Apa itu BREXIT? Artikel ini menjelaskan 2 perspektif argumen apakah Inggris sebaiknya tetap bergabung atau keluar dari Uni Eropa.
Halo para pembaca blog Zenius sekalian! Apa kabar nih liburan lebarannya? Moga-moga liburannya seru & menyenangkan ya. Sambil enak-enak bersantai di libur lebaran, kali ini blog Zenius mau bahas cerita seru tentang pemberitaan heboh di dunia internasional belakangan ini. Wah apaan tuh?
Kalo lo ngikutin berita baik di TV, koran, maupun media sosial, sekitar 1-2 minggu lalu, sempat heboh banget berita tentang “BREXIT” sampai-sampai jadi top worldwide trending Twitter berhari-hari, udah gitu muncul meme-nya dimana-mana, sampai Perdana Menteri Inggris (David Cameron) menyatakan mengundurkan diri gara-gara hasil keputusan ini!
Wah ada apaan sih ini brexit-brexit, kok heboh banget? Sederhananya sih, BREXIT itu singkatan dari “Britain Exit” yang mengacu pada hasil pemilu referendum di Negara Inggris yang memutuskan Inggris keluar dari persatuan Uni Eropa. Banyak banget pihak yang sama sekali ga menduga bahwa hasil dari referendum/pemilu ini betul-betul menjadi momentum keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Mulai dari situ, mulai banyak isu yang bertebaran dari berbagai media, di antaranya:
- Ada pemberitaan bahwa masyarakat Inggris banyak yang ga tau latar belakang voting tersebut menjadi penentuan posisi Inggris di Eropa dan baru nyari tau “Apa itu Uni Eropa” justru setelah beberapa jam setelah voting. Menurut beberapa pemberitaan, banyak warga Inggris yang menyesal dengan pilihan voting yang mereka lakukan. Sampai ada hashtag baru di Twitter namanya #Bregret
- Dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, bisa berpotensi munculnya krisis ekonomi yang meluas, baik bagi Inggris, seluruh Eropa, bahkan bisa ikut mengorbankan negara-negara lain!
- Hasil pemilihan voting untuk keluar dari Uni Eropa ini dilatar-belakangi isu rasialis orang-orang Inggris yang takut kebanjiran pengungsi dari Timur Tengah terutama dari Syria karena kebijakan Uni Eropa yang cenderung terbuka dengan para pengungsi. Bahkan beberapa jam setelah hasil voting diumumkan, ada beberapa insiden rasialis terjadi di berbagai lokasi di Inggris yang menuntut para pendatang di Inggris untuk segera keluar dari negaranya.
Wah, kok ceritanya jadi konyol begini ya? Masa iya, warga Inggris banyak yang asal voting terus baru tau konsekuensinya setelah hasil voting diumumkan? Apa betul referendum ini dilatar-belakangi isu rasialis karena warga Inggris banyak yang rasis dan ga mau banyak pendatang di negaranya? Apa betul dampak ekonomi karena keputusan ini bakal banyak merugikan banyak pihak, bahkan mungkin bisa sampai ke Indonesia? Bisa gawat dong, jadi ceritanya gimana sih ini yang bener??
Naah… pada artikel Zenius Blog berikut ini, gua mau ceritain ke lo latar belakang fenomena ini dari awal sejarahnya sampai akhirnya bisa sampai seheboh ini. Buat lo yang lagi santai di waktu liburan, gua pikir ga ada salahnya baca ulasan Zenius di sini, hitung-hitung nambah pengetahuan umum dan sejarah tentang politik dunia. So, bagi lo yang penasaran tentang kehebohan BREXIT ini, yuk simak bareng ceritanya!
Sebetulnya apa sih latar belakang masalahnya BREXIT ini?
Berawal dari sebuah “Mimpi Eropa”
Sejenak kita mundur ke Eropa di bulan April 1945. Perang Dunia kedua baru saja usai. Nazi Jerman menyerah kalah pada Inggris, Perancis, Uni Soviet, dan Amerika Serikat (AS). Pada saat itu, seluruh Eropa dalam keadaan porak-poranda. Lebih dari 20 juta orang Eropa tewas dalam perang dunia, kota-kota megah Eropa jadi puing reruntuhan perang, perekonomian Eropa lumpuh, iklim politik masih serba tidak pasti, keadaan sungguh mencekam. Suasana horor macam ini bukan kejadian baru di benua Eropa. Sebelumnya, Eropa sudah pernah mengalami perang 30 tahun (1618-1648), Perang Penerus Takhta Spanyol (1701-1714), perang Napoleon (1803-1815), Perang Dunia 1 (1914-1918) dan banyak perang² lainnya yang membunuh jutaan nyawa, menghancur leburkan ratusan kota-kota bersejarah di Eropa. Perang besar-besaran, pembantaian besar-besaran, dan kehancuran besar-besaran adalah WAJAR dan jadi tradisi ratusan tahun dalam sejarah benua Eropa.
Namun, baru di akhir Perang Dunia kedua inilah, muncullah ide, harapan, MIMPI bahwa semua sejarah tradisi perang itu bisa dihilangkan di masa depan. Muncullah mimpi bahwa di masa depan Eropa akan bersatu, berdagang secara sehat, bekerja sama dalam ekonomi, transportasi, dan saling mendukung secara politik, bukannya saling membunuh. Muncullah “Mimpi Eropa” atau European Dream yaitu persatuan Eropa.
Persatuan ini bukanlah persatuan kekuasaan dengan penaklukkan militer seperti yang dilakukan Napoleon dan Hitler, tetapi persatuan dengan kerja sama dan perjanjian. Persatuan ini diharapkan dimulai secara bertahap, perlahan, tapi tujuannya jelas yaitu persatuan Eropa yang damai & saling mendukung. Tahap pertama dalam upaya menggapai mimpi ini dimulai dari sektor yang paling gampang, yaitu persatuan ekonomi.
Maka dari itu di tahun 1952, Belgia, Belanda, Luxemburg, Perancis, Italia, dan Jerman Barat menciptakan “European Coal and Steel Community” (ECSC) yang pada intinya menyatukan semua pertambangan dan industri batubara dan baja di negara-negara tersebut di bawah wewenang 1 badan supranasional. Di tahun 1957, negara-negara yang sama menandatangani perjanjian Roma, mereka sepakat menghilangkan pajak dan tarif quota di antara mereka, & membuat peraturan export-import baru yang dianggap fair, & saling menguntungkan.
Kemudian mereka juga menciptakan European Economic Community (EEC), yang bertujuan menyatukan ekonomi negara-negara anggotanya. Dengan menjadi anggota EEC, semua komoditas barang dagangan apapun bebas diperjual-belikan di antara semua negara-negara tersebut, seolah-olah tidak ada batas negara, tidak ada tarif, tidak ada pajak, tidak ada regulasi ribet dan ijin ini-itu. Semua jalur ekonomi dibuka secara bebas agar setiap negara di bawah EEC bisa membantu memenuhi kebutuhan ekonomi satu sama lain.
Setelah EEC berdiri, negara-negara Eropa lain yang ketinggalan, mulai merasa tertarik. Mereka merasa akan jauh lebih mudah menjual barang-barang produk negara mereka, maupun membeli barang-barang dari negara-negara anggota EEC kalau mereka juga bergabung dan menjadi anggota EEC! Keanggotaan EEC meningkat drastis, sampai akhirnya di tahun 1973 Inggris bergabung dengan EEC ini.
Sampai sejauh ini, kita baru membicarakan integrasi ekonomi. Namun, “European Dream” adalah persatuan seluruh Eropa, bukan cuma persatuan ekonominya saja. Maka ketika EEC didirikan, berdiri juga Komisi Eropa. Komisi inilah yang menjadi pelaksana semua peraturan yang disepakati negara-negara anggota EEC. Komisi ini praktis menjadi badan politik eksekutif, atau gampangnya menjadi “pemerintahnya” organisasi EEC.
Dalam pelaksanaannya, komisi Eropa ini diupayakan berjalan dengan professional. Strukturnya saja sama dengan struktur kabinet pemerintahan. Isi dari anggota Komisi Eropa ini pada dasarnya adalah PNS, birokrat dari negara masing-masing negara anggota EEC. Tapi ada yang unik dari proses pemilihan keanggotannya, orang-orang di komisi eropa ini BUKAN DIPILIH secara demokratis oleh negara-negara anggota EEC, melainkan justru DITUNJUK secara sepihak oleh pemerintah dari masing-masing negara. Nah pada point ini, udah mulai deh bermunculan isu negatif dari bentuk pemilihan anggota EEC yang dianggap tidak demokratis karena tidak melibatkan suara rakyat di negara masing-masing.
Di sisi lain, ada juga yang namanya Parlemen Eropa, yang secara teori tujuannya untuk mewakili RAKYAT dari negara-negara anggota EEC. Anggota parlemen ini dipilih dalam pemilu di negara masing-masing. Wah kalo gitu bagus dong ada badan khusus yang mewakili kepentingan rakyat? Sayangnya, parlemen ini power-nya bisa gua bilang lemah di EEC, yang pasti powernya TIDAK sebesar DPR Indonesia atau Kongres Amerika Serikat atau “House of Commons” di Inggris. Jadi ujung-ujungnya, kalo ada kebijakan yang EEC yang merugikan rakyat di negara tertentu, tetep aja proses pembuatan hukum baru harus dimulai oleh Komisi, bukan oleh Parlemen.
Terbentuknya Uni Eropa
Ketika perang dingin berakhir, dan Uni Soviet bubar di awal 1990an, optimisme tentang masa depan yang cerah bagi Eropa semakin membumbung tinggi. Negara-negara anggota EEC akhirnya mendirikan Uni Eropa (Bahasa Inggrisnya: European Union atau EU) via perjanjian Maastricht di tahun 1992. Mulai saat itu, mimpi persatuan Eropa di bidang politik benar-benar dilaksanakan. Sejak saat itulah, EEC berubah menjadi Uni Eropa. Persatuan yang dipraktekkan berubah dari integrasi ekonomi, menjadi integrasi ekonomi DAN politik secara resmi.
Integrasi ekonomi dilanjutkan dengan diperkenalkannya mata uang Euro di tahun 2002, menggantikan (hampir) semua mata uang negara-negara anggota Uni Eropa. Jadi, dari yang tadinya mata uang di Eropa ada macem-macem (Perancis = Franc, Belanda = Gulden, Jerman = Deutsche Mark, dll) sejak tahun 2002 bersatu menjadi 1 mata uang, yaitu Euro. Walaupun demikian, ada satu negara yang bandel ga mau menyatukan mata uangnya, negara apaan tuh? Yak bisa ditebak, yaitu Inggris yang tetap mempertahankan Pounds Sterling.
Di sisi lain tahun 1990, dimulailah penghapusan perbatasan antar negara-negara Eropa dalam Konvensi Schengen. Dengan adanya perjanjian tersebut, warganegara anggota Konvensi tsb bebas memasuki negara anggota lain seolah-olah tidak ada perbatasan negara. Konvensi ini adalah perwujudan salah satu aspek mimpi Eropa yang lain: kebebasan trasnportasi dan pergerakan warga Eropa. Kebijakan ini juga valid untuk warganegara non-Eropa yang mendapat visa di salah satu negara Schengen. Misalnya, seorang warganegara Indonesia yang mendapat visa untuk kuliah di universitas Jerman bisa berlibur ke Perancis tanpa pusing urusan perijinan hanya dengan bermodal visa mahasiswanya itu.
Ketika Uni Eropa berdiri, konvensi ini menjadi dasar kebijakan perbatasan Uni Eropa. Seiring pertambahan anggota, semakin banyak negara-negara di Eropa yang menjalankan kebijakan Schengen ini. Kecuali 2 negara: Inggris dan Irlandia. Namun, biarpun mereka tidak bergabung dalam kebijakan ini, kebijakan imigrasi mereka tetap diatur oleh Uni Eropa. Sampai pada akhirnya, integrasi politik di Eropa memuncak hingga diciptakannya posisi “Presiden Uni Eropa” di tahun 2009.
Hubungan Inggris dengan Uni Eropa
Nah, sekarang kita baru deh masuk ke dalam hubungan negara Inggris dengan Uni Eropa. Kenapa sih Inggris sampai bikin referendum dan pemilu ke rakyatnya untuk memisahkan diri dengan Uni Eropa? Sebetulnya ada masalah apa? Bukannya European Dream itu bagus ya untuk mensejahterakan seluruh negara di Eropa? Ternyata konflik awalnya bermula daripada konsep “European Dream” itu sendiri.
Pertama kita tinjau dari sisi sejarah kebijakan luar negeri Inggris. Selama berabad-abad (dari jaman masih kerajaan Inggris), posisi politik Inggris suka berubah-ubah, tapi ada satu hal yang konsisten. Apaan tuh? Inggris sejak dahulu selalu dalam posisi untuk mencegah terjadinya penyatuan Eropa. Wah masa sih kayak gitu? Coba deh lo telusuri kronologi sejarah perang di Eropa: Ketika Dinasti Habsburg di Austria dan Spanyol mendominasi Eropa, Inggris buru-buru mendukung Perancis dan musuh-musuh Austria lainnya untuk mengimbangi jangan sampai ada 1 kekuatan yang dominan. Ketika Perancis jaman Napoleon mulai mendominasi Eropa, Inggris malah membantu Prussia/Jerman supaya Perancis ga jadi pemimpin di Eropa. Ketika Jerman mau mulai mendominasi Eropa pada Perang Dunia 2, lagi-lagi Inggris berbalik menyokong Perancis dan sekutu untuk mencegah 1 kekuatan superpower yang menguasai Eropa. Kok gitu ya? Kenapa sih Inggris ga mau ada 1 kekuatan yang mendominasi Eropa.
Menurut dugaan gua pribadi sih, Inggris khawatir kalau ada siapapun yang berhasil mendominasi Eropa, berarti akan menjadi kekuatan yang sanggup untuk mendominasi Inggris! Walaupun untuk konteks sekarang, alasan ini masih bersifat subjektif, tapi dalam sejarah kita bisa melihat tradisi bahwa selama berabad-abad, Inggris punya sejarah tersendiri untuk mencegah “Mimpi Eropa” untuk bersatu.
Oke, itu soal sejarah masa lalu. Terus bagaimana posisi Inggris di masa sekarang? Di masa kini, rupanya tidak sedikit elemen masyarakat di Inggris sendiri yang selama ini merasa dirugikan oleh integrasi politik dan ekonomi Uni Eropa. Lho kok bisa gitu? Bukannya tujuan Uni Eropa itu untuk saling mendukung dan membantu satu sama lain? Tujuannya sih gitu, tapi dalam pelaksanaannya banyak yang (menurut sebagian kalangan di Inggris) tidak fair dan merugikan masyarakat Inggris.
Contohnya nelayan-nelayan di pantai timur Inggris, yang kini harus merelakan nelayan-nelayan Perancis, Belanda, Denmark, dll menangkap ikan di wilayah perairan Inggris. Bukan itu saja, Uni Eropa juga membatasi jumlah ikan yang boleh ditangkap oleh nelayan-nelayan Inggris di wilayah negaranya sendiri. Disinilah timbul pertanyaan bagi sebagian kalangan masyarakat Inggris. Kok teritori perairan kita malah jadi diubek-ubek sama negara lain? Kok Inggris jadi seolah-olah gak punya kedaulatan atas negaranya sendiri? Kok jadinya sumber daya alam Inggris dibatasi untuk bisa dicaplok negara Eropa lain?
Contoh lain lagi, Inggris juga ada masalah dalam kebijakan imigrasi. Secara resmi, sebetulnya Inggris tidak pernah bergabung dalam kesepakatan Schengen, sehingga warga negara Uni Eropa yang lain masih harus menunjukkan pasportnya ketika mereka hendak memasuki Inggris. Namun, karena sesama warga Uni Eropa, mereka gak perlu meminta visa lagi. Warga Uni Eropa dari negara manapun bebas tinggal dan kerja di Inggris. Sebaliknya warga Inggris juga bebas untuk tinggal dan kerja dimanapun di dalam Uni Eropa. Dalam proses asimilasi horizontal ini, ternyata ada sebagian warga Inggris yang merasa bahwa negaranya kehilangan kuasa untuk menyaring warga Eropa yang hendak memasuki Inggris. Nah, pada point inilah, banyak yang berpikiran keluarnya Inggris dari EU dilatarbelakangi isu rasialis.
Tapi di sisi lain, tentu saja tidak semua warga Inggris curiga, skeptis, dan mencibir kebijakan Uni Eropa. Gak sedikit juga warga Inggris yang menikmati integrasi dengan Eropa: terutama warga Inggris yang bekerja di negara-negara Uni Eropa, para pengusaha dan pedagang Inggris yang mengimport/export barang dari Uni Eropa.
Sederhananya, persepsi Inggris terhadap keanggotaan Uni Eropa jadi terbelah dua: pro Uni Eropa dan Euroskeptic. Sejak pemerintahan Perdana Menteri John Major (1990 – 1997) perpecahan 2 pandangan ini terus menghantui pemerintah Inggris. Saat pemerintahan Tony Blair (1997 – 2007) isu ini sempat mereda. Namun, saat David Cameron menjadi PM (2010 – 2016) dia mulai merasakan tekanan karena para pemilih partainya (Partai Konservatif) banyak yang termasuk dalam kubu skeptis terhadap Uni Eropa.
Sampai pada akhirnya di tahun 2013, Cameron yang khawatir kehilangan suara kepada partai UKIP yang anti Uni Eropa, menjanjikan 1 hal yang sangat krusial yaitu referendum (pemilu) tentang hubungan Inggris dengan Uni Eropa. Dengan janji referendum ini, dia berhasil mendapatkan suara untuk partai politiknya.
Sampai akhirnya, demi pemenuhan janji tersebut, referendum dilakukan bulan Juni 2016. Hasilnya seperti yang kita ketahui sendiri, ternyata dimenangkan kubu Euroskeptic yang menginginkan Inggris keluar dari Uni Eropa! Hasil ini sempat bikin geger kondisi perpolitikan dunia, khususnya di Eropa. Bahkan David Cameron sendiri gua duga ga nyangka sama sekali kalau hasil pemilunya jadi beneran memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa. Akhirnya sebagai bentuk tanggung jawab politik, David Cameron memutuskan untuk mengundurkan diri jadi PM Inggris di akhir tahun 2016.
Nah, sekarang gua harap lo jadi lebih ngerti tentang BREXIT ini sekaligus nambah pengetahuan sejarah politik dunia, khususnya di Eropa. Coba deh lo tonton satu dokumentasi speech terakhir dari Nigel Farage selaku perwakilan Inggris yang sejak dulu mengkampanyekan agar Inggris keluar dari EU, greget banget loh speech ‘farewell’ dari dia:
Sebelum gua akhiri artikelnya, gua cuma mau membahas sedikit tentang argumen kedua kubu ini, hitung-hitung jadi bahan diskusi lo di kolom komentar di bawah. Yuk, kita coba kupas 2 sisi argumen suara politik yang berbeda ini:
ARGUMEN PIHAK STAY (TETAP BERGABUNG DENGAN EU)
Argumen utama kubu yang ingin tetap bergabung dengan EU adalah “Pertahankan stabilitas ekonomi, perdagangan, dan politik!” Bagi kubu Stay, keputusan keluar dari EU adalah sebuah perjudian besar yang berisiko luar biasa mengkhawatirkan bagi stabilitas ekonomi negara Inggris. Di satu sisi, diperkirakan sekitar 3,5 juta lapangan kerja yang dimiliki warga Inggris bergantung pada keutuhan status keanggotaan Inggris di Uni Eropa. Jadi kalo sampai Inggris keluar, siap-siap jutaan orang Inggris kehilangan lapangan kerja di Eropa!
Alasan berikutnya adalah standarisasi perjanjian perdagangan dengan seluruh dunia. Selama ini, Uni Eropa telah menjadi jembatan bagi negara-negara lain di luar Eropa untuk bernegosiasi perihal kebijakan perdagangan. Dengan keluarnya Inggris, berarti mau gak mau Inggris harus berupaya melakukan negosiasi ulang satu per satu ke setiap negara yang selama ini melakukan perdagangan dengan Inggris.
Belum lagi perihal berbagai kemudahan yang dimiliki dengan menjadi anggota EU, seperti kemudahan jalur telekomunikasi dan penerbangan, kebebasan berkarir dan menjadi pelajar di negara Eropa lainnya, status keamanan politik yang stabil dengan negara-negara lain, pemerataan standard gaji yang layak, dan masih banyak lagi. Inti dari argumen pihak stay adalah stabilitas! Ngapain sih cari gara-gara mau keluar dari EU segala, kita udah terlanjur kepalang basah banyak kerjasama ekonomi & perdagangan dengan EU, kalo langsung diputus hubungan begitu aja, berbagai hal tidak terduga bisa terjadi secara tiba-tiba dan negara Inggris bakal kelabakan untuk mengurus semua masalah yang muncul serentak secara bersamaan.
ARGUMEN PIHAK LEAVE (KELUAR DARI EU)
Sementara itu, argumen utama dari kubu yang ingin keluar dari EU adalah “Kembalikan Kedaulatan Inggris!” Satu argumen yang menurut gua cukup kuat dari kubu “Leave” adalah perlawanan terhadap Uni Eropa yang dianggap institusi yang tidak demokratis. Kenapa Uni Eropa dianggap ga demokratis? Sebab badan paling berkuasa di Uni Eropa (Komisi Eropa) semua anggotanya ditunjuk, bukan dipilih! Ibaratnya anggota perwakilan itu ditunjuk seperti lurah di Indonesia, bukan dipilih secara demokratis seperti presiden atau gubernur. Terlebih lagi, anggota Komisi Eropa tidak bisa dipecat oleh rakyat dalam pemilu, harusnya kalo demokratis ada pihak yudikatif( seperti MPR) yang bisa memecat eksekutif kalo dianggap sewenang-wenang. Padahal justru Komisi Eropa inilah yang menciptakan dan menegakkan banyak sekali peraturan yang berlaku di seluruh Eropa, termasuk kebijakan migrasi, wilayah perairan, jatah penangkapan ikan, dll… tapi kok justru orang-orang yang menentukan kebijakan sepenting ini, bukanlah wakil-wakil rakyat yang dipilih demokratis, tapi justru orang yang ditunjuk secara sepihak?
Kubu “Leave” juga menekankan bahwa Uni Eropa ini sifatnya terlalu birokratis, tidak flexibel, tidak efisien, bahkan diduga banyak melakukan penyalahgunaan kekuasaan! Di sisi lain, terlalu banyak peraturan dikeluarkan oleh Komisi Eropa, yang mana dinilai justru mengekang ekonomi dan kehidupan rakyat Inggris. Masalahnya, ketidakpuasan rakyat Inggris terhadap peraturan manapun tidak akan bisa disalurkan, karena (balik ke argumen sebelumnya), para pejabat di Komisi Eropa DITUNJUK bukan dipilih oleh rakyat! Keluar dari Uni Eropa berarti kesempatan besar untuk menghapuskan peraturan-peraturan tersebut, untuk menjadi negara yang berdaulat dan mandiri secara ekonomi. Jatoh-jatohnya, pihak “leave” menganggap justru Uni-Eropalah yang lebih banyak butuh sama Inggris, padahal Inggris sebetulnya ga butuh-butuh amat tuh sama Uni Eropa!
PENUTUP
Oke deh, demikian ulasan “singkat” dari gua tentang fenomena BREXIT ini. Moga-moga nambah pengetahuan umum lo, nambah insights juga buat lo, terutama seputar topik sejarah politik dunia. Gua harap artikel ini juga bisa memicu diskusi seru di kolom komentar artikel ini. Terlepas dari hasil akhirnya sekarang, kalo misalnya lo terlahir jadi warga negara Inggris, apakah lo memilih untuk tetap bertahan atau keluar dari Uni Eropa?
Sumber:
http://www.ft.com/cms/s/0/a874de26-34b2-11e6-bda0-04585c31b153.html
https://www.gov.uk/government/speeches/eu-speech-at-bloomberg
http://www.theguardian.com/politics/2016/jun/24/how-did-uk-end-up-voting-leave-european-union
http://www.europarl.europa.eu/atyourservice/en/displayFtu.html?ftuId=FTU_1.3.8.html
http://www.europarl.europa.eu/ftu/pdf/en/FTU_1.3.2.pdf
https://www.youtube.com/watch?v=UTMxfAkxfQ0
==========CATATAN EDITOR===========
Kalo ada di antara kamu yang mau ngobrol atau diskusi sama Marcel tentang sejarah ekonomi Eropa, khususnya topik BREXIT, silakan langsung aja tinggalin komentar di bawah artikel ini.
Hasil pollingnya nggak di sertain Zen? Seingetku kemenangan brexit cuma beda tipis. Dan bisa menimbulkan perpecahan kembali oleh pihak stay yg kurang terima mengingat brexit cuma unggul sedikit doang.
Wah betul juga lu, oke nanti segera gua tampilkan hasil polling-nya. Thanks masukannya!
Hasil Polling-nya juga berdasarkan usia ya zen :))
Soalnya ada perbedaan pendapat antara kaum muda-tua juga hehe
Bukan hanya perbedaan muda-tua. Perbedaan Skotlandia-Irlandia Utara vs England-Wales juga terasa sekali.
http://www.bbc.com/news/uk-politics-36616028
semisal suruh milih aku milih stay tpi kebijakan harus demokrasi.
Komedian John Cleese bilang, dia sebetulnya mau banget bertahan di Uni Eropa. Sayangnya, gak ada tanda² akan ada perbaikan dalam birokrasi Uni Eropa.
https://twitter.com/johncleese/status/741741834003709953
Kalau gw milih leave sih. Gw pikir sbg sbuah negara punya kedaulatan yg utuh tuh penting bgt. Yaa meskipun gw gk paham2 bgt kalau dalam uni eropa ini porsi kedaulatan negara yg trgabung didalamnya itu gmana harusnya, tp gw ngerti knp inggris milih memisahkan diri dr pd ikut birokrasi yg gk jelas.
birokrasinya sih sudah jelas tpi inggris masih merasa dirugikan. Dilihat dari segi ekonomi, masak nangkap ikan dinegara sendiri ada batasnya. Tapi semisal leave dampak domino itu yang jadi masalah, akan tetapi bila inggris mampu mengatasinya itu akan jadi negara inggris tambah maju. menurus saya begitu.
Denger denger setelah UK keluar dari EU negara2 anggota lain jadi pada ngikut UK untuk keluar dari EU.
Sampai saat ini belum. Yang ditakutkan sebelumnya, selain efek domino negara² lain akan keluar juga adalah tidak adanya preseden. Baru kali ini ada negara anggota Uni Eropa yang meninggalkan Uni Eropa.
Pemain bola Eropa non-Inggris yang main di EPL sepertinya bakal terancam izin kerja juga.
Bukan cuma di EPL. Di seluruh Eropa. Real Madrid misalnya, bisa jadi harus menjual Gareth Bale karena pembatasan pemain non EU.
Ohiya bener juga, Gareth Bale bisa kena efeknya secara dia Wales kan.
Karena ini aku lebih ngerti brexit itu apa! Tapi banyak juga kata-kata yang aku kurang paham maksudnya. Kalau bisa sertain maknanya dong zen.
Suka baca website ini, karena penjelasannya berbeda dan kemasan informasinya banyak banget. Kalo aku lebih pilih stay karena yang bakal berdampak itu ke segala bidang, bukan cuma kedaulatan!
Masalah klasik sebenernya dalam berorganisasi (berkomunitas), perpecahan kek gini gak bisa ngehasilin untung banyak melainkan jika memang diputuskan baik-baik oleh kedua belah pihak. Kalo Inggris ngotot keluar, ya kemungkinan besar makin dikucilkan tuh dari Uni Eropa. Tapi kalo dilebur lagi dengan artian memperbaiki hubungan, entah dengan membentuk kebijakan baru, mungkin bisa beda cerita lagi.
Ga kok ga dikucilkan, karena Inggris kenyataannya sudah keluar dari EU.
Ibaratnya, seseorang dikucilkan jika orang tsb bergabung dengan komunitas tertentu. Ya kalo sdh ga gabung, ga akan dikucilkan dong… hehe 🙂
Ane baca di berbagai sumber dan web EU-nya langsung (btw interface websitenya sangat tidak menarik), disana dijelaskan bahwa anggota-anggota parlemen dari EU dipilih langsung oleh warga EU setiap 5 tahun sekali.
Berarti pejabat EU bukan ditunjuk oleh pihak tertentu dong, kecuali mungkin ada pihak organisasi rahasia yang mengendalikan voting pejabat EU ._.
CMIIW atau mungkin ane salah info >.<
Ya memang ada Parlemen Eropa yang mana dipilih secara demokratis. Namun, power/kekuatannya di EU tidak sekuat Komisi Eropa (ditunjuk oleh masing2 negara EU), yang mana badan tsb merupakan badan politik eksekutif di Uni Eropa 🙂
Wah, topik bagus. Tapi Masih ga ngerti, knapa inggris masuk uni eropa?
Karena keuntungan ekonomi. Begitu Inggris masuk Uni Eropa, Inggris gak perlu pusing soal pajak, bea cukai dan kuota export-import dengan Perancis, Jerman, Belanda, dan negara² anggota Uni Eropa yang lain. Perdagangan dg mereka jadi jauh lebih gampang dan lancar. Waktu itu mereka juga melakukan referendum seperti referendum Brexit ini. Hasilnya, pihak “YES, Join EEC” menang telak. (67% vs 33%)
Lebih lengkapnya:
https://en.wikipedia.org/wiki/United_Kingdom_European_Communities_membership_referendum,_1975
dan sepak bola jadi ga rame
Gw ??? Gw milih Stay, Kenapa ?? Klo Inggris Marah atau kesal krn mereka nangkap ikan aja sampe di batasin, lakuin aja hal yg sama di negara lain yg tergabung juga dalam Uni Eropa. Selesai Kan ? Balas dendam secara halus, mereka ngambil di tempat kita, kita juga ngambil di tempat mereka.
zen mau nanya . materi pertidaksamaan tkpa sbmptn sampe konsep 18 doang? kok kaya ngegantung ya? ada lanjutannya gak zen?
Izin jawab ya.
Pertidaksamaan lengkap bisa ditonton di sini.
https://www.zenius.net/lp/cg546/aljabar-ii
Lengkap dari pertidaksamaan aljabar dasar sampai level advanced.
“Inggris ga mau ada 1 kekuatan yang mendominasi Eropa”, knp? mnrut Saya krna akan terjadi politik komunisme yg akan merugikan Negara Lain, karena hanya ada 1 kekuatan yg mendominasi. ( Bayangkan gimana kalau Jerman/Nazi yang jadi kekuatan yang mendominasi Eropa? )
“Inggris punya sejarah tersendiri untuk mencegah “Mimpi Eropa” untuk bersatu”. Menurut Saya Inggris pasti senang kalau Eropa Bersatu asalkan semua Negara didalamnya diuntungkan bukan hanya sebagian Negara yg diuntungkan dan Negara lain dirugikan.
wah keren nih.. nambah pengetahuan gw euy, thx zen.. bikin artikel2 yang mantep lagi dong biar gw jadi seneng baca hehehe
Hai
Salam kenal untuk Marcel Susanto dan semua yang ada dalam artikel Brexit ini.
Harus gua akui kalo artikel ini berbobot sampe-sampe gua perlu ngabisin 40 menit untuk ngebaca dan mahamin esensi dari PERISTIWA Britain Exit sehingga gua jadi tergelitik untuk ikut berpendapat menyampaikan pemahaman saya yang termasuk awam ?
Diatas gua menekankan PERISTIWA Braitain Exit dengan huruf besar, mengapa ?
Sebab mulai hari ini dan nanti ke depannya peristiwa ini akan menjadi sebuah SEJARAH dunia. Kenapa dunia ? sebab dari jaman baheula konstelasi kekuasaan yang melibatkan Inggris mesti berkelas dunia, artinya akan mempengaruhi negara lain atau dunia lain . Dunia lain ? emang ada berapa dunia sih ? hehehe biar simple saya nyatakan akan mempengaruhi apa apa yang terjadi di BUMI, EARTH!
gelo gak sih ? jangan jangan gua dibilang lebay. wait .. baca terus .. walau akan panjang.
Inggris kepengen tidak ada 1 kekuatan(kekuasaan) yang mendominasi eropa?
Yakin ? apa karena yang punya potensi kekuatan itu bukan Inggris ?
Coba kalo ternyata ada 1 kekuasaan yang berpotensi mendominasi eropa, yaitu inggris sendiri ? mungkin dia akan berpikir lain.
Menurut saya seharusnya Inggris sudah sangat paham bahwa bicara kekuasaan adalah bicara mengenai peradaban dimana dalam sebuah peradaban akan selalu ada silih bergantinya kekuasaan.
Kembali gua mau mengajak mengingat-ingat sejarah.
Dulu sekali, ada 1 era kekuasaan united yang berkuasa penuh atas hidup dan kehidupan masyarakat dunia. Era tersebut dipimpin oleh Klan Ramses. Namun sebagaimana proses kehidupan ada kelahiran dan kematian, begitu pula sebuah era kekuasaan. Ada jaman dia jaya dan jaman redup.
Dan ketika waktunya telah datang era united jaman Ramses habis dan digantikan oleh satu kepempimpinan tunggal dibawah seorang pejuang dan jenderal perang bernama Moses. Sistem hidup dan kehidupan yang dibawa oleh Musa mampu membawa dunia menjadi terang.
Waktu silih berganti, siang berganti malam, sistem peradaban jaman Era Moses waktunya habis hancur luluh dan digantikan kembali oleh peradaban kekuasaan gabungan.
Begitu terus .. muter terus bagai roda sepeda ontel.
Lalu kekuasaan dunia dipimpin lagi oleh Kekuasaan gabungan yang dipimpin oleh Bangsa Roma, dan pada saatnya era kekuasaan Roma pun habis digantikan oleh kepemimpinan tunggal (sistem) dibawah pimpinan seorang pejuang politik bernama Jesus.
Begitu terus berputar… akan selalu ada kekacauan dan akan hadir orang yang datang membawa sistem untuk memperbaiki kerusakan dan kekacauan yang terjadi.
Jadi gua melihat peristiwa ini sebagai tanda tanda kekacauan yang makin jelas terlihat terang benderang dari belahan bumi eropa (barat). Sedangkan kekacauan dari bumi sebelah timur tengah sudah sama sama kita lihat kan?
Tinggal di Indonesia nih gimana ? menurut bacaan saya antara Barat dan Timur akan perang. Makanya politisi di Indonesia harus “naik kelas” dalam segi pemahaman hahaha jangan bagai katak dalam tempurung. Sebab pasti akan hadir lagi sebuah kekuasaan tunggal yang akan memimpin dunia untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
Udah ah segitu aja nanti malah kemana mana ..
Sekali lagi salam kenal dari saya.
Keep posting bro.
wiiih
“Yakin ? apa karena yang punya potensi kekuatan itu bukan Inggris ?”
-> Ini benar. Inggris merasa gak mampu mendominasi Eropa daratan.
-> Dari dulu Inggris adalah kekuatan maritim yg jauh lebih mementingkan perdagangan daripada wilayah (baca: lahan pertanian) sehingga Inggris jauh lebih memilih menguasai titik² strategis saja (Gibraltar, Suez, Malaka, Ceylon, dst.). Pengecualian tentu saja ada: Kanada yang kosong, dan India. Namun, Inggris tahu betul menguasai benua Eropa takkan semudah menguasai Kanada maupun India.
“Begitu terus .. muter terus bagai roda sepeda ontel.”
-> Ini cara pandang TRADISIONAL, bahwa semua yang ada di dunia ini adalah siklus, perputaran, pengulangan. Yang ada di masa depan PASTI cuma mengulang yang di masa lalu.
-> Ini sangat kontras dg cara pandang MODERN, bahwa kita sedang bergerak maju, bahwa masa depan BISA BERBEDA dari masa lalu dan masa kini, bahwa akan ada PERBAIKAN dan KEMAJUAN di masa depan.
“Tinggal di Indonesia nih gimana ? menurut bacaan saya antara Barat dan Timur akan perang. ”
-> Definisi “Barat” sih jelas: Eropa Barat-Tengah-Selatan-Utara PLUS Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Tapi “Timur”? Apakah Eropa Timur dan Rusia termasuk “Timur”? Kepentingan Rusia dan Cina sering kontras, apa berarti Rusia jadi termasuk “Barat”? Bagaimana dengan India? Atau Afrika? Hati² dg dikotomi “Barat vs Timur” faktanya “Timur” itu sangat beragam. Pembagian “Peradaban” yang dibuat Samuel Huntington banyak dikritik, tapi menurut hemat saya sih itu JAUH lebih akurat daripada dikotomi “Barat vs Timur”.
http://www.globalpolis.org/wp-content/uploads/2014/07/sell-fig09_x008.jpg
sorry banget gua oot , gua cuman mau nanya matdas yg kode 396 no 13&14 mengapa tidak menggunakan cara yg sama ? padahal bentuk sama persis .
Kak request tentang MEA dong, yah ato gak ya seputar tenaga kerja asing legal dan ilegal yg masuk ke Indo dong 🙂
apakah inggris keluar dari EU atau tidak , menurut gua 2 option ini sama sama punya keuntungan dan kerugiannya masing2 , menurut gua sebetulnya permasalahan sebetulnya itu pada birokrasi di EU sendiri yang gua liat membuat keputusan hanya berdasarkan keputusan anggota komisi EU sendiri, bagaimana Komisi EU mau membuat keputusan yang menguntungkan bagi seluruh rakyat EU kalo mereka sendiri gamau dengerin apa yang rakyat EU mau, kalo misalnya mereka mau dengerin rakyat EU harusnya mereka memberi parlemen EU kewenangan lebih dalam mengambil keputusan seperti di DPR RI sehingga setiap keputusan yang komisi dan parlemen EU buat dapat menguntungkan semua rakyat EU.
http://mfudillah.blogspot.co.id/2016/07/think-zenius-think-incredible.html
tq 🙂
Hmm.. Saya bingung sama yg bikin peraturan di Uni Eropa itu..
– Emangnya yang bikin peraturan orang mana si? Pasti orang dari negara salah satu anggota Uni Eropa kan?
– Kok dia bisa bikin peraturan yang macam – macam sampe membuat inggris lelah akan aturan tersebut? – Kenapa inggris itu merasa banget dirugikan??
– Bagaimana dengan negara lain? Semacam Greece dengan Grexit nya??
Mohon ilhamnya ya hehe ^^
Yang bikin peraturan itu boleh dibilang adalah European Commission, anggotanya DITUNJUK oleh pemerintah negara² anggota Uni Eropa, bukannya DIPILIH via pemilu. Rakyat Inggris atau negeri manapun TIDAK PUNYA kesempatan untuk bilang “Saya gak puas dengan peraturanmu, dengan kinerjamu, SAYA PILIH LAWANMU DALAM PEMILU BERIKUTNYA.”
Greece dg Grexitnya itu masalahnya lebih fundamental lagi, masalah EKONOMI. Ketika Greece bergabung dengan Uni Eropa, itu mirip dengan bergabungnya Indonesia dengan Australia, lalu menggunakan 1 mata uang. Kacau balau, sebab ekonomi Yunani itu gak seimbang dengan ekonomi Jerman, Perancis, dan negara² kaya di Uni Eropa. Baca tulisan saya soal masalah yang muncul ketika 2 negara/lebih yang ekonominya berbeda menggunakan mata uang yang sama:
https://www.zenius.net/blog/kebijakan-mata-uang-ekonomi-dunia
Inggris ingin “Berdikari”
Saya juga sempat baca kalau hasil referendum ini sekaligus mengungkit kelemahan sistem demokrasi. Karena demokrasi, seluruh warga memiliki hak pilih, termasuk warga yang uneducated. Makanya statistik yang memperlihatkan tingginya tingkat pencarian Uni Eropa setelah voting banyak disorot, karena menggambarkan banyaknya warga yang sebenarnya ga punya pemahaman yang memadai untuk ikut mengambil keputusan sekrusial ini.
ASEAN bisa jadi satu seperti Uni Eropa itu ya ?? Hmm…
Jauh banget, blom ada kemauan dan kesadaran bersama untuk membentuk “Negara Asia Tenggara” dan mudah2an jangan dulu deh. Ekonomi Indonesia dan Singapura misalnya, bedanya terlalu jauh. Apalagi Thailand sekarang lagi gonjang-ganjing …
artikel yang sangat menarik
BTW kak marcel ada buku atau refrensi yang membahas tentang strategi kaum pro brexit untuk memenangkan refrendum ga ?
Setahu saya sih belum ada. Mungkin karena masih terlalu dekat.
Zen kan pemilu sela inggris menghasilkan hung parliament, mungkin gak kalo House of Commons memveto brexit dengan membatalkan pasal 50 yang udh di trigger theresa may
Bisa aja, tapi “Hung Parliament” ini masih didominasi oleh partai Konservatifnya Theresa May yg sampai saat ini menyatakan “Brexit is Brexit”. Kecil kemungkinannya.