kak posting artikel sejarahnya
Iya nih gue jg penasaran.
Katanya sih beda tujuan (mau dibawa kemana negara Korea) dan ideologi dasar (seperti apa yg bakal ngebentuk korea ke depan). Perbedaan ini semakin terlihat jelas saat petinggi2 negara Korea sudah mulai sangat jelas dalam mempertahankan argument dan menjatuhkan konsep kenegaraan dari lawan pihak.
So, akhirnya petinggi2 itu memutuskan utk memisahkan diri satu sama lain diikuti oleh rakyat yg sepemikiran dgn petinggi2nya masing2
Setau gue sih awal terpisah nya Korea Selatan dan Korea Utara itu akibat kekalahan Jepang di WWII, kekalahan jepang ngebuat runtuhnya kolonisasi Jepang di Korea. Terus dateng lah US dan Uni Soviet. US di selatan, Soviet di utara.
Simplenya mereka berdua gagal nyatuin utara sama selatan karena ada perbedaan ideologi. Akhirnya Korea Selatan menyatakan kemerdekaan nya sendiri, disusul sama Korea Utara setelahnya. Selatan di support sama US sementara utara di support sama Soviet. Nah kalo udah sampe tahap ini masuk nya jadi ke Cold War antara US sama Soviet. Makanya kalo diliat sekarang, Korsel itu lebih liberal kan, pengaruh US. Sementara Korut jadi negara totaliter, pengaruh dari Soviet.
Setelah terpisah begitu, kedua belah pihak sebetulnya masih berusaha menyatukan kedua negara. Melalui perang.
Pecahlah perang Korea yg dimulai dengan pihak Korsel ke-pede-an dan gak nyadar pihak Korut udah dipersenjatai dg tank, artileri, dan senjata² berat lainnya, plus mendapatkan bantuan serdadu dari Cina. Pihak Korut dengan mudah mendesak pihak Korsel ke ujung semenanjung Korea. Pihak Korsel bisa bertahan, lalu menyerang balik, bahkan merebut Seoul lagi karena dukungan militer dari Amerika Serikat dan negara² PBB lainnya (minus negara² komunis.).
Namun, usaha pihak Korsel dan PBB menyatukan Korea juga gagal karena Cina mengirim ratusan ribu tentaranya, lengkap dg bantuan senjata dari Uni Soviet, sehingga akhirnya kedua belah pihak menyepakati gencatan senjata (BUKAN PERJANJIAN DAMAI loh!) yg dibatasi oleh daerah DeMilitarized Zone (DMZ) yg kini menjadi perbatasan Korea Utara dan Selatan.
Ada 1 hal juga yang bikin gua penasaran Marcel. Mengapa hubungan diplomatik Korut & Tiongkok bisa begitu dekat? Apakah karena sama-sama komunis? Apa keuntungan yg diberikan Korut terhadap Tiongkok? Sementara itu, kebijakan politik & ekonomi Tiongkok sendiri semakin jauh dari cita2 awal komunisme. Jadi basis kepentingan apa sebetulnya yg mendasari hubungan ke-2 negara ini?
Korut itu dijadikan buffer, bemper oleh RRC yang tak mau berbatasan langsung dengan sekutu dekat Amerika Serikat. (Korea Selatan.) Kegilaan dinasti Kim yg bikin pusing AS juga membuat AS selalu membutuhkan RRC yg dianggap bisa “mengatur” Korea Utara.
Namun, gak semudah itu. Korut ber-kali² melanggar perintah RRC. Percobaan persenjataan nuklirnya misalnya. Ini jelas² mempermalukan RRC. Makanya gak heran, menurut bocoran Wikileaks, ada jendral Cina yg bilang “Kalo AS mau nyerbu Korea Utara, RRC bisa bantu dg cara mengurusi para pengungsi dari Korut.”
Jadi, hubungan antara RRC dan Korut itu gak gitu jelas juga.
Thanks gal ?
Sumpah ini bacaan sejarah terasik yg pernah gue baca
Kirain di video pengakuan wanita yg kabur dari korut ada translate nya, ternyata engga ?
Berasa lg UN inggris Listening wkwk
mantappp artikelnya jelas sekali…
kira – kira Indonesia berjalan ke arah mana ya? lagi rame pilkada nih :v
Berbicara mengenai Stalin, ada satu kisah humor yang mungkin bisa menjelaskan kediktatoran Stalin itu sendiri :))
Pada suatu hari, Stalin tiba di kantornya, siap untuk bekerja. Dia memeriksa laci di meja kerjanya untuk mengambil pena favoritnya, tapi dia tidak menemukannya. Kesal karena hal itu, Stalin pun memanggil Beria (dia mungkin ajudannya atau semacamnya) ke ruangannya.
“Kamerad Beria! Seseorang telah mencuri pena saya! Tangkap si pencuri itu dan hukum dia!”
Beria meninggalkan ruangan. Stalin mulai bekerja dengan pena lain, menandatangani surat perintah eksekusi, atau semacamnya. Saat Stalin selesai bekerja dan bersiap untuk meninggalkan kantornya, dia menemukan pena favoritnya di rak, belakang kursi kerjanya. Sedikit malu, Stalin memanggil Beria untuk menanyakan perihal si pencuri pena itu.
“Kabar gembira, Kamerad Stalin! Tiga orang telah menyerahkan diri sebagai pencuri pena Anda dan ketiganya telah dieksekusi! Mereka bertindak secara sukarela!”
:))
Begitulah yg terjadi kalau ada paranoid berkuasa sbg diktator mutlak …
Soal penguasa yang toleran, gue mau nambahin sedikit dong cerita tentang Persia. Raja yang bikin Persia sebesar itu namanya Cyrus. Kalau lihat petanya, daerah-daerah yang dia kuasai itu termasuk daerah-daerah Yahudi loh. Kalau mau tahu apa petunjuk toleransinya si Cyrus ini, tahu nggak bisa dilihat di mana? Di Alkitab (Bible) ada, tepatnya Yesaya 45 dan di Ezra. Di situ, Cyrus ditulis sebagai “Koresh”. Si Cyrus ini beberapa kali dipuji-puji sama orang Yahudi di Bible. Karena dia bukan sekedar toleran, tapi bahkan ikut membantu membangun kembali kota Jerusalem, termasuk membangun rumah ibadahnya sekalian, padahal agamanya beda. Canggih ya?
Betul banget. Bangsa Yahudi yg sukanya nge-hina² bangsa² non-Yahudi aja muji² si Cyrus ini.
kalo gw suka sejarah awalnya simpel,, dari game tank, awalnya main game terus penasaran sama tank yang ada didalamnya beneran ada ato engga terus cari tau sampe perang dunia ke 2, gabung komunitas WW2, kemudian ketagihan belajar sejarah sampai puncaknya gw masuk kuliah jurusan politik ehehehe
Seandainya indonesia juga bisa jadi negara yang menjunjung tinggi toleransi gua rasa negara ini bakal lebih baik dari sekarang.. but thanks for this article kak marcel.
Ohh iya kak kalau boleh minta saran buku supaya gua bisa bikin pelajaran sejarah jadi lebih seru..
Beberapa buku yg amat sangat saya sarankan:
– “100 Manusia Paling Berpengaruh di Dunia” karangan Michael Hart. (Terjemahan Mahbub Djunaidi lebih bagus daripada cetakan terbaru.)
– “The Ascent of Money” karangan Niall Ferguson
– “Bottom Billion” karangan Paul Collier
– “Sam Kok” (Romance of Three Kingdoms) karangan Lo Kuan Chung
Selain itu, baca juga buku² yg disarankan oleh Zenius:
https://www.zenius.net/blog/rekomendasi-buku-bagus-wajib-dibaca
https://www.zenius.net/blog/rekomendasi-buku-sastra-klasik-dunia
gan mau tanya, kalo terjadi perang dunia 3 utu perang mana lawan mana ?, jepang mau jadi apaan ?, terus indonesia mau jadi apaan juga ?
makasih gan
Kalo menurut Samuel P. Huntington di buku “Clash of Civilization”, PD3 bisa jadi dimulai akibat serangan RRC atas Taiwan. Dalam skenario Huntington tsb, AS, Uni Eropa, dan Jepang akan membantu Taiwan, sementara Rusia dan Pakistan akan membantu RRC. Indonesia BISA jadi pihak yg paling untung dari PD3, sebab semua negara lain akan hancur karena PD3, sementara Indonesia bisa jadi tidak ikut²an sehingga menjadi negara terkuat di dunia. India & Australia juga bisa jadi negara terkuat di dunia setelah PD3 bila mereka tidak ikut bergabung.
terus mau tanya 1 hal lagi nih gan.
kenapa kok amerika kayanya gkk tulus malah sering ngeluarin hak vetonya dan kelihatannya susah banget bikin israel palestina damai, padahal kalo dipikir-pikir kan amerika sangat berkuasa tuh di PBB harusnya kan gampang
Lobi Israel di Amerika itu kuat banget. Saat ini, Israel sedang dikuasai oleh Partai Likud dan Netanyahu yang gak mau damai.
Loh kok gak mau damai? Soalnya, selama masyarakat Israel parno sama Palestina, mereka akan memilih partai Likud.
Celakanya, terjadi simetri di sisi Palestina: Hamas akan menerima aliran dana, sukarelawan, dan dukungan politik selama Israel agresif. Jadinya, baik Hamas maupun Netanyahu sama² gak mau damai dan gantian mensabotase upaya perdamaian.
Gw gak kaget kalau ternyata mereka berdua punya nomor masing², dan begitu dukungan thd mereka menurun, mereka akan menelpon sisi lain supaya cari gara² lagi. (Gusur rumah Palestina! Intifada! Bom bunuh diri!)
Selama kedua pihak yg untung dari konflik ini berkuasa, konflik ini gak akan berakhir. Gak akan!
kren si apa yang dipaparkan di atas, mengandung kode-kode keras tentang permasalahan sosial yang sedang terjadi di indonesia. jadi setidaknya anak indonesia berfikir lebih luas dan terbuka agar terhindar dari propaganda2 politik yang sedang marak. 🙂
kak @disqus_WcswxQjgvX:disqus ceritain tetang kerajaan2 di amekrika latin dong
Hayoo tebak, siapa tiran terparah sepanjang sejarah!!
Banyak orang pasti nebak “Hitler” atau “Stalin” atau tiran² beken laennya. Kalo saya sih pilih Fransisco Solano Lopez Jr., tiran penguasa Paraguay di tahun 1800an. Dia bukan cuma sukses membantai ribuan orang, dia bahkan menyiksa ibu dan kakak²nya sendiri! Bahkan Hitler dan Stalin aja bukan anak durhaka kayak dia!
Apalagi, dia juga menyebabkan negaranya sendiri kehabisan pria dewasa. Bener² kehabisan pria dewasa loh. Hitler dan Stalin GAK SEPARAH ITU!!
http://exiledonline.com/paraguay-a-brief-history-of-national-suicide/
Keren banget kak. Se-Indonesia perlu tau ini nih sebagai negara yang demokratis. Juga perlunya menjadi negara yang toleran agar kita dapat meraih kemenangan bersama 😀
kak, bahas soal tragedi pki di indonesia dong, mumpung lagi marak2nya nih biar masyarakat bisa tau sebenarnya seperti apa. ditunggu ya. trims
kebetulan topik tsb sudah pernah dibahas di blog zenius sebelumnya, kamu bisa baca di sini >> https://www.zenius.net/blog/5405/catatan-sejarah-g30s-pki
ohh sudah pernah ya. Ok terima kasih banyak kak
Sudah ada Uni Soviet/Stalin & Jerman/Hitler, kayaknya lebih oke ditambah Italia/Musso. Ketiga negara/pemimpin totaliter itu “berjaya” thn 1930-an & runtuh pasca- PD II.
kak, kalau Donald Trump gimana tuh? dia kan kayak anti imigran gitu… mungkin nggak Totaliter kali, ya? cuma kurang toleran aja… hmm…. pola sejarah nih.. hihihi…
Oh, ya.. kak. Kalau jaman pemerintahan Soeharto itu gimana? denger2 dari kakek nenek, katanya media massa gk bisa secara terang2an kritik pemerintah? …
Donald Trump bermain dg api. Dia memanfaatkan retorika anti imigran, anti orang asing, dll buat mendulang suara. Saya sih gak percaya dia bener² rasis, saya percaya dia itu narsis. Namun, terlepas dari kepercayaan dia, begitu dia membawa politik anti orang asing ini ke pentas nasional, dia udah mengancam kemajemukan Amerika Serikat, kemajemukan yg membuat Amerika Serikat menjadi hyperpower.
Kalo soal totaliter, Soeharto gak terlalu. Dia itu “cuma” otoriter, sebab praktis rakyat masih bisa berbuat banyak hal tanpa diatur oleh UU dan polisi. Paling penting cuma “jangan membantah pemerintah yah” sisanya sih relatif masih bebas. Makanya saya sih gak bilang Soeharto itu totaliter.
Bang, bahas tentang Sultan Hamid II-Sang Perancang Lambang Garuda dong. Kenapa bisa terlibat Pemberontakan APRA?
Bang gw ini suka banget gitu ya ama sejarah dan gw bener-bener tertarik ama sejarah tapi suka ilmu alam juga sih. Gw punya pertanyaan ni ya. Kalo misalnya orang-orang udah melek sejarah apakah mungkin fenomena gelembung ekonomi masih bisa terjadi ? Makasih bang.
Masih akan ada. Sebab, pada hakikatnya, banyak manusia yang serakah.
Banyak orang² yg membeli komoditas gelembung itu paham betul sejarah ekonomi gelembung, tetapi mereka mikirnya:
“Ah, saya sih tahu ini gelembung! Pasti akan pecah! Makanya saya beli sekarang, nanti saya jual sebelum gelembungnya pecah! Emang saya bodoh kayak kebanyakan orang, ha ha ha!”
Artinya, mereka merasa dirinya lebih pintar daripada mayoritas manusia. Namun, sama kayak judi, “lepas sebelum pecah” itu biasanya DITUNDA LAGI, DITUNDA LAGI waktu harganya melambung terus. Maklum, ngeliat harga yg makin tinggi, keserakahan makin kuat. Ada yg bisa untung besar karena rencananya berjalan mulus, dia akhirnya jual sebelum gelembungnya pecah. BUANYAK yg rugi besar karena “feeling”nya salah, dia blom jual waktu gelembungnya pecah.
Bagaimana dengan sejarah majapahit zen?mereka juga termasuk toleran kan?,dan runtuhnya majapahit juga karna sikap intoleran?
Minta akun FACEBOOK atau Emailnya dong kak marchel
Suka deh sama sejarah, walau ulangan kadang jelek tetep suka
Suka sejarah, tapi kalo di sekolah ya agak males jg, mending baca sejarah sediri dari pada diterangin guru
Dari kecil saya tertarik sama pelajaran Sejarah tapi ortu malah ngga mendukung ahahhahaha sedih sih cuman sekarang buat hobi ajah baca sejarah. kalo baca sejarah ituh berasa berpetualang